Translate

Senin, 29 Juni 2015

Sejarah Singkat Pangeran Pekik Surabaya

Ini adalah kisah Pangeran dari negeri Surabaya.. ia bernama Pangeran Pekik.. Pangeran Pekik tinggal bersama ayahnya Raja Jayalengkara yang merupakan penguasa kerajaan Surabaya…

Kerajaan Surabaya adalah kerajaan yang makmur yang kaya dengan angkatan laut yang kuat.. Pangeran Pekik merupakan pemuda yang tangguh dan kuat.. ia ikut ayahnya untuk berdagang hingga Maluku.. Pangeran Pekik banyak belajar strategi perang dan perdagangan dari ayahnya… Pangeran Pekik juga ahli dalam bidang seni.. dengan kreatifitasnya ia menciptakan wayang krucil yang lebih kecil dari wayang jawa..

Di masa kejayaan ayahnya… Kerajaan Surabaya menghadapi serangan dari Kerajaan Mataram yang dipimpin oleh Panembahan Senopati dan dua puluh tahun kemudian Raja Jayalengkara menghadapi serangan anak Panembahan Senopati yaitu Prabu Hanyokrowati.. selama tiga puluh tahun Kerajaan Surabaya bertempur melawan Kerajaan Mataram yang berniat menaklukan Raja Jayalengkara ayah Pangeran Pekik… 

Namun selama waktu itu pula Kerajaan Surabaya tetap berdiri kokoh karena pasukan tempur yang kuat dan armada angkatan laut yang tangguh… Baru setelah Kerajaan Mataram di pimpin oleh Sultan Agung seorang raja yang cerdik dan bijak… Kerajaan Surabaya dapat ditaklukan Kerajaan Mataram.. kali ini Sultan Agung pemimpin Kerajaan Mataram tidak berperang dengan Raja Jayalengkara karena mengetahui pasukan Raja Jayalengkara sangatlah kuat di medan pertempuran.. namun Sultan Agung menggunakan taktik untuk mengisolasi Kerajaan ini sehingga perdagangan yang merupakan tulang punggung perekonomian Kerajaan Surabaya hancur.. Rakyat Surabaya lama kelamaan banyak yang menderita kelaparan dan wabah penyakit karena wilayah Kerajaan Surabaya di isolasi… yang menyebabkan Raja Jayalengkara menyerah kepada Kerajaan Mataram dengan damai..

Akhirnya setelah Kerajaan Surabaya berhasil ditaklukan Sultan Agung, Kerajaan Surabaya menjadi bagian dari Kerajaan Mataram.. Sultan Agung yang terkenal bijak melihat sosok pemimpin di Kerajaan Surabaya ia adalah Pangeran Pekik.. karena Pangeran Pekik terkenal berani,bijak, dan alim.. ia diangkat oleh Sultan Agung menjadi pemimpin ulama di wilayah Ampel..

Karena kebaikan dan kebaikan hati yang dimiliki Pangeran Pekik… Sultan Agung kemudian berniat menikahkan adiknya yang bernama Ratu Pandansari.. melihat sosok Pangeran Pekik yang pemberani, baik, dan alim karena juga pemimpin ulama.. Ratu Pandansari setuju untuk menikah dengan Pangeran Pekik.. akhirnya Sultan Agung dan Pangeran Pekik kini bersaudara..

Jatuhnya Giri

Suatu Ketika wilayah Giri Kedaton yang dipimpin oleh Panembahan Agung Giri Kawis Guna mencoba lepas dari Kerajaan Mataram..

Panembahan Agung Giri Kawis Guwo merupakan sosok yang sangat disegani karena ia merupakan keturunan Sunan Giri yang kuat..

Sultan Agung memerintahkan perwira Kerajaan Mataram untuk menaklukan Panembahan Kawis Guwo.. namun tidak ada yang berani..

Tapi ketika Sultan Agung memerintahkan Pangeran Pekik.. Pangeran Pekik dengan gagah berani langsung maju siap menumpas pemberontakan di Giri Kedaton yang dipimpin Panembahan Agung Giri Kawis Guwo..
“Saya siap menerima perintah dari Sultan untuk menumpas pemberontak itu… “ tegas Pangeran Pekik dengan gagah berani..

Sultan Agung sangat terkesan dengan keberanian Pangeran Pekik dan memerintahkan pasukannya untuk mendampingi Pangeran Pekik untuk bertempur melawan Panembahan Kawis Guwo dan pasukannya..

Terjadilah Perang hebat di Giri Kedaton.. Pasukan Pangeran Pekik menghadapi pasukan Panembahan Agung Giri Kawis Guwo.. Pangeran Pekik dengan pedangnya maju ke medan perang… anak panah di siapkan oleh pasukan Sultan Agung…
Pasukan Panembahan Kawis Guwo yang kalah jumlah sangat kerepotan menghadapi serangan Pangeran Pekik dan pasukannya… 

Dengan bekal strategi perang yang dipelajarinya dari ayahnya… Pangeran Pekik memerintahkan pasukan panah untuk melesakkan anak panah ke arah pasukan Panembahan Kawis Guwo … akhirnya banyak pasukan Panembahan Kawis Guwo yang berguguran.. setelah terdesak… Panembahan Kawis Guwo menyerah kepada Pangeran Pekik..

Pangeran Pekik kembali ke Kerajaan Mataram dengan kemenangan.. Sultan Agung sangat bangga dan istrinya Ratu Pandansari juga bangga kepada suaminya..

Kematian Pangeran Pekik

Sejak 1645 Sultan Agung digantikan putranya yang bergelar Amangkurat I sebagai raja Mataram selanjutnya. Raja baru ini cenderung kurang suka terhadap Pangeran Pekik, yang merupakan mertuanya sendiri.
Dikisahkan dalam naskah-naskah babad, Amangkurat I memiliki calon selir seorang gadis Surabaya bernama Rara Hoyi putri Ki Mangun-jaya. Karena masih kecil, Rara Hoyi pun dititipkan pada Ki Wiroreja. Setelah dewasa, kecantikan Rara Hoyi menarik hati Pangeran Tejaningrat ( Amangkurat II ) , putra Amangkurat I yang lahir dari permaisuri yang merupakan putri Pangeran Pekik.

Pada suatu hari Pangeran Adipati Anom (Pangeran Tejaningrat ) berkunjung kerumah Tumenggung Wirorejo bermaksud hanya main-main saja. dengan tidak terduga bahwa di Katemanggungan ada seorang gadis yang sedang membatik kain. Sang Pangeran merasa terpikat hatinya. demi melihat gadis cantik molek yang tumbuh di sebuah Tamansari Katemanggungan Wirorejan. Begitu pula Rara Hoyi setelah bertemu pandangan matanya , deras berdebar debar jantungnya dan segera lari masuk ke Pendapa Katemanggungan sambil duduk termangu-mangu. Sang Pangeran manunggu kehadiran si Cantik Jelita,namun tidak mungkin keluar karena malu. Ki Tumenggung Wirorejo keluar menghadap Sang Pangeran dengan sembahnya, sambil unjuk atur : kepada Pangeran .. anak gadis yang Paduka cari itu sebenarnya puteri Piningit dari Surabaya, yang akan menjadi isteri Ayahanda Raja Sunan Prabu Mangkurat Agung ..

Setelah Sang Pangeran mendengar keterangan dari Ki Tumenggung Wirorejo , segera minta pamit kembali ke Keraton . Di Kesatriyan Sang Pangeran tidak dapat tidur, dan selalu terbayang-bayang wajah gadis itu, selalu menggoda dipelupuk matanya, akhirnya Sang Pangeran jatuh sakit.

Hal ini terdengar oleh Kangjeng Ratu Pandansari ( Wandansari ), Isteri Pangeran Pekik , bahwa Sang Pangeran jatuh sakit wuyung, kasmaran dengan Roro Hoyi sengkeran Sang Prabu Susuhunan Amangkurat I.

Atas persetujuan Pangeran Pekik, Rara Hoyi dibawa masuk ke Keraton dan ditempatkan di Kesatriyan, untuk mengobati penyakit Sang Pangeran. Pangeran Pekiklah yang bertanggung jawab apabila Sang Ayah marah, menurut pendapatnya mestinya sang Ayah mau mengalah dengan anaknya. Ora ono macan arep tegel mangan gogore dewe.

Dugaan ini ternyata meleset, setelah Sang Prabu mendengar Rara Hoyi jatuh cinta kepada Sang Pangeran,dan malah mendapat dukungan dari Pangeran Pekik,beliau geram dan murka. Maka Pangeran Pekik dan Kangjeng Ratu Wandansari serta Pangeran Tejaningrat begitu pula Tumenggung Wirorejo dan Nyi Tumenggung dipanggil menghadap.

Susuhunan Prabu Amangkurat I. Dalam Pasewakan ( Rapat ) yang luar biasa Sang Raja marah - marah dan menjatuhkan hukuman mati kepada Pangeran Pekik dan Tumenggung Wirorejo  dan jenazahnya dimakamkan di Makam Banyusumurup Imogiri. ‎
Selanjutnya Pangeran Tejaningrat harus membunuh Rara Hoyi dari tangannya sendiri.. Pangeran Tejaningrat dengan membawa keris terhunus meninggalkan Paseban menuju ke Kesatriyan, sesampainya di Kesatriyan tidak tega akan menusuk Rara Hoyi. Rara Hoyi tanggap bahwa yang menyebabkan onar didalam Keraton Mataram adalah dirinya , maka setelah melihat Sang Pangeran membawa keris terhunus , ditubruklah keris itu sehingga tembus sampai kepunggungnya, Rara Hoyi meninggal seketika itu juga.

Geram Sang Prabu Susuhunan Amangkurat belum mereda, dan memerintahkan agar Kesatriyan dibakar habis-habisan, sedang Pangeran Tejaningrat diasingkan (dibuang) ke Hutan Larangan ( tutupan ). Di Hutan Tutupan Pangeran Tejaningrat kedatangan Pangeran Puruboyo dan Bantheng Wulung yang  mengajak Trunojoyo , anak Adipati Cakraningrat dari Sampang Madura. Maksud kedatangan mereka mengajak perundingan, agar Sang Pangeran mau merebut kekuasaan Sang Ayah Prabu Amangkurat I, karena beliau bertindak sewenang-wenang terhadap anaknya serta kawula nya. ‎

2 komentar: