Translate

Jumat, 31 Agustus 2018

Sihir Itu Ada Dan Janganlah Melakukan Perbuatan Itu

Manusia yang paling berat cobaannya adalah para Nabi. Mereka mendapatkan banyak cobaan dan bencana dari umatnya sendiri. Ada di antara mereka yang dibunuh, dipukuli, ditahan (disandera), ada juga yang biasa diejek. Jadi bukanlah suatu bid’ah jika ada Nabi yang diuji oleh umatnya, dengan izin Allah meski tidak menghendakinya, dengan macam-macam ujian seperti juga suatu macam sihir.

Sebagaimana nabi Muhammad pun pernah diuji dengan dilempari kotoran ketika sedang melakukan sujud, dan lain-lain cobaan dan bencana. Semua itu tidak mengurangi kredibilitas yang dimilikinya, tidak pula menimbulkan cela. Justru hal itu dapat meningguikan derajat dan kemuliannya di sisi Allah.

Masalah hadits yang menyatakan bahwa Nabi pernah tersihir pun direspon oleh para ulama dengan berbagai argument yang mereka kemukakan. Sebagian menganggap hadits ini shahih, sebagian yang lain menganggap hadits ini dlaif. Lalu bagaimana dengan sifat dalam diri Nabi yang “ma’shum??? Apakah Nabi memang benar-benar tersihir atau malah sebaliknya? Beliau tetap dijaga oleh Allah…

Hadis tentang tersihirnya Nabi

(HR. Bukhari No. 4059)

حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ عَنْ هِشَامٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ سَحَرَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَهُودِيٌّ مِنْ يَهُودِ بَنِي زُرَيْقٍ يُقَالُ لَهُ لَبِيدُ بْنُ الْأَعْصَمِ قَالَتْ حَتَّى كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُخَيَّلُ إِلَيْهِ أَنَّهُ يَفْعَلُ الشَّيْءَ وَمَا يَفْعَلُهُ حَتَّى إِذَا كَانَ ذَاتَ يَوْمٍ أَوْ ذَاتَ لَيْلَةٍ دَعَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ دَعَا ثُمَّ دَعَا ثُمَّ قَالَ يَا عَائِشَةُ أَشَعَرْتِ أَنَّ اللَّهَ أَفْتَانِي فِيمَا اسْتَفْتَيْتُهُ فِيهِ جَاءَنِي رَجُلَانِ فَقَعَدَ أَحَدُهُمَا عِنْدَ رَأْسِي وَالْآخَرُ عِنْدَ رِجْلَيَّ فَقَالَ الَّذِي عِنْدَ رَأْسِي لِلَّذِي عِنْدَ رِجْلَيَّ أَوْ الَّذِي عِنْدَ رِجْلَيَّ لِلَّذِي عِنْدَ رَأْسِي مَا وَجَعُ الرَّجُلِ قَالَ مَطْبُوبٌ قَالَ مَنْ طَبَّهُ قَالَ لَبِيدُ بْنُ الْأَعْصَمِ قَالَ فِي أَيِّ شَيْءٍ قَالَ فِي مُشْطٍ وَمُشَاطَةٍ قَالَ وَجُفِّ طَلْعَةِ ذَكَرٍ قَالَ فَأَيْنَ هُوَ قَالَ فِي بِئْرِ ذِي أَرْوَانَ قَالَتْ فَأَتَاهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي أُنَاسٍ مِنْ أَصْحَابِهِ ثُمَّ قَالَ يَا عَائِشَةُ وَاللَّهِ لَكَأَنَّ مَاءَهَا نُقَاعَةُ الْحِنَّاءِ وَلَكَأَنَّ نَخْلَهَا رُءُوسُ الشَّيَاطِينِ قَالَتْ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا أَحْرَقْتَهُ قَالَ لَا أَمَّا أَنَا فَقَدْ عَافَانِي اللَّهُ وَكَرِهْتُ أَنْ أُثِيرَ عَلَى النَّاسِ شَرًّا فَأَمَرْتُ بِهَا فَدُفِنَتْ حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ حَدَّثَنَا هِشَامٌ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ سُحِرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَسَاقَ أَبُو كُرَيْبٍ الْحَدِيثَ بِقِصَّتِهِ نَحْوَ حَدِيثِ ابْنِ نُمَيْرٍ وَقَالَ فِيهِ فَذَهَبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى الْبِئْرِ فَنَظَرَ إِلَيْهَا وَعَلَيْهَا نَخْلٌ وَقَالَتْ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَأَخْرِجْهُ وَلَمْ يَقُلْ أَفَلَا أَحْرَقْتَهُ وَلَمْ يَذْكُرْ فَأَمَرْتُ بِهَا فَدُفِنَتْ

Aisyah ra. berkata: Nabi saw. terkena sihir sehingga membuat beliau mengkhayalkan mengerjakan sesuatu padahal beliau tidak melaksanakannya. suatu hari beliau memanggil-manggil, lalu sabdanya: Apakah kamu merasakan sesuatu wahai Aisyah bahwa Allah telah mewahyukan kepadaku mengenai apa yang aku minta? Telah datang kepadaku dua orang yang satu duduk di samping kepalaku sedangkan yang lain duduk di samping kakiku, maka terjadilah dialog antara keduanya: Tanya: Sakit apa dia?Jawab: Terkena sihir. Tanya: Siapa pelakunya? Jawab: Labid bin alA'sham. Tanya: Dengan fasilitas apa? Jawab: Dengan rambut yang rontok karena tersisir dan mayang kurma. Tanya: Dimana adanya? Jawab: Di sumur Dzarwan. Maka Nabi saw. mendatangi sumur tersebut dan kembali kepada Aisyah seraya bersabda: Bagaikan daun pacar yang terendam dan punuk pohon kurmanya bagaikan syetan. Aisyah berkata: Apakah tuan tidak mencampakkannya? Nabi menjawab: Tidak, Allah telah memberiku kesembuhan dan saya tidak menginginkan untuk mencelakakan seorang pun. Akhirnya sumur itu ditimbun.

Cerita di atas adalah sejarah, dimana Nabi saw. pernah terkena sihir, pelakunya adalah Labid bin al-A'sham, seorang Yahudi dari kelompok Bani Zuraiq. Orang-orang Yahudi bersekongkol dengan Labid, salah seorang tukang sihir Yahudi yang terkenal untuk makar kepada Muhammad dengan imbalan tiga dinar. Kemudian Labid mengerjakannya melalui beberapa helai rambut yang rontok karena tersisir, yang menurut riwayat, rambut itu diperoleh dari seorang budak perempuan yang pergi ke rumah Nabi saw dan membuat buhul pada rambut tersebut sebagai sihir, lalu diletakkan di sumur Dzarwan. Kemudian Nabi mendatangi sumur itu bersama beberapa orang sahabat. Dalam riwayat lain disebutkan nama Ali dan beberapa sahabat lain. Kemudian sihir itu dikeluarkan lalu Nabi membacakan Mu’awwidzatain pada buhul-buhul tersebut. Nabi terlepas dari pengaruh sihir itu sebagaimana digambarkan Nabi laksana terlepas dari berbagai ikatan.

Ibnul Qayyim Rahimahullah ketika menjelaskan kedudukan hadits sihir menjelaskan: “Hadits ini Tsabit (Shahih) menurut para ahli ilmu dalam bidang hadits, mereka telah menerimanya dan tidak berselisih tentang keshahihannya. walaupun banyak kalangan ahli kalam dan selainnya yang membantahnya, mengingkari dengan keras bahkan menganggapnya dusta sebagian mereka ada yang menulis karangan khusus tentang hal ini dan menuduh Hisyam (bin Urwah) sebagai penyebab (lemahnya) dan yang maksimal (cercaan terhadap Hisyam bahwa mereka) menuduh Hisyam telah keliru dan tersamarkan hadits ini atasnya,padahal sedikitpun dirinya tidak demikian. Lalu (mereka) berkata: ”Karena Nabi saw tidak mungkin terkena sihir, sebab hal itu akan membenarkan perkataan kaum kuffar.

Semua yang mereka katakan tersebut tertolak menurut ahli ilmu.Sesungguhnya Hisyam termasuk perawi yang paling tsiqah dan berilmu, tidak seorangpun dari kalangan Imam mencela-nya yang mengakibatkan tertolaknya hadits (yang diriwayatkannya). Apa pula urusan ahli kalam ikut-ikutan membicarakan hal ini? Telah diriwayatkan pula dari selain Hisyam dari ‘Aisyah dan telah sepakat pemilik dua Shahih (Bukhari dan Muslim) dalam menshahihkan hadits ini tidak seorangpun dari kalangan ahli Hadits dan Fiqih yang menolaknya. Kisah ini Masyhur bagi ahli tafsir, sunan, hadits, sejarah dan fuqaha’.Mereka lebih alim tentang keadaan Rasulullah dan kesahariannya daripada ahli kalam.

Lalu Mengatakan: “Sihir yang menimpa beliau adalah sejenis penyakit dari penyakit-penyakit yang muncul, kemudian Allah swt menyembuhkannya. Hal tersebut bukan merupakan kekurangan (bagi Rasul) dan tidak ada celaan sedikitpun padanya, sesungguhnya penyakit boleh menimpa para nabi, demikian pula pingsan. Sungguh Nabi pernah pingsan ketika sakit,pernah terjatuh hingga terluka kaki beliau dan tergores kulitnya.Ini termasuk bala’ (cobaan) yang dengannya Allah mengangkat derajat beliau serta dengannya Rasulullah mendapat keutamaannya. Adapun cobaan paling berat yang di rasakan oleh para Nabi adalah cobaan yang mereka terima dari umatnya dari berbagai macam ujian, berupa pembunuhan dan pemukulan, celaan dan penahanan. Maka bukanlah suatu hal yang baru Jika Rasulullah mendapatkan ujian dari sebagian musuh-musuhnya dengan sejenis sihir, sebagaimana Beliau telah di uji dengan lemparan panah dari musuhnya lalu panah tersebut melukai Beliau. Rasulullah juga pernah di uji dengan diletakannya kotoran di atas punggung Beliau tatkala sujud, dan selain itu.hal ini tidak menunjukan kekurangan dan aib atas mereka (para nabi), bahkan menunjukan kesempurnaan dan ketinggian derajat mereka di sisi Allah subahanahu wata’ala.

Rasulullah adalah seorang manusia, dapat menimpa Beliau apa-apa yang menimpa manusia lainnya dari berbagai penyakit, sikap melampaui batas sebagian manusia terhadapnya dan tindak kedzaliman mereka terhadap Beliau sebagaimana manusia yang lainnya. Demikian pula hal - hal lain yang berhubungan dengan perkara dunia yang Beliau tertimpa sesuatu penyakit atau sikap melampaui batas orang lain terhadapnya -dengan sihir misalnya- yang dengan sebab itu Beliau membayangkan sesuatu urusan dunia yang hakekatnya tidak ada. Dibayangkan kepada Beliau menyetubuhi istrinya padahal tidak melakukannya, atau Beliau memiliki kekuatan untuk menyetubuhinya, namun tatkala mendekati salah seorang dari mereka, tiba-tiba muncul kelemahan dan hilang kekuatan beliau untuk melakukannya. Tetapi musibah yang menimpa Beliau penyakit, atau sihir tersebut tidaklah mempengaruhi penerimaan wahyu dari Allah swt dan tidak berhubungan dengan apa yang beliau sampaikan dari Allah swt kepada umatnya, karena telah tegaknya berbagai dalil dari Al Qur’an dan sunnah dan kesepakatan para pendahulu umat ini yang menunjukan kemaksumannya (terpeliaharanya). Beliau dalam menerima wahyu, menyampaikan, dan semua yang berhubungan dengan perkara-perkara agama. Dan sihir adalah sejenis penyakit yang menimpa Beliau.

Firman-Nya pula dalam surat al-Hajj: 52

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ وَلَا نَبِيٍّ إِلَّا إِذَا تَمَنَّى أَلْقَى الشَّيْطَانُ فِي أُمْنِيَّتِهِ فَيَنْسَخُ اللَّهُ مَا يُلْقِي الشَّيْطَانُ ثُمَّ يُحْكِمُ اللَّهُ آَيَاتِهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (52)

"Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang Rasul-pun dan tidak pula seorang Nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, syetanpun memasuk-kan godaan-godaan terhadap keinginan itu, melainkan Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh syetan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayatnya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana".

Dalam surat al-Kahfi: 110

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا (110)

"Sesungguh-nya aku ini hanyalah seorang manusia biasa seperti kamu, namun yang kusampai-kan hanyalah wahyu yang diwahyukan Allah kepadaku".

Seputar Hadits tentang tersihirnya Nabi: “Ini benar adanya, terdapat dalam hadits yang shahih dan hal itu terjadi di madinah. Tatkala wahyu telah turun (secara berangsur) dan telah tegak tonggak risalah (yang beliau sampaikan), telah tampak berbagai tanda kenabian Beliau dan kebenaran risalahnya, serta Allah menolong Nabi-Nya mengalahkan kaum musyrikin dan menghinakan mereka; seorang dari Yahudi yang bernama Labid bin Al-A’sham ingin mengganggu Beliau. Dia pun membuat simpul sihir pada sisir, rontokan rambut, dan mayang kurma jantan sehingga di bayangkan kepada beliau melakukan sesuatu terhadap keluarganya padahal ternyata tidak melakukannya. Namun tetap -walhamdulillah- akalnya, perasaannya, dan pemahamannya terhadap Beliau beritakan kepada manusia tidaklah terganggu. Beliau tetap memberitakan kepada manusia kebenaran yang telah Allah swt wahyukan kepadanya, namun beliau merasakan sesuatu yang memberikan sebagian pengaruh dalam hubungannya dengan Istrinya, sebagaimana yang di katakanAisyah bahwa di bayangkan kepada beliau melakukan sesuatu bersama keluarganya di rumah dan ternyata tidak melakukannya.

Diutuslah (sebagian sahabat) untuk mengeluarkan (simpul sihir) dari sumur milik salah seorang Anshar tersebut dan melenyapkan (pengaruh sihir)-nya. Akhirnya hilanglah pengaruh tersebut-segala puji bagi Allah. Surat al-Mu’awwidzatain (al Falaq dan An-Nas), Lalu Beliau membacanya. Maka hilanglah setiap gangguan tersebut. Rasulullah bersabda: “tidak ada seorang yang ber-ta’awwudz yang menandingi keduanya”.

Dan (hal itu) tidaklah mengakibatkan sesuatu yang memudharatkan manusia, atau merusak risalah atau wahyu yang Beliau bawa. Allah telah memeliharanya dari manusia atas sesuatu yang mencegah terhalanginya risalah yang Beliau bawa, atau tercegah dari menyampaikannya.

Adapun yang menimpa para rasul berupa jenis-jenis gangguan, Beliau pun tidak terpelihara darinya, hal itu pun menimpa Rasulullah. Diantaranya juga, terlukanya Beliau pada perang Uhuhd, kepala Beliau di Pukul dengan alat pelindung kepala hingga sebagian besinya masuk kedalam dua pipi Beliau, serta terjatuh pada sebagian lubang yang terdapat di sana. Dan mereka (Rasulullah dan para sahabat) telah disempitkan kehidupannya sewaktu di Makkah, Beliau mengalami sesuatu yang telah menimpa para rasul sebelumnya. Inilah Sunatullah, dengannya Allah mengangkat derajat Beliau meninggikan kedudukannya, dan melipatgandakan kebaikan-kebaikannya.Namun Allah senantiasa memelihara Beliau dari sisi bahwa meraka tidak mampu membunuhnya, dan tidak mampu mencegahnya menyampaikan risalah. Tidak satupun yang mampu menghalagi apa saja yang wajib beliau sampaikan, sungguh Beliau telah menyampaikan risalah, menunaikan amanah, mudah-mudahan shalawat dan salam Allah subahanahu wata’ala senantiasa tercurah atas Beliau.

Dari semua riwayat tampak bahwa sihir yang dilakukan oleh Yahudi kepada Nabi tersebut termasuk jenis sihir yang paling jahat, dengan maksud membunuh Nabi, sebagaimana dimaklumi dari sekian macam sihir itu memang ada yang tujuannya untuk membunuh, akan tetapi Allah menjaga Nabi dari makar mereka, sehingga sihir itu menjadi jenis sihir yang paling ringan, yakni sekedar ketidakberdayaan Nabi untuk menggauli istrinya sendiri, jenis sihir inilah yang lazim disebut al-rabth.

Terjadinya sakit pada diri Nabi yang disebabkan sihir di atas tidak akan merusak status kenabian, karena penyakit tersebut hanya terkait urusan keduniaan, sehingga penyakit yang menimpa Nabi tersebut sama seperti penyakit-penyakit lain yang hanya menimpa pada bagian jasmaniah, seperti pandangan mata seakan menggauli dan memanggil-manggil isteri padahal tidak, hanya sebatas itu.

Peristiwa seperti ini juga pernah dialami oleh Musa ketika berhadapan dengan tukang-tukang sihir Fir'aun, ketika itu terbayang oleh Musa lantaran sihir mereka seakan-akan tongkat mereka merayap dengan cepat, kemudian Allah memberikan keteguhan hati kepada Musa. Dalam firman Allah disebutkan, "Kami berkata: janganlah takut, sesungguhnya kamulah yang paling unggul atau menang. Lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu, niscaya dia akan menelan apa yang mereka perbuat, Sesungguhnya apa yang mereka perbuat adalah tipu daya tukang sihir, dan tidak akan menang tukang sihir itu".

Hukum Berbuat Sihir

حَدَّثَنِي هَارُونُ بْنُ سَعِيدٍ الأَيْلِيُّ، حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ، قَالَ: حَدَّثَنِي سُلَيْمَانُ بْنُ بِلَالٍ، عَنْ ثَوْرِ بْنِ زَيْدٍ، عَنْ أَبِي الْغَيْثِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ "، قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَا هُنَّ؟ قَالَ: " الشِّرْكُ بِاللَّهِ، وَالسِّحْرُ، وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ، وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ، وَأَكْلُ الرِّبَا، وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ، وَقَذْفُ الْمُحْصِنَاتِ الْغَافِلَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ "

Telah menceritakan kepadaku Haaruun bin Sa’iid Al-Ailiy : Telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, ia berkata : Telah menceritakan kepadaku Sulaimaan bin Bilaal, dari Tsaur bin Zaid, dari Abul-Ghaits, dari Abu Hurairah : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda : “Jauhilah oleh kalian tujuh perkara yang membinasakan”. Dikatakan : “Wahai Rasulullah, apakah itu ?”. Beliau menjawab : “Syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan hak, memakan harta anak yatim, memakan riba, melarikan diri dari peperangan, dan menuduh wanita mukminah baik-baik lagi suci telah berbuat zina”[Diriwayatkan oleh Muslim no. 89].

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، وَمُسَدَّدٌ الْمَعْنَى، قَالَا: حَدَّثَنَا يَحْيَى، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ الأَخْنَسِ، عَنِ الْوَلِيدِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ يُوسُفَ بْنِ مَاهَكَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " مَنِ اقْتَبَسَ عِلْمًا مِنَ النُّجُومِ، اقْتَبَسَ شُعْبَةً مِنَ السِّحْرِ زَادَ مَا زَادَ "

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abi Syaibah dan Musaddad secara makna, mereka berdua berkata : Telah menceritakan kepada kami Yahyaa, dari ‘Ubaidullah bin Al-Akhnas, dari Al-Waliid bin ‘Abdillah, dari Yuusuf bin Maahak, dari Ibnu ‘Abbaas, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Barangsiapa mempelajari ilmu nujuum (perbintangan), sungguh ia telah mempelajari sebagian dari (ilmu) sihir. Bertambah dari ilmu sihir apa yang bertambah dari ilmu nujuum” [Diriwayatkan oleh Abu Daawud no. 3905; dihasankan oleh Al-Albaaniy dalam Shahiih Sunan Abi Daawud, 2/473].

Al-Khaththaabiy rahimahullah berkata :

أَنَّ السِّحْرَ ثَابِتٌ، وَحَقِيقَتُهُ مَوْجُودَةٌ، اتَّفَقَ أَكْثَرُ الأُمَمِ مِنَ الْعَرَبِ، وَالْفُرْسِ، وَالْهِنْدِ، وَبَعْضِ الرُّومِ عَلَى إِثْبَاتِهِ، وَهَؤُلاءِ أَفْضَلُ سُكَّانِ أَهْلِ الأَرْضِ، وَأَكْثَرُهُمْ عِلْمًا وَحِكْمَةً، وَقَدْ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ، وَأَمَرَ بِالاسْتِعَاذَةِ مِنْهُ، فَقَالَ عَزَّ وَجَلَّ: وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ، وَوَرَدَ فِي ذَلِكَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخْبَارٌ لا يُنْكِرُهَا إِلا منْ أَنْكَرَ الْعِيَانَ وَالضَّرُورَةَ، وَفَرَّعَ الْفُقَهَاءُ فِيمَا يَلْزَمِ السَّاحِرِ مِنَ الْعُقُوبَةِ، وَمَا لا أَصْلَ لَهُ لا يَبْلُغُ هَذَا الْمَبْلَغُ فِي الشُّهْرَةِ وَالاسْتِفَاضَةِ، فَنَفْيُ السِّحْرِ جَهْلٌ، وَالرَّدُّ عَلَى منْ نَفَاهُ لَغْوٌ وَفَضْلٌ.

“Bahwasannya sihir itu tsaabit, hakekatnya benar-benar ada. Kebanyakan umat dari bangsa ‘Arab, Persia, India, dan sebagian bangsa Romawi telah bersepakat dalam penetapannya. Mereka semua itu adalah penduduk bumi yang utama, dan paing banyak mempunyai ilmu dan hikmah. Allah ta’ala telah berfirman : ‘Mereka mengajarkan sihir kepada manusia’ (QS. Al-Baqarah : 102), dan memerintahkan untuk meminta perlindungan darinya. Allah ‘azza wa jalla berfirman : ‘dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul’(QS. Al-Falaq : 4). Dan telah datang riwayat dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam tentang hal itu (sihir) dimana tidak ada yang mengingkarinya, kecuali orang yang mengingkari sesuatu yang jelas dan aksiomatik. Para fuqahaa’ telah menyebutkan beberapa bentuk hukuman yang mesti dijatuhkan kepada tukang sihir. Sesuatu yang tidak ada asalnya biasanya tidak dapat terkenal dan tersebar luas (dalam pembicaraannya). Sehingga menafikkan keberadaan sihir adalah kebodohan, dan membantah orang yang menafikkannya adalah kesia-siaan belaka” [Syarhus-Sunnah, 12/187-188].

Sulaimaan bin ‘Abdillah rahimahullah berkata :

السحر محرم في جميع أديان الرسل عليهم السلام، كما قال تعالى : وَلَا يُفْلِحُ السَّاحِرُ حَيْثُ أَتَى

“Sihir diharamkan dalam seluruh agama yang dibawa para Rasul ‘alaihimis-salaam, sebagaimana firman Allah ta’ala :‘Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang’ (QS. Thaha : 69)” [Taisirul-‘Aziizil-Hamiid, hal. 386].

Para ulama sepakat bahwa mempelajari, mengajarkan, dan mengamalkan sihir adalah haram, dan ia termasuk di antara dosa-dosa besar (al-kabaair). Kaum muslimin juga sepakat bahwa sihir tidaklah muncul kecuali dari orang-orang fasiq [Mausu’ah Al-Ijmaa’ fil-Fiqhil-Islaamiy oleh Sa’diy Abu Jaib, hal. 554 no. 1910-1911].

Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata :

فَيُقَالُ لِلسَّاحِرِ: صِفِ السِّحْرَ الَّذِي تَسْحَرُ بِهِ، فَإِنْ كَانَ مَا يَسْحَرُ بِهِ كَلَامَ كُفْرٍ صَرِيحٍ اسْتُتِيبَ مِنْهُ، فَإِنْ تَابَ وَإِلَّا قُتِلَ، وَأُخِذَ مَالُهُ فَيْئًا، وَإِنْ كَانَ مَا يَسْحَرُ بِهِ كَلَامًا لَا يَكُونُ كُفْرًا، وَكَانَ غَيْرَ مَعْرُوفٍ، وَلَمْ يَضُرَّ بِهِ أَحَدًا نُهِيَ عَنْهُ، فَإِنْ عَادَ عُزِّرَ، وَإِنْ كَانَ يَعْلَمُ أَنَّهُ يَضُرُّ بِهِ أَحَدًا مِنْ غَيْرِ قَتْلٍ، فَعَمَدَ أَنْ يَعْمَلَهُ عُزِّرَ

“Dan dikatakan kepada pelaku sihir : ‘Sifatkan sihir yang engkau menyihir dengannya’. Apabila sesuatu yang ia pakai untuk menyihir berupa perkataan kufur yang jelas, maka ia diminta bertaubat. Jika ia bertaubat, taubatnya diterima; dan jika tidak, ia dibunuh, diambil hartanya sebagai fai’. Namun apabila sesuatu yang ia pakai untuk menyihir berupa perkataan yang tidak mengandung kekufuran, tidak ma’ruuf, dan tidak menyebabkan bahaya bagi seseorang, maka ia dilarang darinya. Jika ia mengulangi, ia dihukum ta’zir. Jika ia mengetahui bahwasannya sihir itumenyebabkan bahaya bagi orang lain tanpa membunuhnya, lalu ia sengaja melakukannya, maka ia dihukum ta’zir” [Al-Umm, 1/256-257].

Al-Maziri rahimahullah berkata :

وجمهور علماء الأمة على اثبات السحر وأن له حقيقة كحقيقة غيره من الأشياء الثابتة خلافا لمن أنكر ذلك ونفى حقيقته واضاف ما يقع منه إلى خيالات باطلة لاحقائق لها وقد ذكره الله تعالى فى كتابه وذكر أنه مما يتعلم وذكر ما فيه اشارة إلى أنه مما يكفر به وأنه يفرق بين المرء وزوجه وهذا كله لا يمكن فيما لاحقيقة له وهذا الحديث أيضا مصرح باثباته وأنه أشياء دفنت وأخرجت وهذا كله يبطل ما قالوه فإحالة كونه من الحقائق محال

“Jumhur ulama umat menetapkan keberadaan sihir dan ia mempunyai hakekat sebagaimana hakekat dari perkara-perkara lain yang telah tetap. Berbeda halnya dengan orang yang mengingkarinya dan menafikkan hakekatnya, dimana mereka menyandarkan apa yang terjadi dari sihir sebagai khayalan/halusinasi belaka, tanpa hakekat. Allah ta’ala telah menyebutkan dalam kitab-Nya dan menyebutkan bahwasannya sihir termasuk sesuatu yang dapat dipelajari. Dan Allah pun menyebutkan bahwa sihir merupakan perkara yang dapat mengkafirkan pelakunya, dan ia dapat memisahkan pasangan suami istri. Semuanya ini tidaklah mungkin jika tidak ada hakekatnya. Dan hadits ini (yaitu dalam bab sihir) juga menegaskan tentang penetapannya dan ia merupakan sesuatu yang terkubur dan kemudian muncul kembali. Dan semuanya ini membatalkan apa yang mereka katakan. Oleh karena itu, meniadakan keberadaan hakekatnya adalah mustahil...” (Syarh Shahih Muslim lin-Nawaawiy, 4/174).

Al-Qurthubiy rahimahullah berkata :

واختلف الفقهاء في حكم الساحر المسلم والذمي، فذهب مالك إلى أن المسلم إذا سحر بنفسه بكلام يكون كفرا يقتل ولا يستتاب ولا تقبل توبته، لأنه أمر يستسر به كالزنديق والزاني، ولأن الله تعالى سمى السحر كفرا بقوله: {وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلا تَكْفُرْ} وهو قول أحمد بن حنبل وأبي ثور وإسحاق والشافعي وأبي حنيفة

“Dan para fuqahaa’ telah berselisih pendapat tentang hukum pelaku sihir muslim dan dzimmiy. Maalik berpendapat apabila ia berbuat sihir sendiri dengan perkataan yang mengandung kekufuran, maka ia dibunuh tanpa dimintai bertaubat terlebih dahulu, (dan seandainya bertaubat) tidak diterima taubatnya; karena ia (sihir) merupakan perkara yang dilakukan dengan senang hati seperti orang zindiiq dan pezina. Dan karena Allah ta’alamenamakan sihir dengan kekufuran dengan firman-Nya : ‘Sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan : Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir’ (QS. Al-Baqarah : 102). Hal itu merupakan pendapat Ahmad bin Hanbal, Abu Tsaur, Ishaaq, Asy-Syaafi’iy, dan Abu Haniifah” [Tafsir Al-Qurthubiy, 2/47-48].

SIHIR BANYAK MACAMNYA, TIDAK HANYA DIBATASI DENGAN SIHIR PENGELABUHAN MATA SAJA

Asy-Syinqithi rahimahullah berkata :

اعلم أن السحر في الاصطلاح لا يمكن حده بحد جامع مانع. لكثرة الأنواع المختلفة الداخلة تحته، ولا يتحقق قدر مشترك بينها يكون جامعاً لها مانعاً لغيرها. ومن هنا اختلفت عبارات العلماء في حده اختلافاً متبايناً

“Ketahuilah, bahwasannya sihir secara istilah tidak mungkin diberikan batasan dengan batasan yang menyeluruh dan jelas karena banyaknya macam hal yang berbeda-beda masuk dalam cakupannya. Dan tidaklah dapat dinyatakan ukuran kebersamaan di antara macam hal tersebut sehingga dapat meliputi keseluruhannya, dan pencegah bagi selainnya. Dari sini terjadi perbedaan yang jelas atas ungkapan pada ulama dalam membatasi definisinya” (Adlwaaul-Bayaan, 4/40).

Asy-Syinqithiy rahimahullah berkata :

التحقيق في هذه المسألة هو التفصيل. فإن كان السحر مما يعظم فيه غير الله كالكواكب والجنّ وغير ذلك مما يؤدي إلى الكفر فهو كفر بلا نزاع، ومن هذا النوع سحر هاروت وماروت المذكور في سورة "البقرة" فإنه كفر بلا نزاع. كما دل عليه قوله تعالى: {وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ} ، وقوله تعالى: {وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلا تَكْفُرْ} ، وقوله: {وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلاقٍ} ، وقوله تعالى: {وَلا يُفْلِحُ السَّاحِرُ حَيْثُ أَتَى}, كما تقدّم إيضاحه. وإن كان السحر لا يقتضي الكفر كالاستعانة بخواص بعض الأشياء من دهانات وغيرها فهو حرام حرمة شديدة ولكنه لا يبلغ بصاحبه الكفر. هذا هو التحقيق إن شاء الله تعالى في هذه المسألة التي اختلف فيها العلماء.

“Dan tahqiiq dalam permasalahan ini adalah adanya perincian. Apabila sihir tersebut termasuk pengagungan terhadap selain Allah seperti pengagungan kepada bintang, jin, dan lainnya yang sampai pada derajat kekafiran, maka hukumnya kafir tanpa perselisihan. Dan yang termasuk sihir macam ini adalah sihir Haaruut dan Maaruut yang disebutkan dalam surat Al-Baqarah, maka ia adalah kufur tanpa perselisihan. Sebagaimana ditunjukkan oleh firman-Nya ta’ala : ‘Padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia’ (QS. Al-Baqarah : 102); dan firman-Nya ta’ala : ‘Sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir’(QS. Al-Baqarah : 102); dan firman-Nya ta’ala : ‘Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang’ (QS. Thaha : 69), sebagaimana telah lalu penjelasannya. Dan bila sihir tersebut tidak menuntut adanya kekafiran seperti meminta bantuan pada kekhususan sebagian benda semisal cat atau selainnya, maka ia haram dengan keharaman yang keras, akan tetapi pelakunya tidak sampai pada kekafiran. Inilah tahqiq, insya Allah ta’ala, dalam permasalahan ini yang diperselisihkan para ulama” [Adlwaaul-Bayaan, 5/50].

Al Qurthubi rahimahullahu mengatakan: “Ahlus Sunnah telah berpendapat bahwa sihir itu telah pasti ada dan memiliki hakikat. Sedangkan penganut Mu'tazilah secara umum dan Abu Ishaq al-Istirabadi, salah seorang penganut madzhab Syafi'i berpendapat, bahwa sihir itu tidak memiliki hakikat, tetapi sihir hanya merupakan tindakan pengelabuhan, pemunculan bayangan dan penipuan terhadap sesuatu, tidak seperti yang (tampak) sebenarnya. Sihir ini tidak ada bedanya dengan hipnotis dan sulap. Sebagaimana yang difirmankan Allah Ta'ala: "Terbayang oleh Musa seakan-akan ia merayap cepat, lantaran sihir mereka". (QS. Thaha : 66)

Dan Allah tidak mengunakan kata tas'aa untuk pengertian yang sebenarnya, tetapi Dia mengatakan: Terbayangkan oleh Musa. Selain itu, Dia juga berfirman: "Mereka menyihir mata umat manusia". (QS. Al-A'raf : 116) Yang demikian itu tidak mengandung hujjah sama sekali, karena tidak memungkiri pengelabuhan dan juga selainnya,yang merupakan bagian dari sihir.” (Tafsir al-Qurtubi II / 46)

Sihir banyak sekali macamnya, ada yang hanya sekedar tipuan/pengelabuhan mata saja, ada yang bisa mencerai-beraikan sebuah rumah tangga/pasangan suami istri, ada yang membuat seorang makin cinta atau benci, dan ada juga yang bisa menyebabkan seseorang jatuh sakit hingga mati. Bahkan untaian kata-kata yang indah pun bisa termasuk kategori sihir sebagaimana yang diriwayatkan oleh sahabat Abdullah Ibnu Umar radhiyallahu’anhu bahwa Nabi shollallahu’alaihi wasallam bersabda:

“Sesungguhnya sebagian dari bayan (penjelasan/tutur kata indah) itu adalah sihir.” (HR. Bukhari 5/1976, 2176, Shahih Bukhari jilid 10 hlm 223)

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan bahwa Abu Abdullah Ar-Razi membagi sihir menjadi 8 macam:

1. Sihir para pendusta dan kaum Kusydani yang terdiri dari penyembah bintang yang tujuh yang dapat berpindah-pindah, yaitu planet. Mereka berkeyakinan bahwa planet-planet itulah yang mengatur ala mini dan yang mendatangkan kebaikan dan keburukan.
2. Sihir orang-orang yang penuh khayalan (imajinasi) dan memiliki jiwa yang kuat. Mereka menyatakan bahwa khayalan itu memiliki pengaruh dengan argumen bahwa manusia ini dimungkinkan untuk berjalan di atas jembatan yang diletakkan di atas tanah, tetapi tidak mungkin berjalan di atasnya jika jembatan jika jembatan itu diletakkan di atas sungai atau yang semisalnya. Sebagaimana para dokter sepakat melarang orang yang hidungnya berdarah agar tidak melihat kepada segala sesuatu yang berwarna merah.

Ibnu Katsir berkata: “Dia (Ar-Razi) menjadikan sebagai dasar pendapatnya itu dengan apa yang ditegaskan dalam hadits shahih bahwa Rasulullah shollallahu’alaihi wasallam bersabda: ‘Terkena ‘ain adalah benar adanya, seandainya ada sesuatu yang dapat mendahului takdir, maka pastilah ‘ain itu mendahuluinya.’
3. Sihir yang menggunakan bantuan jin
4. Sihir dengan tipuan atau sulap mata
5. Sihir yang menakjubkan yang timbul dari penyusunan alat-alat yang tersusun berdasarkan susunan geometri yang bersesuaian.
6. Sihir yang menggunakan bantuan obat-obatan khusus, baik yang berupa obat yang diminum atau dioleskan.
7. Sihir yang berupa penundukan hati.
8. Sihir berupa usaha mengadu domba dengan cara tersembunyi dan lembut.

Kemudian Ar-Razi mengemukakan: Demikianlah uraian mengenai macam-macam sihir dan jenis-jenisnya. (Tafsir Ibnu Katsir Juz 1, vol. 6 hlm 208-209)

Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar