Bila dilihat dari sisi keutamaannya para ulama memandang shalat tasbih memiliki keutamaan yang begitu besar sampai Imam As-Subki menyatakan bahwa tidaklah orang yang mendengar tentang keutamaan shalat tasbih namun ia meninggalkannya (tidak melakukannya) kecuali orang itu adalah orang yang merendahkan agama (lihat: Ibnu Hajar Al-Haitami, Al-Minhâjul Qawîm, Beirut: Darul Fikr, tt., hal. 203).
Adapun waktu pelaksanaan shalat tasbih dapat dilakukan kapan saja, baik siang hari ataupun malam hari, sepanjang tidak pada waktu yang dilarang untuk shalat. Hanya saja Imam Nawawi memiliki pendapat yang menyatakan adanya perbedaan dalam teknis pelaksanaan shalat tasbih di siang dan malam hari. Bagi beliau bila shalat tasbih dilakukan di malam hari maka akan lebih baik bila dilakukan dua rakaat – dua rakaat masing-masing dengan satu salam. Namun bila dilakukan di siang hari maka bisa dilakukan dua rakaat satu salam atau langsung empat rakaat dengan satu salam. Dalam kitab Al-Adzkâr-nya beliau menyatakan:
فإن صلى ليلاً فأحبّ إليّ أن يسلّم في ركعتين؛ وإن صلّى نهاراً، فإن شاء سلّم، وإن شاء لم يسلم
Artinya: “Bila shalat dilakukan di malam hari maka lebih kusukai bila bersalam dalam dua rakaat. Namun bila di siang hari maka bila mau bersalam (pada dua rakaat) dan bila mau maka tidak bersalam (di dua rakaat).”
Lalu bagaimana tata cara melakukan shalat tasbih?
Ibnu Hajar Al-Haitami di dalam kitabnya Al-Minhâjul Qawîm menuliskan:
و صلاة التسبيح وهي أربع ركعات يقول في كل ركعة بعد الفاتحة والسورة: سبحان الله والحمد لله ولا إله إلا الله والله أكبر، زاد في الإحياء: ولا حول ولا قوة إلا بالله خمس عشرة مرة وفي كل من الركوع والاعتدال وكل من السجدتين والجلوس بينهما والجلوس بعد رفعه من السجدة الثانية في كل عشرة فذلك خمس وسبعون مرة في كل ركعة
Artinya: “dan (termasuk shalat sunnah) adalah shalat tasbih, yaitu shalat empat rakaat di mana dalam setiap rakaatnya setelah membaca surat Al-Fatihah dan surat lainnya membaca kalimat subhânallâh wal hamdu lillâh wa lâ ilâha illallâhu wallâhu akbar—di dalam kitab Ihyâ ditambahi wa lâ haulâ wa lâ quwwata illâ billâh—sebanyak 15 kali, dan pada tiap-tiap ruku’, i’tidal, sujud, duduk di antara dua sujud, dan duduk setelah sujud yang kedua masing-masing membaca (kalimat tersebut) sebanyak 10 kali. Maka itu semua berjumlah 75 kali dalam setiap satu rakaat.” (Ibnu Hajar Al-Haitami, Al-Minhâjul Qawîm, Beirut: Darul Fikr, tt., hal. 203)
Dari penjelasan Ibnu Hajar di atas dapat disimpulkan tata cara pelaksanaan shalat tasbih sebagai berikut:
1. Pada dasarnya tata cara pelaksanaan shalat sunnah tasbih tidak jauh berbeda dengan tata cara pelaksanaan shalat-shalat lainnya, baik syarat maupun rukunnya. Hanya saja di dalam shalat tasbih ada tambahan bacaan kalimat thayibah dalam jumlah tertentu.
Niat Shalat tasbih
أُصَلِّيْ سُنَّةَ التَّسْبِيْحِ رَكْعَتَيْنِ\أَرْبَعَ رَكْعَاتٍ مُسْتَقْبِلَ القِبْلَةِ للهِ تَعَالَى
2. Setelah membaca surat Al-Fatihah dan surat lainnya, sebelum ruku’ terlebih dahulu membaca kalimat subhânallâh wal hamdu lillâh wa lâ ilâha illallâhu wallâhu akbar (selanjutnya kalimat ini disebut tasbih) sebanyak 15 kali. Setelah itu baru kemudian melakukan ruku’.
Kalimat tasbih
سبحان الله والحمد لله ولا إله إلا الله والله أكبر
Dan boleh ditambahi kalimat hauqolah:
ولاحول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم
3. Pada saat ruku’ sebelum bangun untuk i’tidal terlebih dahulu membaca tasbih sebanyak 10 kali. Setelah itu baru kemudian bangun untuk i’tidal.
4. Pada saat i’tidal sebelum turun untuk sujud terlebih dahulu membaca tasbih sebanyak 10 kali, baru kemudian sujud.
5. Pada saat sujud yang pertama sebelum bangun membaca tasbih sebanyak 10 kali, baru kemudian bangun untuk duduk.
6. Pada saat duduk di antara dua sujud sebelum melakukan sujud kedua membaca tasbih sebanyak 10 kali, baru kemudian melakukan sujud yang kedua.
7. Pada saat sujud kedua sebelum bangun membaca tasbih sebanyak 10 kali.
8. Setelah sujud yang kedua tidak langsung bangun untuk berdiri memulai rakaat yang kedua, namun terlebih dahulu duduk untuk membaca tasbih sebanyak 10 kali. Setelah itu barulah bangun untuk berdiri kembali memulai rakaat yang kedua.
Dengan demikian maka dalam satu rakaat telah terbaca tasbih sebanyak 75 kali. Untuk rakaat yang kedua tata cara pelaksanaan shalat dan jumlah bacaan tasbihnya sama dengan rakaat pertama, hanya saja pada rakaat kedua setelah membaca tasyahud sebelum salam terlebih dahulu membaca tasbih sebanyak 10 kali, baru kemudian membaca salam sebagaimana biasa sebagai penutup shalat.
Doa Shalat Tasbih
اللَّهُمَّ إِنِّيْ أّسْأّلُكَ تَوْفِيْقَ أَهْلِ الهُدَى وَأَعْمَالَ أَهْلِ الْيَقِيْنِ وَمُنَاصِحَةَ أَهْلِ التًوْبَةِ وَعَزَمَ أَهْلِ الصَّبْرِ وَوَجَلَ أَهْلِ الْخَشْيَةِ وَطَلَبَ أَهْلِ الرَّغْبَةِ وَتَعَبُّدَ أَهْلِ الْوَرَعِ وَعِرْفَانَ أَهْلِ الْعِلْمِ حَتَّى أَخَافَكَ. اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ مُخَافَةَ تُحْجِزُنِيْ عَنْ مَعَاصِيْكَ حَتَّى أَعْمَلَ بِطَاعَتِكَ عَمَلاً أَسْتَحِقُّ بِهِ رٍضَاكَ وَحَتَّى أُنَاصِحَكَ فِيْ التَّوْبَةِ وَخَوْفًا مِنْكَ حَتَّى أًخْلِصَ لَكَ النّصِيْحَةَ وَحَتَّى أَتَوَكَّلَ عَلَيْكَ فِيْ اْلأُمُوْرِ كُلِّهَا وَحَتَّى أَكُوْنَ حُسْنَ الظًّنِّ بِكَ سُبْحَانَ خَالِقَ النُّوْرِ
Allahumma inni as`aluka taufiiqo ahlil huda wa a’maala ahlil yaqiini wa munaashahati ahlit taubati wa ‘azma ahlish shobri wa jidda ahlil khosyyati wa tholba ahlir roghbati wa ta’abbuda ahlil wara’i wa ‘irfaani ahlil ‘ilmi hatta akhoofaka. Allahumma inni as`aluka makhoofatan tuhjizunii ‘an ma’aashiika hatta a’mala bi thoo’atika ‘amalan astahiqqu bihi ridhooka wa hatta unaashihaka bit-taubati khoufan minka wa hatta akhlisha laka an-nashiihata hayaa`an minka wa hatta atawakkalu ‘alaika fil umuuri husna dzonni bika subhaana khooliqin nuuri.
Artinya:
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon pertolongan (sebagaimana) orang-orang yang mendapatkan petunjuk, amalan orang-orang yang yakin, keselamatan orang-orang yang bertaubat, kemantapan orang-orang yang bersabar, kesungguhan orang-orang yang takut (pada-Mu), pengharapan orang-orang yang merindukan-Mu, peribadatan orang-orang yang menjaga diri, dan kearifan orang-orang yang berilmu, hingga aku takut pada-Mu. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon rasa takut yang mencegahku dari bermaksiat pada-Mu hingga aku beramal untuk taat pada-Mu dengan amalan yang bisa memperoleh keridloan-Mu, hingga aku selamat dengan taubat karena takut pada-Mu, hingga aku ikhlas pada-Mu karena rasa malu, dan hingga aku pasrah pada-Mu dalam persoalanku, berbaik sangka pada-Mu. Maha Suci Dzat Yang Menciptakan Cahaya”.
Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar