Kutatap awan hitam tutupi cahaya bintang malam hari.
Hati resah dan hendak kemana dibawa lari.
Perjalanan usia membuat banyak yang disadari.
Bahwa semua taqdir dari-Nya Sang Maha Pemberi.
Tak tahu kemana perih akan dibawa.
Mungkin sebentar lagi jasad akan berpisah jiwa.
Akan disimpan rapi semua hikmah dibalik peristiwa.
Dan perihpun akan disembunyikan dibalik tawa.
Bila kematian lebih dahulu mendatangiku.
Dan jasad rapuh ini kelak telah terbaring kaku.
Ingatlah pesan-pesan kehidupan yang pernah lahir dari mulutku.
Karena ia lahir dari ketulusan dan kasih sayangku.
Tak tahu, apa lagi yang harus dilakukan.
Bila terlalu mudah ikatan yang kuat diputuskan.
Terasa sangat sedih manakala diri dicampakkan.
Dan beratnya diri menahan duka dalam tangisan.
Ada hikmah yang disampaikan oleh manusia bijak.
Rindu manusia pada keharuman bunga setelah ia tercampak.
Rindu hati akan datang setelah ikatan retak.
Yang takkan kembali seperti perginya awan berarak.
Mengapa manusia harapkan kesempurnaan.
Dibalik harum mawar ada duri yang membahayakan.
Dibalik indahnya kobra ada bisa yang menyakitkan.
Sungguh dibalik bahagia yang didapat pasti ada kekurangan.
Biarlah duka tersimpan dalam jiwa yang terasing.
Sendiri bagai pasir di tengah gurun nan kering.
Bak batu karang yang hanyut setelah runtuhnya tebing.
Dan hilang dengan datangnya kematian yang beriring.
Tak tahu, kemana diri harus melangkah.
Setiap saat dan tempat mengalir hati yang duka.
Torehkan perih siraman garam di atas luka.
Dan kelak sampai maut datang berakhir sudah.
Betapapun aku melukiskan keagungan'Mu Ya Allah,
bersama huruf terangkai menjadi kata atau kalimat,
tak jua mampu meliputi rasa rinduku pada'Mu
keindahan yang Engkau tawarkan kepadaku
tak mampu kuukir dengan keindahan kata sebagai rasa syukurku
Ya Rabb....
betapa kerinduanku telah membuat setiap desah nafasku terperanggah oleh keindahan yang kau tawarkan lewat kisi kalbuku
semua keindahan itu menjadikan aku
tuk selalu bersyukur atas nikmat'Mu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar