Translate

Sabtu, 18 November 2017

Kerusakan Bumi Akibat Eksploitasi Oleh Manusia

Dewasa ini, banyak kita jumpai tindak-tindak pengrusakan yang dilakukan oleh orang-orang yang tak bertanggungjawab. Hal ini, jelas sangat merugikan dirinya sendiri maupun orang lain. Karena pengrusakan-pengrusakan tersebut lebih banyak dampak negatif dan bahayanya daripada keuntungannya. Tak ayal, hal ini menyebabkan orang lain resah. Penebangan hutan, pengeboman sungai/laut serta tindakan kriminal lainnya seperti pembunuhan, perampokan, tawuran dan yang lainnya telah merajaleladi bumi.

Telah banyak terjadi bencana alam yang kita alami seperti banjir, tanah longsor, puting beliung bahkan tsunami. Hal ini merupakan teguran dari Allah agar kita semua, terutama orang-orang yang telah berbuat kerusakan agar segera bertaubat dan kembali pada jalan yang benar dengan cara melakukan perbaikan-perbaikan setelah mereka melakukan pengrusakan. Karena Allah Maha Adil, ketika Dia memberi peringatan tidak hanya perusak saja yang merasakannya, akan tetapi orang lain pun terkena imbasnya.

Ekologi kini menjadi isu penting dan mendesak bagi umat manusia. Berbagai bencana yang akhir-akhir ini di sering kali terjadi di hampir di seluruh pelosok dunia menuntut manusia untuk meresponnya dengan serius. Hal ini dikarenakan permasalahan ekologi menyangkut keamanan dan keselamatan umat manusia.

Kerusakan ekologi yang menyebabkan berbagai bencana hanya sedikit yang murni merupakan fenomena alam. Sebagian besar adalah akibat ulah manusia yang tidak melestarikan alam. Banyak sekali aktifitas manusia baik secara disengaja ataupun tidak yang berdampak negatif terhadap alam, misalnya penggalian sumber-sumber alam seperti minyak bumi, emas dan timah, penggunaan kendaraan bermotor, pembangunan pabrik-pabrik, pembukaan hutan untuk perkebunan, dan lain sebagainya.  Aktifitas-aktifitas tersebut tidak akan menimbulkan kerusakan apabila diiringi dengan usaha-usaha perbaikan secara konsisten.

Manusia adalah mahluk Tuhan yang diciptakan sempurna dibandingkan dengan mahluk-mahluk lain. Dengan anugerah akal manusia menjadi pemimpin bagi kehidupan di bumi. Islam telah menegaskan peran dan fungsi manusia sebagai pemimpin di atas bumi. Islam pun tentu memberikan arahan-arahan bagaimana menjalankan tugas kepemimpinannya itu di dalam al Quran dan al Hadits. Penulis ingin menelusuri   dalil-dalil yang menjadi dasar bagi umat Islam untuk berperilaku arif terhadap alam. Pembahasan akan ditujukan untuk menelusuri ayat-ayat dan hadits apa saja yang memerintahkan manusia untuk memperdulikan lingkungan.

Dalam hubungannya dengan alam, Islam menekankan kepada umatnya untuk memperlakukan lingkungan dengan tidak semena-mena. Keberlangsungan kelestarian alam juga merupakan keberlangsungan kelestarian umat manusia. Bumi adalah satu-satunya tempat tinggal manusia sejak ratusan bahkan jutaan tahun yang lalu. Memelihara bumi adalah manifestasi rasa syukur kita kepada Allah SWT.

Selain untuk beribadah kepada Allah, manusia juga diciptakan sebagai khalifah dimuka bumi. Sebagai khalifah, manusia memiliki tugas untuk memanfaatkan, mengelola dan memelihara alam semesta. Allah telah menciptakan alam semesta untuk kepentingan dan kesejahteraan semua makhluk-Nya, khususnya manusia.

Keserakahan dan perlakuan buruk sebagian manusia terhadap alam dapat menyengsarakan manusia itu sendiri. Tanah longsor, banjir, kekeringan, tata ruang daerah yang tidak karuan dan udara serta air yang tercemar adalah buah kelakuan manusia yang justru merugikan manusia dan makhluk hidup lainnya.

Islam mengajarkan agar umat manusia senantiasa menjaga lingkungan. Hal ini seringkali tercermin dalam beberapa pelaksanaan ibadah, seperti ketika menunaikan ibadah haji. Dalam haji, umat Islam dilarang menebang pohon-pohon dan membunuh binatang. Apabila larangan itu dilanggar maka ia berdosa dan diharuskan membayar denda (dam). Lebih dari itu Allah SWT melarang manusia berbuat kerusakan di muka bumi.

Tentang memelihara dan melestarikan lingkungan hidup, banyak upaya yang bisa dilakukan, misalnya rehabilitasi SDA berupa hutan, tanah dan air yang rusak perlu ditingkatkan lagi. Dalam lingkungan ini program penyelamatan hutan, tanah dan air perlu dilanjutkan dan disempurnakan. Pendayagunaan daerah pantai, wilayah laut dan kawasan udara perlu dilanjutkan dan makin ditingkatkan tanpa merusak mutu dan kelestarian lingkungan hidup.

Alloh Subhanahu Wata'ala Berfirman

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (41) قُلْ سِيرُوا فِي الأرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلُ كَانَ أَكْثَرُهُمْ مُشْرِكِينَ (42)

Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali(ke jalan yang benar). Katakanlah, "Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang dahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).” (QS Arrum Ayat 41-42).

Bumi sebagai tempat tinggal dan tempat hidup manusia dan makhluk Allah lainnya sudah dijadikan Allah dengan penuh rahmat-Nya. Gunung-gunung, lembah-lembah, sungai-sungai, lautan, daratan dan lain-lain semua itu diciptakan Allah untuk diolah dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh manusia, bukan sebaliknya dirusak dan dibinasakan
Hanya saja ada sebagian kaum yang berbuat kerusakan di muka bumi. Mereka tidak hanya merusak sesuatu yang berupa materi atau benda, melainkan juga berupa sikap, perbuatan tercela atau maksiat serta perbuatan jahiliyah lainnya. Akan tetapi, untuk menutupi keburukan tersebut sering kali mereka menganggap diri mereka sebagai kaum yang melakukan perbaikan di muka bumi, padahal justru merekalah yang berbuat kerusakan di muka bumi.

Firman Allah Swt.:

{ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ}

Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. (Ar-Rum: 41)

Yaitu dengan berkurangnya hasil tanam-tanaman dan buah-buahan karena banyak perbuatan maksiat yang dikerjakan oleh para penghuninya.

Abul Aliyah mengatakan bahwa barang siapa yang berbuat durhaka kepada Allah di bumi, berarti dia telah berbuat kerusakan di bumi, karena terpeliharanya kelestarian bumi dan langit adalah dengan ketaatan. Karena itu, disebutkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud yang bunyinya:

"لَحَدٌّ يُقَامُ فِي الْأَرْضِ أَحَبُّ إِلَى أَهْلِهَا مِنْ أَنْ يُمْطَرُوا أَرْبَعِينَ صَبَاحًا"

Sesungguhnya suatu hukuman had yang ditegakkan di bumi lebih disukai oleh para penghuninya daripada mereka mendapat hujan selama empat puluh hari.

Dikatakan demikian karena bila hukuman-hukuman had ditegakkan, maka semua orang atau sebagian besar dari mereka atau banyak dari kalangan mereka yang menahan diri dari perbuatan maksiat dan perbuatan-perbuatan yang diharamkan. Apabila perbuatan-perbuatan maksiat ditinggalkan, maka hal itu menjadi penyebab turunnya berkah dari langit dan juga dari bumi.

Oleh sebab itulah kelak di akhir zaman bila Isa putra Maryam a.s. diturunkan dari langit, ia langsung menerapkan hukum syariat yang suci ini (syariat Islam), antara lain membunuh semua babi, semua salib ia pecahkan, dan jizyah (upeti) ia hapuskan. Maka tidak diterima lagi upeti, melainkan Islam atau perang.

Dan bila di masanya Allah telah membinasakan Dajjal beserta para pengikutnya, juga Ya'juj dan Ma'juj telah dimusnahkan, maka dikatakan kepada bumi, "Keluarkanlah semua berkah (kebaikan)mu!" Sehingga sebuah delima dapat dimakan oleh sekelompok orang, dan kulitnya dapat mereka pakai untuk berteduh. Hasil perahan seekor sapi perah dapat mencukupi kebutuhan minum sejumlah orang. Hal itu tiada lain berkat dilaksanakannya syariat Nabi Muhammad Saw. Manakala keadilan ditegakkan, maka berkah dan kebaikan akan banyak di dapat. Karena itulah disebutkan di dalam kitab Sahihain melalui salah satu hadisnya yang mengatakan,

"إنَّ الْفَاجِرَ إِذَا مَاتَ تَسْتَرِيحُ مِنْهُ الْعِبَادُ وَالْبِلَادُ، وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ"

"Apabila seorang pendurhaka mati, maka merasa gembiralah semua hamba, negeri, pepohonan, dan hewan-hewan dengan kematiannya itu."

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad dan Al-Husain. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Auf, dari Abu Mikhdam, bahwa pernah ada seorang lelaki di masa Ziad atau Ibnu Ziad menemukan sebuah kantung berisikan biji-bijian, yakni biji jewawut yang besarnya seperti biji buah kurma setiap bijinya, tertuliskan padanya kalimat berikut, "Ini adalah hasil tanaman di suatu masa yang ditegakkan padanya prinsip keadilan."

Malik telah meriwayatkan dari Zaid ibnu Aslam, bahwa yang dimaksud dengan kerusakan dalam ayat ini ialah kemusyrikan, tetapi pendapat ini masih perlu diteliti lagi.

Firman Allah Swt.:

{لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا}

supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka. (Ar-Rum: 41)

Maksudnya, agar Allah menguji mereka dengan berkurangnya harta dan jiwa serta hasil buah-buahan, sebagai suatu kehendak dari Allah buat mereka dan sekaligus sebagai balasan bagi perbuatan mereka.

{لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ}

agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (Ar-Rum: 41)

Yakni agar mereka tidak lagi mengerjakan perbuatan-perbuatan maksiat, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

{وَبَلَوْنَاهُمْ بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ}

Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran). (Al-A'raf: 168)

Kemudian Allah Swt. berfirman dalam ayat selanjutnya:

{قُلْ سِيرُوا فِي الأرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلُ}

Katakanlah, "Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang dahulu. (Ar-Rum: 42)

Yaitu orang-orang dahulu sebelum kalian.

{كَانَ أَكْثَرُهُمْ مُشْرِكِينَ}

Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).” (Ar-Rum: 42)

Maka lihatlah apa yang telah menimpa mereka disebabkan mendustakan para rasul dan mengingkari nikmat-nikmat Allah.

Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar