Hakikat nasihat adalah mengajak atau menunjukkan kebaikan serta kebenaran. Islam mengajarkan pentingnya nasihat dan saling menasihati.
وَالْعَصْرِ# إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ# إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Demi masa, sungguh manusia itu dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, serta saling menasihati untuk kebenaran, dan saling menasihati untuk kesabaran (QS Al Ashr ayat 1-3).
Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
أتاني جبريلُ ، فقال : يا محمدُ عِشْ ما شئتَ فإنك ميِّتٌ ، وأحبِبْ ما شئتَ ، فإنك مُفارِقُه ، واعملْ ما شئتَ فإنك مَجزِيٌّ به ، واعلمْ أنَّ شرَفَ المؤمنِ قيامُه بالَّليلِ ، وعِزَّه استغناؤه عن الناسِ
“Jibril ‘alaihissalam pernah datang kepadaku seraya berkata, ‘Hai Muhammad! Hiduplah sesukamu, sesungguhnya engkau akan menjadi mayit. Cintailah siapa saja yang engkau senangi, sesungguhnya engkau pasti akan berpisah dengannya. Dan beramallah semaumu, sesungguhnya engkau akan menuai balasannya. Dan ketahuilah bahwa kemuliaan seorang mukmin terletak pada salat malam dan kehormatannya adalah rasa kecukupan dari manusia.’” (HR. Thabrani dan dinilai hasan oleh Syekh Al-Albani rahimahullah dalam Silsilah Ahadits Shahihah, no. 831)
Berikut ini adalah tiga dari lima pesan yang diutarakan sang malaikat.
Pertama, Malaikat Jibri menegaskan kembali betapa fananya kehidupan manusia di dunia ini. Setiap yang bernyawa akan merasakan mati.
عِشْ مَا شِــئْتَ فَإِنَّـكَ مَـيِّتٌ
“Hiduplah sesukamu, karena sesungguhnya kamu akan mati.” kata malaikat Jibril.
وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ
“Dan hanya pada hari kiamat-lah diberikan dengan sempurna balasanmu.” (QS Ali Imran: 185).
Biasanya, seseorang yang condong pada kehidupan duniawi lalai dari mengingat kematian. Padahal, dengan zikrumaut ia dapat lebih bijak dalam menjalani hidupnya. Menghabiskan usia dengan terus meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Kedua, cinta dan benci seperlunya.
وَأَحْبِبْ مَنْ شِئْتَ فَإِنَّكَ مَفَارِقُهُ
“Cintailah siapa yang kamu suka, karena sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya.” kata Jibril.
Perasaan suka atau bahkan cinta dapat timbul dalam diri seseorang. Dengan orang yang disukainya itu, ia menjalin hubungan, baik dalam rangka pertemanan, persahabatan, atau yang setingkat lebih dekat yaitu pernikahan.
Memiliki istri atau suami adalah sebuah nikmat yang patut disyukuri. Demikian pula dengan mempunyai anak keturunan. Akan tetapi, jangan sampai semua itu melalaikan diri seorang Mukmin dari mengutamakan Allah. Dengan mereka, seseorang dapat berpisah. Namun, hanya kepada-Nya segala kembali.
Ketiga, setiap amal perbuatan ada balasannya.
وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَجْزِيٌّ بِه
“Dan berbuatlah sesukamu, karena sesungguhnya engkau akan diberi balasan karenanya.” Itu pesan lainnya dari Malaikat Jibril.
Di dunia ini, seorang insan dapat melakukan berbagai hal, apakah itu kebaikan atau kejahatan. Mungkin, ia tidak merasakan dampak dari perbuatannya itu sekarang. Namun, kelak akan tiba hari ketika pertanggungjawaban tidak mungkin bisa dihindari.
Berbuat baik atau buruk pasti ada balasannya. Silahkan dipilih mau berbuat baik atau buruk. Kata Allah:
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
Barang siapa yang berbuat baik sebesar atom, maka Allah mengetahuinya. Begitu pula siapa yang berbuat buruk sebesar atom, maka Allah juga tahu. (Q.S. az-Zalzalah ayat 7-8)
Karena itu, janganlah meremehkan perbuatan baik sekecil apapun, karena mungkin hal itu ada ridha Allah. Begitu pula jangan sampai meremehkan perbuatan buruk sekecil apapun. Karena bisa jadi di situlah terdapat kemurkaan Allah.
Rasulullah SAW bersabda:
لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ، وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَ فَعَلَ، وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ، وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَ أَبْلَاه
Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai ia ditanya tentang umurnya ke mana dihabiskannya, tentang ilmunya bagaimana ia mengamalkannya, tentang hartanya dari mana diperoleh dan ke mana dibelanjakannya, serta tentang tubuhnyauntuk apa digunakannya (HR Tirmidzi).
Wallohu A'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar