Translate

Senin, 15 Desember 2014

sejarah seni ebeg sebagai sarana perjuangan

Di sebagian besar nusantara kita mengenal tentang berbagai seni dan budaya yang berupa tarian rakyat
satu diantaranya adalah kuda lumping yang di berbagai daerah menyebutkan dgn nama yang berbeda serta jenis musik yang berbeda pula. ada yang menyebut jatilan.ebeg. jaranan dan sebagainya.
bermacam-macam pendapat tentang kesenian itu.. dan bahkan ada selintir org yang menganggap kesenian tsb musyrik.
dalam hal kesenian janganlah mencampur adukkan dgn mslh ketauhidan. dan perlu dipahami tentang seni itu sendiri serta berbagai sejarah yang ada.
kesenian kuda lumping atau ebeg adalah tarian keprajuritan yang menggambarkan sejarah tokoh2 di masa lalu.
di antaranya
tersebut lah Kyai Djoyo Drono zaman mojopahit beliau mempunyai murid yang tangguh... santri putra disebut dgn warog... sedang yang putri disebut dgn jatil... dan padepokan tsb berada di wilayah whengker (nama saat itu)
Raden Djoko Piturun putro Prabu Browidjoyo berkenan dakwah islam di wilayah Kadipaten Whengker... sang Adipati waktu itu masih menganut agama terdahulu dan blm mau mengikuti ajaran islam..
Raden Djoko Piturun akhirnya bertemu dgn Kyai Ageng Djoyo Drono dan terjadi lah perselisihan... yang mana sama2 sakti dan tidak ada yang kalah dlm pertarungan...
Kyai Ageng akhirnya tersadar bahwa yang dia hadapi adalah murid Sunan Kalijogo yang berarti masih saudara seperguruan.
dan ketika mereka sudah saling memperkenalkan diri Kyai Ageng pun tau kalau yang duduk didepan nya adalah salahsatu putro Mojopahit.
Dan Kyai Ageng pun siap membantu Raden Djoko Piturun Di Whengker.... segenap santri putra yang disebut warok dan santri putri yang di sebut jatil di sumbangkan untuk menjadi laskar prajurit Raden Djoko Piturun.
tdk lama kemudian Whengker bisa di kuasai. dan nama whengker pun di rubah dgn Ponorogo yang dinisbatkan pd cerdik nya para santri dlm mengemban tugas keprajuritan.
dan para santri pun bergembira dgn menari
dan itulah awal seni kuda lumping
singkat cerita.. Raden Djoko Piturun menghadap Sultan Fatah di Demak... dan oleh Kakak beliau yakni sultan Fatah Raden Djoko Piturun di nobatkan sebagai Adipati Ponorogo dgn Gelar Adipati Bathoro Katong... dan oleh walisongo di minta agar meluaskan dakwah dgn seni yang ada dipadukan dgn riwayat yang ada di masyarakat.... dan dr hal tsb tercipta rangkaian tarian yang mempesona dgn nama Reog Ponorogo yang masih ada sampai sekarang.
perkembangan tarian tsb terus menerus terjadi sebagai tarian perang keprajuritan turun temurun sampai masa penjajahan Belanda.
Dan disaat zaman penjajahan tarian tsb dipergunakan sebagai sarana perjuangan melawan kaum penjajah dgn memasukkan teori ilmu hikmah oleh para Kyai dan pejabat Kraton di masa itu.
dgn di terapkan ilmu hikmah sang penari bisa kuat dan bisa melakukan penyerangan terhadap kaum penjajah.... dan ketika sang penari di adili krn membunuh... hukuman tdk bisa di jalankan krn saat menyerang dibawah kesadaran.
itu salah satu strategi para pejuang zaman dulu dlm melawan penjajah.
tarian tsb adalah seni yang dipadukan dgn ilmu hikmah yang sangat berguna dimasa lalu sebagai sarana perjuangan mengelabui penjajah.
ada berbagai riwayat lain...
diantara nya Kyai Haji Raden Yunus Muhammad Irsyad yang memimpin pembuatan beduk terbesar didunia (beduk Kyai pendowo) yang sekarang berada di masjid agung Purworejo.... dlm riwayat beliau membawa beduk tsb dgn selendang....
maksud dr kata selendang di situ adalah... beliau dlm membawa beduk dr alas pendowo menuju masjid agung dgn disertai para prajurit yang menyamar sebagai rakyat biasa dgn sesekali menari untuk mengelabui penjajah.
Syeh Achmad Mustolih.... pelarian beliau setelah perang diponegoro disertai para prajurit... menyamar dgn terus melakukan dakwah dgn tarian tsb sampai ke daerah wangon Banyumas
Tumenggung Selomanik pun melakukan hal yang sama dlm perjuangan di tlatah wonosobo.
Kyai Adipati Djantoko menjalankan perjuangan dan misi dakwah melalui media tarian tsb pd warga Kadipaten Sumawung
dan masih banyak lagi riwayat tntg perjuangan dgn media seni tari keprajuritan tsb.
di masa kini tarian tsb hanyalah seni dan budaya warisan para leluhur yg mesti kita lestarikan keberadaan nya.
tari ebeg ronggeng dan lainnya adalah fundamental saksi sejarah perjuangan dimasa lalu... yang menunjukkan betapa gagahnya para pejuang dlm melawan penjajah.
dan jangan menganggap tarian tsb adalah musyrik... !!!
seluk beluk seni tari yang ada semua sebagai budaya dan sebagai olah batin untuk menyatukan raga dan semua makhluk ciptaan Nya
itulah keunggulan seni budaya jawa yang tdk hny secara lahir... tapi dipadukan dgn ilmu kebatinan untuk mencapai rasa dan perasaan yang hakiki lewat media riyadhoh dan laku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar