Di kalangan Pesantren dan para Kyai Nama Ibnu Al Muqoffa kurang populer. Karena memang Beliau Bukan Mujtahid ataupun pengsyarah (komentator) kitab2 Pelajaran Pesantren. Dan di universitas Islam pun Nama Beliau jarang di buat rujukan. Dan penulis ingin sedikit mengupas sejarah siapa sosok Ulama Besar Abad ke 2 hijrah ini.
Rudzabah bin Dadzubah Al Mubarok di lahirkan di Persia tepatnya di Bashroh (Irak) pada tahun 106 H/724 M. Memiliki ayah yang bernama al-Mubarak.
Al-Mubarak bertugas sebagai pemungut pajak di daerah Irak dan Iran ketika Hajjaj Ibn Yusuf al-Saqafi menjadi Gubernur Irak dan Iran (41–95 H atau 661-714 M) pada masa kekuasaan Dinasti Bani Umayah. Al-Mubarak melakukan kesalahan dalam menjalankan tugasnya, yaitu menggelapkan sebagian hasil pungutan pajak; oleh karena itu, ia dijatuhi hukuman potong tangan (sanksi pencurian adalah potong tangan seperti terdapat dalam Al-Qur’an).
Sejak saat itulah Al-Mubarak digelari Al-Muqaffa‘ (orang yang terpotong tangannya). Gelar ini kemudian dilekatkan pada nama anaknya, Rudzibah Ibn al-Muqaffa. Secara harfiah, Ibn Al-Muqaffa berarti “anak orang yang tangannya terpotong.”
Ilmu pertama yang di terima oleh Ibnu Al-Muqaffa’ itu adalah kebudayaan dengan dua bahasa yaitu: Arab dan Persia atas para ilmuan di Bashroh. Dan ia unggul dalam ilmu keduanya, dan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan keduanya, Rudzabah itu membantu akhir masa khalifah bani Umayyah kemudian di lanjutkan dengan membantu khalifah Abbasiyah, dan setelah masuk Islam beliau akrab dipanggil Abu Muhammad. Kala itu, karena fitnah yang menimpanya, ia dituduh sebagai orang yang zindiq dan berusaha memusuhi islam. Akan tetapi mungkin dia meninggal karena sebab-sebab politik, Dia dijatuhi hukuman mati ketika berusia 36 tahun (106-142 H). Masih muda. Tragis memang, tetapi itulah sejarah yang ada.
Dialah yang pertama kali melakukan penerjemahan dalam sejarah dan sastra Arab, baik dari segi isi maupun dari gaya ungkapnya.
Penerjemahan itu mengakibatkan dua hal yang sangat penting : yaitu pindahnya bangsa Arab dari kehidupan bergaya Badui kepada kehidupan Modern dan keterlibatan orang bukan Arab dalam bidang penulisan sastra Arab.
Para pengikut nasionalisme yang menganggap bangsa bukan Arab lebih unggul dari bangsa Arab, telah gagal memberikan kesan bahwa kedudukan bahasa Arab sangat rendah. Mereka juga mengakui bahwa bahasa Al – quran milik orang muslim (apapun bahasa asli mereka) dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari hakikat Islam. Akan tetapi, mereka menolak bahwa kaidah – kaidah bahasa Arab didasarkan atas apa yang dipakai oleh orang Arab badui.
Karena tidak ada sama sekali bukti yang memperkuatnya, misalnya seorang penyair yang bersal dari mereka. Jeleknya, orang badui malah dijadikan penghujat bagi masalah yang muncul dalam bahasa. Bukti yang paling nyata, menurut mereka, adalah adanya penulis atau pelajar yang mengatakan bahwa dirinya telah berbicara seperti halnya orang badui. Meskipun demikian, kehidupan umat-khususnya sejak awal kekhalifahan Abbasiyah telah jauh dari kehidupan badui. Orang – orang yang berpengaruh dalam daulah itu, sebagian besar berasal dari Persia, tidak merasakan adanya hubungan emosional dengan kehidupan Arab, bahkan watak, nilai – nilai etika dan estetika pun berbeda. Orang – orang dinasti Abbasiyah, berkat kemampuan mereka sendiri, mampu berbicara seperti halnya orang badui.
Akan tetapi, mereka tidak pernah mengisi pikiran mereka yang modern dan kaya itu dengan gaya ungkap bahasa lama. Oleh sebab itu meski diadakan perubahan yang sangat mendasar bagi model ungkapan bahasa Arab. Bahasa Arab harus dikembangkan sesuai perubahan yang terjadi dkehidupan umat. Itulah salah satu perubahan yang mungkin saja menyangkut pemikiran dan makna yang belum pernah terbertik dalam pikiran bangsa Arab terdahulu.
Ibn Al – Muqaffa adalah pakar dalam bidang yang satu ini. Dia menyisihkan bahasa Arab kuno, dan membangun gaya ungkap bahasa arab yang benar, mudah dan sederhana yang dapat mengungkapkan makna dan muatan katanya. Dia mengadakan revolusi besar besaran dalam bahasa Badui kuno, berikut kosakata yang sesuai dengan dunia modern.
Dia melakukan penyederhanaan ( langsung kepada maksud ), penyusunan gramatikal yang jelas, selain menghindari pemakaian kata yang mengandung banyak arti, mengatur struktur pembicaraan, menghilangkan bentuk ungkapan takjub dan permintaan tolong serta memilih kata yang mudah dipahami dan menghindari setiap musykil yang terdapat dalam bahasa orang badui.
Ibn Al – Muqaffa berpendapat bahwa peniruan terhadap orang – orang terdahulu menjadi batu penghalang yang besar dalam perkembangan pemakaian ungkap baru. Karena itu dia memilih gaya ungkap yang bagus dan menarik, jelas, mudah dipahami dan gampang disampaikan. Dia menghindarkan diri dari tabiat kasar dan rumit orang – orang arab kuno, kemudian menggantinya dengan bahasa – bahaswa yang mudah, teratur dan jelas. Gaya bahasanya biasa, tetapi mudah dipahami. Dengan cepat, gaya bahasa Ibn Al – Muqaffa diikuti oleh banyak orang dan dipakai dalam dunia sastra oleh para sarjana, penulis di dunia Islam.
Kerena pendidikan Ibn Al – Muqaffa banyak diperoleh dari Persia, dia sendiri sangat condong kepada Persia dan ingin menghidupkan umatnya dengan menyebarkan sastra, politik dan sejarah mereka, maka tidak aneh bila buku – buku Ibn Al – Muqaffa adalah buku yang mula – mula dipengaruhi oleh sastra asing, dengan memperluas makna dan konsepnya.
Dia banyak menerjemahkan buku dari bahasa Persia kedalam bahasa Arab. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa dialah yang pertama kali menyerukan penyatuan pemikiran yang tumbuh dari kerja sama, tanggung jawab, dan saling pengertian antar generasi, lintas waktu, diantara umat timur yang bermacam – macam. Hal yang sama kemudian direalisasikan oleh peradaban Islam dengan sangat baik setelah dia tiada yaitu, ketika peradaban Islam mulai hidup, kuat, dan sangat berpengaruh dalam kehidupan berbagai umat dan bangsa.
Keelokan hasil terjemahannya dapat dikatakan belum pernah ada pada jaman sebelum ataupun sesudahnya yang mampu menerjemahkan karya sastra kedalam bahasa Arab, yang tidak sama sekali bahwa karya sastra itu berasal dari bahasa Asing. Karya terjemahannya pertanda bahwa kedalaman bahasa Arab mudah dicerna dan enak dibaca.
Buku penting yng dia terjemahkan ialah Kalilah dan daminah yang mampu memasuki ruang kesadaran bangsa Arab dan mampu mempengaruhi pikiran mereka, sebuah kemampuan yang tidak dimiliki oleh buku – buku lainnya, selain Al – Quran dan buku Alf Laylah wa laylah. Buku itu di cetak berkali kali di dunia Arab sejak cetakan pertama hingga jaman kita sekarang ini.
Di beberapa Negara, buku ini dijadikan sebagai buku wajib di sekolah, sehingga tidak ada satupun cendikiawan atau pelajar yang belum pernah menelaah atau membaca buku itu, sebagian atau keseluruhannya.
Buku kalilah dan daminah telah diterjemahkan kedalam lebih dari dua puluh bahasa. Semuanya kebanyakan diterjemahkan dari terjemahan dari bahasa Arab yang dilakukan oleh Ibn Al – Muqaffa. Banyak penulis yang sangat terpengaruh oleh ghaya sastra arab karena mengikuti Ibn Al – Muqaffa, baik dari segi gaya ungkap maupun cara mengkritik kondisi politik dan ketimpangan social pada masa itu, saat kebebasan mengungkapkan pendapat sudah tidak ada tempatnya.
Ibn Al – Muqaffa menginginkan agar dirinya memiliki kesempatan untuk mengungkapkan kondisi social politik yang bobrok pada masa pemerintahan Abbasiyah dengan cara membandingkannya dengan tatanan politik yang sangat bagus di Persia. Pemikirannya yang asli ini banyak membawa hasil yang baik. Dialah orang yang pertama kali menjelaskan bahwa kemuliaan Akhlak kadang kala datang dari pemikiran dan filsapat, selain datang dari agama. Menurut pendapatnya, orang – orang yang berakhlak, tingkah lakunya pasti sesuai dengan agama dan filsapat dia sangat bangga bahwa dia berakhlak karena berfilsafat ansich. Jika seseorang mau melakukan perbuatan yang mulia, pasti dirinya akan mencapai derajat yang tinggi dan terhormat. Kalaulah perbuatan mulia itu tidak dianjurkan oleh agama, manusia tetap harus melakukan perbuatan yang mulia.
Ibn Al – Muqaffa adalah cendikiawan yang beradab, bukan seorang ahli agama atau ulama. Jikapun tulisannya menyinggung persoalan berbicara tentang akhlak, dia memberi penjelasan dan uraian secara rasional saja. Hamper tidak pernah mempertahankan pendapatnya dengan memakai dalil dari ayat al – Quran ataupun hadist.
Ibn Al – Muqaffa dihukum mati pada saat khalifah Al – Manshur, karena dituduh ‘Zindiq’. Ada juga yang mengatakan bahwa dihukum mati akibat suratnya yang dikirim kepada khalifah yang dikenal dengan nama ‘ Risalah al shahabah’. Surat itu mengkritik tatanan hukum yang berlaku saat itu, selain menunjukan jalan keluar untuk memperbaiki tatanan yang abruk itu. Dia dijatuhi hukuman mati ketika berusia 36 tahun. Masih muda.
Peninggalannya
Telah sampai kepada kita prosa-prosa Ibnu Al-Muqaffa’ salah-satunya al-Adab ash-Shaghir wa al-Adab al-Kabir, menjelaskan bahwa kemuliaan akhlak kadangkala datang dari pemikiran dan filsafat, selain datang dari agama. Menurut pendapatnya, orang-orang yang berakhlak, tingkah lakunya pasti sesuai dengan agama dan filsafat. Dia sangat bangga melakukan perbuatan yang mulia, pasti dirinya akan mencapai derajat yang tinggi dan terhormat. Kalaulah perbuatan mulia itu tidak dianjurkan oleh agama, manusia tetap melakukan perbuatan mulia.
Ibnu Al-Muqaffa’ di dalam adab shaghirnya menyalin kitab-kitab sebelumnya dari perbedaan bangsa-bangsa yang lain, dan di antara keduanya di temukan dalam adab kabir pengarangnya memiliki tujuan yang jelas yaitu menyelesaikan jawaban sebelumnya dari sesuatu hal yang menghilangkan pertimbangan, Ada juga yang mengatakan bahwa dia dihukum mati akibat suratnya yang dikirim kepada khalifah yang dikenal dengan nama ‘Risalah al-shahabah’. Surat itu mengkritik tatanan hukum yang berlaku saat itu, selain menunjukkan jalan keluar untuk memperbaiki tatanan yang ambruk itu.
Seperti yang di salin kepada kebudayaan arab banyak pengaruhnya kepada prosa-prosa Persia, tetapi belum sampai kepada kita Kalilah wa Dimnahyang menjadi kitab-kitab tersohornya,Di samping itu, Ibn al-Muqaffa’ juga menulis kitabMazdak, at-Taj fi Sirah Anusyirwan, Jawami’ Kalilah wa Dzimnah, al-Yatimah, dan al-Adab ash-Shaghir wa al-Adab al-Kabir. Kitab yang terakhir disebutkan, yaitu al-Adab ash-Shagir wa al-Adab al-Kabir adalah risalah yang memuat petuah-petuah moral. Petuah-petuah tersebut diambil Ibnu Al-Muqaffa’ dari kata-kata bijak orang-orang terdahulu yang sangat berguna untuk membersihkan hati dan menghidupkan pemikiran.
Derajat dalam Kesusastraannya
Ibnu Al-Muqaffa’ adalah orang kedua yang menemukan metode pertama dalam penulisan karya sastra arab, dan yang pertamanya yaitu abdul hamid bin yahya. Dan uslubnya itu mempunyai keunggulan karena di dalamnya terdapat kehususan tertentu yang jelas di antaranya adalah majaz, dalam perkataanya dia sering menggunakan kalimat majazi:
شربت من الخطب ريا ولم أضبط لها روِيا
Selain majaz dia juga menggunakan uslub mantiq dan dia menyampaikannya dalam bentuk hikmah dan perumpamaan dengan tujuan untuk membantu dalam kebaikan.
Dan dia mempunyai keutamaan terbesar dalam menyampaikan cara penulisan bahasa arab dengan beragam kebudayaan asing yang masih ada, maka dengan demikian muncullah pemikiran kebudayaan arab yang sederhana.
Banyak para penyair dan para penulis yang mendapat pengaruh dari ibnu al-mugaffa baik itu dari pemikirannya, cara memaknainya ataupun dari metode penulisannya bahkan sampai saat ini kita masih menemukan kitab Modern yang cara penulisannya serupa.
Prosanya Dalam hal kesabaran
Ketahuilah bahwasanya sabar itu ada dua:
Pertama Kesabaran seseorang atas apa yang menimpanya dari kesulitan, dan
Kedua kesabaran seseorang atas apa yang menimpanya dari yang ia senangi.
Dan kesabaran yang terbesar adalah kesabaran yang menuimpanya dari kesulitan dan kebanyakan kesabaran yang seperti itu terjadi atau datang secara tiba-tiba. Dan ketahulah bahwasanya yang rendah itu adalah yang paling sabar secara fisik, dan yang mulya itu adalah mereka yang paling sabar hatinya. Kesabaran yang terpuji itu bukanlah kekuatan yang menerima pukulan dari lelaki atau yang kakinya kuat untuk berjalan atau tangannya yang kuat untuk bekerja, akan tetapi itu merupakan salah satu sifat keledai.
Dan kesabaran terpuji itu adalah apabila seseorang dapat memperoleh kemenangan dari dirinya sendiri dan banyak mensyukuri segala perkara dan dalam keadaan darurat dia masih bias melakukan kebaikan yang di pandang baik di mata orang-orang yang berakal, dan ketika dia emosi dia bias menahannya, dia juga unggul dalam memberikan nasehat, tidak mengikuti hawa nafsunya danketika dia mengharapkan suatu kebaikan maka dia tak kenal lelah, dan dia mempersiapkan dirinya untuk melawan hawa nafsu dan membatasi pandangannya sesuai dengan kekuatan hatinya.
Demikian lah sedikit coretan alfaqir tentang tokoh peletak dasar terjemahan bahasa.. yang mana dari Ibnu Al Muqoffa berkembang secara pesat penerjemahan Kitab (buku) dalam berbagai bahasa sampai saat ini.
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar