Bendera hitam atau putih bertuliskan kalimat tauhid selalu diidentikkan oleh sebagian kelompok sebagai bendera Islam atau bendera Rasulullah. Dengan anggapan ini, kalau ada bendera lain yang tidak serupa dengan bendera Rasulullah, dianggap bukan Islam dan tidak sesuai dengan tuntunan Rasulullah.
Bendera dan panji, menempati posisi yang agung sebagai simbol suatu negara, begitu pula bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai pemimpin Negara Islam pertama di Madinah Al-Munawwarah. Hal itu dibuktikan dalil-dalil sunnah dan atsar, dirinci penjelasannya oleh para ulama mu’tabar.
Para ulama dari masa ke masa senantiasa mengulas bendera dan panji yang dijuluki Al-Liwa dan Ar-Rayah ini, berikut karakteristik, kedudukan dan fungsinya yang sangat istimewa.
Saat ini kaum Muslim dihadapkan pada upaya mungkar, stigmatisasi negatif dan kriminalisasi panji Al-Liwa dan Ar-Rayah dan para pengembannya.
Bagaimana mendudukkan Al-Liwa dan Ar-Rayah sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat bersikap?
Al-Liwa dan Ar-Rayah merupakan nama untuk bendera dan panji Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Secara bahasa, keduanya berkonotasi Al-‘Alam (bendera). Secra syar’i, Al-Liwa (jamaknya : Al-Alwiyah) dinamakan pula Ar-Rayah Al-‘Azhimah (panji agung), dikenal sebagai bendera negara atau simbol kedudukan pemimpin, yang tidak dipegang kecuali oleh pemimpin tertinggi peperangan atau komandan brigade pasukan (amir Al-Jaisy) yakni Khalifah itu sendiri, atau orang yang menerima mandat dari Khalifah, sebagai simbol kedudukan komandan pasukan. Ia memiliki karakteristik berwarna putih, dengan khath berwarna hitam :
لا إله إلا الله محمد رسول الله
“Laa Ilaaha Illallaah Muhammad Rasulullah” berjumlah satu.
Sedangkan Ar-Rayah (jamaknya : Ar-rayat), ia adalah panji (Al-‘Alam) berwarna hitam, dengan khath berwarna putih :
لا إله إلا الله محمد رسول الله
“Laa Ilaaha Illallaah Muhammad Rasulullah”, dinamakan pula Al-‘Uqab.
Ar-Rayahnberukuran lebih kecil daripada Al-Liwa dan digunakan sebagai panji jihad para pemimpin detasemen pasukan (satuan-satuan pasukan (kata’ib), tersebar sesuai dengan jumlah pemimpin detasemen dalam pasukan, sehingga berjumlah lebih dari satu.
Dalil-Dalil Al-Liwa & Ar-Rayah
Banyak dalil-dalil sunnah dan atsar yang menjelaskan tentang Al-Liwa dan Ar-Rayah, diantaranya dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu :
كَانَ لِوَاءُ -صلى الله عليه وسلم- أَبْيَضَ، وَرَايَتُهُ سَوْدَاءَ
“Bendera (Liwa) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berwarna putih, dan panjinya (Rayah) berwarna hitam.” (HR. Al-Hakim, Al-Baghawi, At-Tirmidzi)
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ’anhu :
كَانَتْ رَايَةُ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- سَوْدَاءَ وَلِوَاؤُهُ أَبْيَضُ، مَكْتُوبٌ عَلَيْه ِ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ
“Panjinya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berwarna hitam, dan benderanya (Liwa) berwarna putih, tertulis di dalamnya: “Laa Ilaaha Illallaah Muhammad Rasulullah”.” (HR. Ath-Thabrani)
Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu :
أَنَّ النبي -صلى الله عليه وسلم- كَانَ لِوَاؤُهُ يَوْمَ دَخَلَ مَكَّةَ أَبْيَضَ
“Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam liwa’-nya pada hari penaklukkan Kota Mekkah berwarna putih.” (HR. Ibn Majah, Al-Hakim, Ibn Hibban)
Dari Yunus bin Ubaid maula Muhammad bin Al-Qasim, ia berkata: Muhammad bin Al-Qasim mengutusku kepada Al-Bara’ bin ‘Azib, aku bertanya tentang rayah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti apa? Al-Bara’ bin ‘Azib menjawab :
كَانَتْ سَوْدَاءَ مُرَبَّعَةً مِنْ نَمِرَةٍ
“(Ar-Rayah) ia berwarna hitam, berbentuk persegi panjang terbuat dari kain wol.” (HR. At-Tirmidzi, Al-Baghawi, An-Nasa’i)
Dari Al-Hasan radhiyallahu ‘anhu, ia berkata :
كَانَتْ رَايَةُ النَّبِيِّ -صلى الله عليه وسلم- سَوْدَاءَ تُسَمَّى الْعُقَابَ
“Rayah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berwarna hitam disebut Al-‘Uqab.” (HR. Ibnu Abi Syaibah)
Bentuk dan Bahan Kain Bendera Rasulullah
Al-Hujaili dalam Al-Alamu Nabawiy as-Syarif menyebutkan bahwa bentuk bendera Rasulullah adalah segiempat. Hal ini berdasar pada hadits
حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُوسَى الرَّازِيُّ، أَخْبَرَنَا ابْنُ أَبِي زَائِدَةَ، أَخْبَرَنَا أَبُو يَعْقُوبَ الثَّقَفِيُّ، حَدَّثَنِي يُونُسُ بْنُ عُبَيْدٍ مَوْلَى مُحَمَّدِ بْنِ الْقَاسِمِ، قَالَ: بَعَثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ الْقَاسِمِ إِلَى الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ يَسْأَلُهُ عَنْ رَايَةِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَاهِىَ؟ فَقَالَ: كَانَتْ سَوْدَاءَ مُرَبَّعَةً مِنْ نَمِرَةٍ.
“Dari Ibrahim bin Musa ar-Razi, mengabarkan pada kami Ibnu Abi Zaidah, mengabarkan pada kami Abu Ya’kub Ats-Tsaqafi,mengabarkan padaku Yunus bin Ubaid diutus Muhamad bin al-Qasim untuk bertanya kepada Bara bin Azib tentang bendera Nabi SAW, Bara menjawab, “Bendera Nabi SAW berwarna hitam, berbentuk segi empat (bujur sangkar), terbuat dari jubah berwarna hitam.” (HR Abu Daud)
Hadits ini hadits hasan menurut Al-Bukhari, hasan gharib menurut At-Tirmidzi dan di dhaifkan oleh Imam Ahmad bin Hambal dalam musnadnya.
Berdasar hadits di atas pula kita dapat mengetahui bahwa rayah Rasul terbuat dari kain wol. Namun, Al-Hujaili mengatakan bahwa pada masa Nabi Muhammad, material atau bahan untuk 
Selasa, 26 Rajab 1440 H / 2 April 2019
TERBARU TERPOPULER FOKUS INDEKS
Home > Titian > Manhaj
Serba-Serbi Bendera Rasulullah ﷺ
Jum'at, 9 November 2018 11:34 0 Komentar

Foto: Bendera Rasulullah (Ilustrasi)

KIBLAT.NET – Bendera tauhid menjadi perbincangan hangat akhir akhir ini. Semenjak adanya kasus pembakaran bendera, bersahut-sahutan antara beberapa kubu tentang hakikat bendera Rasulullah ini. Ada yang berpegang teguh bahwa itu adalah bendera Rasulullah, bendera umat Islam dan siapapun boleh menggunakannya. Tapi ada yang ngotot bahwa itu adalah bendera HTI dan menjadikannya dalih pembenaran untuk pembakaran yang mereka lakukan.
Aksi-aksi bela tauhid pun bergema di beberapa kota dan diikuti oleh ribuan umat Islam. Bukti bahwa di hatinya masih ada ghirah untuk memperjuangkan kehormatan kalimat Tauhid. Karena di dalam Sirah Nabawiyah, bendera ini diperjuangkan mati-matian oleh para shahabat di peperangan di masa itu. Dan bendera ini bertuliskan kalimat yang paling mulia serta simbol persatuan umat Islam.
Ini adalah momen yang tepat untuk memberikan penjelasan tentang bendera Rasulullah yang bernama Al-Liwa dan Ar-Rayya. Apa warnanya, apa bahan yang digunakan untuk membuat bendera ini di masa Rasul, tulisan apa yang termaktub di atasnya serta apa nama bendera Nabi ini berdasarkan dalil.
Mengenal Bendera Rasulullah
Terkait warna bendera Rasulullah, hadits yang paling masyhur dan sering disebut adalah hadits yang diriwayatkan sahabat Jabir dan Ibnu Abbas.
عن ابن عباس قال كانت راية رسول الله -صلى الله عليه وسلم- سوداء ولواؤه أبيض
“Dari Ibnu Abbas berkata bahwa Rayyah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam berwarna hitam dan liwa’nya berwarna putih” (HR Tirmidzi)
عن جابر أن النبى -صلى الله عليه وسلم- دخل مكة ولواؤه أبيض
“Dari Jabir bahwasannya Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam memasuki kota Makkah dan liwa’nya berwarna putih.” (HR Tirmidzi)
Dalam redaksi yang lain juga disebutkan dan diriwayatkan An-Nasa’i
عن جابر رضي الله عنه : أن النبي صلى الله عليه و سلم دخل مكة ولواؤه أبيض
“Dari Jabir Radhiallahu ‘anhu bahwasannya Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam memasuki kota Makkah dan liwa’nya berwarna putih.” (HR Tirmidzi)
Hadits shahih lainnya juga diriwayatkan oleh Ummul Mukminin Aisyah, Abdullah bin Umar, Anas bin Malik, Abu Hurairah, Al-Harits bin Hasan dan lainnya. Meskipun redaksinya agak berbeda, kesimpulan yang dapat diambil adalah warna Al-Liwa’ itu berwarna putih dan Ar-Rayyah berwarna hitam.
Ada hadits lainnya yang menyebutkan bahwa rayah Nabi itu berwarna kuning. Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Dawud, Baihaqi dan Ibnu Adi.
BACA JUGA Busyro Muqoddas: Polres Klaten Lakukan Pendiaman Kasus Kematian Siyono
حَدَّثَنَا عُقْبَةُ بْنُ مُكْرَمٍ حَدَّثَنَا سَلْمُ بْنُ قُتَيْبَةَ الشَّعِيرِىُّ عَنْ شُعْبَةَ عَنْ سِمَاكٍ عَنْ رَجُلٍ مِنْ قَوْمِهِ عَنْ آخَرَ مِنْهُمْ قَالَ رَأَيْتُ رَايَةَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- صَفْرَاءَ.
Dari Uqbah bin Mukram berkata kepada kami Mukram, berkata pada kami Salm Ibn Qutaibah Asy-Syairi dari Syu’bah dari Simak dari sahabat yang tidak diketahui namanya, ia berkata, “Aku melihat bahwasanya bendera Nabi SAW berwarna kuning.” (HR. Abu Daud)
Namun, dalam sanad hadits ini ada perawi yang majhul (Tidak dikenal oleh ulama hadits) sebagaimana tertulis dalam Al-Badru Al-Munir karya Ibnu Al-Mulaqin.
Syaikh Abdullah bin Muhammad bi Sa’ad Al-Hujaili dalam Al-Alamu Nabawiy as-Syarif wa Tatbiqatihi al-Qadimatu wa al-Ma‘ashiratu menyebutkan bahwa seseorang yang melihat rayah Nabi setelah peperangan akan menyatakan berwarna kuning karena panji tersebut telah berdebu.
Ada hadits dhaif juga yang menyebutkan bahwa rayah Nabi berwarna merah. Hadits ini riwayat Thabrani didhaifkan oleh Al-Haitsami dan Ibnu Hajar karena ada rawi yang tidak dikenal.
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَقَدَ رَايَةً لِبَنِي سُلَيْمٍ حَمْرَاءَ
“Bahwasannya Nabi Shallahu alaihi wa sallam menetapkan untuk rayah Bani Salim berwarna merah.” (HR. Thabrani dalam kitabnya Al-Mu’jamul Kabir No. 425)
Bentuk dan Bahan Kain Bendera Rasulullah
Al-Hujaili dalam Al-Alamu Nabawiy as-Syarif menyebutkan bahwa bentuk bendera Rasulullah adalah segiempat. Hal ini berdasar pada hadits
حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُوسَى الرَّازِيُّ، أَخْبَرَنَا ابْنُ أَبِي زَائِدَةَ، أَخْبَرَنَا أَبُو يَعْقُوبَ الثَّقَفِيُّ، حَدَّثَنِي يُونُسُ بْنُ عُبَيْدٍ مَوْلَى مُحَمَّدِ بْنِ الْقَاسِمِ، قَالَ: بَعَثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ الْقَاسِمِ إِلَى الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ يَسْأَلُهُ عَنْ رَايَةِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَاهِىَ؟ فَقَالَ: كَانَتْ سَوْدَاءَ مُرَبَّعَةً مِنْ نَمِرَةٍ.
“Dari Ibrahim bin Musa ar-Razi, mengabarkan pada kami Ibnu Abi Zaidah, mengabarkan pada kami Abu Ya’kub Ats-Tsaqafi,mengabarkan padaku Yunus bin Ubaid diutus Muhamad bin al-Qasim untuk bertanya kepada Bara bin Azib tentang bendera Nabi SAW, Bara menjawab, “Bendera Nabi SAW berwarna hitam, berbentuk segi empat (bujur sangkar), terbuat dari jubah berwarna hitam.” (HR Abu Daud)
Hadits ini hadits hasan menurut Al-Bukhari, hasan gharib menurut At-Tirmidzi dan di dhaifkan oleh Imam Ahmad bin Hambal dalam musnadnya.
Berdasar hadits di atas pula kita dapat mengetahui bahwa rayah Rasul terbuat dari kain wol. Namun, Al-Hujaili mengatakan bahwa pada masa Nabi Muhammad, material atau bahan untuk
BACA JUGA Brenton Tarrant dan Tabiat Kebencian Orang Kafir kepada Umat Islam
membuat bendera tidak dipilih secara khusus. Liwa maupun rayah dapat terbuat dari kain bulu, wool, atau jenis kain yang lain.
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: كَانَ لِوَاءُ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْفَتْحِ أَبْيَضَ،وَرَايَتُهُ سَوْدَاءَ قِطْعَةَ مِرْطٍ مُرَجَّلٍ
“Dari Aisyah ia berkata, ‘Panji Rasulullah saat memasuki kota Makah berwarna putih, sedang benderanya berwarna hitam berbahan potongan kain wol.” (HR Baihaqi)
Rayah Rasulullah pun mempunyai sebuah nama yaitu Uqab. Hal ini berdasar pada pernyataan Ibnu Ishaq dalam Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam. Juga diperkuat dengan hadits yang diriwayatkan Ibnu Adiy dari sahabat Abu Hurairah.
عن أبي هريرة كانت راية رسول الله صلى الله عليه و سلم سوداء تسمى العقاب
“Dari Abu Hurairah bahwasannya rayah Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam itu hitam bernama al-uqab.” (HR Ibnu Adiy)
Hadits serupa dengan redaksi yang berbeda juga diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, Baihaqi, An-Nawawiy dan lainnya.
Saudaraku, dalil-dalil di atas secara sharih menisbatkan bendera dan panji dengan karakteristiknya yang istimewa kepada Rasulullah shallallahu /alaihi wa sallam. Maka tidak mengherankan jika para ulama hadits bahkan menuliskan satu sub bab khusus berkenaan dengan Al-Liwa dan Ar-Rayah diantaranya : Imam Al-Bukhari dalam Shahih-nya menuliskan sub bab :
مَا قِيْلَ فِي لِوَاء النَّبِي صلى الله عليه و سلم
Ibnu Majah dalam Sunan-nya menuliskan sub bab :
باب الرَّايَات والأَلْوِيَّة
At-Tirmidzi dalam Sunan-nya menuliskan sub bab :
مَا جَاءَ فِيْ الرَّايَات
Ibnu Hibban dalam Shahih-nya menuliskan sub bab :
ذِكْرُ وَصْفِ لِوَاءِ الْمُصْطَفَى صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عِنْدَ دُخُولِهِ مَكَّةَ يَوْمَ الْفَتْحِ
Dan yang lainnya, yang cukup menunjukkan keberadaan bendera dan panji istimewa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Menurut Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam kitabnya Fathul Barri, perihal warna bendera Nabi Muhammad SAW. ada tiga versi. Pertama, disebut Uqab (berwarna hitam, berbentuk bujur sangkar). Kedua bendera Nabi Muhammad disebut bendera putih (Ar-Rayah al-Baiydho’), dan ketiga bendera Nabi Muhammad berwarna merah.
ﻳﻘﻮﻝ اﺑﻦ ﺣﺠﺮ ﻓﻰ ﻏﺰﻭﺓ ﺧﻴﺒﺮ: اﻟﻠﻮاء ﻫﻮ اﻟﻌﻠﻢ اﻟﺬﻯ ﻳﺤﻤﻞ ﻓﻰ اﻟﺤﺮﺏ ﻳﻌﺮﻑ ﺑﻪ ﻣﻮﺿﻊ ﺻﺎﺣﺐ اﻟﺠﻴﺶ، ﻭﻗﺪ ﻳﺤﻤﻠﻪ ﺃﻣﻴﺮ اﻟﺠﻴﺶ
“Ibnu Hajar berkata dalam Ghazwat Khaibar bahwa Liwa’ adalah sebuah bendera atau tanda yang dibawa dalam perang, agar diketahui posisi pasukan. Terkadang bendera ini dibawa oleh pemimpin pasukan”
Lalu beliau membedakan fungsi bendera ini antara di zaman Nabi dengan zaman sekarang:
اﻟﻌﻠﻢ ﺭﻣﺰ ﻟﻠﻮﻃﻦ ﻓﻰ اﻟﻌﺼﺮ اﻟﺤﺪﻳﺚ
“Bendera adalah simbol negara di zaman modern ini”
Berkenaan dengan istilah Al-liwa’ dan Ar-rayah, Syekh Athiyyah menyampaikan banyak beda pendapat diantara para ulama, ada yang mengatakan Al-liwa’ adalah bendera putih, Ar-rayah Panji Hitam. Dan ada pula yang tidak membedakan.
Ahli hadis Imam Ibnu Hajar juga menampilkan banyak riwayat dalam masalah ini:
ﻭﺃﻭﺭﺩ ﺣﺪﻳﺚ ﺟﺎﺑﺮ ﺃﻥ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺩﺧﻞ ﻣﻜﺔ ﻭﻟﻮاﺅﻩ ﺃﺑﻴﺾ ﺛﻢ ﺗﺮﺟﻢ ﻟﻠﺮاﻳﺎﺕ ﻭﺃﻭﺭﺩ ﺣﺪﻳﺚ اﻟﺒﺮاء ﺃﻥ ﺭاﻳﺔ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻛﺎﻧﺖ ﺳﻮﺩاء ﻣﺮﺑﻌﺔ ﻣﻦ ﻧﻤﺮﺓ ﻭﺣﺪﻳﺚ ﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﻛﺎﻧﺖ ﺭاﻳﺘﻪ ﺳﻮﺩاء ﻭﻟﻮاﺅﻩ ﺃﺑﻴﺾ ﺃﺧﺮﺟﻪ اﻟﺘﺮﻣﺬﻱ ﻭﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ ﻭﺃﺧﺮﺝ اﻟﺤﺪﻳﺚ ﺃﺑﻮ ﺩاﻭﺩ ﻭاﻟﻨﺴﺎﺋﻲ ﺃﻳﻀﺎ ﻭﻣﺜﻠﻪ ﻻﺑﻦ ﻋﺪﻱ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﺃﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﻭﻷﺑﻲ ﻳﻌﻠﻰ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﺑﺮﻳﺪﺓ ﻭﺭﻭﻯ ﺃﺑﻮ ﺩاﻭﺩ ﻣﻦ ﻃﺮﻳﻖ ﺳﻤﺎﻙ ﻋﻦ ﺭﺟﻞ ﻣﻦ ﻗﻮﻣﻪ ﻋﻦ ﺁﺧﺮ ﻣﻨﻬﻢ ﺭﺃﻳﺖ ﺭاﻳﺔ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺻﻔﺮاء ﻭﻳﺠﻤﻊ ﺑﻴﻨﻬﺎ ﺑﺎﺧﺘﻼﻑ اﻷﻭﻗﺎﺕ
“At-Tirmidzi menyampaikan riwayat hadis Jabir bahwa Nabi masuk ke Makkah bendera Nabi berwarna putih, kemudian Tirmidzi membuat bab Rayat dan menampilkan hadis Barra’ bahwa Rayah Nabi berwarna hitam segi empat dari Namira. Hadis Ibnu Abbas bahwa Rayah Nabi berwarna hitam dan Liwa nya berwarna putih. Dikeluarkan oleh Tirmidzi, Ibnu majah. Dan hadis tadi juga oleh abu Dawud, Nasa’i, demikian pula oleh Ibnu Adi dari hadis Abu Hurairah, Abu ya’la dari Buraidah. Abu Dawud meriwayatkan dari Sammak dari seseorang kaumnya, dari seorang yang lain dari mereka, saya melihat Rayah Nabi berwarna kuning. Riwayat diatas jika dipadukan karena waktu yang berbeda-beda”
Berkenaan dengan dalil bahwa bendera Nabi bertuliskan kalimat syahadat, dikomentari oleh Imam Ibnu Hajar:
ﻭﺭﻭﻯ ﺃﺑﻮ ﻳﻌﻠﻰ ﻋﻦ ﺃﻧﺲ ﺭﻓﻌﻪ ﺃﻥ اﻟﻠﻪ ﺃﻛﺮﻡ ﺃﻣﺘﻲ ﺑﺎﻷﻟﻮﻳﺔ ﺇﺳﻨﺎﺩﻩ ﺿﻌﻴﻒ ﻭﻷﺑﻲ اﻟﺸﻴﺦ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﻛﺎﻥ ﻣﻜﺘﻮﺑﺎ ﻋﻠﻰ ﺭاﻳﺘﻪ ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ اﻟﻠﻪ ﻣﺤﻤﺪ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﻭﺳﻨﺪﻩ ﻭاﻩ – فتح الباري ٦/١٢٧
Abu ya’la meriwayatkan dari Anas secara marfu’ bahwa Allah memuliakan umatku dengan bendera. Sanadnya dlaif. Abu Syekh meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Rayah Nabi bertuliskan La Ilaha Illa Allah Muhammad Rasulullah. Sanadnya sangat lemah (Fathul Bari, 6/127)
Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar