Translate

Sabtu, 20 Februari 2016

Penjelasan Tentang Kitab-Kitab ALLOH

Salah satu pokok kepercayaan atau rukun iman dalam Islam ialah meyakini adanya kitab-kitab Allah swt. Pernyataan iman seseorang kepada Allah swt yang tidak diikuti dengan keyakinan adanya kitab-kitab suci-Nya hanyalah omong kosong. Kitab-kitab Allah swt adalah himpunan wahyu yang diturunkan kepada para Rasul-Nya untuk disampaikan kepada manusia sebagai pedoman hidup.

Menurut istilah, kitab adalah kumpulan wahyu Allah swt yang diturunkan kepada Rasul-rasul-Nya yang terdapat dalam lembaran-lembaran dan terkumpul menjadi satu bentuk buku. Beriman kepada kitab-kitab Allah swt ialah mempercayai dan meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah swt telah menurunkan kitab-kitab-Nya kepada Rasul-rasul-Nya dari Lauh Mahfud dan yakin bahwa segala isi yang terkandung di dalamnya adalah benar. Kita sebagai umat Islam belum cukup beriman kepada kitab-kitab Allah swt saja, tetapi harus senantiasa membaca, mempelajari dan memahami isi kandungannya. Sehingga kita tahu aturan-aturan dalamnya untuk selanjutnya kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian kita telah menjadikan kitab sebagai pedoman hidup guna memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat yang abadi.‎

A. Kewajiban Mengimani Kitab-Kitab Samawi Dan Dalilnya.

Kitab-kitab samawi yang disebutkan dalam al-Qur’an dan wajib mengimaninya secara tertib dapat disebutkan sebagai berikut:

1. Shuhuf nabi Ibrahim ‘alaihissalam.
Firman Allah :

ﻗَﺪْ ﺃَﻓْﻠَﺢَ ﻣَﻦْ ﺗَﺰَﻛَّﻰ • ﻭَﺫَﻛَﺮَ ﺍﺳْﻢَ ﺭَﺑِّﻪِ ﻓَﺼَﻠَّﻰ • ﺑَﻞْ ﺗُﺆْﺛِﺮُﻭﻥَ ﺍﻟْﺤَﻴَﺎﺓَ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ • ﻭَﺍﻟْﺂﺧِﺮَﺓُ ﺧَﻴْﺮٌ ﻭَﺃَﺑْﻘَﻰ • ﺇِﻥَّ ﻫَﺬَﺍ ﻟَﻔِﻲ ﺍﻟﺼُّﺤُﻒِ ﺍﻟْﺄُﻭﻟَﻰ • ﺻُﺤُﻒِ ﺇِﺑْﺮَﺍﻫِﻴﻢَ ﻭَﻣُﻮﺳَﻰ

Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), Dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang. Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. Sesungguhnya Ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) kitab-kitab Ibrahim dan Musa. (QS. Al- A’la/87:14-19)

2. Taurat .
Firman Allah :

ﺇِﻧَّﺎ ﺃَﻧْﺰَﻟْﻨَﺎ ﺍﻟﺘَّﻮْﺭَﺍﺓَ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻫُﺪًﻯ ﻭَﻧُﻮﺭٌ ﻳَﺤْﻜُﻢُ ﺑِﻬَﺎ ﺍﻟﻨَّﺒِﻴُّﻮﻥَ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺃَﺳْﻠَﻤُﻮﺍ ﻟِﻠَّﺬِﻳﻦَ ﻫَﺎﺩُﻭﺍ ﻭَﺍﻟﺮَّﺑَّﺎﻧِﻴُّﻮﻥَ ﻭَﺍﻟْﺄَﺣْﺒَﺎﺭُ ﺑِﻤَﺎ ﺍﺳْﺘُﺤْﻔِﻈُﻮﺍ ﻣِﻦْ ﻛِﺘَﺎﺏِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﻛَﺎﻧُﻮﺍ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺷُﻬَﺪَﺍﺀَ ﻓَﻠَﺎ ﺗَﺨْﺸَﻮُﺍ ﺍﻟﻨَّﺎﺱَ ﻭَﺍﺧْﺸَﻮْﻥِ ﻭَﻟَﺎ ﺗَﺸْﺘَﺮُﻭﺍ ﺑِﺂﻳَﺎﺗِﻲ ﺛَﻤَﻨًﺎ ﻗَﻠِﻴﻠًﺎ ﻭَﻣَﻦْ ﻟَﻢْ ﻳَﺤْﻜُﻢْ ﺑِﻤَﺎ ﺃَﻧْﺰَﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻓَﺄُﻭﻟَﺌِﻚَ ﻫُﻢُ ﺍﻟْﻜَﺎﻓِﺮُﻭﻥَ

Sesungguhnya kami Telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. dan janganlah kamu menukar ayat- ayat-Ku dengan harga yang sedikit. barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. (QS. Al-Maidah/5:44)
3. Zabur .
Firman Allah :

ﻭَﺭَﺑُّﻚَ ﺃَﻋْﻠَﻢُ ﺑِﻤَﻦْ ﻓِﻲ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﻭَﺍﺕِ ﻭَﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ ﻭَﻟَﻘَﺪْ ﻓَﻀَّﻠْﻨَﺎ ﺑَﻌْﺾَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻴِّﻴﻦَ ﻋَﻠَﻰ ﺑَﻌْﺾٍ ﻭَﺁﺗَﻴْﻨَﺎ ﺩَﺍﻭُﻭﺩَ ﺯَﺑُﻮﺭًﺍ

Dan Tuhan-mu lebih mengetahui siapa yang (ada) di langit dan di bumi. dan Sesungguhnya Telah kami lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas sebagian (yang lain), dan kami berikan Zabur kepada Daud. (QS. Al- Isra’/ 17:55)

4. Injil .
Firman Allah :

ﻭَﻗَﻔَّﻴْﻨَﺎ ﻋَﻠَﻰ ﺁﺛَﺎﺭِﻫِﻢْ ﺑِﻌِﻴﺴَﻰ ﺍﺑْﻦِ ﻣَﺮْﻳَﻢَ ﻣُﺼَﺪِّﻗًﺎ ﻟِﻤَﺎ ﺑَﻴْﻦَ ﻳَﺪَﻳْﻪِ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺘَّﻮْﺭَﺍﺓِ ﻭَﺁﺗَﻴْﻨَﺎﻩُ ﺍﻟْﺈِﻧْﺠِﻴﻞَ ﻓِﻴﻪِ ﻫُﺪًﻯ ﻭَﻧُﻮﺭٌ ﻭَﻣُﺼَﺪِّﻗًﺎ ﻟِﻤَﺎ ﺑَﻴْﻦَ ﻳَﺪَﻳْﻪِ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺘَّﻮْﺭَﺍﺓِ ﻭَﻫُﺪًﻯ ﻭَﻣَﻮْﻋِﻈَﺔً ﻟِﻠْﻤُﺘَّﻘِﻴﻦَ

Dan kami iringkan jejak mereka (nabi nabi Bani Israil) dengan Isa putera Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. dan kami Telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang didalamnya (ada) petunjuk dan dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa. (QS. Al-Maidah/5 : 46)

5. Al-Qur’an al-Karim .

Firman Allah :

ﻕ ﻭَﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥِ ﺍﻟْﻤَﺠِﻴﺪِ

Qaaf, demi Al Qur’an yang sangat mulia. (QS. Qaaf/50 : 1)

Dalil wajib beriman kepada kitab

Dalam al-Qur’an dalil wajib beriman kepada kitab dapat diklasifikasikan menjadi tiga :
1. Perintah beriman kepada kitab.

Firman Allah :

ﻗُﻮﻟُﻮﺍ ﺁﻣَﻨَّﺎ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ﻭَﻣَﺎ ﺃُﻧْﺰِﻝَ ﺇِﻟَﻴْﻨَﺎ ﻭَﻣَﺎ ﺃُﻧْﺰِﻝَ ﺇِﻟَﻰ ﺇِﺑْﺮَﺍﻫِﻴﻢَ ﻭَﺇِﺳْﻤَﺎﻋِﻴﻞَ ﻭَﺇِﺳْﺤَﺎﻕَ ﻭَﻳَﻌْﻘُﻮﺏَ ﻭَﺍﻟْﺄَﺳْﺒَﺎﻁِ ﻭَﻣَﺎ ﺃُﻭﺗِﻲَ ﻣُﻮﺳَﻰ ﻭَﻋِﻴﺴَﻰ ﻭَﻣَﺎ ﺃُﻭﺗِﻲَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻴُّﻮﻥَ ﻣِﻦْ ﺭَﺑِّﻬِﻢْ ﻟَﺎ ﻧُﻔَﺮِّﻕُ ﺑَﻴْﻦَ ﺃَﺣَﺪٍ ﻣِﻨْﻬُﻢْ ﻭَﻧَﺤْﻦُ ﻟَﻪُ ﻣُﺴْﻠِﻤُﻮﻥَ

Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan kami Hanya tunduk patuh kepada-Nya". (QS. Al-Baqarah/ (2 :136)

Firman Allah yang lain :

ﻗُﻞْ ﺁﻣَﻨَّﺎ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ﻭَﻣَﺎ ﺃُﻧْﺰِﻝَ ﻋَﻠَﻴْﻨَﺎ ﻭَﻣَﺎ ﺃُﻧْﺰِﻝَ ﻋَﻠَﻰ ﺇِﺑْﺮَﺍﻫِﻴﻢَ ﻭَﺇِﺳْﻤَﺎﻋِﻴﻞَ ﻭَﺇِﺳْﺤَﺎﻕَ ﻭَﻳَﻌْﻘُﻮﺏَ ﻭَﺍﻟْﺄَﺳْﺒَﺎﻁِ ﻭَﻣَﺎ ﺃُﻭﺗِﻲَ ﻣُﻮﺳَﻰ ﻭَﻋِﻴﺴَﻰ ﻭَﺍﻟﻨَّﺒِﻴُّﻮﻥَ ﻣِﻦْ ﺭَﺑِّﻬِﻢْ ﻟَﺎ ﻧُﻔَﺮِّﻕُ ﺑَﻴْﻦَ ﺃَﺣَﺪٍ ﻣِﻨْﻬُﻢْ ﻭَﻧَﺤْﻦُ ﻟَﻪُ ﻣُﺴْﻠِﻤُﻮﻥَ

Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada Kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan Para Nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nyalah Kami menyerahkan diri." (QS. Ali Imran/3 : 84).

2. Beriman kepada kitab adalah bagian dari sifat orang mu’min.

Firman Allah :

ﺁﻣَﻦَ ﺍﻟﺮَّﺳُﻮﻝُ ﺑِﻤَﺎ ﺃُﻧْﺰِﻝَ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﻣِﻦْ ﺭَﺑِّﻪِ ﻭَﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨُﻮﻥَ ﻛُﻞٌّ ﺁﻣَﻦَ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ﻭَﻣَﻠَﺎﺋِﻜَﺘِﻪِ ﻭَﻛُﺘُﺒِﻪِ ﻭَﺭُﺳُﻠِﻪِ ﻟَﺎ ﻧُﻔَﺮِّﻕُ ﺑَﻴْﻦَ ﺃَﺣَﺪٍ ﻣِﻦْ ﺭُﺳُﻠِﻪِ ﻭَﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﺳَﻤِﻌْﻨَﺎ ﻭَﺃَﻃَﻌْﻨَﺎ ﻏُﻔْﺮَﺍﻧَﻚَ ﺭَﺑَّﻨَﺎ ﻭَﺇِﻟَﻴْﻚَ ﺍﻟْﻤَﺼِﻴﺮُ

Rasul Telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab- kitab-Nya dan rasul-rasul- Nya. (mereka mengatakan): "Kami tidak membeda- bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat." (mereka berdoa): "Ampunilah kami Ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali." (QS. Al-Baqarah/2-:285)

3. Tidak beriman kepada kitab-kitab secara keseluruhan atau sebagian merupakan sifat orang kafir.

Firman Allah :

ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﺁﻣِﻨُﻮﺍ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺭَﺳُﻮﻟِﻪِ ﻭَﺍﻟْﻜِﺘَﺎﺏِ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﻧَﺰَّﻝَ ﻋَﻠَﻰ ﺭَﺳُﻮﻟِﻪِ ﻭَﺍﻟْﻜِﺘَﺎﺏِ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺃَﻧْﺰَﻝَ ﻣِﻦْ ﻗَﺒْﻞُ ﻭَﻣَﻦْ ﻳَﻜْﻔُﺮْ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ﻭَﻣَﻠَﺎﺋِﻜَﺘِﻪِ ﻭَﻛُﺘُﺒِﻪِ ﻭَﺭُﺳُﻠِﻪِ ﻭَﺍﻟْﻴَﻮْﻡِ ﺍﻟْﺂﺧِﺮِ ﻓَﻘَﺪْ ﺿَﻞَّ ﺿَﻠَﺎﻟًﺎ ﺑَﻌِﻴﺪًﺍ

Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada Kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya serta Kitab yang Allah turunkan sebelumnya. barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul- rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu Telah sesat sejauh-jauhnya. (QS. An- Nisa’/4:136).

Firman Allah yang lain :

ﺑِﺌْﺴَﻤَﺎ ﺍﺷْﺘَﺮَﻭْﺍ ﺑِﻪِ ﺃَﻧْﻔُﺴَﻬُﻢْ ﺃَﻥْ ﻳَﻜْﻔُﺮُﻭﺍ ﺑِﻤَﺎ ﺃَﻧْﺰَﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺑَﻐْﻴًﺎ ﺃَﻥْ ﻳُﻨَﺰِّﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻣِﻦْ ﻓَﻀْﻠِﻪِ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﻦْ ﻳَﺸَﺎﺀُ ﻣِﻦْ ﻋِﺒَﺎﺩِﻩِ ﻓَﺒَﺎﺀُﻭﺍ ﺑِﻐَﻀَﺐٍ ﻋَﻠَﻰ ﻏَﻀَﺐٍ ﻭَﻟِﻠْﻜَﺎﻓِﺮِﻳﻦَ ﻋَﺬَﺍﺏٌ ﻣُﻬِﻴﻦ • ﻭَﺇِﺫَﺍ ﻗِﻴﻞَ ﻟَﻬُﻢْ ﺁﻣِﻨُﻮﺍ ﺑِﻤَﺎ ﺃَﻧْﺰَﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﻧُﺆْﻣِﻦُ ﺑِﻤَﺎ ﺃُﻧْﺰِﻝَ ﻋَﻠَﻴْﻨَﺎ ﻭَﻳَﻜْﻔُﺮُﻭﻥَ ﺑِﻤَﺎ ﻭَﺭَﺍﺀَﻩُ ﻭَﻫُﻮَ ﺍﻟْﺤَﻖُّ ﻣُﺼَﺪِّﻗًﺎ ﻟِﻤَﺎ ﻣَﻌَﻬُﻢْ ﻗُﻞْ ﻓَﻠِﻢَ ﺗَﻘْﺘُﻠُﻮﻥَ ﺃَﻧْﺒِﻴَﺎﺀَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻣِﻦْ ﻗَﺒْﻞُ ﺇِﻥْ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﻣُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ

Alangkah buruknya (hasil perbuatan) mereka yang menjual dirinya sendiri dengan kekafiran kepada apa yang Telah diturunkan Allah, Karena dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya diantara hamba-hamba-Nya. Karena itu mereka mendapat murka sesudah (mendapat) kemurkaan. dan untuk orang-orang kafir siksaan yang menghinakan. Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kepada Al Quran yang diturunkan Allah," mereka berkata: "Kami Hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami". dan mereka kafir kepada Al Quran yang diturunkan sesudahnya, sedang Al Quran itu adalah (Kitab) yang hak; yang membenarkan apa yang ada pada mereka. Katakanlah: "Mengapa kamu dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika benar kamu orang-orang yang beriman?". (QS. Al- Baqarah/2:90-91)‎

Sedangkan dalil hadits di antaranya adalah hadits Jibril.

B. Kandungan Kitab-Kitab Samawi

Secara garis besar kitab-kitab samawi mengandung tiga hal pokok, yaitu :

1. Perintah menyembah hanya kepada Allah.

Firman Allah :

ﻭَﻟَﻘَﺪْ ﺑَﻌَﺜْﻨَﺎ ﻓِﻲ ﻛُﻞِّ ﺃُﻣَّﺔٍ ﺭَﺳُﻮﻟًﺎ ﺃَﻥِ ﺍﻋْﺒُﺪُﻭﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻭَﺍﺟْﺘَﻨِﺒُﻮﺍ ﺍﻟﻄَّﺎﻏُﻮﺕَ

Dan sungguhnya kami Telah mengutus Rasul pada tiap- tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu". (QS. An-Nahl/16 : 36)

Firman Allah yang lain :

ﻭَﻣَﺎ ﺃَﺭْﺳَﻠْﻨَﺎ ﻣِﻦْ ﻗَﺒْﻠِﻚَ ﻣِﻦْ ﺭَﺳُﻮﻝٍ ﺇِﻟَّﺎ ﻧُﻮﺣِﻲ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﺃَﻧَّﻪُ ﻟَﺎ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻟَّﺎ ﺃَﻧَﺎ ﻓَﺎﻋْﺒُﺪُﻭﻥِ

Dan kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan aku". (QS. Al-Anbiya’/21:25)

2. Menegakkan syari’at.

Firman Allah :

ﺷَﺮَﻉَ ﻟَﻜُﻢْ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺪِّﻳﻦِ ﻣَﺎ ﻭَﺻَّﻰ ﺑِﻪِ ﻧُﻮﺣًﺎ ﻭَﺍﻟَّﺬِﻱ ﺃَﻭْﺣَﻴْﻨَﺎ ﺇِﻟَﻴْﻚَ ﻭَﻣَﺎ ﻭَﺻَّﻴْﻨَﺎ ﺑِﻪِ ﺇِﺑْﺮَﺍﻫِﻴﻢَ ﻭَﻣُﻮﺳَﻰ ﻭَﻋِﻴﺴَﻰ ﺃَﻥْ ﺃَﻗِﻴﻤُﻮﺍ ﺍﻟﺪِّﻳﻦَ ﻭَﻟَﺎ ﺗَﺘَﻔَﺮَّﻗُﻮﺍ ﻓِﻴﻪِ ﻛَﺒُﺮَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻤُﺸْﺮِﻛِﻴﻦَ ﻣَﺎ ﺗَﺪْﻋُﻮﻫُﻢْ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻳَﺠْﺘَﺒِﻲ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﻣَﻦْ ﻳَﺸَﺎﺀُ ﻭَﻳَﻬْﺪِﻱ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﻣَﻦْ ﻳُﻨِﻴﺐُ

Dia Telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang Telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang Telah kami wahyukan kepadamu dan apa yang Telah kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya). (QS. Asy-Syura’/42:13)

3. Memperingatkan manusia akan hari akhirat.

Firman Allah :

ﺭَﻓِﻴﻊُ ﺍﻟﺪَّﺭَﺟَﺎﺕِ ﺫُﻭ ﺍﻟْﻌَﺮْﺵِ ﻳُﻠْﻘِﻲ ﺍﻟﺮُّﻭﺡَ ﻣِﻦْ ﺃَﻣْﺮِﻩِ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﻦْ ﻳَﺸَﺎﺀُ ﻣِﻦْ ﻋِﺒَﺎﺩِﻩِ ﻟِﻴُﻨْﺬِﺭَ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟﺘَّﻠَﺎﻕِ • ﻳَﻮْﻡَ ﻫُﻢْ ﺑَﺎﺭِﺯُﻭﻥَ ﻟَﺎ ﻳَﺨْﻔَﻰ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻣِﻨْﻬُﻢْ ﺷَﻲْﺀٌ ﻟِﻤَﻦِ ﺍﻟْﻤُﻠْﻚُ ﺍﻟْﻴَﻮْﻡَ ﻟِﻠَّﻪِ ﺍﻟْﻮَﺍﺣِﺪِ ﺍﻟْﻘَﻬَّﺎﺭِ • ﺍﻟْﻴَﻮْﻡَ ﺗُﺠْﺰَﻯ ﻛُﻞُّ ﻧَﻔْﺲٍ ﺑِﻤَﺎ ﻛَﺴَﺒَﺖْ ﻟَﺎ ﻇُﻠْﻢَ ﺍﻟْﻴَﻮْﻡَ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﺳَﺮِﻳﻊُ ﺍﻟْﺤِﺴَﺎﺏِ

(Dialah) yang Maha Tinggi derajat-Nya, yang mempunyai 'Arsy, yang mengutus 
Jibril dengan (membawa) perintah- Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya, supaya dia memperingatkan (manusia) tentang hari pertemuan (hari kiamat). (yaitu) hari (ketika) mereka keluar (dari kubur); tiada suatupun dari keadaan mereka yang tersembunyi bagi Allah. (lalu Allah berfirman): "Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini?" kepunyaan Allah yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan. Pada hari Ini tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang diusahakannya. tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah amat cepat hisabnya. (QS. Ghafir/40:15-17).

C. Penyimpangan (Tahrif) Kitab–Kitab Samawi Terdahulu

Dalam Al-Qur’an Allah menjelaskan kepada kita bahwa para ahli kitab telah merubah dan menyimpangkan kitab-kitab mereka, baik kaum Yahudi, maupun Nasrani .

Tentang kaum Yahudi

Allah berfirman :

ﻣِﻦَ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻫَﺎﺩُﻭﺍ ﻳُﺤَﺮِّﻓُﻮﻥَ ﺍﻟْﻜَﻠِﻢَ ﻋَﻦْ ﻣَﻮَﺍﺿِﻌِﻪِ ﻭَﻳَﻘُﻮﻟُﻮﻥَ ﺳَﻤِﻌْﻨَﺎ ﻭَﻋَﺼَﻴْﻨَﺎ ﻭَﺍﺳْﻤَﻊْ ﻏَﻴْﺮَ ﻣُﺴْﻤَﻊٍ ﻭَﺭَﺍﻋِﻨَﺎ ﻟَﻴًّﺎ ﺑِﺄَﻟْﺴِﻨَﺘِﻬِﻢْ ﻭَﻃَﻌْﻨًﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟﺪِّﻳﻦِ ﻭَﻟَﻮْ ﺃَﻧَّﻬُﻢْ ﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﺳَﻤِﻌْﻨَﺎ ﻭَﺃَﻃَﻌْﻨَﺎ ﻭَﺍﺳْﻤَﻊْ ﻭَﺍﻧْﻈُﺮْﻧَﺎ ﻟَﻜَﺎﻥَ ﺧَﻴْﺮًﺍ ﻟَﻬُﻢْ ﻭَﺃَﻗْﻮَﻡَ ﻭَﻟَﻜِﻦْ ﻟَﻌَﻨَﻬُﻢُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺑِﻜُﻔْﺮِﻫِﻢْ ﻓَﻠَﺎ ﻳُﺆْﻣِﻨُﻮﻥَ ﺇِﻟَّﺎ ﻗَﻠِﻴﻠًﺎ

Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan dari tempat-tempatnya. mereka Berkata : "Kami mendengar", tetapi kami tidak mau menurutinya. dan (mereka mengatakan pula) : "Dengarlah" sedang kamu Sebenarnya tidak mendengar apa-apa. dan (mereka mengatakan) : "Raa'ina", dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. sekiranya mereka mengatakan : "Kami mendengar dan menurut, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami", tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka, Karena kekafiran mereka. mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis. (QS. An-Nisa’/4 : 46).

Sedangkan tentang kaum Nasrani,

Allah berfirman :

ﻭَﺇِﻥَّ ﻣِﻨْﻬُﻢْ ﻟَﻔَﺮِﻳﻘًﺎ ﻳَﻠْﻮُﻭﻥَ ﺃَﻟْﺴِﻨَﺘَﻬُﻢْ ﺑِﺎﻟْﻜِﺘَﺎﺏِ ﻟِﺘَﺤْﺴَﺒُﻮﻩُ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻜِﺘَﺎﺏِ ﻭَﻣَﺎ ﻫُﻮَ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻜِﺘَﺎﺏِ ﻭَﻳَﻘُﻮﻟُﻮﻥَ ﻫُﻮَ ﻣِﻦْ ﻋِﻨْﺪِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﻣَﺎ ﻫُﻮَ ﻣِﻦْ ﻋِﻨْﺪِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﻳَﻘُﻮﻟُﻮﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﻟْﻜَﺬِﺏَ ﻭَﻫُﻢْ ﻳَﻌْﻠَﻤُﻮﻥَ

Sesungguhnya diantara mereka ada segolongan yang memutar- mutar lidahnya membaca Al kitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari Al kitab, padahal ia bukan dari Al Kitab dan mereka mengatakan: "Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah", padahal ia bukan dari sisi Allah. mereka Berkata dusta terhadap Allah sedang mereka Mengetahui. (QS. Ali Imran/3 : 78)
Beberapa bentuk tahrif (penyimpangan/perubahan ) antara lain :

1. Tahrif (menyelewengkan) makna , sedangkan lafadznya masih tetap. Misalnya kitab Taurat menyebutkan tentang haramnya hukum riba dan kewajiban melaksanakan amanat dalam bermua’malah sesama manusia. Tetapi orang-orang Yahudi melakukan riba dalam bermua’malah serta mengambil harta orang lain dengan cara yang tidak dibenarkan sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an :

ﻓَﺒِﻈُﻠْﻢٍ ﻣِﻦَ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻫَﺎﺩُﻭﺍ ﺣَﺮَّﻣْﻨَﺎ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ﻃَﻴِّﺒَﺎﺕٍ ﺃُﺣِﻠَّﺖْ ﻟَﻬُﻢْ ﻭَﺑِﺼَﺪِّﻫِﻢْ ﻋَﻦْ ﺳَﺒِﻴﻞِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻛَﺜِﻴﺮًﺍ • ﻭَﺃَﺧْﺬِﻫِﻢُ ﺍﻟﺮِّﺑَﺎ ﻭَﻗَﺪْ ﻧُﻬُﻮﺍ ﻋَﻨْﻪُ ﻭَﺃَﻛْﻠِﻬِﻢْ ﺃَﻣْﻮَﺍﻝَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﺑِﺎﻟْﺒَﺎﻃِﻞِ ﻭَﺃَﻋْﺘَﺪْﻧَﺎ ﻟِﻠْﻜَﺎﻓِﺮِﻳﻦَ ﻣِﻨْﻬُﻢْ ﻋَﺬَﺍﺑًﺎ ﺃَﻟِﻴﻤًﺎ

Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, kami haramkan atas (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan Karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah, Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal Sesungguhnya mereka Telah dilarang daripadanya, dan Karena mereka memakan harta benda orang dengan jalan yang batil. kami Telah menyediakan untuk orang- orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih. (QS. An-Nisa’/4:160-161).

Kemudian mereka menyelewengkan makna dalam Taurat dengan ucapannya:” Sesungguhnya riba itu tidak diperbolehkan dalam bertransaksi/mu’amalah dengan sesama bangsa Yahudi, dan wajib melaksanakan amanat dalam bertransaksi sesama mereka. Adapun bertransaksi dengan selain bangsa Yahudi maka diperbolehkan melakukan riba serta memakan hartanya.”
Firman Allah :

ﻭَﻣِﻦْ ﺃَﻫْﻞِ ﺍﻟْﻜِﺘَﺎﺏِ ﻣَﻦْ ﺇِﻥْ ﺗَﺄْﻣَﻨْﻪُ ﺑِﻘِﻨْﻄَﺎﺭٍ ﻳُﺆَﺩِّﻩِ ﺇِﻟَﻴْﻚَ ﻭَﻣِﻨْﻬُﻢْ ﻣَﻦْ ﺇِﻥْ ﺗَﺄْﻣَﻨْﻪُ ﺑِﺪِﻳﻨَﺎﺭٍ ﻟَﺎ ﻳُﺆَﺩِّﻩِ ﺇِﻟَﻴْﻚَ ﺇِﻟَّﺎ ﻣَﺎ ﺩُﻣْﺖَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻗَﺎﺋِﻤًﺎ ﺫَﻟِﻚَ ﺑِﺄَﻧَّﻬُﻢْ ﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﻟَﻴْﺲَ ﻋَﻠَﻴْﻨَﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺄُﻣِّﻴِّﻴﻦَ ﺳَﺒِﻴﻞٌ ﻭَﻳَﻘُﻮﻟُﻮﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﻟْﻜَﺬِﺏَ ﻭَﻫُﻢْ ﻳَﻌْﻠَﻤُﻮﻥَ

Di antara ahli Kitab ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya harta yang banyak, dikembalikannya kepadamu; dan di antara mereka ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya satu dinar, tidak dikembalikannya kepadamu kecuali jika kamu selalu menagihnya. yang demikian itu lantaran mereka mengatakan: "Tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi[206]. mereka Berkata dusta terhadap Allah, padahal mereka Mengetahui. (QS. Ali-Imran/3: 75)

2. Tahrif (penyelewengan) dengan cara merubah dan menambah. Bangsa Yahudi menambah-nambah Taurat dengan berbagai cerita dan dongeng yang sangat kontradiksi dengan aqidah/keyakinan yang benar tentang Allah dan para rasul, di mana di dalamnya terdapat penyamaan Allah dengan manusia, menjelek-jelekkan para nabi dengan menyandarkan sifat yang mengurangi kemuliaan nabi dan bertentangan dengan kehormatannya.

Contoh:
- Ucapan mereka tentang Allah, bahwa Allah merasa khawatir akan kekuasaan-Nya setelah dimakannya pohon haram yang menurut mereka sebagai pohon “ma’rifah” (pengetahuan). Lalu Allah khawatir bila nanti manusia juga akan memakan “pohon kehidupan “ (syajaroh al-hayah ), sehingga manusia dapat hidup abadi. Oleh karena itu Allah mengusirnya dari surga. Kemudian, Dia membuat benteng yang kuat di sekitar pohon kehidupan tersebut agar manusia tidak dapat sampai kepadanya.
- Allah murka kepada Bani Israil karena banyaknya dosa yang dilakukan, kemudian Allah bersumpah akan menghancurkan mereka, lalu nabi Musa memohon untuk mengurungkan niat tersebut hingga pada akhirnya Allah pun mengampuni dan menyesali niat-Nya yang akan membinasakan Bani Israil tersebut.
- Ucapan mereka yang menginjak–injak kehormatan para nabi, antara lian :
a. Nabi Ibrahim alaihissalam adalah pendusta.
b. Nabi Luth melakukan perzinahan dengan anaknya.
c. Nabi Harunlah yang mengajak Bani Israil menyembah anak sapi.
d. Nabi Daud pernah berzina.
e. Nabi Sulaiman menyembah berhala karena menyenangkan isterinya.
Sedangkan dalam Injil, orang-orang Nasrani menganggap Nabi Isa adalah anak Allah sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an :

ﻟَﻘَﺪْ ﻛَﻔَﺮَ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻫُﻮَ ﺍﻟْﻤَﺴِﻴﺢُ ﺍﺑْﻦُ ﻣَﺮْﻳَﻢَ ﻭَﻗَﺎﻝَ ﺍﻟْﻤَﺴِﻴﺢُ ﻳَﺎ ﺑَﻨِﻲ ﺇِﺳْﺮَﺍﺋِﻴﻞَ ﺍﻋْﺒُﺪُﻭﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﺭَﺑِّﻲ ﻭَﺭَﺑَّﻜُﻢْ ﺇِﻧَّﻪُ ﻣَﻦْ ﻳُﺸْﺮِﻙْ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ﻓَﻘَﺪْ ﺣَﺮَّﻡَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ ﻭَﻣَﺄْﻭَﺍﻩُ ﺍﻟﻨَّﺎﺭُ ﻭَﻣَﺎ ﻟِﻠﻈَّﺎﻟِﻤِﻴﻦَ ﻣِﻦْ ﺃَﻧْﺼَﺎﺭٍ • ﻟَﻘَﺪْ ﻛَﻔَﺮَ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﺛَﺎﻟِﺚُ ﺛَﻠَﺎﺛَﺔٍ ﻭَﻣَﺎ ﻣِﻦْ ﺇِﻟَﻪٍ ﺇِﻟَّﺎ ﺇِﻟَﻪٌ ﻭَﺍﺣِﺪٌ ﻭَﺇِﻥْ ﻟَﻢْ ﻳَﻨْﺘَﻬُﻮﺍ ﻋَﻤَّﺎ ﻳَﻘُﻮﻟُﻮﻥَ ﻟَﻴَﻤَﺴَّﻦَّ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻛَﻔَﺮُﻭﺍ ﻣِﻨْﻬُﻢْ ﻋَﺬَﺍﺏٌ ﺃَﻟِﻴﻢٌ

Sesungguhnya Telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al masih putera Maryam", padahal Al masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, Maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. Sesungguhnya kafirlah orang orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan yang Esa. jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang- orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. (QS. Al-Maidah/5 : 72-73)

Al-Qur’an menjawab mereka :

ﻭَﺇِﺫْ ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻳَﺎ ﻋِﻴﺴَﻰ ﺍﺑْﻦَ ﻣَﺮْﻳَﻢَ ﺃَﺃَﻧْﺖَ ﻗُﻠْﺖَ ﻟِﻠﻨَّﺎﺱِ ﺍﺗَّﺨِﺬُﻭﻧِﻲ ﻭَﺃُﻣِّﻲَ ﺇِﻟَﻬَﻴْﻦِ ﻣِﻦْ ﺩُﻭﻥِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻗَﺎﻝَ ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﻣَﺎ ﻳَﻜُﻮﻥُ ﻟِﻲ ﺃَﻥْ ﺃَﻗُﻮﻝَ ﻣَﺎ ﻟَﻴْﺲَ ﻟِﻲ ﺑِﺤَﻖٍّ ﺇِﻥْ ﻛُﻨْﺖُ ﻗُﻠْﺘُﻪُ ﻓَﻘَﺪْ ﻋَﻠِﻤْﺘَﻪُ ﺗَﻌْﻠَﻢُ ﻣَﺎ ﻓِﻲ ﻧَﻔْﺴِﻲ ﻭَﻟَﺎ ﺃَﻋْﻠَﻢُ ﻣَﺎ ﻓِﻲ ﻧَﻔْﺴِﻚَ ﺇِﻧَّﻚَ ﺃَﻧْﺖَ ﻋَﻠَّﺎﻡُ ﺍﻟْﻐُﻴُﻮﺏِ • ﻣَﺎ ﻗُﻠْﺖُ ﻟَﻬُﻢْ ﺇِﻟَّﺎ ﻣَﺎ ﺃَﻣَﺮْﺗَﻨِﻲ ﺑِﻪِ ﺃَﻥِ ﺍﻋْﺒُﺪُﻭﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﺭَﺑِّﻲ ﻭَﺭَﺑَّﻜُﻢْ ﻭَﻛُﻨْﺖُ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ﺷَﻬِﻴﺪًﺍ ﻣَﺎ ﺩُﻣْﺖُ ﻓِﻴﻬِﻢْ ﻓَﻠَﻤَّﺎ ﺗَﻮَﻓَّﻴْﺘَﻨِﻲ ﻛُﻨْﺖَ ﺃَﻧْﺖَ ﺍﻟﺮَّﻗِﻴﺐَ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ﻭَﺃَﻧْﺖَ ﻋَﻠَﻰ ﻛُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ ﺷَﻬِﻴﺪٌ

Dan (Ingatlah) ketika Allah berfirman: "Hai Isa putera Maryam, Adakah kamu mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah Aku dan ibuku dua orang Tuhan selain Allah?". Isa menjawab: "Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). jika Aku pernah mengatakan Maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan Aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha mengetahui perkara yang ghaib-ghaib". Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya yaitu: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu", dan adalah Aku menjadi saksi terhadap mereka, selama Aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah yang Mengawasi mereka. dan Engkau adalah Maha menyaksikan atas segala sesuatu. (QS. Al- Maidah/5:116-117)

Di antara bukti penyelewengan injil :
- Adanya pertentangan di antara empat injil.
- Pihak gereja melarang menggunakan Injil Barnabas yang di dalamnya ada penjelasan bahwa Nabi Isa adalah sebagai rasul, bukan sebagai Tuhan, juga ada berita tentang diutusnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam setelahnya.
3. Tahrif dengan cara menyembunyikan.
a. Menyembunyikan hukum syari’at
Dari Abdullah bin Ummar radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahi ‘alaihi wasallam didatangi seoarang laki-laki dan seorang perempuan Yahudi yang telah berzina. Rasulullah pun pergi hingga mendatangi kaum Yahudi. Nabi berkata: “Apa yang kalian temukan dalam taurat tentang zina ? Mereka menjawab : “Wajah kedua pelaku zina dihitamkan serta disumpah dan diarak “ . Nabi berkata :”Bawalah Taurat jika kalian memang benar“. Lalu mereka datang dengan Taurat kemudian membacanya hingga ketika lewat pada ayat tentang hukum rajam tersebut, orang yang membacanya meletakkan tangannya di atas ayat tentang hukuman rajam tersebut dan hanya membaca ayat antara depan dan belakang tangannya. Maka Abdullah bin Salam pun yang saat itu bersama Rasulullah berkata :
“Perintahkanlah ia dan angkatlah tangannya!”. Maka diangkatlah tangannya dan ternyata di bawahnya terdapat ayat tentang hukum rajam. Maka Rasulullah pun memerintahkan kedua pelaku dengan hukum rajam”. (HR Buhkari dan Muslim, sedangkan lafaznya riwayat Muslim)

b. Menyembunyikan isyarat berita diutusnya Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Mereka berusaha menghapus segala nash yang menyebutkan secara tegas tentang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam kitab mereka serta menyembunyikannya dari manusia. Namun demikian, isyarat-isyarat tentang itu masih tetap ada dalam kitab Taurat dan Injil yang tidak dapat ditafsirkan ke pengertian lain kecuali tentang kedatangan Rasulullah.
Firman Allah :

ﻭَﺇِﺫْ ﻗَﺎﻝَ ﻋِﻴﺴَﻰ ﺍﺑْﻦُ ﻣَﺮْﻳَﻢَ ﻳَﺎ ﺑَﻨِﻲ ﺇِﺳْﺮَﺍﺋِﻴﻞَ ﺇِﻧِّﻲ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺇِﻟَﻴْﻜُﻢْ ﻣُﺼَﺪِّﻗًﺎ ﻟِﻤَﺎ ﺑَﻴْﻦَ ﻳَﺪَﻱَّ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺘَّﻮْﺭَﺍﺓِ ﻭَﻣُﺒَﺸِّﺮًﺍ ﺑِﺮَﺳُﻮﻝٍ ﻳَﺄْﺗِﻲ ﻣِﻦْ ﺑَﻌْﺪِﻱ ﺍﺳْﻤُﻪُ ﺃَﺣْﻤَﺪُ ﻓَﻠَﻤَّﺎ ﺟَﺎﺀَﻫُﻢْ ﺑِﺎﻟْﺒَﻴِّﻨَﺎﺕِ ﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﻫَﺬَﺍ ﺳِﺤْﺮٌ ﻣُﺒِﻴﻦٌ

Dan (Ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil, Sesungguhnya Aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan Kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)." Maka tatkala Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata." (QS. Shaf/61 : 6)

Pada tahun 1365 H/ 1945 M harian Al-Ahram di Mesir menurunkan berita pada salah satu halamannya : Telah ditemukan di Dir San Katreen Sinai satu manuskrip Taurat lama yang di dalamnya menyebutkan tentang Nabi Muhammad SAW, kemudian manuskrip ini hilang dan tidak ditemukan lagi”.


Petunjuk Rosululloh Tentang Taurot Dan Injil

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ الَّله أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ أَتَى النَّبِيَّ بِكِتَابٍ أَصَابَهُ مِنْ بَعْضِ أَهْلِ الْكُتُبِ فَقَرَأَهُ النَّبِيُّ فَغَضِبَ فَقَالَ: أَمُتَهَوِّكُونَ فِيهَا يَا ابْنَ الْخَطَّابِ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ  لَقَدْ جِئْتُكُمْ بِهَا بَيْضَاءَ نَقِيَّةً لَا تَسْأَلُوهُمْ عَنْ شَيْءٍ فَيُخْبِرُوكُمْ بِحَقٍّ فَتُكَذِّبُوا بِهِ أَوْ بِبَاطِلٍ فَتُصَدِّقُوا بِهِ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ أَنَّ مُوسَى كَانَ حَيًّا مَا وَسِعَهُ إِلَّا أَنْ يَتَّبِعَنِي

Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiallahu ‘anhuma, Suatu saat ‘Umar bin al-Khaththab radhiallahu ‘anhu menghadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan membawa sebuah kitab yang ia dapatkan dari sebagian Ahli Kitab. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membacanya. Beliau kemudian marah dan bersabda, “Apakah engkau termasuk orang yang bingung, wahai Ibnul Khaththab? Demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya sungguh aku telah datang kepada kalian dengan membawa agama yang putih bersih. Jangan kalian bertanya sesuatu kepada mereka (Ahlul Kitab) karena (boleh jadi) mereka mengabarkan al-haq kepada kalian namun kalian mendustakan al-haq tersebut, atau mereka mengabarkan satu kebatilan lalu kalian membenarkan kebatilan tersebut. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya Musa ‘alaihissalam masih hidup niscaya tidak diperkenan baginya melainkan dia harus mengikutiku.”
Hadits yang mulia ini hasan. Diriwayatkan al-Imam Ahmad bin Hanbal dalam Musnad-nya (3/387 no. 14623), melalui jalan guru beliau Suraij bin an-Nu’man dari Husyaim dari Mujalid dari asy-Sya’bi dari Jabir bin Abdillah radhiallahu ‘anhuma.

Diriwayatkan pula oleh Ibnu Abi ‘Ashim dalam as-Sunnah (10/27), ad-Darimi (1/115), Ibnu Abdil Barr dalam Jami’ Bayan al-Ilm hlm. 339, al-Baghawi dalam Tafsir-nya, Ma’alim at-Tanzil (1/197), dan dalam Syarhus Sunnah (1/270).

Dalam riwayat al-Baghawi, Umar radhiallahu ‘anhu berkata,

إِنَّا نَسْمَعُ أَحَادِيثَ مِنْ يَهُودٍ تَعَجَّبْنَا، أَفَتَرَى أَنْ نَكْتُبَ بَعْضَهَا؟

“Sesungguhnya kami mendengar beberapa ucapan orang Yahudi yang kami kagum padanya, apakah menurutmu boleh kami mencatat sebagiannya?”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

أَمُتَهَوِّكُونَ أَنْتُمْ كَمَا تَهَوَّكَتِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى؟ لَقَدْ جِئْتُكُمْ بِهَا بَيْضَاءَ نَقِيَّةً، وَلَوْ كَانَ مُوسَى حَيًّا مَا وَسِعَهُ إِلاَّ اتِّبَاعِي

“Apakah kalian adalah orang-orang yang bingung seperti bingungnya Yahudi dan Nasrani? Sungguh, aku telah membawa untuk kalian syariat yang putih dan bersih. Seandainya Musa ‘alaihissalam hidup sekarang ini, maka tidak diperkenankan baginya kecuali harus mengikutiku.”

Sanad hadits Jabir radhiallahu ‘anhu di atas dha’if (lemah) dengan sebab Mujalid. Al-Haitsami berkata, “Dalam hadits ini ada Mujalid bin Sa’id, dia dilemahkan oleh Ahmad, Yahya bin Sa’id, dan selainnya.” (Majma’ Zawaid, 1/174)

Hadits ini memiliki banyak syawahid (penguat) di antaranya riwayat dalam Musnad Abu Ya’la al-Mushili (2/426—427), dan dinyatakan hasan oleh asy-Syaikh al-Albani dalam Irwaul Ghalil (6/338—340 no. 1589; 6/34—38 no. 1589).

Tarbiyah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambenar-benar membekas pada diri-diri sahabat. Segenap waktu dan tenaga mereka curahkan untuk mempelajari al-Qur’an dari segala sisinya, dan mereka tidak disibukkan oleh membaca kitab-kitab dan berita Ahlul Kitab.

Pesan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga diajarkan sahabat kepada murid-murid mereka, para tabiin. Dalam sebuah atsar disebutkan,

أَنَّ أَباَ قُرَّةٍ الْكِنْدِي أَتَى ابْنَ مَسْعُودٍ بِكِتَابٍ، فَقَالَ: إِنِّي قَرَأْتُ هَذَا بِالشَّامِ فَأَعْجَبَنِي، فَإِذَا هُوَ كِتَابٌ مِنْ كُتُبِ أَهْلِ الْكِتَابِ، فَقَالَ ابْنُ مَسْعُودٍ: إِنَّمَا أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِاتِّبَاعِهِمْ الْكُتُبَ وَتَرْكِهِمْ كِتَابَ اللهِ. فَدَعاَ بِطَسْتٍ وَمَاءٍ فَوَضَعَهُ فِيهِ وَأَمَاثَهُ بِيَدِهِ حَتَّى رَأَيْتُ سَوَادَ الْمِدَادِ

Abu Qurrah al-Kindi menjumpai Ibnu Mas’ud dengan membawa sebuah kitab. Abu Qurrah berkata, “Aku membaca kitab ini di Syam, aku pun terkagum, ternyata ini salah satu kitab dari kitabkitab Yahudi dan Nasrani!”

Ibnu Mas’ud berkata, “Sungguh umat-umat sebelum kalian binasa karena sibuk dengan kitab-kitab (yang telah bercampur dengan kebatilan, -pen.) dan meninggalkan Kitab Allah!”

Kemudian Ibnu Mas’ud minta didatangkan baskom berisi air dan beliau rendam kitab itu di dalamnya, beliau remas-remas hingga aku lihat air menghitam karena tinta.‎

Bukan Berarti Semua yang datang dari Ahlul Kitab Batil

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang Umar radhiallahu ‘anhu dan umatnya membaca atau menukil sebagian dari isi kitab yang datang dari ahli kitab tersebut, bukan karena beliaushallallahu ‘alaihi wa sallam mengingkari kebenaran yang kadang mereka sampaikan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang karena beliau telah membawa syariat yang sempurna yang telah cukup bagi umatnya sehingga tidak perlu mengambil alternatif lainnya.

Sebagai penutup para rasul, Allah ‘azza wa jallamenjadikan syariat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai penutup seluruh syariat. Sudah menjadi sebuah kepastian bahwasanya Allah ‘azza wa jalla menurunkan al-Qur’an sebagai kitab yang sempurna, menerangkan segala yang dibutuhkan, cocok di setiap zaman dan keadaan, dan dijaga kemurniannya hingga kiamat kelak.

Segala sesuatu dalam syariat nabi Muhammadshallallahu ‘alaihi wa sallam telah Allah ‘azza wa jalla terangkan dengan jelas dan terang seperti yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamsabdakan dalam hadits di atas,

لَقَدْ جِئْتُكُمْ بِهَا بَيْضَاءَ نَقِيَّةً

“Sungguh aku telah datang kepada kalian dengan membawa agama yang putih bersih.”

Demikianlah al-Qur’an, tidak ada satu kebaikan pun kecuali al-Qur’an telah menyebutkannya, menjelaskannya, dan mendorong manusia untuk mencapainya. Tidak pula ada kejelekan kecuali al-Qur’an telah memperingatkan darinya dan menjelaskan tentang kejelekannya.

Semua kebaikan yang ada dalam kitab-kitab atau syariat yang telah lalu pun telah termuat dalam al-Qur’an sebagaimana ditunjukkan dalam firman Allah ‘azza wa jalla,

“Dan Kami telah turunkan kepadamu al-Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu. Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang….” (al-Maidah: 48)

Alasan lain beliau melarang umat membaca buku-buku ahlul kitab, kekhawatiran beliau akan terjatuhnya umat ini dalam penyimpangan, menganggap kebenaran yang mereka bawa sebagai kebatilan, dan menganggap kebatilan yang mereka bawa sebagai kebenaran.

Pembaca rahimakumullah, hadits Jabir radhiallahu ‘anhu dalam majelis kali ini adalah salah satu dalil yang menunjukkan tidak diperbolehkanmya seorang membaca kitab Taurat dan Injil yang saat ini telah berubah jauh dari aslinya dan memuat kebatilan yang bersumber dari tangantangan manusia.

Secara lebih rinci, dalam masalah ini sesungguhnya ada dalil lain yang secara lahiriah menunjukkan bolehnya membaca Taurat dan Injil. Tentu saja sepintas dalil tersebut bertolak belakang dengan hadits Jabir. Oleh karena itu, ada baiknya kita ketengahkan dua kelompok dalil tersebut kemudian kita melihat cara mengompromikannya, wa billahit taufiq.‎

Dalil-Dalil yang Secara Lahiriah berisi Larangan Membaca Taurat dan Injil

Dalil pertama adalah hadits Jabir bin Abdillahradhiallahu ‘anhuma tentang kisah Umar radhiallahu ‘anhu yang telah kita jelaskan takhrij haditsnya.

Dalil kedua,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: كَانَ أَهْلُ الْكِتَابِ يَقْرَءُونَ التَّوْرَاةَ بِالْعِبْرَانِيَّةِ وَيُفَسِّرُونَهَا بِالْعَرَبِيَّةِ لِأَهْلِ الْإِسْلَامِ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ: لَا تُصِدِّقُوا أَهْلَ  الْكِتَابَ وَلَا تُكَذِّبُوهُمْ، وَقُولُوا: آمَنَّا بِاللهِ وَمَا أُنْزِلَ الْآيَةُ

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhuma beliau berkata, “Dahulu Ahlul kitab membaca Taurat dengan bahasa Ibrani dan mereka tafsirkan dengan bahasa Arab kepada ahlul Islam (muslimin).” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jangan kalian percayai mereka jangan pula kalian dustakan namun katakanlah (seperti dalam ayat):

Katakanlah (hai orang-orang mukmin), ‘Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Ya’kub, dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Rabbnya. Kami tidakmembeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.’ (al-Baqarah: 136)”

Hadits ini sahih, diriwayatkan oleh al-Bukhari melalui jalan Yahya bin Abi Katsir dari Abu Salamah dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu. (Fathul Bari 5/291 dan 8/170) Diriwayatkan pula oleh al-Baihaqi dalam Sunan al-Kubra (10/163).

Dalil ketiga,

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: يَا مَعْشَرَ الْمُسْلِمِينَ، كَيْفَ تَسْأَلُونَ أَهْلَ الْكِتَابِ وَكِتَابُكُمُ الَّذِي أُنْزِلَ عَلَى نَبِيِّهِ أَحْدَثُ الْأَخْبَارِ باِللهِ تَقْرَءُونَهُ لَمْ يشب وَقَدْ حَدَّثَكُمُ اللهُ أَنَّ أَهْلَ الْكِتَابِ بَدَّلُوا مَا كَتَبَ اللهُ وَغَيَّرُوا بِأَيْدِيهِمُ الْكِتَابَ، فَقَالُوا: هُوَ مِنْ عِنْدِ اللهِ، لِيَشْتَرُوا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا؛ أَفَلَا يَنْهَاكُمْ مَا جَاءَكُمْ مِنَ الْعِلْم عَنْ مُسَاءَلَتِهِمْ وَلاَ وَاللهِ مَا رَأَيْنَا مِنْهُمْ رَجُلًا قَطُّ يَسْأَلُكُمْ عَنِ الَّذِي أُنْزِلَ عَلَيْكُمْ

Dari Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhuma beliau berkata, “Wahai sekalian kaum muslimin, mengapa kalian bertanya kepada Ahlul Kitab sementara Kitab kalian (al-Qur’an) yang Allah turunkan kepada Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah kitab yang terbaru (terakhir turun) dari sisi Allah, dan kalian membacanya, bukankah Allah telah mengabarkan bahwa Ahlul Kitab telah mengubahrubah syariat yang Allah wajibkan atas mereka, dan mereka ubah kitab Allah dengan tangan-tangan mereka kemudian mereka berkata (seperti yang Allah ‘azza wa jallakabarkan). Apakah tidak ada ilmu yang datang kepada kalian yang melarang kalian dari bertanya-tanya kepada Ahlul Kitab? Tidak! Demi Allah, aku tidak pernah melihat salah satu dari mereka (Ahlul Kitab) bertanya kepada kalian tentang al-Qur’an! (Mengapa kalian justru bertanya kepada mereka? –pen)

Atsar Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma ini diriwayatkan al-Bukhari (Fathul Bari 5/291), dari guru beliau Yahya bin Bukair, diriwayatkan pula oleh Ibnu Abdil Barr dalam Jami Bayan al-‘Ilm(2/41).

Dalil keempat,

لَا تَسْأَلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ فَإِنَّهُمْ لَنْ يَهْدُوكُمْ وَقَدْ ضَلُّوا

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu, beliau berkata, “Jangan kalian bertanya kepada Ahlul Kitab karena mereka tidak akan membimbing kalian bahkan mereka telah sesat.”

Atsar Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu ini diriwayatkan oleh Ibnu Abdil Barr dalam Jami Bayan al-Ilm (2/41). Berkata Ibnu Hajar al-Asqalani, “Diriwayatkan oleh Abdur Razaq melalui jalan Huraits bin Dhahir, dan diriwayatkan pula oleh Sufyan ats-Tsauri melalui jalan ini dan sanad haditsnya hasan.” (Fathul Bari 6/334)

Atsar Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu ini sebenarnya diriwayatkan secara marfu’ dari Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam namun yang benar riwayatnya mauquf, Allahu a’lam.‎

Dalil-Dalil yang Secara Lahiriah Menunjukkan Bolehnya Membaca Taurat dan Injil

“Maka jika kamu (Muhammad) berada dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca kitab sebelum kamu.Sesungguhnya telah datang kebenaran kepadamu dari Rabbmu, sebab itu janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu.” (Yunus: 94)

Berkatalah orang-orang kafir, “Kamu bukan seorang yang dijadikan Rasul.”  Katakanlah, “Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dan kamu dan antara orang yang mempunyai ilmu al-Kitab.” (ar-Ra’d: 43)

عَنْ أَبِي كَبْشَةَ السَّلُولِي، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو قَال: قَالَ رَسُولُ اللهِ : بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آَيَةً، وَحَدِّثُوا عَن بَنِي إِسْرَائِيلَ وَلَا حَرَجَ، وَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ

Dari Abu Kabsyah as-Saluli dari Abdullah bin ‘Amrradhiallahu ‘anhuma beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sampaikan dariku walaupun satu ayat,sampaikan berita dari Bani Israil, tidak mengapa. Barang siapa berdusta atasku dengan sengaja, hendaknya dia menempatkan dirinya dalam neraka.” (HR. at-Tirmidzi, beliau katakan, “Hadits hasan sahih.”)

عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ قَالَ: لَقِيتُ عَبْدَ اللهِ بْنَ عَمْرِو بْنَ الْعَاصِ قُلْتُ: أَخْبِرْنِي عَنْ صِفَةِ رَسُولِ اللهِ فِي التَّوْرَاةِ. قَالَ: أَجَلْ، وَاللهِ، إِنَّهُ لَمَوصُوفٌ فِي التَّوْرَاةِ بِبَعْضِ صِفَتِهِ فِي الْقُرْآنِ: يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا، وَحِرْزًا لِلْأُمِّيِّيْنَ، أَنْتَ عَبْدِي وَرَسُولِي، سَمَّيْتُكَ الْمُتَوَكِّلَ، لَيْسَ بِفَظٍّ وَلَا غَلِيظٍ وَلاَ صَخَّابٍ فِي الْأَسْوَاقِ، وَلَا يَدْفَعُ بِالسَّيِّئَةِ السَّيِّئَةَ وَلَكِنْ يَعْفُو وَيَغْفِرُ، وَلَنْ يَقْبِضَهُ اللهُ حَتَّى يُقِيمَ بِهِ الْمِلَّةَ الْعَوْجَاءَ بِأَنْ يَقُولُوا: لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَيَفْتَحُ بِهَا أَعْيُنًا عُمْيًا وَأَذَانًا صُمًّا وَقُلُوبًا غُلْفًا.

Dari Atha’ bin Yasar, Aku bertemu dengan Abdullah bin Amr bin al-Ash radhiallahu ‘anhuma, aku bertanya, “Kabarkan kepadaku tentang sifat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam Taurat.”

Kata Abdullah bin Amr, “Baiklah, demi Allah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam disebut sifatnya dalam at-Taurat dengan sebagian sifat yang telah tersebut dalam al-Qur’an,  ‘Wahai nabi, sesungguhnya kami utus engkau sebagai saksi, pemberi kabar gembira, dan peringatan.’ (al-Ahzab: 45)

‘Juga sebagai pelindung bagi kaum yang ummi. Engkau adalah hamba-Ku dan Rasul-Ku. Aku beri nama engkau al-Mutawakkil, bukan seorang yang keras dan kasar, tidak pula berkata kotor di pasar-pasar, tidak membalas kejelekan dengan kejelekan tetapi memaafkan, dan Allah ‘azza wa jalla tidak mewafatkannya hingga Allah ‘azza wa jallategakkan dengan beliau agama dan manusia mengucapkan kalimat: Laa ilaahailallah… dengan diutusnya ia, Allah ‘azza wa jalla bukakan mata-mata yang buta, telinga telinga yang tuli dan hati-hati yang terkunci…’.”

Atsar ini diriwayatkan al-Bukhari di dua tempat dalam Shahih-nya, pertama dalam Kitab al-Buyu’(Perdagangan) Bab “Dibencinya Sakhab/Membuat Kegaduhan/Berteriak dalam Pasar”; kedua dalam kitab at-Tafsir no. 4838 no. 2125. Lihat Fathul Bari(4/343), beliau keluarkan pula dalam al-Adabul ‎Mufrad. Diriwayatkan pula oleh al-Imam Ahmad dalam al-Musnad (2/174 no. 6622).‎

D. Kedudukan Al Qur’an di antara Kitab-kitab terdahulu

Kedudukan al-Qur’an di antara kitab-kitab terdahulu dapat disimpulkan dalam beberapa hal di bawah ini :
1. Al- Qur’an menghapus kitab terdahulu, baik secara lafadz maupun hukum, karena :
a. Di dalam kitab-kitab tersebut terjadi tahrif (penyimpangan dan perubahan).
b. Hukumnya bersifat khusus bagi kaum Israil dan terbatas pada zaman tertentu.

Dalil tentang Al-Qur’an menghapus kitab terdahulu adalah perintah Allah Ta’ala kepada Rasul agar berhukum dengan Al-Qur’an dalam memutuskan perkara manusia yang berbeda agamanya. Firman Allah :

ﺇِﻧَّﺎ ﺃَﻧْﺰَﻟْﻨَﺎ ﺇِﻟَﻴْﻚَ ﺍﻟْﻜِﺘَﺎﺏَ ﺑِﺎﻟْﺤَﻖِّ ﻟِﺘَﺤْﻜُﻢَ ﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﺑِﻤَﺎ ﺃَﺭَﺍﻙَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻭَﻟَﺎ ﺗَﻜُﻦْ ﻟِﻠْﺨَﺎﺋِﻨِﻴﻦَ ﺧَﺼِﻴﻤًﺎ

Sesungguhnya kami Telah menurunkan Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang Telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), Karena (membela) orang-orang yang khianat. (QS. An-Nisa’/4 : 105)

2. Sifat isinya yang merangkum kitab-kitab terdahulu.
Firman Allah :

ﻭَﺃَﻧْﺰَﻟْﻨَﺎ ﺇِﻟَﻴْﻚَ ﺍﻟْﻜِﺘَﺎﺏَ ﺑِﺎﻟْﺤَﻖِّ ﻣُﺼَﺪِّﻗًﺎ ﻟِﻤَﺎ ﺑَﻴْﻦَ ﻳَﺪَﻳْﻪِ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻜِﺘَﺎﺏِ ﻭَﻣُﻬَﻴْﻤِﻨًﺎ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻓَﺎﺣْﻜُﻢْ ﺑَﻴْﻨَﻬُﻢْ ﺑِﻤَﺎ ﺃَﻧْﺰَﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻭَﻟَﺎ ﺗَﺘَّﺒِﻊْ ﺃَﻫْﻮَﺍﺀَﻫُﻢْ ﻋَﻤَّﺎ ﺟَﺎﺀَﻙَ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺤَﻖِّ ﻟِﻜُﻞٍّ ﺟَﻌَﻠْﻨَﺎ ﻣِﻨْﻜُﻢْ ﺷِﺮْﻋَﺔً ﻭَﻣِﻨْﻬَﺎﺟًﺎ ﻭَﻟَﻮْ ﺷَﺎﺀَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻟَﺠَﻌَﻠَﻜُﻢْ ﺃُﻣَّﺔً ﻭَﺍﺣِﺪَﺓً ﻭَﻟَﻜِﻦْ ﻟِﻴَﺒْﻠُﻮَﻛُﻢْ ﻓِﻲ ﻣَﺎ ﺁﺗَﺎﻛُﻢْ ﻓَﺎﺳْﺘَﺒِﻘُﻮﺍ ﺍﻟْﺨَﻴْﺮَﺍﺕِ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻣَﺮْﺟِﻌُﻜُﻢْ ﺟَﻤِﻴﻌًﺎ ﻓَﻴُﻨَﺒِّﺌُﻜُﻢْ ﺑِﻤَﺎ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﻓِﻴﻪِ ﺗَﺨْﺘَﻠِﻔُﻮﻥَ

Dan kami Telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang Telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang terang. sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah- lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang Telah kamu perselisihkan itu, (QS. Al- Maidah/5:48).

3. Sifatnya yang umum bagi seluruh manusia di setiap tempat dan waktu.
Firman Allah :

ﺗَﺒَﺎﺭَﻙَ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﻧَﺰَّﻝَ ﺍﻟْﻔُﺮْﻗَﺎﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﻋَﺒْﺪِﻩِ ﻟِﻴَﻜُﻮﻥَ ﻟِﻠْﻌَﺎﻟَﻤِﻴﻦَ ﻧَﺬِﻳﺮًﺍ

Maha Suci Allah yang Telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam, (QS. Al-Furqan/25:1)

4. Al-Qur’an mencakup dasar-dasar petunjuk manusia beserta cabang-cabangnya.
Firman Allah :

ﻳَﺎ ﺃَﻫْﻞَ ﺍﻟْﻜِﺘَﺎﺏِ ﻗَﺪْ ﺟَﺎﺀَﻛُﻢْ ﺭَﺳُﻮﻟُﻨَﺎ ﻳُﺒَﻴِّﻦُ ﻟَﻜُﻢْ ﻛَﺜِﻴﺮًﺍ ﻣِﻤَّﺎ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺗُﺨْﻔُﻮﻥَ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻜِﺘَﺎﺏِ ﻭَﻳَﻌْﻔُﻮ ﻋَﻦْ ﻛَﺜِﻴﺮٍ ﻗَﺪْ ﺟَﺎﺀَﻛُﻢْ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻧُﻮﺭٌ ﻭَﻛِﺘَﺎﺏٌ ﻣُﺒِﻴﻦٌ • ﻳَﻬْﺪِﻱ ﺑِﻪِ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻣَﻦِ ﺍﺗَّﺒَﻊَ ﺭِﺿْﻮَﺍﻧَﻪُ ﺳُﺒُﻞَ ﺍﻟﺴَّﻠَﺎﻡِ ﻭَﻳُﺨْﺮِﺟُﻬُﻢْ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻈُّﻠُﻤَﺎﺕِ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻨُّﻮﺭِ ﺑِﺈِﺫْﻧِﻪِ ﻭَﻳَﻬْﺪِﻳﻬِﻢْ ﺇِﻟَﻰ ﺻِﺮَﺍﻁٍ ﻣُﺴْﺘَﻘِﻴﻢٍ

Hai ahli kitab, Sesungguhnya Telah datang kepadamu Rasul kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya Telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan. Dengan Kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan Kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. (QS. Al- Maidah/5:15-16).

5. Allah berjanji akan menjaganya.
Firman Allah :

ﺇِﻧَّﺎ ﻧَﺤْﻦُ ﻧَﺰَّﻟْﻨَﺎ ﺍﻟﺬِّﻛْﺮَ ﻭَﺇِﻧَّﺎ ﻟَﻪُ ﻟَﺤَﺎﻓِﻈُﻮﻥَ 

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya. (QS. Al- Hijr/15:9).

Adapun wujud janji Allah tersebut adalah sebagai berikut :
a. Adanya umat yang kuat hafalannya.
b. Menghafalnya mudah. Firman Alah :

ﻭَﻟَﻘَﺪْ ﻳَﺴَّﺮْﻧَﺎ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥَ ﻟِﻠﺬِّﻛْﺮِ ﻓَﻬَﻞْ ﻣِﻦْ ﻣُﺪَّﻛِﺮٍ

Dan Sesungguhnya Telah kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran? (QS. Al- Qamar/54:17)

c. Adanya umat yang mapan di muka bumi
d. Adanya para penghafal dalam setiap abad yang mengecek dengan detail setiap tulisan yang ditulis dalam lembaran- lembaran.

E. Konsekwensi Iman kepada Al-Qur’an

Setelah diuraikan di atas bahwa kitab-kitab terdahulu telah mengalamai penyimpangan bahkan di antara kitab-kitab itu sudah tidak ada wujudnya lagi, maka seorang mukmin harus beriman bahwa hanya al-Qur’an lah satu-satunya kitab Allah yang musih murni yang bisa dijadikan pedoman hidup. Namun keimanan ini tidak cukup hanya diucapkan, melainkan menuntut adanya konsekwensi.
Konsekwensi itu adalah :

1. Mempelajari dan mengajarkannya, baik secara tilawah, memahami, melaksanakan dan menghafal.
Firman Allah :

ﻣَﺎ ﻛَﺎﻥَ ﻟِﺒَﺸَﺮٍ ﺃَﻥْ ﻳُﺆْﺗِﻴَﻪُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺍﻟْﻜِﺘَﺎﺏَ ﻭَﺍﻟْﺤُﻜْﻢَ ﻭَﺍﻟﻨُّﺒُﻮَّﺓَ ﺛُﻢَّ ﻳَﻘُﻮﻝَ ﻟِﻠﻨَّﺎﺱِ ﻛُﻮﻧُﻮﺍ ﻋِﺒَﺎﺩًﺍ ﻟِﻲ ﻣِﻦْ ﺩُﻭﻥِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﻟَﻜِﻦْ ﻛُﻮﻧُﻮﺍ ﺭَﺑَّﺎﻧِﻴِّﻴﻦَ ﺑِﻤَﺎ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺗُﻌَﻠِّﻤُﻮﻥَ ﺍﻟْﻜِﺘَﺎﺏَ ﻭَﺑِﻤَﺎ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺗَﺪْﺭُﺳُﻮﻥَ

Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al-kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." akan tetapi (Dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, Karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya. (QS. Ali Imran/3:79)

Sabda Rasulullah saw. :

ﺧَﻴْﺮُﻛُﻢْ ﻣَﻦْ ﺗَﻌَﻠَّﻢَ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥَ ﻭَﻋَﻠَّﻤَﻪُ

Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al- Qur’an dan mengajarkannya. (HR. Bukhari, Abu Daud dan Tirmidzi)

2. Menjadikannya sebagai pedoman membina jiwa dan diri.

Firman Allah :

ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﻗَﺪْ ﺟَﺎﺀَﺗْﻜُﻢْ ﻣَﻮْﻋِﻈَﺔٌ ﻣِﻦْ ﺭَﺑِّﻜُﻢْ ﻭَﺷِﻔَﺎﺀٌ ﻟِﻤَﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟﺼُّﺪُﻭﺭِ ﻭَﻫُﺪًﻯ ﻭَﺭَﺣْﻤَﺔٌ ﻟِﻠْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ

Hai manusia, Sesungguhnya Telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. Yunus/10 : 57)

3. Menerima dan tunduk akan hukum-hukumnya.
Firman Allah :

ﻭَﻣَﺎ ﻛَﺎﻥَ ﻟِﻤُﺆْﻣِﻦٍ ﻭَﻟَﺎ ﻣُﺆْﻣِﻨَﺔٍ ﺇِﺫَﺍ ﻗَﻀَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻭَﺭَﺳُﻮﻟُﻪُ ﺃَﻣْﺮًﺍ ﺃَﻥْ ﻳَﻜُﻮﻥَ ﻟَﻬُﻢُ ﺍﻟْﺨِﻴَﺮَﺓُ ﻣِﻦْ ﺃَﻣْﺮِﻫِﻢْ ﻭَﻣَﻦْ ﻳَﻌْﺺِ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻭَﺭَﺳُﻮﻟَﻪُ ﻓَﻘَﺪْ ﺿَﻞَّ ﺿَﻠَﺎﻟًﺎ ﻣُﺒِﻴﻨًﺎ

Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan rasul-Nya Telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan barangsiapa mendurhakai Allah dan rasul-Nya Maka sungguhlah dia Telah sesat, sesat yang nyata. (QS. Al-Ahzab/33 : 36)
Firman Allah yang lain :

ﻓَﻠَﺎ ﻭَﺭَﺑِّﻚَ ﻟَﺎ ﻳُﺆْﻣِﻨُﻮﻥَ ﺣَﺘَّﻰ ﻳُﺤَﻜِّﻤُﻮﻙَ ﻓِﻴﻤَﺎ ﺷَﺠَﺮَ ﺑَﻴْﻨَﻬُﻢْ ﺛُﻢَّ ﻟَﺎ ﻳَﺠِﺪُﻭﺍ ﻓِﻲ ﺃَﻧْﻔُﺴِﻬِﻢْ ﺣَﺮَﺟًﺎ ﻣِﻤَّﺎ ﻗَﻀَﻴْﺖَ ﻭَﻳُﺴَﻠِّﻤُﻮﺍ ﺗَﺴْﻠِﻴﻤًﺎ

Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, Kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (QS. An-Nisa’/4 : 65)

4. Mengajak / mendakwahkan orang lain kepada AlQur’an.
Firman Allah :

ﺇِﻧَّﺎ ﺃَﻧْﺰَﻟْﻨَﺎ ﺍﻟﺘَّﻮْﺭَﺍﺓَ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻫُﺪًﻯ ﻭَﻧُﻮﺭٌ ﻳَﺤْﻜُﻢُ ﺑِﻬَﺎ ﺍﻟﻨَّﺒِﻴُّﻮﻥَ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺃَﺳْﻠَﻤُﻮﺍ ﻟِﻠَّﺬِﻳﻦَ ﻫَﺎﺩُﻭﺍ ﻭَﺍﻟﺮَّﺑَّﺎﻧِﻴُّﻮﻥَ ﻭَﺍﻟْﺄَﺣْﺒَﺎﺭُ ﺑِﻤَﺎ ﺍﺳْﺘُﺤْﻔِﻈُﻮﺍ ﻣِﻦْ ﻛِﺘَﺎﺏِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﻛَﺎﻧُﻮﺍ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺷُﻬَﺪَﺍﺀَ ﻓَﻠَﺎ ﺗَﺨْﺸَﻮُﺍ ﺍﻟﻨَّﺎﺱَ ﻭَﺍﺧْﺸَﻮْﻥِ ﻭَﻟَﺎ ﺗَﺸْﺘَﺮُﻭﺍ ﺑِﺂﻳَﺎﺗِﻲ ﺛَﻤَﻨًﺎ ﻗَﻠِﻴﻠًﺎ ﻭَﻣَﻦْ ﻟَﻢْ ﻳَﺤْﻜُﻢْ ﺑِﻤَﺎ ﺃَﻧْﺰَﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻓَﺄُﻭﻟَﺌِﻚَ ﻫُﻢُ ﺍﻟْﻜَﺎﻓِﺮُﻭﻥَ • ﻭَﻛَﺘَﺒْﻨَﺎ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ﻓِﻴﻬَﺎ ﺃَﻥَّ ﺍﻟﻨَّﻔْﺲَ ﺑِﺎﻟﻨَّﻔْﺲِ ﻭَﺍﻟْﻌَﻴْﻦَ ﺑِﺎﻟْﻌَﻴْﻦِ ﻭَﺍﻟْﺄَﻧْﻒَ ﺑِﺎﻟْﺄَﻧْﻒِ ﻭَﺍﻟْﺄُﺫُﻥَ ﺑِﺎﻟْﺄُﺫُﻥِ ﻭَﺍﻟﺴِّﻦَّ ﺑِﺎﻟﺴِّﻦِّ ﻭَﺍﻟْﺠُﺮُﻭﺡَ ﻗِﺼَﺎﺹٌ ﻓَﻤَﻦْ ﺗَﺼَﺪَّﻕَ ﺑِﻪِ ﻓَﻬُﻮَ ﻛَﻔَّﺎﺭَﺓٌ ﻟَﻪُ ﻭَﻣَﻦْ ﻟَﻢْ ﻳَﺤْﻜُﻢْ ﺑِﻤَﺎ ﺃَﻧْﺰَﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻓَﺄُﻭﻟَﺌِﻚَ ﻫُﻢُ ﺍﻟﻈَّﺎﻟِﻤُﻮﻥَ • ﻭَﻗَﻔَّﻴْﻨَﺎ ﻋَﻠَﻰ ﺁﺛَﺎﺭِﻫِﻢْ ﺑِﻌِﻴﺴَﻰ ﺍﺑْﻦِ ﻣَﺮْﻳَﻢَ ﻣُﺼَﺪِّﻗًﺎ ﻟِﻤَﺎ ﺑَﻴْﻦَ ﻳَﺪَﻳْﻪِ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺘَّﻮْﺭَﺍﺓِ ﻭَﺁﺗَﻴْﻨَﺎﻩُ ﺍﻟْﺈِﻧْﺠِﻴﻞَ ﻓِﻴﻪِ ﻫُﺪًﻯ ﻭَﻧُﻮﺭٌ ﻭَﻣُﺼَﺪِّﻗًﺎ ﻟِﻤَﺎ ﺑَﻴْﻦَ ﻳَﺪَﻳْﻪِ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺘَّﻮْﺭَﺍﺓِ ﻭَﻫُﺪًﻯ ﻭَﻣَﻮْﻋِﻈَﺔً ﻟِﻠْﻤُﺘَّﻘِﻴﻦَ • ﻭَﻟْﻴَﺤْﻜُﻢْ ﺃَﻫْﻞُ ﺍﻟْﺈِﻧْﺠِﻴﻞِ ﺑِﻤَﺎ ﺃَﻧْﺰَﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻓِﻴﻪِ ﻭَﻣَﻦْ ﻟَﻢْ ﻳَﺤْﻜُﻢْ ﺑِﻤَﺎ ﺃَﻧْﺰَﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻓَﺄُﻭﻟَﺌِﻚَ ﻫُﻢُ ﺍﻟْﻔَﺎﺳِﻘُﻮﻥَ

Sesungguhnya kami Telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. dan janganlah kamu menukar ayat- ayat-Ku dengan harga yang sedikit. barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang- orang yang kafir. Dan kami Telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka (pun) ada kisasnya. barangsiapa yang melepaskan (hak kisas) nya, Maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang- orang yang zalim. Dan kami iringkan jejak mereka (nabi nabi Bani Israil) dengan Isa putera Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. dan kami Telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang didalamnya (ada) petunjuk dan dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa. Dan hendaklah orang-orang pengikut Injil, memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah didalamnya. barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik. (QS. Al- Maidah/ 5:44-47)

5. Membumikannya (menegakkannya di atas permukaan bumi .
Firman Allah :

ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺃَﻧْﺰَﻝَ ﺍﻟْﻜِﺘَﺎﺏَ ﺑِﺎﻟْﺤَﻖِّ ﻭَﺍﻟْﻤِﻴﺰَﺍﻥَ ﻭَﻣَﺎ ﻳُﺪْﺭِﻳﻚَ ﻟَﻌَﻞَّ ﺍﻟﺴَّﺎﻋَﺔَ ﻗَﺮِﻳﺐٌ

Allah-lah yang menurunkan Kitab dengan (membawa) kebenaran dan (menurunkan) neraca (keadilan). dan tahukah kamu, boleh jadi hari kiamat itu (sudah) dekat ? (QS. Asy-Syura’/42:17)
Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda‎

Tidak ada komentar:

Posting Komentar