Translate

Senin, 23 Maret 2015

Sejarah Wonogiri

Wonogiri, (Bahasa Jawa: wanagiri, secara harfiah "Hutan di Gunung"), adalah sebuah daerah kabupaten di Jawa Tengah. Secara geografis Wonogiri berlokasi di bagian tenggara Provinsi Jawa Tengah. Bagian utara berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo, bagian selatan langsung di bibir Pantai Selatan, bagian barat berbatasan dengan Gunung Kidul di Provinsi Yogyakarta, Bagian timur berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Timur, yaitu Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Magetan dan Kabupaten Pacitan. Ibu kotanya terletak di Kecamatan Wonogiri. Luas kabupaten ini 1.822,37 km² dengan populasi 1,5 juta jiwa

Sejarah asal usul Nama Wono Giri

Pada zaman Kerajaan Demak ada seorang pertapa sakti bernama Ki Ageng Sidik Wacono. 
Dia tinggal menyendiri di salah satu gua yang termasuk dalam jajaran Pegunungan Seribu. Pegunungan ini dikelilingi hutan yang  penuh dengan pepohonan lebat dan alam yang indah. Tidak heran jika penguasa Demak pada waktu itu menjadikan sebagai hutan wisata raja dan tempat perburuan binatang.

Pada waktu-waktu tertentu, datanglah rombongan Raja dengan pengiring dan senopatinya. Mereka berburu binatang, terutama Rusa. Sebagian hasil dari perburuan itu ada yang dihabiskan di tempat dan sebagian lagi biasanya dibawa kembali ke istana. Bekas tempat pesta pora itu pada akhirnya menjadi sebuah desa yang sekarang dinamakan Desa Senang, yang berarti tempat untuk bersenang-senang. Sampai sekarang desa itu masih ada.

Pada suatu ketika Raja Demak mengirimkan seorang utusan bernama Raden Panji untuk menemui pertapa Ki Ageng Sidik Wacono Melalui utusannya, Raja meminta kepada Ki Ageng untuk membawa beberapa ekor rusa untuk dijadikan sebagai binatang peliharaan di Istananya. Ki Sidik Wacono pun menyanggupi permintaan Raja.

Dengan kesaktiannya KI Ageng Sidik Wacono memasukkan rusa-rusa itu dalam bumbung, rongga pada ruas pohon bambu petung dan kemudian disumbat. Bumbung tersebut kemudian diserahkan kepada Raden Panji disertai dengan pesan khusus.

"Raden Panji, bumbung ini berisi rusa-rusa yang dikehendaki oleh sang Prabu. Sengaja aku masukkan ke dalam bumbung ini supaya Raden Panji mudah membawanya. Lagi pula perjalanan dari sini ke Keraton cukup jauh. Namun ingat pesanku, jangan coba-coba sekalipun membuka isi dari bumbung tersebut sampai bumbung tersebut telah ada di hadapan Raja."

"Terima kasih Kyai Ageng, saya akan selalu ingat pesan itu" kata Raden Panji dengan penuh hormat.

Dalam perjalanan pulang kembali ke Demak, pikiran Raden Panji dipenuhi oleh berbagai macam pertanyaan yang tidak bisa terjawab oleh Raden Panji sendiri. Menurut dia tidaklah masuk akal rusa-rusa yang diminta oleh sang Prabu dimasukkan ke bumbung ini. Ini sangat tidak logis.

Meskipun begitu, Raden Panji tetap ingat pesan Ki Ageng Sidik Wacono untuk tidak membuka bumbung itu sampai di hadapan Raja. Raden Panji pun akhirnya membatalkan keinginannya untuk membuka bumbung tersebut.

Dalam perjalanan pulang, karena lelah Raden Panji singgah sebentar di sebuah hutan jati yang lebat. Saat melepas lelah, pandangan Raden Panji terus memandang bumbung tersebut dengan perasaan heran. Karena terus memandang bumbung tersebut, akhirnya Raden Panji membuka bumbung tersebut untuk mengetahui isinya.

Namun ketika sumbat bumbung dibuka, Raden Panji kaget bukan kepalang melihat kejadian aneh. Dalam keadaaan yang masih terbengong, tiba-tiba dari bumbung tersebut keluar hewan kecil yang makin lama makin membesar. Ternyata hewan-hewan itu adalah rusa-rusa yang berjumlah 16 ekor atau 8 pasang. Dan kesemuanya dengan cepat segera masuk ke hutan kembali.

Raden Panji yang segera sadar dari kekagetannya itu, langsung  segera berlari cepat ke hutan untuk mengejar rusa-rusa itu sampai kopiahnya jatuh ke tanah. Namun beliau tidak menghiraukan kejadian tersebut. Walau usahanya untuk mengejar rusa-rusa itu sia-sia.
Bukan main sedih dan menyesal hati Raden Panji akibat kecerobohannya itu. Raden Panji hanya bisa jatuh tertunduk malu dan lesu. Tidak tahu apa yang harus diperbuatnya. Mau balik ke Demak takut terken murka Raja. Mau kembali tempat pertapaan Ki Ageng Sidik Wacono takut terkena makian.
Untunglah Ki Ageng Sidik Wacono yang sakti dapat segera mengetahui peristiwa itu. Oleh karena itu Ki Ageng segera menyusulnya. Dalam perjalanan menyusul Raden Panji, Ki Ageng sempat menemukan kopiah Raden Panji yang terjatuh. Pertapa sakti itu pun berkata, wahai bumi dan langit saksikanlah bahwa tempat ini sejak saat ini aku beri nama Wana Kethu. Jadilah tempat itu sampai sekarang bernama Wana Kethu. 'Wana' berarti hutan dan 'Kethu' artinya kopiah.

Tidak berapa lama Ki Ageng Sidik Wacono  segera menemukan tempat Raden Panji. Melihat kehadiran Ki Ageng, Raden Panji pun sangat kaget.

"Mohon ampun Kyai Ageng hamba telah berbuat lancang membuka sumbat bumbung itu dan mengakibatkan hewan-hewan yang ada di dalam bumbung itu keluar semua. Sekarang hamba pasrah menerima hukuman dari Kyai Ageng" kata Raden Panji bersedih.

Mendengar pengakuan Raden Panji, sang pertapa merasa kasihan tetapi yang bersalah tetap harus menerima hukuman.

"Raden Panji, ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu adalah utusan raja yang telah diberi amanat. Sayang sekali kamu tidak dapat melaksanakan amanat itu. Oleh karena itu kamu tetap mendapat hukuman. Mulai sekarang, janganlah kamu berwujud manusia, tetapi jadilah kamu seekor  Rusa Wulung penunggu hutan jati ini" kata Kyai Ageng ‎

Begitu selesai ucapan bapak pertapa itu, seketiak tiba-tiba dunia menjadi gelap gulita dan di langit terdengar suara petir menyambar-nyambar. Semua seakan menjadi saksi atas segala ucapan Kyai Ageng Sidik Wacono yang Sakti.‎

Memang benar keadaanya. Secara mendadak Raden Panji yang asalnya manusia berubah menjadi rusa jantan yang sangat gagah dengan bulu wulungnya. Raden Panji yang sudah berubah menjadi rusa itu menangis dan bersimpuh di hadapan pertapa sakti tersebut.

"Hukuman ini terlampau berat bagi Hamba, Ki Ageng. Mohon Ki Ageng  sudi mencabutnya," ratap rusa wulung penjelmaan Raden Panji.

Namun penyeselana tinggal penyesalan, Raden Panji harus mengalami kehidupan baru sebagai pemimpin pasangan rusa yang dahulu dilepasnya di Wana Kethu.

Sesudah peristiwa di Wana Kethu itu, Ki Ageng Sidik Wacono naik ke atas bukit kecil tak jauh dari situ. Sesampai di puncak bukit itu, ia berhenti sesaat untuk mengagumi keindahahan alam di bawahnya.

"Bukit ini begitu indah. Besok kalau ada keadaan zaman sudah ramai, bukit ini aku namai dengan Gunung Giri. sedangkan sungai yang mengalir dibawahnya aku namakan Sungai Wahyu.  kata Ki Ageng Sidik Wacono. Sekarang nama sungai ini adalah Bengawan Solo.‎
Pada suatu ketika dalam kesempatan yang lain, Sunan Giri dalam pengembaraanya sampai di tempat yang dahulu dikunjungi Ki Ageng Sidik Wacono. Sama dengan Ki Ageng, Sunan Giri juga mengagumi keindahan alam hutan yang sangat luas dengan alamnya yang berbukit-bukit. Sunan Giri pun berkata "Besok kalau ada keramaian zaman, tempat ini aku namai Wonogiri".
Wono atau Wana berarti 'hutan', sedangkan ‎Giri berarti 'Gunung'. Demikianlah tempat yang berhutan lebat dan bergunung-gunung itu sampai sekarang bernama Wonogiri yang terletak di Propinsi Jawa Tengah.‎‎

Sejarah berdirinya Kabupaten Wonogiri
Dimulai dari embrio "kerajaan kecil" di bumi Nglaroh Desa Pule Kecamatan Selogiri. Di daerah inilah dimulainya penyusunan bentuk organisasi pemerintahan yang masih sangat terbatas dan sangat sederhana, yang dikemudian hari menjadi simbol semangat pemersatu perjuangan rakyat. Inisiatif untuk menjadikan Wonogiri (Nglaroh) sebagai basis perjuangan Raden Mas Said, adalah dari rakyat Wonogiri sendiri (Wiradiwangsa) yang kemudian didukung oleh penduduk Wonogiri pada saat itu.

Mulai saat itulah Nglaroh menjadi daerah yang sangat penting, yang melahirkan peristiwa-peristiwa bersejarah di kemudian hari. Tepatnya pada hari Rabu Kliwon tanggal 3 Rabi'ul awal (Mulud) Tahun Jumakir , Windu Senggoro : Angrasa retu ngoyang jagad atau 1666, dan apabila mengikuti perhitungan masehi maka menjadi hari Rabu Kliwon tanggal 19 Mei 1741 ( Kahutaman Sumbering Giri Linuwih), Ngalaroh telah menjadi kerajaan kecil yang dikuatkan dengan dibentuknya kepala punggawa dan patih sebagai perlengkapan (institusi pemerintah) suatu kerajaan walaupun masih sangat sederhana. 

Masyarakat Wonogiri dengan pimpinan Raden Mas Said selama penjajajahan Belanda telah pula menunjukkan reaksinya menentang kolonial.
Jerih payah pengeran Samber Nyawa (Raden Mas Said) ini berakhir dengan hasil sukses terbukti beliau dapat menjadi Adipati di Mangkunegaran dan Bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya ( KGPAA) Mangkunegoro I. 

Peristiwa tersebut diteladani hingga sekarang karena berkat sikap dan sifat kahutaman ( keberanian dan keluhuran budi ) perjuangan pemimpin, pemuka masyarakat yang selalu didukung semangat kerja sama seluruh rakyat di Wilayah Kabupaten Wonogiri.


Alas Donoloyo

Belantara hutan jati di Desa Watusono, Kecamatan Slogohimo, 40 kilometer dari kota Wonogiri, Jawa Tengah, ternyata menyimpan sebuah kisah sejarah. Di dalam hutan jati yang disebut dengan Alas Donoloyo ini terdapat sisa-sisa pohon jati yang tumbuh pada masa Kerajaan Majapahit, 700 tahun yang lalu.

Jati Donoloyo, rata-rata mempunyai panjang sepuluh meter, dengan garis tengah satu meter, sehingga dinilai sebagai kayu jati dengan kualitas terbaik yang pernah ada. Tak heran jika Masjid Demak serta Keratonan Surakarta, dibangun dari kayu jati Donoloyo.

Nama Donoloyo merupakan nama pendiri desa di kawasan tersebut, yakni Ki Ageng Donoloyo, anggota laskar Kerajaan Majapahit saat dipimpin Brawijaya  Karena ingin mengabdi pada Kerajaan Majapahit, Ki Ageng Donoloyo yang tertinggal ketika mengikuti perjalanan Raja Brawijaya, memutuskan untuk menetap di tempat itu, serta menanam pohon jati, yang ia niatkan bisa dimanfaatkan Kerajaan Majapahit. Hingga saat ini, Alas Donoloyo masih dikeramatkan masyarakat sekitar, khususnya Kawasan Punden, letak pohon jati pertama ditanam dan dipotong untuk pembangunan Masjid Demak.

Konon, banyak peristiwa aneh terjadi menyangkut Alas Donoloyo. Seperti cerita awal mula digunakannya jati Donoloyo untuk pembangunan Masjid Demak, yakni akibat bayang-bayang ujung pohon jati Donoloyo yang kelihatan di Demak, meskipun jaraknya mencapai puluhan kilometer. Ki Ageng Donoloyo sendiri, dipercaya masih berada di Alas Donoloyo. Karena dari dulu hingga kini, belum diketahui dimana letak makam sang laskar setia majapahit ini.

Sekian ratus tahun berlalu, kini kelestarian Alas Donoloyo masih dijaga oleh keturunan Ki Ageng Donoloyo. Setiap hari, Dikromo, sang juru kunci hutan, ditemani istrinya, membersihkan kawasan tersebut, khususnya areal Punden. Apalagi menjelang Hari Jumat Pon dan Jumat Kliwon, karena pada hari itu banyak masyarakat datang memberikan sesajen. Alas Donoloyo dipercaya bisa membantu mengabulkan setiap permintaan seseorang, jika memang mereka melakukan ritual di tempat ini.

Sebagai juru kunci, Dikromo tidak mendapatkan gaji. Namun kadang-kadang pria berumur 71 tahun ini, menerima uang dari pengunjung Alas Donoloyo, ala kadarnya. Pada saat-saat tertentu, seperti pada hari Jumat Kliwon, Dikromo mengaku bisa menerima uang hingga 50 ribu rupiah. Untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya sekeluarga, ayah 6 orang anak ini bercocok tanam. Namun, baginya, profesi juru kunci yang ia lakoni selama 10 tahunan, adalah sebuah kebanggaan, bentuk tanggung jawab sebagai keturunan Ki Ageng Donoloyo.

Saat ini dengan areal seluas lima hektar, alas Jati Donoloyo mulai menunjukkan tanda-tanda kepunahan. Kayu-kayu jati yang terlihat kokoh, sesungguhnya sudah lapuk dimakan zaman. Bahkan, di sebelah barat Alas Donoloyo, kayu jati yang dulunya tumbuh lebat, telah menjadi lahan pertanian. Pohon jati peninggalan Ki Ageng Donoloyo, hanya tersisa di areal Punden. Kelihatannya, tinggal menunggu waktu, Alas Donoloyo yang menjadi bukti kesetiaan seorang laskar di era Kerajaan Majapahit, kelak hanya tinggal legenda tak berbekas.
Plintheng Semar

Di jantung kota Wonogiri terdapat taman Plintheng Semar. Plintheng Semar adalah nama yang biasa digunakan untuk menyebut sebuah batu besar yang terdapat di taman tersebut. Batu besar ini, uniknya bersandar di sebatang Pohon Asem Jawa sejak dahulu. Plinteng Semar tepatnya terletak di kawasan Taman Selopadi, Kel. Giripurwo, Kec. Wonogiri yang berjarak 200m dari pusat Kota Wonogiri.

Batu besar tersebut diperkirakan memiliki berat sekitar 25 ton dan bersandar pada sebatang Pohon Asem Jawa yang sangat besar. Kawasan Taman Selopadi ini berada pada ketinggian, dimana di bawahnya terdapat jajaran ruko, halte, dan jalan raya utama Wonogiri – Solo. Di seberang Timur taman, pada ketinggian yang lebih rendah juga terdapat rumah – rumah penduduk sementara di sisi Barat taman pada ketinggian yang lebih tinggi juga terdapat rumah penduduk.

Konon menurut legenda, batu itu berasal dari batu katapel (plintheng, dalam bahasa Jawa) milik Semar. Oleh karena itu di Taman Selopadi juga ada patung Semar dengan kalung katapel. Plinteng Semar, mengisahkan tentang perjuangan semar melawan Raksasa Penghuni grojogan sewu. Disaat sudah hampir kewalahan, Semar mempunyai ide untuk melempari raksasa itu dengan sebuah plinteng. Setelah tiba saatnya plinteng itu diisi dengan batu yang besarnya tiga kali besar seekor gajah. Akhirnya raksasa itu hancur berkeping-keping. Kemudian batu itu diberi nama dengan batu plinteng semar.

Dongeng diatas mengajarkan kepada kita agar senantiasa memerangi kejahatan. Apa pun bentuknya kejahatan akan membawa kerusakan dan kesengsaraan. Konon menurut cerita batu ini merupakan batu yang diketapel oleh semar dan nyangkut di pohon di tengah kota wonogiri, makanya dinamakan “Plintheng Semar”.

Bayangkan segede apa ketapelnya ya kalo batunya aja segede ini . Batu itu selama puluhan tahun atau mungkin ratusan tahun sudah ada dan bersandar di pohon di tengah kota, sementara di bawahnya ada ruko2 dan jalanan. Kalo pohonnya tumbang, so pasti batu seberat puluhan ton ini akan menimpa ruko2 di bawahnya batu ini ada di pinggir  jalan raya utama di kota Wonogiri, jadi kalo setiap yg lewat di pusat kota Wonogiri pasti akan melihatnya.

Plinteng Semar merupakan daya tarik utama pada Taman Selopadi yang merupakan tempat bersantai bagi masyarakat. Dari taman seluas 0,5 hektar ini, pengunjung dapat menikmati panorama Kota Wonogiri dari ketinggian taman tersebut. Plintheng Semar dapat menjadi salah satu landmark Kota Wonogiri, karena lokasinya yang terletak di pinggir jalan raya utama Wonogiri – Solo. Untuk Pengembangnnya, kawasan Plintheng Semar dan Taman Selopadi tersebut dapat menjadi taman kota dan arena bermain anak.

Beberapa tahun yang lalu, di kawasan Plintheng Semar masih ramai orang – orang yang bersantai dan terkadang untuk tamasya anak-anak TK, selain itu juga terdapat beberapa pedagang kaki lima yang berjualan di sana. Namun sekarang, kawasan plintheng semar tersebut sepi, hanya terdapat satu atau dua orang saja yang duduk – duduk di taman selopadi dan sudah tidak ada pedagang kaki lima yang berjualan di sana.
 Batu Plintheng Semar sudah mulai terdapat coretan-coretan sehingga menurunkan daya tariknya sebagai obyek wisata yang murah. Kawasan taman kurang dirawat dengan baik pihak pengelola. Seharusnya ini menjadi perhatian pemerintah mengingat taman Plinteng Semar ini berada di Jantung Kota Wonogiri. ‎

1 komentar:

  1. Ass Wr Wb, Saya ingin berbagi cerita kepada anda bahwa saya ini RISWANTO AKIL seorang TKI dari malaysia dan secara tidak sengaja saya buka internet dan saya melihat komentar IBU YOSHI yg dari singapur tentan Pesugihan AKI ZYEH MAULANA yg telah membantu dia menjadi sukses dan akhirnya juga saya mencoba menghubungi beliau dan alhamdulillah beliau mau membantu saya untuk menarik dana Hibah Melalui ritual/ghaib dan alhamdulillah itu betul-betul terbukti dan mendapat hasil tarikan RM.347.000 Ringgit ,kini saya kembali indon membeli rumah dan mobil walaupun sy Cuma pekerja kilang di selangor malaysia , sy sangat berterimakasih banyak kepada AKI ZYEH MAULANA dan jika anda ingin seperti saya silahkan Telefon di 085298275599 Untuk yg di luar indon telefon di +6285298275599,Atau Lihat Di internet KLIK DISINIsaya juga tidak lupa mengucap syukur kepada ALLAH karna melalui AKI ZYEH MAULANA saya Bisa sukses. Jadi kawan2 yg dalam kesusahan jg pernah putus asah, kalau sudah waktunya tuhan pasti kasi jalan asal anda mau berusaha, ini adalah kisah nyata dari seorang TKI,
    KEAMPUHAN ZIKIR AKI ZYEH MAULANA
    1.Penarikan Dana Hibah Melalui Bank Ghaib
    2.Penarikan Uang Melalui Mustika
    3.Ritual Angka Tembus Togel/Lotrey
    4.Jimat Pelaris
    5.Perintah Tuyul
    Dan Masih Banyak Lagi, AKI ZYEH MAULANA Banyah Dikenal Oleh Kalangan Pejabat, Pengusaha Dan Artis Ternama Karna Beliau adalah guru spiritual terkenal di indonesia. Untuk yg punya rum terimakasih atas tumpangannya
    SYARAT SEBAGAI BERIKUT:
    BERJANJI AKAN MEMBANTU SESAMA YANG MEMBUTUHKAN
    BERJANJI TIDAK AKAN SOMBONG DAN SELALU RENDAH HATI
    BERJANJI AKAN MEMULAI HIDUP YANG BARU BERJALAN KE JALAN YANG BENAR,
    BERLUTUT DAN MEYEMBAH KEPADA ALLAH SWT.
    "Allahumma inni a'udzubika minal hammi wal hazani wa a'udzubika minal 'ajzi wal kasali wa a'udzubika minal jubni wal bukhli wa a'udzubika min ghalabatiddaini wa qahrirrijali"

    "Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan sedih. Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku berlindung kepada Engkau dari pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada Engkau dari lilitan hutang dan kesewenang-wenangan." Kata Abu Umamah radhiyallahu 'anhu: "Setelah membaca do'a tersebut, Allah berkenan menghilangkan kebingunganku dan membari Petunjuk." (HR Abu Dawud 4/353)


    PENARIKAN UANG MENGUNAKAN MUSTIKA

    BalasHapus