Istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani: ”philosophia”. Seiring perkembangan jaman akhirnya dikenal juga dalam berbagai bahasa, seperti : ”philosophic” dalam kebudayaan bangsa Jerman, Belanda, dan Perancis; “philosophy” dalam bahasa Inggris; “philosophia” dalam bahasa Latin; dan “falsafah” dalam bahasa Arab.
Para filsuf memberi batasan yang berbeda-beda mengenai filsafat, namun batasan yang berbeda itu tidak mendasar. Selanjutnya batasan filsafat dapat ditinjau dari dua segi yaitu secara etimologi dan secara terminologi.
Secara etimologi, istilah filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu falsafah atau juga dari bahasa Yunani yaitu philosophia – philien : cinta dan sophia : kebijaksanaan. Jadi bisa dipahami bahwa filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Dan seorang filsuf adalah pencari kebijaksanaan, pecinta kebijaksanaan dalam arti hakikat.
Pengertian filsafat secara terminologi sangat beragam. Para filsuf merumuskan pengertian filsafat sesuai dengan kecenderungan pemikiran kefilsafatan yang dimilikinya. Seorang Plato mengatakan bahwa : Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli. Sedangkan muridnya Aristoteles berpendapat kalau filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika. Lain halnya dengan Al Farabi yang berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) tentang alam maujud bagaimana hakikat yang sebenarnya. Berikut ini disajikan beberapa pengertian Filsafat menurut beberapa para ahli:
Plato ( 428 -348 SM ) : Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada.
Aristoteles ( (384 – 322 SM) : Bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu.
Cicero ( (106 – 43 SM ) : filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni“ ( the mother of all the arts“ ia juga mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni kehidupan )
Filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu, yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidang atau jenis kenyataan. Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.
Filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar hendak menentukan kesatuan pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar akhir yang sama, yang memikul sekaliannya
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan.
Apakah yang dapat kita kerjakan? (jawabannya metafisika )
Apakah yang seharusnya kita kerjakan? (jawabannya Etika )
Sampai dimanakah harapan kita? (jawabannya Agama )
Apakah yang dinamakan manusia? (jawabannya Antropologi )
Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya yang mutlak, yang tetap tidak berubah , yang disebut hakekat.
Filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-sebabnya ada dan berbuat, perenungan tentang kenyataan yang sedalam-dalamnya sampai “mengapa yang penghabisan “.
Berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk kebenaran , tentang segala sesuatu yang di masalahkan, dengan berfikir radikal, sistematik dan universal.
(1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi;
(2) Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu pandangan keseluruhan;
(3) Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti kata dan pengertian ( konsep ); Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian manusia dan yang dicirikan jawabannya oleh para ahli filsafat.
Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai Ke-Tuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana sikap manusia itu sebenarnya setelah mencapai pengetahuan itu.
Manusia selalu mencari sebab-sebab dari setiap kejadian yang disaksikannya. Dia tidak pernah menganggap bahwa sesuatu mungkin terwujud dengan sendirinya secara kebetulan saja, tanpa sebab. Seorang sopir yang mobilnya mogok akan turun dari kendaraannya dan memeriksa kemungkinan sebab-sebab mogoknya mobil itu. Tidak akan pernah terpikir olehnya bahwa mobilnya akan bisa mogok manakala segala sesuatu berada dalam kondisi yang prima. Untuk membuat mobilnya bisa berjalan lagi, dia akan menggunakan cara apa pun yang bisa dilakukannya. Dia tidak akan pernah duduk-duduk saja menunggu mobilnya bisa berjalan lagi.
Jika seseorang merasa lapar, dia akan berpikir tentang makanan. Jika dia haus, dia akan memikirkan air. Jika dia kedinginan, dia akan mengenakan pakaian tambahan atau menyalakan api. Dia tidak akan pernah duduk-duduk saja sambil meyakinkan dirinya bahwa suatu kebetulan akan menyelesaikan masalahnya. Seseorang yang ingin mendirikan bangunan, meminta jasa seorang arsitek, dan para pekerja bangunan. Dia tidak akan pernah berharap bahwa keinginannya terlaksana dengan sendirinya.
Bersama dengan maujudnya manusia, gunung-gunung, hutan-hutan, dan lautan-lautan yang luas juga telah ada bersamanya. Dia selamanya telah melihat matahari, bulan, dan bintang bergerak dengan teratur dan terus-menerus melintasi langit.
Meski demikian, orang-orang yang berilmu di dunia, tanpa mengenal lelah, telah mencari sebab-sebab wujud-wujud dan fenomena-fenomena yang menakjubkan itu. Tidak pernah mereka mengatakan: “Selama kita hidup, kita telah menyaksikan benda-benda langit tersebut dalam bentuknya seperti yang sekarang ini. Karena itu, tentu mereka terwujud dengan sendirinya.”
Hasrat ingin tahu dan ketertarikan yang bersifat instinktif terhadap sebab-sebab ini memaksa kita menyelidiki bagaimana benda-benda di alam ini muncul, dan menyelidiki ketertibannya yang mengagumkan. Kita dipaksa untuk bertanya “ Apakah alam semesta ini, dengan seluruh bagiannya yang saling berkaitan yang benar-benar membentuk satu kesatuan sistem yang besar itu, terwujud dengan sendirinya, ataukah ia memperoleh wujudnya dari sesuatu yang lain?”
Apakah sistem mengagumkan yang berlaku di seluruh alam semesta ini, yang diatur oleh hukum-hukum abadi tanpa kekecualian dan yang membimbing segala sesuatu menuju tujuannya yang unik, dikendalikan oleh suatu kekuasaan dan pengetahuan yang tak terbatas, ataukah ia muncul secara kebetulan saja?
Jawaban terhadap pertanyaan ini positif, artinya ke manapun manusia melihat di seluruh penjuru semesta ini, ia akan melihat bukti-bukti yang melimpah akan adanya satu Pencipta dan Kekuatan Pemelihara, sebab manusia melihat bahwa setiap ciptaan itu menikmati anugerah-anugerah wujud dan secara otomatis bergerak mengikuti jalan yang tertentu, akhirnya lenyap dan digantikan makhluk yang lain. Makhluk-makhluk ini tidak pernah mewujudkan dirinya sendiri, menciptakan arah perkembangannya sendiri, ataupun memainkan peran sekecil apa pun dalam menciptakan atau atau mengorganisasi eksistensi mereka.
Bersama dengan maujudnya manusia, gunung-gunung, hutan-hutan, dan lautan-lautan yang luas juga telah ada bersamanya. Dia selamanya telah melihat matahari, bulan, dan bintang bergerak dengan teratur dan terus-menerus melintasi langit.
Meski demikian, orang-orang yang berilmu di dunia, tanpa mengenal lelah, telah mencari sebab-sebab wujud-wujud dan fenomena-fenomena yang menakjubkan itu. Tidak pernah mereka mengatakan: “Selama kita hidup, kita telah menyaksikan benda-benda langit tersebut dalam bentuknya seperti yang sekarang ini. Karena itu, tentu mereka terwujud dengan sendirinya.”
Hasrat ingin tahu dan ketertarikan yang bersifat instinktif terhadap sebab-sebab ini memaksa kita menyelidiki bagaimana benda-benda di alam ini muncul, dan menyelidiki ketertibannya yang mengagumkan. Kita dipaksa untuk bertanya “ Apakah alam semesta ini, dengan seluruh bagiannya yang saling berkaitan yang benar-benar membentuk satu kesatuan sistem yang besar itu, terwujud dengan sendirinya, ataukah ia memperoleh wujudnya dari sesuatu yang lain?”
Apakah sistem mengagumkan yang berlaku di seluruh alam semesta ini, yang diatur oleh hukum-hukum abadi tanpa kekecualian dan yang membimbing segala sesuatu menuju tujuannya yang unik, dikendalikan oleh suatu kekuasaan dan pengetahuan yang tak terbatas, ataukah ia muncul secara kebetulan saja?
Jawaban terhadap pertanyaan ini positif, artinya ke manapun manusia melihat di seluruh penjuru semesta ini, ia akan melihat bukti-bukti yang melimpah akan adanya satu Pencipta dan Kekuatan Pemelihara, sebab manusia melihat bahwa setiap ciptaan itu menikmati anugerah-anugerah wujud dan secara otomatis bergerak mengikuti jalan yang tertentu, akhirnya lenyap dan digantikan makhluk yang lain. Makhluk-makhluk ini tidak pernah mewujudkan dirinya sendiri, menciptakan arah perkembangannya sendiri, ataupun memainkan peran sekecil apa pun dalam menciptakan atau mengorganisasi eksistensi mereka.
Kita sendiri tidak memilih kemanusiaan kita atau karakteristik-karakteristik manusiawi kita; kita diciptakan sebagai manusia dan diberi karakteristik-karakteristik kemanusiaan tersebut. Sama halnya, akal kita tidak akan pernah bisa menerima bahwa semua wujud yang ada di alam semesta ini terwujud secara kebetulan saja, dan bahwa sistem wujud itu muncul begitu saja. Akal kita tidak bisa menerima bahwa sejumlah potongan batu bata telah berkumpul bersama-sama secara kebetulan dan dengan sendirinya untuk membentuk sebuah rumah. Jadi realisme instinktif manusia menyatakan bahwa alam wujud pastilah memiliki satu penopang yang merupakan Sumber wujud dan Pencipta serta Pemelihara alam semesta, dan bahwa Wujud serta Sumber kekuasaan dan pengetahuan yang tak terbatas ini adalah Tuhan, sumber segala wujud dalam sistem eksistensi.
Menurut teori peluang, sebagai contoh, bila kita mengocok huruf yang tertulis dalam kertas masing-masing bertuliskan A, B, C hingga Z (ada 26 huruf). Kemudian kita ambil satu demi satu dan diletakkan di atas meja berurutan. Maka peluang kemunculan huruf-huruf tersebut berurutan ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ adalah kurang dari 0,0000000000000000000000000025 atau kurang dari seperempatratus trilyun trilyun.
Dalam tubuh manusia (70 kg) terdapat sekitar 7 trilyun trilyun trilyun atom (99%nya adalah Hidrogen, Oksigen dan Karbon). Bisakah kita bayangkan betapa kecil kemungkinan 7 trilyun trilyun trilyun atom ini membentuk, menyusun, berinteraksi dengan sangat kompleks secara “kebetulan” sehingga seorang manusia mewujud di dunia dengan kelengkapan sistem kehidupannyanya ?
Bagaimana pula dengan masyarakat manusia yang terdiri atas milyaran manusia dan tak terhitung spesies-spesies tumbuhan dan hewan baik di daratan maupun di lautan yang tertata rapi membentuk rantai-rantai ekosistem dan berbagai keteraturan dan kesalingterkaitan?
Bagaimana pula dengan planet bumi yang terdiri atas trilyun trilyun trilyun ….. atom yang tertata sedemikian rapi dengan pergantian musimnya, hukum-hukum geologis, hukum-hukum meteorologi, siklus air, keteraturan arus-arus lautan, dan tak terhitung keteraturan-keteraturan lain?
Bagaimana pula dengan posisi bumi di tatanan tata surya, yang “melayang-layang” tanpa tiang bersama planet-planet lain; dan mengikuti berbagai aturan yang bahkan terukur dengan sangat nyata seperti hukum Keppler? Dengan posisi rotasi yang memungkinkan siklus empat musim? Bagaimana pula tata surya sebagai satu dari 100 milyar bintang yang berputar-putar mengitari pusat galaksi bima sakti?
Jadi realisme instinktif manusia menyatakan bahwa alam wujud pastilah memiliki satu penopang yang merupakan Sumber wujud dan Pencipta serta Pemelihara alam semesta, dan bahwa Wujud serta Sumber kekuasaan dan pengetahuan yang tak terbatas ini adalah Tuhan, sumber segala wujud dalam sistem eksistensi.
Allah SWT berfirman:
“Dia (Musa) berkata,’ Tuhan kami ialahyang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk.’“ (QS 20(THO HA): 50)
“Sucikanlah Nama Tuhan-mu Yang Maha Tinggi,Yang Menciptakan, dan Menyempurnakan,
Dan yang Menentukan Kadar (masing-masing ) dan Memberi Petunjuk,” (QS 87(AL-A’LA): 1–3)
Tuhan Yang Maha Pemurah adalah Bijak, dan tiada apa pun yang lebih layak disebut Bijak dariNya! Sungguh Dia-lah Yang Maha Bijak (al-Hakim)! “Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.” (QS 43 (AZ-ZUKHRUF):84)
Hal ini telah dijelaskan dalam Tauhid for Teens , Bukti Kebijaksanaan dan inayah Ilahi meniscayakan adanya makna dan tujuan bagi alam ini.
Maka, apapun yang mewujud niscaya baik untuk dirinya sendiri atau perantara untuk tercapainya kebaikan. “Kebijaksanaan Ilahi” sendiri merupakan konsekuensi sifat Maha Mengetahui dan Maha Berkehendak Allah, dan menjelaskan prinsip kausa final dan teleologis alam semesta. Bahwa mustahil Dia Yang Mahabijak menciptakan semesta, -baik keseluruhannya maupun bagiannya sekecil apa pun – , sia-sia. Di balik semesta ada suatu Kebijakan Agung yang melandasi dan meliputinya. Semesta diciptakan untuk mencapai tujuan tertentu, yang terlimpah dari KemahabijakanNya.
Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dengan sia-sia, tanpa hikmah. … (QS Shad: 27) Keadilan Ilahi adalah sifatNya yang merupakan pancaran rahmaniyyah dari Kebijakan Ilahi. Maksud keadilan Allah adalah tidak mengabaikan kapasitas dan kelayakan setiap maujud; Dia pasti memberikan sesuatu yang pantas diterima oleh setiap maujud. Sedangkan, maksud kebijaksanaan Allah adalah fakta bahwa sistem alam yang Dia ciptakan merupakan sistem yang paling baik dan paling maslahat, yakni bahwa Allah telah menciptakan sistem alam paling unggul yang mungkin untuk mewujud.
Dalam sebait puisi filosofisnya, Khawajah Nashiruddin Al-Thusi mengatakan: Tiada aturan sepatut aturan Al-Haqq Tiada aturan sebaik aturan Al-Haqq Segala yang ada telah mewujud sebagaimana mestinya
Dan tiada yang mewujud tidak semestinya Perlu dicatat, Kebijakan Ilahi adalah termasuk dalam sifat-sifat Zat Allah , sedangkan keadilan tidak berkaitan dengan sifat pengetahuan dan kehendak Allah, tapi terkait dengan aspek Perbuatan Ilahi, yakni bahwa Adil termasuk dalam sifat-sifat Perbuatan, bukan sifat-sifat Zat Allah.
Nur Muhammad SAW
Menatap Muhammad purnama rindu
tiada mentari yang tak malu
tiada lidah yang tak kelu
tiada hati yang tak menderu
tiada pula bintang gemintang yang tak bergetar-getar menahan segenap kelipnya
merintih
akuulah geletar cahaya Muhammad,
aakulah geletar cahaya Muhammad ,
aakulah geletarr cahaya Muhammad
dan tiapa pula awan yang tak berarak-arak menanti pertemuan dengan mu duhai Muhammad
Menatap Muhammad rembulan rindu
tiada bestari yang tak syahdu
tiada melodi yang tak sendu
tiada jemari yang tak beradu
tiada pula badai taupan yang tak bertiup kencang menahan segenap hasratnya
meronta
akuulah dahsyat cahaya Muhammad,
aakulah dahsyat kuat Muhammad,
aakulah dahsyat cahaya Muhammad
dan tiada pula sepoi yang tak bertiup-tiupan menanti persuaan dengan mu duhai Muhammad
Menatap Muhammad gemerlapan rindu
tiada jauhari yang tak bersatu
tiada cinta yang tak berpadu
tiada rindu yang tak bertalu
tiada hidup yang tak baharu
tiada pula puncak merapi yang tak bergolak kawah menahan segenap takjubnya
meletup
aakulah gelora cahaya Muhammad,
aakulah gelora cahaya Muhammad,
aakulah gelora cahaya Muhammad
dan tiada pula gempa yang tak bergoyang-goyang gelisah akan pertemuan dengan mu duhai Muhammad
Menatap Muhammad alifnya rindu
tiada ba` yang tak melengkung
tiada ‘ain yang tak mencekung
tiada penglihatan yang tak tercenung
tiada mata yang tak berpalung
tiada pula samudera yang tak menggelegak ombak menahan segenap asmaranya
mendeburr
aakulah gelombang cahaya Muhammad,
aakulah gelombang cahaya Muhammad ,
aaa kulah gelombang cahaya Muhammad
dan tiada pula ikan dan buih yang tak menari resah menanti perhelatan denganmu duhai Muhammad
Menatap Muhammad hakikat rindu
tiada mata yang tak nanar
tiada bejana yang tak lubar
tiada pedang yang tak lumar
tiada zirah yang tak lumat
tiada pula bumi-bumi yang tak bergempaan menahan segenap cintanya
menggoncang
akulah goncang cahaya Muhammad,
aakulah goncang cahaya Muhammad,
aakulah goncang cahaya Muhammad
dan tiada pula kendi-kendi yang tak berpecahan menanti pertemuan denganmu duhai Muhammad
Meresapi Muhammad mawar-melati rindu
tiada tangkai yang tak tertekuk
tak pula hidung yang tak tertenung
tiada daun yang tak mendayu
tak pula indera yang tak merenung
tiada pula kata-bahasa yang tak terpatah resah menahan segenap takjubnya
merintih akulah takjub cahaya Muhammad,
akulah suci cahaya Muhammad,
akulah diam cahaya Muhammad
dan tiada pula lidah-kelu yang tak berdiaman menanti pertemuan denganmu duhai Muhammad
Menatap Muhammad merak rindu
tiada bahari yang tak menderu
tiada anjungan yang tak berderak
tiada hari yang tak menderu
tiada sahara yang tak menggelegak
tiada pula rajawali garuda yang tak melayang tinggi menahan segenap hasratnya
mencericit
akulah takjub cantik Muhammad,
aakulah takjub cahaya Muhammad,
aakulah warna-warni Muhammad
dan tiada pula nuri dan emprit yang tak berkicauan sendu
menanti pertemuan denganmu duhai Muhammad
Mengingat segenap Mulia Muhammad
pastilah Tuhan kan bersalawat
tiada Malaikat yang tak bersalawat
tiada mukmin yang tak bersalawat
tiada mukmin yang tak bersyafaat
tiada pula pendosa yang tak bergetar takut menjerit
aakulah tujuan kasih Muhammad,
aakulah harapkan syafa’at Muhammad,
aakulah harapkan syafa’at Muhammad
dan tiada pula pendoa yang tak bermajlis salawat hingga sekarat
menanti kepastian syafa’atMu duhai Muhammad
Mengingat segenap Indah Muhammad
tiada Zulaikha yang tak ber-Yusuf
tiada Fathimah yang tak ber-‘Ali
tiada Layla yang tak ber-Majnun
tiada Romeo yang tak ber-Yulia
tiada pula kekasih dan pengantin yang tak berpasang-pasangan bercinta
merintih dalam kerinduan keagungan Mu
kaamilah (sempurna) cahaya kasih Muhammad,
kaamilah (sempurna) cahaya indah Muhammad,
kaamilah (sempurna) bidadari cinta Muhammad
dan tiada pula bidadari-bidadara surga yang tak merindukan cahaya Indahmu, duhai Muhammad Sang Kekasih
melukis rembulan dan seribu purnama
lautpun pasang tenang menjulang
burung – burung melayang di bawah purnama
kelepak bayang – nya bak gelombang pasang
mutiara mutiara kesetiaan
kuberikan pada-Mu madu dan racun
kaupilih keduanya
aku pun memilih keduanya
Saat Kau tenggak racun
kutenggak madu
Saat kau tenggak madu
kutenggak racun
Sehingga Saat Kau tiada
Kaunikmati bayang- bayang-Mu dalam jubahku
dan Saat ku tiada
Kau pun tak tahu di mana Kau harus mencari diri – Mu
Sungguh Muhyiddin telah mengatakannya
purnama adalah mentari bagi malam
Kegelapan adalah Cahaya bagi Terang
Kegelapan adalah Air nan Beriakan
Duhai griffin duhai griffin
hingga kaki terpilin penat memilin hingga rinduku merotanku dengan penjalin
tak kujumpai Kau
bak singa berkepala tujuh dan berekor naga, sampai – sampai kukira Kau tak pernah ada?
dulu kukatakan
telah kulewati samudera dan ribuan selat
berakitkan bambu Dan Fuji dan Sabzavar
kau tak kujumpai di satu kota pun, di satu rumah pun bahkan di satu masjid pun
padahal sampan bambuku beruratkan safinatun-najah
dan telah kubawa azimat kalimat syahadat
kutebasi taring – taring buaya dengan dzul-faqor
dan ribuan perih derita dengan tanah Karbala
kutanyai penghuni langit
ia bilang tak ada burung griffin
kutanyai sang ikan Yunus nan penuh ilham
ia bilang tak ada ikan griffin
Hendak kucari engkau di daratan
tapi di samudera tak ada daratan
Mustinya kau di daratan,
Mustinya kau di sela hutan,
Sekiranya di samudra ada daratan
mungkin kucari jejakmu di sana
Sekiranya di samudra ada daratan
mungkinkan kupasang jerat-ku di sana
Duhai Kekasih Maya pujaan
Duhai Kekasih Bayangan pujaan
Ku bercinta dengan bayangan
Ku bercumbu dengan bayangan
Hingga terkadang kupandang Bibir Merah
ternyata mimpi
Dan terkadang kupegangi rangkai rompi-mu
ternyata kumengigau
Seribu bayangan mu, kadang ku pikir kaulah griffin
Kadang ku pikir kau Simurgh
Kadang ku pikir kau adalah buruan
dan aku raja nan memburu mu
Tapi ketika kupentang panah
tak lain ia hanya mengenai gores fata morgana
Hingga kupegang hatiku marah
tak kuat menatap samudra fatamorgana
Di awan biru kucumbu Kekasihku
Nama mu Maya, Nama mu Maya
Biar biarlah kukecup bibirmu Maya
walau kuakan terbangun walau ku akan terbangun
Di sofa-sofa salju aku menggigil
Kauelus aku Maya dengan hangat
Biar eluslah aku dengan bayang – Mu
walau tak sehangat wujud – Mu
percikan kristal salju keputihan tiada batas
berubah bentuk setiap saat setiap tetes tiada batas
kutak tahu di negeri bambu, di manakah kujumpai bayang Mu
atau di dalam kalam guruku, apakah bentuk Cadar Mu?
sekiranya lambaian kelapa bisa mengeluhkan mu
niscaya lebur batangnya menjadi abu
Itu griffin, Itu griffin, katanya meyakinkanku
tapi kukatakan, walau lebur lebur itu hanyalah bayangan
maka adakah ia nan telah menjerat griffin?
katakan padanya kau telah menjeratnya?
atau hanyalah tikus sawah nan kau jerat?
dan kau katakan telah kujerat griffin?
Kata orang- orang nan Konon menemukan Selendang -Mu
Kata para pendeta nan Konon telah menemukan Senyum-Mu
Kata pelacur-pelacur nan Konon menemukan AmpunanMu
Kata para ahli makrifat nan Konon telah melihat Wujud -Mu
Kucintai Kau Maya Walau Konon Kau Cantik
Kurindui Kau Maya Walau Konon Kau -lah Lautan Nyala
Kucintai Kau Maya Dan aku yakin cintaMu
Yang jelas kuyakin Kau Ada
Yang jelas kuyakin Kecupan-Mu
walau konon ribuan sampan dalam samudera
mencari keberadaan Mu
mabuk tersungkur
bersulang anggur
aku tersungkur
berbuih anggur
anggur memerah
anggun lembayung
mata memerah
lidah pun berkidung
kidung pemabuk
kidung pemabuk
anggur asmara
anggur asmara
dalam mimpi aku bermimpi
dalam anggur aku bersulang
dalam kidung aku bermimpi
duduk tepekur aku berdendang
lagu-lagu maharia
lagu-lagu mahalara
lagu-lagu cinta ria
lagu-lagu rindu lara
karena cinta adalah ria
dan rindu adalah lara
karena asmara adalah ria
walau bunga-nya adalah lara
mabuk tiada duka dan suka
mabuk melayang dalam udara
Tuhan tiada duka dan suka
Tuhan menyayang pemabuk lara
anggur asmara melepas akal
yang ada hanyalah rambut yang ikal
penggila cinta tak punya akal
mabuk menyanyi ribuan Ghazal
seribu rubaiat seribu pantun
Si Dara Hadirat terasa santun
sembari sekarat kubaca pantun
walau berkarat hatiku santun
karena anggur memabuk hati
membuatnya wangi bak melati
karena tepekur memanah hati
membuatnya pecah menatap Melati
karena Anggur bertembang rindu
dan mabuk berkicau penuh rayu
karena mabuk aku bersulang rindu
kepada Tuhan aku merayu
memuji Tuhan, Tuhan dan Tuhan
agunglah Tuhan, Tuhan dan Tuhan
Engkau sendirian
bertahta sendirian
Mahkota berkilauan
Wajah Amat Rupawan
Cantik Sekali, Cantik Sekali
Sekarat aku, Menatap sekali
berpendar memerah mesra membayang
bergetar cinta bergetar
tersungkur aku tersungkur rasa
jari bergetar jemari bergetar
arus nikmat yang amat nikmat
dalam lagu-lagu Kekasih
rahmat semata yang amat nikmat
tenggelam dalam lagu Kekasih
anggur membayang
aku membayang
aku bersulang
aku bersulang
tiada sadar
tiada tahu
aku bergetar
tanpa kutahu
mabuk aku dalam doa
selarik bersama sempoyong anggur
buih anggur dalam doa
terhuyung aku jatuh tersungkur
Tuhan, aku berdoa sembari tersungkur
karena mabuk aku tersungkur
berjuta indah Wajah Rupawan
itulah Engkau Kekasih Pujaan
mabuk..
bersulang..
mabuk..
berdendang..
mabuk..
Tuhan
aku mabuk..
Tuhan
Atas segala rahmat dan hidayah Mu
Atas segala Syafa'at dan kasihsayang Mu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar