Di dalam Al-Qur’an sebagai dasar dan sumber ajaran islam banyak ditemui ayat-ayat yang berhubungan dengan ketenangan dan kebahagiaan jiwa sebagai hal yang prinsipil dalam kesehatan mental. Ayat-ayat tersebut adalah:
لَقَدْ مَنَّ اللّهُ عَلَى الْمُؤمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولاًمِّنْ أَنفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُالْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُواْ مِن قَبْلُ لَفِي ضَلالٍمُّبِينٍ
Artinya: Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka al-kitab dan al-hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (keadaan nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (Q.S. 3: 164)
Manusia tidak dapat melihat jin dalam bentuk yang asli karena Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
يَا بَنِي آدَمَ لاَ يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُم مِّنَ الْجَنَّةِ يَنزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْءَاتِهِمَا إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ تَرَوْنَهُمْ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاء لِلَّذِينَ لاَ يُؤْمِنُونَ
“Wahai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan, sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu-bapakmu dari surga; ia menanggalkan pakaiannya dari keduanya untuk memperlihatkan–kepada keduanya–‘auratnya. Sesungguhnya, ia (iblis/setan) dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang (di sana) kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya, Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.” (Qs. Al-A’raf:27)
Allah Swt. memperingatkan anak Adam agar bersikap waspada terhadap iblis dan teman-temannya, seraya menjelaskan kepada mereka (anak Adam) bahwa iblis itu adalah musuh bebuyutan bapak seluruh umat manusia, yaitu Nabi Adam a.s. Iblis telah berupaya mengeluarkan Adam dari surga yang merupakan darunna'im (rumah kenikmatan), hingga akhirnya Adam dikeluarkan darinya sampai di darut tu'ab (rumah kepayahan dan penuh penderitaan). Dan iblislah penyebab utama yang membuat auratnya terbuka, padahal sebelumnya selalu dalam keadaan tertutup, sehingga dia sendiri tidak dapat melihatnya. Hal tersebut tiada lain terjadi karena terdorong oleh permusuhan yang sengit dalam diri iblis terhadap Adam. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ بِئْسَ لِلظَّالِمِينَ بَدَلا}
Patutkah kalian mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain dari-Ku, sedangkan mereka adalah musuh kalian? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zalim. (Al-Kahfi: 50)
Tak sedikit di antara kaum muslimin yang keliru memandang ‘kemampuan’ penerawangan seseorang, sehingga ia dijadikan rujukan dalam mencari barang hilang atau bahkan hal-hal ghaib –seakan-akan ia memiliki kunci-kunci dunia ghaib- yang merupakan otoritas mutlak Allah. Ada sejumlah syubhat yang mesti dikritisi:
Pertama, ilmu terawang dianggap sebagai kelebihan positif bahkan tak jarang dianggap sebagai karamah bagi pemiliknya selama digunakan untuk membantu orang lain. Padahal terdapat perbedaan mendasar antara karamah dan sihir atau istidraaj.
Syaikh ‘Abdullah bin Alwi bin Muhammad al-Haddad menjelaskan:
و كل من لم يبالغ فى التمسك بالكتاب و السنة و لم يبذل و سعه فى متابعة الرسول وهو مع ذلك يدعى ان له مكانة من الله تعالى فلا تلتفت اليه ولا تعرج عليه وان طار فى الهواء ومشى على الماء وطويت له المسافات وخرقت له العادات فان ذلك يقع كثيرا للشياطين والسحرة والكهان والعرافين والمنجمين وغيرهم من الضلال
“Barangsiapa tak bersungguh-sungguh berpegang dengan al-Qur’ân dan al-Sunnah, juga tak mengerahkan kemampuan untuk mengetahui jejak Rasul kemudian ia mengaku mempunyai derajat tinggi di hadapan Allâh, maka jangan sampai engkau berpaling kepadanya dan mengikutinya meskipun dia bisa terbang, berjalan di atas air, bisa meringkas jarak perjalanan atau mempunyai keanehan-keanehan lain. Karena peristiwa-peristiwa semacam ini bisa dilakukan syaithân-syaithân, para tukang sihir (dukun), para tukang ramal, orang-orang yang mengetahui keadaan samar (al-‘arrâfîn) dan para ahli perbintangan (al-Munajjimîn). Mereka semua ini termasuk orang-orang sesat.”
Dan dari penjelasan para ulama (saya nukil di buku Jin dan Dukun Hitam Putih Indonesia), ciri-ciri karamah sebagai berikut:
Allâh anugerahkan hanya pada orang-orang beriman yang berpegang teguh pada akidah dan syari’at-Nya, timbul dari ketaqwaan pada-Nya. Ini merupakan syarat mutlak yang pertama!
Seringkali hadir dalam kondisi benar-benar terdesak, tak ada yang bisa menolong kecuali keajaiban pertolongan dari Allâh,
Tidak diupayakan dengan usaha-usaha dan maksud tertentu, tidak bisa diprogram oleh manusia.Tidak bisa dipelajari.
Adakah ilmu khusus untuk memiliki karâmah? Tidak!
Tidak bisa ditransfer atau diwariskan. Karena ketakwaan pada Allah dari orang yang dianugerahi karâmah tak bisa diwariskan kepada orang lain, tak seperti layaknya mewariskan harta,
Tidak bisa diprogramkan untuk dipertontonkan atau didemonstrasikan sekehendak hati (kapan pun mau bisa).
Tidak bisa dibatalkan oleh makhluk.
Dan kenyataannya, 100% yang bisa menerawang, seringkali melihat penampakan, bisa dibatalkan yakni disembuhkan dengan ruqyah syar’iyyah.
Kedua, ilmu terawang diperoleh dengan cara belajar; misalnya menimpa mereka yang menggeluti ilmu sihir atau ilmu silat yang mengandalkan bantuan jin dan terkadang tiba-tiba hadir (tipu daya syaithan) dengan diawali peristiwa aneh atau ganjil misalnya kehadiran sosok tertentu lewat mimpi.
Sebagai muhâsabah, penulis sampaikan peringatan Syaikh ‘Abd al-Wahhab asy-Sya’rani berikut ini:
و من كُشِف له عمّا يفعلَه الناسُ في قُعُورِ بيوتهِم فهو كَشْفٌ شيطانيٌ يَجِبُ عليه التوبةُ منه فَورا
“Barangsiapa terbuka mata hatinya, sehingga bisa melihat apa yang dikerjakan manusia di dalam rumah-rumah mereka, maka demikian ini termasuk terbukanya hati yang timbul dari syaithân. Yang wajib dilakukan adalah bertaubat seketika itu juga.”
Dalam al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qur’ân karya al-Hafizh al-Qurthubi dinyatakan bahwa orang yang suka memprediksikan sesuatu, harus diberi peringatan. Karena mereka bisa merusak akidah orang-orang awam, dikhawatirkan mereka meninggalkan keyakinan mereka yang sesungguhnya.
Ibnu Arabi berkata: “Apabila ada seorang dokter mengatakan bahwa jika puting susu sebelah kanan tersumbat, maka janin yang ada dalam rahim ibu tersebut adalah laki-laki. Bila yang tersumbat kiri, maka janinnya perempuan. Orang yang mengatakan hal ini, tidak dihukumi kafir atau fasik, dengan catatan ciri-ciri tersebut sesuai kebiasaan dan ia tidak memastikannya. Tapi siapapun yang memastikan akan mendapatkan pekerjaan di masa mendatang atau mengabarkan segala sesuatu yang belum terjadi, maka tidak diragukan lagi kekafiran orang tersebut. Adapun mengenai masa gerhana bulan dan matahari, bila ada seseorang yang memastikannya –menurut sebagian ulama- hukumnya hanya diberi peringatan dan tidak sampai dihukumi kafir. Karena hal tersebut bisa diketahui melalui ilmu hisab dan prakiraan rotasi. Sebagaimana yang dikabarkan Allâh, ‘Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah (QS. Yâsîn [36]: 39).”
Maka penerawangan, yakni menerawang apa yang akan terjadi, atau menerawang mengetahui penyakit tanpa cara-cara yang rasional seperti yg ana temukan dari pengaduan orang2 yang ana ruqyah itu bagian dari al-‘iraafah, orangnya disebut ‘arraaf.
Halusinasi
Halusinasi adalah persepsi yang kuat atas suatu peristiwa atau objek yang sebenarnya tidak ada. Halusinasi dapat terjadi pada setiap panca indra (yaitu penglihatan, pendengaran, perasa, penciuman, atau perabaan).
Halusinasi pendengaran
Halusinasi pendengaran seperti mendengar suara-suara, musik atau seperti namanya dipanggil-panggil, tapi ketika melihat di sekitarnya hal tersebut tidak ada. Selain itu terkadang juga timbul suara yang berbicara atau menyuruhnya melakukan sesuatu.
Halusinasi jenis ini biasanya sering terjadi pada kondisi psikotik seperti skizofrenia, depresi atau terisolasi. Depresi yang sangat kuat bisa mengganggu fungsi normal dari pikiran manusia. Sedangkan ketika seseorang terisolasi dari dunia sosial akan berpengaruh buruk terhadap pikirannya karena tidak ada saluran untuk kebutuhan normal sosialnya.
Halusinasi penglihatan (visual)
Halusinasi visual biasanya terjadi bertahap dan dimulai dengan seseorang melihat sesuatu dalam berbagai bentuk seperti bayangan, pola kilatan cahaya atau objek. Namun persepsi yang paling umum adalah melihat manusia atau hewan yang sebenarnya tidak ada.
Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar