Jaman dulu, masyarakat tradisional sangat menghormati Empu pembuat Keris, bahkan setiap Kerajaan pasti memiliki Empu Keris yang hebat dan disegani. Para Empu Kerajaan tersebut bertugas membuat Keris pesanan dari Sang Raja, Pangeran, dan para Pejabat Kerajaan.
Pada masa lalu, setiap orang hanya memiliki Keris yang dibuat khusus untuk dirinya yang dipesan pada seorang Empu Keris. Karena sejatinya sebilah Keris adalah media Do'a dari Sang Empu kepada TUHAN yang dimasukkan pada lipatan-lipatan logam dan kemudian ditempa menjadi sebilah Keris dengan bentuk, dhapur, dan pamor yang melambangkan harapan dan cita-cita pemiliknya.
Do'a yang dipanjatkan oleh Sang Empu kepada TUHAN adalah Do'a yang dikhususkan kepada sipemesan Keris sesuai dengan keinginan, profesi, dan karakter dari pemesan Keris tersebut.
Secara prinsip, bagi masyarakat tradisional Keris merupakan milik pribadi, karena Keris dibuat khusus untuk pemiliknya dengan bantuan seorang Empu, dan Keris tersebut mengandung harapan dari pemiliknya agar dapat mencapai kehidupan yang berhasil lahir dan batin.
Kehendak pribadi yang ditanamkan kedalam sebilah Keris akan berlaku selamanya dan itu merupakan energi spiritual yang kuat untuk selalu menjaga dan membantu pemiliknya dalam mencapai cita-citanya.
Oleh karena itu, tidak ada perdagangan Keris dimasa lalu karena setiap Keris hanya memiliki tuah bagi pemiliknya saja. Tapi dalam perkembangannya, kini marak bisnis jual-beli Keris karena keuntungannya cukup menggiurkan, apalagi jika dibumbui dengan hal-hal klenik maka sebilah Keris dapat mencapai harga fantastis.
Ketika kita membeli sebilah Keris, selain bentuk dan pamor yang diperhatikan, yang paling penting untuk dideteksi adalah energi spiritual atau tuah Keris yang merupakan fungsi utama dari Keris tersebut.
Kita harus memilih Keris yang energi spiritualnya sesuai dengan kehendak kita agar diri kita dan Keris tersebut memiliki kecocokan energi yang harmonis.
Kita harus memiliki rasa senang terhadap Keris tersebut dan memperlakukannya dengan spatutnya, sehingga Keris juga merasa aman dan kerasan dengan kita dan akan melayani tuan barunya dengan sepenuh hati.
Keris atau "isi" Keris yang biasa disebut "yoni" bisa diajak berdialog/ditayuh. Jika kita tidak tahu cara untuk menayuh Keris, kita bisa meminta bantuan pada orang yang ahli dalam menayuh Keris untuk mengetahui kehendak dan tuah dari Keris yang kita rawat.
Ada istilah/kalimat halus yang umum digunakan dalam perdagangan Keris untuk menggantikan "harga" yang digantikan dengan "mas kawin/mahar" agar terkesan lebih halus dan bukan merupakan transaksi jual-beli, karena jual-beli Keris dianggap sebagai hal yang tabu.
Setiap kali seorang Empu akan membuat Keris sesuai dengan tata cara baku/pakemnya, maka dia harus terlebih dulu mempersiapkan diri secara spiritual. Sang Empu harus membersihkan jiwa dan raganya, lahir dan batinnya dengan cara berpuasa/tirakat dan mengurangi tidur.
Seorang Empu hanya akan tidur sebentar sesudah tengah malam dan melakukan semedi/meditasi selama berhari-hari dengan khusuk memohon kepada TUHAN agar dapat membuat sebilah Keris yang bagus dan cocok dengan keinginan pemesannya.
Sang Empu juga memohon agar selama proses pembuatan Keris tersebut segalanya berjalan lancar. Agar dia dan para pembantunya serta si pemesan Keris selamat dan diberi berkah agar berhasil membuat Keris sesuai dengan permintaan pemesannya.
Setelah yakin bahwa dia telah mendapatkan jawaban dari TUHAN melaluai pertanda, maka Sang Empu juga akan meminta agar sipemesan Keris juga melakukan tirakat dengan membersihkan jiwa dan raganya, lahir dan batinnya dengan memanjatkan Do'a kepada TUHAN supaya diperkenankan untuk dapat memiliki sebilah Keris baru yang bagus dan cocok untuk dirinya.
Akan lebih baik lagi jika sipemesan Keris juga berpuasa selama beberapa hari agar lebih menyatu dengan energi Keris yang akan dibuat untuk dirinya. Dan yang paling penting selama proses pembuatan Keris, sipemesan Keris harus memiliki pikiran dan hati yang bersih.
Sang Empu akan mencatat nama lengkapnya, pekerjaannya, hari, weton, tanggal, bulan, dan tahun kelahirannya untuk menyelaraskan karakter pemesan Keris dengan karakter Keris yang akan dibuat agar benar-benar sesuai dengan bentuk, dapur, dan pamor Keris yang diminta sebagai perlambang untuk mewakili harapan dan cita-cita sipemesan Keris.
Data tersebut akan dipergunakan oleh Sang Empu untuk mulai merancang bentuk, dapur, dan pamor Keris yang sesuai dengan karakter sipemesan agar tercipta Keris berkualitas dari segi eksoteri dan esoterinya.
Dalam proses pembuatan Keris juga akan disiapkan sesaji/ubo rampe yang diletakkan didalam besalen dengan tujuan positif sebagai perlambang harapan untuk mendapatkan berkah dan perlindungan dari TUHAN selama berlangsungnya proses pembuatan Keris.
Keris seperti apa yang akan dibuat dan apa tujuan dari dibuatnya Keris tersebut, tentu harus disesuaikan dengan karakter dan profesi dari si pemesan Keris agar energinya dapat berfungsi dengan baik. Misalnya saja Keris untuk seorang pejabat tentu tidak cocok dimiliki oleh seorang pedangang, Keris untuk seorang prajurit, tentu tidak cocok dimiliki oleh seorang petani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar