Tumbuhan biji-bijian seperti padi (Oryza sativa) merupakan bahan makanan pokok masyarakat Indonesia yang banyak mengandung karbohidrat. Tumbuhnya tanaman ini tumbuh di daerah tropis dan subtropics dan banyak menyebar di Asia, Afrika, Amerika dan Australia.
Padi yang lebih dikenal di dunia Botani (Ilmu yang mempelajari tentang tumbuhan) dengan nama Oryza sativa merupakan tumbuhan yang telah Allah jelaskan dalam al-Qur’an Surat al-An’aam yaitu
إِنَّ اللّٰـهَ فَالِقُ الْحَبِّ وَالنَّوَىٰ ۖ يُخْرِجُ الْحَىَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَمُخْرِجُ الْمَيِّتِ مِنَ الْحَىِّ ۚ ذٰلِكُمُ اللّٰـهُ ۖ فَأَنَّىٰ تُؤْفَكُونَ
Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir padi-padian dan biji buah-buahan. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Yang memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, maka mengapa kamu masih berpaling? (QS Al An'am. 95)
Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman semusim dengan morfologi berbatang bulat dan berongga yang disebut jerami. Daunnya memanjang dengan ruas searah batang daun. Pada batang utama dan anakan membentuk rumpun pada fase vegetatif dan membentuk malai pada fase generatif. Bunga padi terdiri dari tangkai bunga, kelopak bunga lemma (gabah padi yang besar), palae (gabah padi yang kecil, putik, kepala putik, tangkai sari, kepala sari, dan bulu (awu) pada ujung lemma.
Akar tanaman padi berfungsi menyerap air dan zat – zat makanan dari dalam tanah terdiri dari:
1) Akar tunggang yaitu akar yang tumbuh pada saat benih berkecambah,
2) Akar serabut yaitu akar yang tumbuh dari akar tunggang setelah tanaman berumur 5 – 6 hari.
Ciri khas daun tanaman padi yaitu adanya sisik dan telinga daun, hal ini yang menyebabkan daun tanaman padi dapat dibedakan dari jenis rumput yang lain. Adapun bagian daun padi yaitu:
1) Helaian daun terletak pada batang padi, bentuk memanjang seperti pita,
2) Pelepah daun menyelubungi batang yang berfungsi memberi dukungan pada ruas bagian jaringan,
3) Lidah daun terletak pada perbatasan antara helaian daun dan leher daun. Perkecambahan adalah munculnya tunas (tanaman kecil dari biji). Embrio yang merupakan calon individu baru terdapat di dalam benih. Jika suatu benih tanaman ditempatkan pada lingkungan yang menunjang dan memadai, benih tersebut akan berkecambah. Perkecambahan benih dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Perkecambahan epigeal adalah ruas batang di bawah daun lembaga atau hipokotil sehingga mengakibatkan daun lembaga dan kotiledon terangkat ke atas tanah, misalnya pada kacang hijau (Phaseoulus radiatus)
2. Perkecambahan hipogeal adalah ruas batang teratas (epikotil) sehingga daun lembaga ikut tertarik ke atas tanah, tetapi kotiledon tetap di bawah tanah, misalnya pada tanaman padi (Oryza sativa L.)
Sawah merupakan aset terbesar yang dapat dilihat dengan nyata bahwa hasil dari bercocok tanam di Sawah jika telah dilakukan panen maka harta yang dihasilkannya pun tidak sedikit. Karena padi yang dapat menumbuhkan butir-butirnya sangat dibutuhkan betul untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Maka memang Allah menciptakan sesuatu tidak ada yang sia-sia.
Dari Jabir bin Abdullah Rodhiyallohu ‘Anhu dia bercerita bahwa Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا إِلاَّ كَانَ مَا أُكِلَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةً وَ مَا سُرِقَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةً وَ مَا أَكَلَتِ الطَّيْرُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةً وَ لاَ يَرْزَؤُهُ أَحَدٌ إِلاَّ كَانَ لَهُ صَدَقَةً
“Tidaklah seorang muslim menanam suatu tanaman melainkan apa yang dimakan dari tanaman itu sebagai sedekah baginya, dan apa yang dicuri dari tanaman tersebut sebagai sedekah baginya dan tidaklah kepunyaan seorang itu dikurangi melainkan menjadi sedekah baginya.”(HR. Imam Muslim Hadits no.1552)
Dari Anas bin Malik Rodhiyallohu ‘Anhu bahwa Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا, أَوْ يَزْرَعُ زَرْعًا فَيَأْكُلَ مِنْهُ طَيْرٌ أَوْ إِنْسَانٌ أَوْ بَهِيْمَة ٌ إِلاَّ كَانَ لَهُ بِهِ صَدَقَةٌ
“Tidaklah seorang muslim menanam pohon, tidak pula menanam tanaman kemudian hasil tanaman tersebut dimakan oleh burung, manusia atau binatang melainkan (tanaman tersebut) menjadi sedekah baginya.” (HR. Imam Bukhari hadits no.2321)
Dari Jabir bin Abdullah Rodhiyallohu ‘Anhu dia berkata, telah bersabda Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam:
فَلاَ يَغْرِسُ الْمُسْلِمُ غَرْسًا فَيَأْكُلَ مِنْهُ إِنْسَانٌ وَ لاَ دَابَّةٌ وَ لاَ طَيْرٌ إِلاَّ كَانَ لَهُ صَدَقَةً إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
“Tidaklah seorang muslim menanam tanaman lalu tanaman itu dimakan manusia, binatang ataupun burung melainkan tanaman itu menjadi sedekah baginya sampai hari kiamat.” (HR. Imam Muslim hadits no.1552)
Kita ketahui bahwa Allah telah menciptakan bentuk dari bahan mentah makanan pokok masyarakat Indonesia yaitu padi dengan bentuk butir (padi-padian) yang buahnya tumbuh dibagian batang dan keluar dari ruas-ruas batang dengan buah bentuk butir dan pada setiap tangkai dapat ditumbuhi beberapa buitr padi. Dengan banyaknya butir-butir buah padi yang tumbuh maka Allah memberi perumpamaan kepada orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah seperti tumbuhnya butir-butir buah padi, Alloh Subhaanahu Wata'ala Berfirman
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui. (Q.S. Al-Baqarah: 261).
Jelaslah bahwa, tumbuhan padi dengan menghasilkan butir-butir buahnya yang banyak disetiap tangkainya maka padi dijadikan sebagai perumpamaan pahala bagi orang yang menginfakkan hartanya dijalan Allah.
Tumbuhan padi yang banyak ditemukan di daerah Asia salah satunya adalah di Indonesia telah menjadikan negeri ini indah dipandang, sejuk, dan terasa damai karena dengan hijaunya daun-daun. Yang memencarkan kesan damai, tenang, dan memberi banyak manfaat untuk masyarakat.
Filsafat Padi
Merunduknya padi bisa kita analogikan sebagai sikap kepasrahan diri kepada Allah swt. Ketika dia mendapat kenikmatan maka dia akan bersyukur dan menyadari bahwa itu semua adalah keutamaan yang datang dari Allah swt. Sebaliknya, ketika dia ditimpa masalah dia akan pasrah dan tawakal. Bahwa semua kejadian berasal dari Allah dan akan kembali kepadanya. Semua itu disikapi dengan rendah hati tanpa ada sikap sombong dan merendahkan orang lain.
Rendah hati berbeda dengan rendah diri. Rendah hati menunjukan sikap tawadhu, sementara rendah diri bersifat negatif yang menunjukan kelemahan diri seseorang.
Sosok rendah hati tidak akan mau diinjak-injak harga dirinya oleh orang lain, meski dia sendiri akan selalu menghormati siapa pun. Ia akan selalu bereaksi positif terhadap orang yang menginjak-injaknya tanpa sekalipun merendahkannya. Namun orang yang rendah diri ia tidak akan bisa bangkit dan terus terpuruk ketika diinjak-injak oleh orang lain
Allah berfirman di dalam Quran surat Al-furqon ayat yang ke-63:
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا
“Dan hamba-hamba Rabb yang maha penyayang itu ialah orang yang berjalan di muka bumi dengan rendah hati, dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang mengandung keselamatan.”
Memberi manfaat kepada sesama
Padi adalah makanan bahan makanan pokok yang dikonsumsi orang setelah diolah menjadi beragam jenis makanan, seperti nasi, bubur, lontong, ketupat dan lain sebagainya. Padi merupakan tanaman yang mengenyangkan orang lapar dan memberi tenaga untuk bisa beraktifitas. Begitulah sifat padi yang semestinya ditiru oleh kita.
Seperti padi, hendaknya kita menjadi pribadi yang berguna bagi banyak orang. Ini pula yang diajarkan oleh Rasulullah saw dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim.
Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia yang lainnya.
Pintar beradaptasi
Tanaman padi bisa hidup di mana saja. Padi bisa hidup di sawah, ladang, rawa atau bahkan perbukitan. Ketika padi tumbuh di sawah tentu saja padi tumbuh dengan baik karena pengairan relatif mudah didapat. Namun di daerah yang airnya sulit, seperti di ladang dan bebukitan, mau tidak mau padi harus beradaptasi dengan lingkungannya. Untuk daerah yang sulit ini, padi bisa ditanam saat pada musim hujan saja, itu pun tidak selalu mendapatkan air yang tergenang.
Ada juga jenis padi rawa atau padi pasang surut yang tumbuh liar atau dibudidayakan di rawa-rawa. Mampu membentuk batang yang panjang sehingga bisa mengikuti perubahan kedalaman air yang sangat ekstrim.
Intinya, tanaman padi mengajarkan kita untuk bisa beradaptasi dimana saja kita berada, terlebih kita adalah makhluk berakal yang tentunya bisa beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan kondisi dan situasi lingkungan di sekitar kita.
Padi mengajarkan kepada kita untuk mampu menahan gempuran cobaan. Tahan banting meski ditempatkan pada tempat yang tidak mengenakan sekalipun.
Belajarlah dari padi yang membuat damai hati orang lain, terutama para petani. Dirinya selalu ditunggu-tunggu kehadirannya karena memiliki ketawadhuan, rajin memberikan manfaat kepada orang lain dan mampu beradaptasi dalam kondisi apa pun.
Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar