Translate

Kamis, 14 Maret 2019

Bersedekah Salahsatu Kunci Pembuka Pintu Rejeki

Sedekah merupakan salah satu cara pembuka pintu rezeki yang terbuka luas tanpa harus berpeluh keringat. Dengan bersedekah, terbentuklah rumus memberi bukan berarti mengurangi. Namun rumus yang sesungguhnya adalah memberi sama dengan menambah rezeki. Bagaimana bisa?

Allah subhanahu wa ta’ala sudah menjanjikan bahwa setiap umatnya yang berinfaq maupun bersedekah di jalan Allah ta’ala, tak akan pernah merasa berkurang hartanya, malah Allah akan menggantinya berkali-kali lipat dari yang ia keluarkan.

Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ إِنَّ رَبِّي يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَهُ وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ

“Katakanlah: “Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya).” Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.” (QS. Saba’: 39)

Yaitu berdasarkan hikmah-Nya Dia melapangkan rezeki kepada seseorang dan memberinya harta yang banyak, dan menyempitkan rezeki yang lainnya hingga hidupnya sangat miskin, karena ada hikmah yang terkandung di baliknya dan hanya Dia sendirilah yang mengetahuinya. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

{انْظُرْ كَيْفَ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَلَلآخِرَةُ أَكْبَرُ دَرَجَاتٍ وَأَكْبَرُ تَفْضِيلا}

Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian (yang lain). Dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatnya dan lebih besar keutamaannya (Al-Isra': 21)

Yakni sebagaimana mereka berbeda-beda taraf kehidupannya semasa di dunia, yang ini fakir lagi miskin, dan yang itu kaya lagi lapang rezekinya. Maka demikian pula keadaan mereka di akhirat, yang ini berada di dalam kedudukan yang tertinggi di surga, dan yang itu berada di dalam siksaan di dasar neraka yang terbawah. Dan sebaik-baik orang di dunia adalah orang yang diungkapkan oleh Rasulullah Saw. melalui sabdanya:

"قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ ورُزق كَفَافا، وقَنَّعه اللَّهُ بِمَا آتَاهُ".

Sungguh telah beruntung orang yang masuk Islam, diberi rezeki secukupnya, dan menerima apa yang diberikan oleh Allah kepadanya.

Imam Muslim meriwayatkannya melalui hadis Ibnu Umar r.a.:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ

“Sedekah tidaklah mengurangi harta.” (HR. Muslim, no. 2588)

Makna hadits di atas sebagaimana dijelaskan oleh Yahya bin Syarf An Nawawi rahimahullah ada dua penafsiran:

Harta tersebut akan diberkahi dan akan dihilangkan berbagai dampak bahaya padanya. Kekurangan harta tersebut akan ditutup dengan keberkahannya. Secara inderawi dan realita bisa dirasakan. Walaupun secara bentuk harta tersebut berkurang, namun kekurangan tadi akan ditutup dengan pahala di sisi Allah dan akan terus ditambah dengan kelipatan yang amat banyak. (Syarh Shahih Muslim, 16: 128)

Firman Allah Swt.:

{وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ}

Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya. (Saba: 39)

Artinya, berapa pun kamu belanjakan hartamu kepada apa yang diperintahkan oleh Allah kepada kalian dan Allah menghalalkannya, Dia pasti akan menggantinya kepada kalian di dunia di samping pahala di akhirat yang akan kamu terima sebagai penggantinya. Di dalam sebuah hadis disebutkan:

يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: أنْفق أنْفق عَلَيْكَ"

Allah Swt. berfirman, "Berinfaklah kamu, maka Aku akan menggantinya kepadamu.”

Di dalam hadis lain disebutkan:

أَنَّ مَلِكَيْنِ يَصيحان كُلَّ يَوْمٍ، يَقُولُ أَحَدُهُمَا: "اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكا تَلَفًا"، وَيَقُولُ الْآخَرُ: "اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا"

bahwa setiap pagi hari ada dua malaikat yang salah satunya berdoa, "Ya Allah, berikanlah kerusakan kepada orang yang kikir," sedangkan yang lain mengatakan dalam doanya, "Ya Allah, berikanlah ganti kepada orang yang berinfak."

Rasulullah Saw. pernah bersabda:

"أَنْفِقْ بِلَالًا وَلَا تَخْشَ مِنْ ذِي الْعَرْشِ إِقْلَالَا"

Infakkanlah terus, hai Bilal, janganlah kamu takut kebangkrutan karena Tuhan yang mempunyai Arasy.

قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ عَنْ يَزِيدَ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ الطَّلَّاسِ، حَدَّثَنَا هُشَيْم عَنِ الْكَوْثَرِ بْنِ حَكِيمٍ، عَنْ مَكْحُولٍ قَالَ: بَلَغَنِي عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "أَلَا إِنَّ بَعْدَكُمْ زَمَانٌ عَضُوضٌ، يَعَضُّ الْمُوسِرُ عَلَى مَا فِي يَدِهِ حَذَارَ الْإِنْفَاقِ". ثُمَّ تَلَا هَذِهِ الْآيَةَ: {وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ}

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, dari Yazid ibnu Abdul Aziz Al-Fallas, telah menceritakan kepada kami Hasyim, dari Al-Kausar ibnu Hakim, dari Mak-hul yang mengatakan, bahwa telah sampai kepadaku suatu berita dari Huzaifah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:Ingatlah, sesungguhnya sesudah zaman kalian ini akan datang suatu zaman di mana orang kaya menggenggam erta-erat harta yang ada di tangannya karena takut berinfak. Kemudian Rasulullah Saw. membacakan firman-Nya: Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya. (Saba: 39)

قَالَ (الْحَافِظُ أَبُو يَعْلَى الْمُوصِلِيُّ: حَدَّثَنَا رَوْحُ بْنُ حَاتِمٍ، حَدَّثَنَا هُشَيم، عَنِ الْكَوْثَرِ بْنِ حَكِيمٍ عَنْ مَكْحُولٍ قَالَ: بَلَغَنِي عَنْ حُذَيْفَةَ أَنَّهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلم: "أَلَا إِنَّ بَعْدَ زَمَانِكُمْ هَذَا زَمَانٌ عَضُوضٌ، يَعَضُّ الْمُوسِرُ عَلَى مَا فِي يَدَيْهِ حَذَارَ الْإِنْفَاقِ"

Al-Hafiz Abu Ya'la Al-Mausuli mengatakah, telah menceritakan kepada kami Rauh ibnu Hatim, telah menceritakan kepada kami Hasyim, dari Al-Kausar ibnu Hakim, dari Mak-hul yang mengatakan bahwa telah sampai suatu berita kepadaku dari Huzaifah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Ingatlah, sesudah zaman kalian ini akan datang suatu zaman di mana orang kaya menggenggam erat-erat harta yang ada di tangannya karena takut berinfak.

Yakni menyembunyikan kekayaannya karena takut diminta untuk berinfak, Allah Swt. telah berfirman:

{وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ}

Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya. (Saba: 39)

Di dalam sebuah hadis disebutkan:

«شرار الناس يُبَايِعُونَ كُلَّ مُضْطَرٍّ أَلَا إِنَّ بِيعَ الْمُضْطَرِّينَ حَرَامٌ، أَلَا إِنَّ بَيْعَ الْمُضْطَرِّينَ حَرَامٌ، الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يَخْذُلُهُ إِنْ كَانَ عِنْدَكَ مَعْرُوفٌ فَعُدْ بِهِ عَلَى أَخِيكَ، وَإِلَّا فَلَا تَزِدْهُ هَلَاكًا إِلَى هَلَاكِهِ»

Seburuk-buruk manusia adalah mereka yang melakukan transaksi jual beli dengan setiap orang yang terdesak. Ingatlah, sesungguhnya jual beli dengan orang-orang yang terpaksa itu haram. Ingatlah, sesungguhnya jual beli dengan orang-orang yang terpaksa itu haram. Orang muslim adalah saudara orang muslim lainnya; ia tidak boleh menganiayanya dan tidak boleh pula menghinanya. Jika kamu memiliki kebaikan, maka gunakanlah itu untuk menolong saudaramu. Dan jika kamu tidak mempunyainya, maka janganlah kamu menambahkan kepadanya kehancuran di atas kehancuran.

Bila ditinjau dari segi jalurnya, hadis ini berpredikat garib karena di dalam sanadnya terdapat kelemahan.

Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Abu Yunus alias Al-Hasan ibnu Yazid yang mengatakan bahwa Mujahid telah mengatakan, "Janganlah sekali-kali seseorang di antara kalian menakwilkan ayat berikut, yaitu firman-Nya: 'Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya.' (Saba: 39) dengan pengertian bahwa apabila seseorang di antara kalian memiliki apa yang menjadi kecukupannya, hendaklah ia bersikap irit (ekonomis) karena sesungguhnya rezeki itu telah dibagi-bagi.

Adapun seorang mukmin, jika diberi nikmat, dia akan bersyukur. Sebaliknya, jika tidak diberi, dia pun akan selalu sabar. Karena orang mukmin, dia akan beramal bukan untuk mencapai tujuan dunia. Sebagian mereka bahkan tidak menginginkan mendapatkan dunia sama sekali. Diceritakan bahwa sebagian sahabat tidak ridho jika mendapatkan dunia sedikit pun. Mereka pun tidak mencari-cari dunia karena yang selalu mereka harapkan adalah negeri akhirat. Semua ini mereka lakukan untuk senantiasa komitmen dalam amalan mereka, agar selalu timbul rasa harap pada kehidupan akhirat. Mereka sama sekali tidak menyukai untuk disegerakan balasan terhadap kebaikan yang mereka lakukan di dunia.

Akan tetapi, barangsiapa diberi dunia tanpa ada rasa keinginan sebelumnya dan tanpa ada rasa tamak terhadap dunia, maka dia boleh mengambilnya. Sebagaimana hal ini terdapat dalam hadits dari ‘Umar bin Khottob,

قَدْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُعْطِينِى الْعَطَاءَ فَأَقُولُ أَعْطِهِ أَفْقَرَ إِلَيْهِ مِنِّى. حَتَّى أَعْطَانِى مَرَّةً مَالاً فَقُلْتُ أَعْطِهِ أَفْقَرَ إِلَيْهِ مِنِّى. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « خُذْهُ وَمَا جَاءَكَ مِنْ هَذَا الْمَالِ وَأَنْتَ غَيْرُ مُشْرِفٍ وَلاَ سَائِلٍ فَخُذْهُ وَمَا لاَ فَلاَ تُتْبِعْهُ نَفْسَكَ ».

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan suatu pemberian padaku.” Umar lantas mengatakan, “Berikan saja pemberian tersebut pada orang yang lebih butuh (lebih miskin) dariku. Sampai beberapa kali, beliau tetap memberikan harta tersebut padaku.” Umar pun tetap mengatakan, “Berikan saja pada orang yang lebih butuh (lebih miskin) dariku.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Ambillah harta tersebut dan harta yang semisal dengan ini di mana engkau tidak merasa mulia dengannya dan sebelumnya engkau pun tidak meminta-mintanya. Ambillah harta tersebut. Selain harta semacam itu (yang di mana engkau punya keinginan sebelumnya padanya), maka biarkanlah dan janganlah hatimu bergantung padanya.”  (HR. Bukhari dan Muslim).

Sekali lagi, begitulah orang beriman. Jika dia diberi nikmat atau pun tidak, amalan sholehnya tidak akan pernah berkurang. Karena orang mukmin sangat mencintai Allah dan Rasul-Nya. Adapun orang yang selalu mengharap dunia dengan amalan sholehnya, dia akan bersikap berbeda. Jika dia diberi nikmat, baru dia ridho. Namun, jika dia tidak diberi, dia akan murka dan marah. Dia ridho karena mendapat kenikmatan dunia. Sebaliknya, dia murka karena kenikmatan dunia yang tidak kunjung menghampirinya padahal dia sudah gemar melakukan amalan sholeh. Itulah sebabnya orang-orang seperti ini disebut hamba dunia, hamba dinar, hamba dirham dan hamba pakaian.

Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar