Abu Sa’id Rafi’ bin Al Mu’alla radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata padaku,
أَلاَ أُعَلِّمُكَ أَعْظَمَ سُورَةٍ فِى الْقُرْآنِ قَبْلَ أَنْ تَخْرُجَ مِنَ الْمَسْجِدِ » . فَأَخَذَ بِيَدِى فَلَمَّا أَرَدْنَا أَنْ نَخْرُجَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّكَ قُلْتَ لأُعَلِّمَنَّكَ أَعْظَمَ سُورَةٍ مِنَ الْقُرْآنِ . قَالَ ( الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ) هِىَ السَّبْعُ الْمَثَانِى وَالْقُرْآنُ الْعَظِيمُ الَّذِى أُوتِيتُهُ »
“Maukah aku ajarkan engkau surat yang paling mulia dalam Al Qur’an sebelum engkau keluar masjid?”
Lalu beliau memegang tanganku, maka ketika kami hendak keluar, aku berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau mengatakan, “Aku akan mengajarkanmu surat yang paling agung dalam Al Qur’an?”
Beliau menjawab, “Alhamdulillahi rabbil ‘alamin (segala puji bagi Allah Rabb semesta alam) dan Al Qur’an Al ‘Azhim (Al Qur’an yang mulia) yang telah diberikan kepadaku.” (HR. Bukhari no. 5006)
Al-Qur’an merupakan kitab suci yang diturunkan oleh Allah melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Di dalamnya terdapat 114 surat. Dan surat pembuka atau surat pertama bernama Surat Al-Fatihah yang disebut juga sebagai Ummul Qur’an.
Lalu mengapa surat yang terdiri dari 7 ayat dan 139 huruf ini disebut sebagai Ummul Qur’an (induk Al-Qur’an)?
Sebelumnya, perlu diketahui surah ini disebut sebagai Surah Fatihah atau surat pembuka, karena dalam tertib atau susunan dalam mushaf merupakan surat pertama. Tetapi ini tidak bermakna bahwa Al-Fatihah merupakan surat pertama yang diturunkan. Karena surat pertama yang diturunkan sebagaimana kita tahu adalah bagian awal Surah Al-‘Alaq.
Selanjutnya, Al Fatihah disebut sebagai Ummul Qur’an, atau dalam riwayat lain disebut Ummul Kitab karena kandungan Surat Al-Fatihah merangkum semua substansi yang terdapat di dalam keseluruhan Al-Qur’an. Substansi tersebut adalah aqidah, ibadah dan metode hidup.
وهي على قصرها حوت معاني القرآن العظيم واشتملت مقاصده الأساسية بالاجمال فهي تتناول أصول الدين وفروعه، العقيدة، العبادة، التشريع، الاعتقاد باليوم الآخر والايمان بصفات الله الحسنى وافراده بالعبادة والاستعانة والدعاء والتوجه اليه جلّ وعلا بطلب الهداية الى الدين الحق والصراط المستقيم
Surat Al-Fatihah walaupun pendek tetapi menghimpun semua makna Al Quran yang agung dan mengandung maksud dasar secara global, yaitu memperoleh pokok-pokok agama dan cabangnya, aqidah, ibadah, syariat.
Keyakinan pada hari akhir, iman dengan sifat-sifat Allah yang bagus, mengesakan Allah dalam ibadah, memohon pertolongan pada-Nya, berdoa, menghadap pada-Nya yang Maha Agung dan Maha Tinggi dengan meminta petunjuk pada agama yang haq dan jalan yang lurus.
والقرآن نص على : العقيدة والعبادة ومنهج الحياة. والقرآن يدعو للاعتقاد بالله ثم عبادته ثم حدد المنهج في الحياة وهذه نفسها محاور سورة الفاتحة
Al-Qur’an merupakan nash akidah, ibadah dan metode hidup. Al-Quran mengajak pada keyakinan pada Allah, kemudian beribadah kepada-Nya dan memberikan ketentuan metode dalam hidup. Semua substansi ini terhimpun dalam SuratAl-Fatihah.
العقيدة: الحمد لله رب العالمين، الرحمن الرحيم، مالك يوم الدين. العبادة: إياك نعبد وإياك نستعين
مناهج الحياة: إهدنا الصراط المستقيم، صراط الذين أنعمت عليهم، غير المغضوب عليهم ولا الضآلين
Nash akidahnya adalah:
الحمد لله رب العالمين، الرحمن الرحيم، مالك يوم الدين
Nash ibadahnya adalah
إياك نعبد وإياك نستعين
Nash metode hidupnya adalah
إهدنا الصراط المستقيم، صراط الذين أنعمت عليهم، غير المغضوب عليهم ولا الضآلين
Selain itu dijelaskan juga di dalam Kitab Tafsir Asrar Tartibul Quran Juz 1 halaman 74 sebagai berikut:
سورة الفاتحة: افتتح سبحانه كتابه بهذه السورة; لأنها جمعت مقاصد القرآن; ولذلك كان من أسمائها: أم القرآن، وأم الكتاب، والأساس، فصارت كالعنوان وبراعة الاستهلال
Surat Al-Fatihah: Allah subhanahu wa ta’ala membuka dengannya, karena surat ini mengumpulkan, memuat tujuan-tujuan Al-Qur’an. Dan karena itulah termasuk dari nama-namanya adalah: Ummul Qur’an, Ummul Kitab, Al-Asas, maka seakan ia seperti judul dan baraatul istihlal (istilah dalam ilmu sastra arab/balaghah).
Dalil bahwa Al Fatihah disebut Ummul Quran,
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « مَنْ صَلَّى صَلاَةً لَمْ يَقْرَأْ فِيهَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ فَهْىَ خِدَاجٌ – ثَلاَثًا – غَيْرُ تَمَامٍ ». فَقِيلَ لأَبِى هُرَيْرَةَ إِنَّا نَكُونُ وَرَاءَ الإِمَامِ. فَقَالَ اقْرَأْ بِهَا فِى نَفْسِكَ فَإِنِّى سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « قَالَ اللَّهُ تَعَالَى قَسَمْتُ الصَّلاَةَ بَيْنِى وَبَيْنَ عَبْدِى نِصْفَيْنِ وَلِعَبْدِى مَا سَأَلَ فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ ( الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ). قَالَ اللَّهُ تَعَالَى حَمِدَنِى عَبْدِى وَإِذَا قَالَ (الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ). قَالَ اللَّهُ تَعَالَى أَثْنَى عَلَىَّ عَبْدِى. وَإِذَا قَالَ (مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ). قَالَ مَجَّدَنِى عَبْدِى – وَقَالَ مَرَّةً فَوَّضَ إِلَىَّ عَبْدِى – فَإِذَا قَالَ (إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ ). قَالَ هَذَا بَيْنِى وَبَيْنَ عَبْدِى وَلِعَبْدِى مَا سَأَلَ. فَإِذَا قَالَ (اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ ). قَالَ هَذَا لِعَبْدِى وَلِعَبْدِى مَا سَأَلَ ».
Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Barangsiapa yang shalat lalu tidak membaca Ummul Qur’an (yaitu Al Fatihah), maka shalatnya kurang (tidak sah) -beliau mengulanginya tiga kali-, maksudnya tidak sempurna.”
Maka dikatakan pada Abu Hurairah bahwa kami shalat di belakang imam.
Abu Hurairah berkata, “Bacalah Al Fatihah untuk diri kalian sendiri karena aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku membagi shalat (maksudnya: Al Fatihah) menjadi dua bagian, yaitu antara diri-Ku dan hamba-Ku dua bagian dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta. Jika hamba mengucapkan ’alhamdulillahi robbil ‘alamin (segala puji hanya milik Allah)’, Allah Ta’ala berfirman: Hamba-Ku telah memuji-Ku. Ketika hamba tersebut mengucapkan ‘ar rahmanir rahiim (Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)’, Allah Ta’ala berfirman: Hamba-Ku telah menyanjung-Ku. Ketika hamba tersebut mengucapkan ‘maaliki yaumiddiin (Yang Menguasai hari pembalasan)’, Allah berfirman: Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku. Beliau berkata sesekali: Hamba-Ku telah memberi kuasa penuh pada-Ku. Jika ia mengucapkan ‘iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in (hanya kepada-Mu kami menyebah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan)’, Allah berfirman: Ini antara-Ku dan hamba-Ku, bagi hamba-Ku apa yang ia minta. Jika ia mengucapkan ‘ihdiinash shiroothol mustaqiim, shirootolladzina an’amta ‘alaihim, ghoiril magdhuubi ‘alaihim wa laaddhoollin’ (tunjukkanlah pada kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan jalan orang yang dimurkai dan bukan jalan orang yang sesat), Allah berfirman: Ini untuk hamba-Ku, bagi hamba-Ku apa yang ia minta.” (HR. Muslim no. 395).
افتتح سبحانه كتابه بهذه السورة؛ لأنها جمعت مقاصد القرآن؛ ولذلك كان من أسمائها: أم القرآن، وأم الكتاب، والأساس، فصارت كالعنوان وبراعة الاستهلال.
Allah SWT mengawali kitab-Nya dengan surat ini karena surat ini menghimpun maqasid Al-Quran (intisari Al-Quran). Dan karena ia menghimpun intisari Al-Quran, ia memiliki nama di antaranya; Ummul Qur’an, Ummul Kitab, dan Al-Asas. Surat Al-Fatihah ini seperti sebuah judul dan bara’atul istihlal (mukadimah yang indah dan mengisyaratkan isi). (Asrar Tartib Al-Quran, hlm. 49).
Al-Fatihah disebut mengandung intisari Al-Quran disebutkan oleh sejumlah ulama; Hasan Al-Basri, Al-Zamakhsyari, Fakhruddin Al-Razi, dan lainnya.
قال الحسن البصر: إن الله أودع علوم الكتاب السابقة في القرآن، ثم أودع علوم القرآن في المفصل، ثم أودع علوم المفصل في الفاتحة، فمن علم تفسيرها كان كمن علم تفسير جميع الكتب المنزلة “أخرجه البيهقي في شعب الإيمان”
Hasan Al-Basri berkata, “Allah telah menyimpan ilmu-ilmu kitab terdahulu dalam Al-Quran. Kemudian Allah menyimpan ilmu-ilmu Al-Quran dalam surat-surat yang agak pendek (mufashal). Kemudian Allah menyimpan ilmu-ilmu surat mufashal dalam Al-Fatihah. Orang yang mengetahui tafsir Al-Fatihah, ia akan menjadi seperti orang yang mengetahui tafsir seluruh kitab suci yang telah diturunkan.” Al-Baihaqi meriwayatkan hadis ini dalam kitab Syu’ab Al-Iman. (Asrar Tartib Al-Quran, hlm. 49).
إن ترتيب السور على هذا الترتيب من رسول الله صلى الله عليه وسلم
Sesungguhnya urutan surat seperti yang ada di mushaf sekarang adalah dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. (an-Nasikh wal Mansukh fil Quran, hlm. 158).
Karena itu, setiap muslim hendaknya mengedepankan sikap pasrah, menerima dan tidak menggugat keberadaan al-Quran dan semua keadaannya. Termasuk urutan surat dalam al-Quran.
Kita akan simak keterangan Abu Ja’far Al-Gharnathi (ulama Andalus, w. 708 H) ketika beliau menjelaskan keterkaitan surat-surat dalam al-Quran. Beliau menyebutkan beberapa alasan, mengapa al-Quran diawali dengan surat al-Fatihah,
تضمنها مجملا لما تفصل في الكتاب العزيز بجملته وهو أوضح وجه في تقدمها سوره الكريمة.
Al-Fatihah mengandung makna global yang akan dirinci dalam al-Quran secara keseluruhan. Dan ini merupakan alasan terbesar, mengapa surat al-Fatihah berada di urutan pertama dalam al-Quran.
ثم هي مما يلزم المسلمين حفظه، ولابد للمصلين من قرائتها
Kemudian, surat ini wajib dihafal seluruh kaum muslimin, karena orang yang shalat harus membacanya.
ثم افتتاحها بحمد الله سبحانه. وقد شرع في ابتداءات الأمور
Kemudian surat ini diawali dengan kalimat Alhamdulillah, yang kalimat ini disyariatkan untuk dibaca setiap mengawali segala aktivitas.
وفيها تعقيب الحمد لله سبحانه بذكر صفاته الحسنى والإشارة إلى إرسال الرسل في قوله، “اهدنا”
Setelah hamdalah, dilanjutkan dengan menyebutkan asmaul husna (ar-Rahman ar-Rahim) dan isyarat tentang diutusnya para rasul. Yaitu pada firman Allah, ‘Ihdinas shirathal mustaqim’
وذكر افتراق الخلق بذكر المهتدين، وذكر المغضوب عليهم ولا الضالين، وإن ملاك الهدى بيده
Lalu disebutkan tentang macam-macam makhluk, mulai dari al-Muhtadin (orang yang mendapat petunjuk), al-Maghdhubi ‘alaihim (orang yang dimurkai), dan ad-Dhaallin (orang yang sesat). Dan bahwa kuasa memberi hidayah ada di tangan Allah. (al-Burhan fi Tanasubi Suwar al-Quran, hlm. 187 – 189).
Wallohu A'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar