Setelah mengalami masa kebekuan dan kelesuan pemikiran selama beberapa abad, para pemikir Islam berusaha keras untuk membangkitkan Islam kembali, termasuk di dalamnya hal pemikiran hukumnya. Kebangkitan kembali ini timbul sebagai reaksi terhadap sikap taqlid yang membawa kemunduran dunia Islam secara keseluruhan. Maka kemudian muncullah gerakan-gerakan baru.
Fenomena-fenomena yang muncul pada akhir abad ke-13 H merupakan suatu wujud kesadaran dari kebangkitan hukum Islam. Bagi mayoritas pengamat, sejarah kebangkitan dunia Islam pada umumnya dan hukum Islam khususnya, terjadi karena dampak Barat. Mereka memandang Islam sebagai suatu massa yang semi mati yang menerima pukulan-pukulan yang destruktif atau pengaruh-pengaruh yang formatif dari barat. Muncul banyak penyelewengan-penyelewengan ajaran Islam, baik di kalangan masyarakat biasa, maupun dalam tingkatan politik dan pendidikan. Maka diperlukan adanya proses modernisasi maupun pembaharuan baik di bidang politik, pendidikan dan akidah.
Selain itu, salah satu sebab perlunya perkembangan modern dalam Islam adalah karena dalam agama terdapat ajaran-ajaran absolute mutlak benar, kekal tidak berubah dan tidak bisa diubah. Ajaran-ajaran itu diyakini sebagai dogma dan sebagai akibatnya timbulllah sikap dogmatis agama. Sikap dogmatis membuat orang tertutup dan tak bisa menerima pendapat yang bertentangan dengan dogma-dogma yang dianutnya. Dogmatisme membuat orang bersikap tradisional, emosional dan tidak rasional.
Berkaca dari kebangkitan kaum Muslim di masa lalu, saat itu kaum Muslimin dapat bangkit diawali dengan berubahnya pemikiran mereka tentang manusia, kehidupan dan alam semesta. Bahwa kehidupan mereka tidak lahir begitu saja, tetapi ada yang mengatur kehidupan mereka dan alam semesta, yaitu Allah Subhanahu Wata’ala. Pemikiran inilah yang kemudian mengubah landasan dasar dari cara pandang kaum Muslimin saat itu tentang hidup mereka. Sebab, pemikiranlah yang membentuk dan memperkuat persepsi manusia terhadap segala sesuatu. Setiap tingkah laku manusia selalu berkaitan erat dengan persepsi /pemahaman yang dimilikinya. Kita dapat melihat bagaimana orang-orang Barat mengubah peradaban mereka yang semula diselimuti kegelapan menjadi abad pencerahan (rennessains).
Begitupula umat Islam dahulu di saat peradaban Islam menguasai hingga lebih 13 abad di dunia. Saat itu, kita sebagai umat Islam melepas diri dari pemahaman sistem hidup jahiliyah dan menggantinya dengan sistem hidup Islam. Semua aktivitas kaum Muslimin yang dilakukan saat itu semuanya dilandasi untuk ber-taqarrub kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Hal ini sesuai dengan Firman Allah Subhanahu Wata’ala
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum kaum itu sendiri mengubah apa yang ada pada diri mereka.” (QS: Ar-Ra’d:11).
Sementara itu, saat manusia itu berhasil mengetahui bahwa segala perbuatan yang dilakukan semata-mata mencari ridha Allah dan demi ber-taqarrub kepada-Nya dengan menjalankan setiap perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya. Maka, dari sana lah akan terwujud akhlak sebagai manifestasi dari perwujudan menjalankan syariat Islam secara kaffah dalam berbagai aspek kehidupan tersebut.
Alloh Subhaanahu Wata'ala Berfirman
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaknya tiap jiwa harus memperhatikan apakah yang telah disiapkannya untuk hari esok (hari kemudian), dan hendaknya benar-benar bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui sedalam-dalamnya semua perbuatanmu.” (QS. Al-Hasyr: 18).
Di ayat lainnya, Allah Subhanahu Wata’ala berjanji kepada manusia bahwa bila ia benar-benar menjalankan syariat Islam semata-mata mengharapkan ridha-Nya, maka Allah Subhanahu Wata’ala akan menunjukinya jalan yang lurus,
وَٱلَّذِينَ جَٰهَدُوا۟ فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلْمُحْسِنِينَ
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar bersama orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Ankabut: 69).
Mengubah pemahaman manusia tentang kehidupan ke dalam pemahaman Islam adalah termasuk bagian dari jihad dalam bidang pemikiran. Jihad pemikiran adalah salah satu jihad yang utama, yang kedudukannya setara dengan jihad-jihad lainnya, termasuk jihad perang. Jihad pemikiran dikobarkan untuk memerangi kejumudan dan kebodohan. Sedangkan jihad peperangan adalah jihad yang dikobarkan untuk melawan kezaliman, seperti yang saat ini dilakukan oleh umat Islam di Palestina.
Faktor Kebangkitan Islam
1. Pemahaman umat akan kehidupan pemerintahan yang beraneka ragam yang menerapkan kapitalisme, sosialisme, dan sekularisme yang tampak jelas kelemahannya dalam mewujudkan kebahagiaan bagi manusia atau mencapai kebangkitan dan memperbaiki kondisi mereka.
2. Pemahaman umat akan kepalsuan seruan patriotisme dan nasionalisme. Pemahaman ini gagal menyatukan kelompok-kelompok bangsa yang satu, apalagi untuk menyatukan umat.
3. Kemunculan sejumlah harakah, partai dan kelompok Islam yang menyerukan Islam secara umum atau menyerukan kebangkitan dengan asas Islam.
4. Pemahaman umat akan permusuhan nyata negara-negara kafir terhadap Islam dan kaum Muslim. Perhatian umat terhadap langkah-langkah negara kafir dalam menanamkan doktrin, nilai-nilai dan propaganda kepada kaum Muslim. Doktrin, tata-nilai dan propaganda kufur mereka itu di antaranya berupa seruan kebebasan, demokrasi, penjagaan Hak Asasi Manusia dan sebagainya. Jika perkaranya berkaitan dengan kaum Muslim maka lihat perkataan James Baker – Menhan AS terdahulu – bahwa demokrasi tidak layak bagi bangsa-bangsa Timur Tengah. Lihatlah Perancis, penyeru kebebasan, yang justru mengumumkan akan mengintervensi Aljazair secara militer jika FIS memegang pemerintahan. Lihatlah AS dan sikapnya terhadap pencaplokan tanah, yaitu Israel. Padahal AS mengetahui kebengisan dan dosa Israel karena hal itu tidak perlu penjelasan. Lihatlah Inggris yang bersegera menyematkan cap teroris dan fundamentalis kepada kaum Muslim yang berjuang untuk Islam. Inggrislah yang mereka-reka istilah fundamentalisme dengan sangat getol dikaitkan dengan setiap aktivitas fisik menentang pemerintahan yang menekan berbagai bangsa karena Islam mereka. Masih banyak lagi contoh yang tidak cukup tempat untuk memaparkannya.
5. Kedudukan dan posisi tawar kaum Muslim terus menukik turun. Kemiskinan, kehinaan, penyakit dan sebagainya terus menyebar di tengah-tengah kaum Muslim di dunia. Hal itu menyebabkan kaum Muslim mulai berpikir mengenai metode menyelesaikannya dan mulai berjuang demi kebangkitan.
6. Munculnya sistem-sistem tiranik yang terus menimpakan tekanan, siksaan, paksaan dan kezaliman. Hal itu menyebabkan kaum Muslim mulai berpikir tentang perubahan, mencari metode paling efektif yang bisa mengantarkan pada kebangkitan yang benar serta membebaskan dari ketidakadilan dan kejahatan.
Menuju Kebangkitan Islam
Pengertian kebangkitan (ash-shahwah) yang langsung terlintas di dalam benak adalah kata shaha-yashhu, yakni bangun dari tidur. Akan tetapi, tatkala kita membicarakan kebangkitan Islam (ash-shahwah al-Islamiyyah) maka maknanya benar-benar berbeda meskipun bahwa umat ini sedang dalam kondisi terlena dari agamanya. Keadaan umat ini bagaikan orang yang sedang tidur, yang terlena dari kesadarannya. Realitanya, kedua pengertian tersebut memiliki banyak kedekatan makna. Karena itu, penjelasan makna ash-shahwah (kebangkitan) secara bahasa dan istilah sangat bermanfaat dan menghantarkan untuk menjelaskan maksud dari tulisan ini dalam mewujudkan kebangkitan.
Inilah pengertian etimologis dari kata bangkit dan kebangkitan. Adapun makna istilah kata kebangkitan (ash-shahwah) sebagaimana diketahui adalah kebangkitan dari keterpurukan dan keterlenaan serta dari ketiadaan pemahaman terhadap realita hakiki yang menjadi realita hidup umat. Hal itu akibat dari banyak faktor yang menutupi umat dari kebenaran; memalingkan umat dari memahami realita; dan kewaspadaan umat terhadap realita ini serta upaya umat untuk mengubah dan membebaskan diri darinya menuju realita yang lebih mulia.
Dari Tsauban radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ زَوَى لِي الْأَرْضَ فَرَأَيْتُ مَشَارِقَهَا وَمَغَارِبَهَا وَإِنَّ أُمَّتِي سَيَبْلُغُ مُلْكُهَا مَا زُوِيَ لِي مِنْهَا وَأُعْطِيتُ الْكَنْزَيْنِ الْأَحْمَرَ وَالْأَبْيَضَ وَإِنِّي سَأَلْتُ رَبِّي لِأُمَّتِي أَنْ لَا يُهْلِكَهَا بِسَنَةٍ عَامَّةٍ وَأَنْ لَا يُسَلِّطَ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ سِوَى أَنْفُسِهِمْ فَيَسْتَبِيحَ بَيْضَتَهُمْ وَإِنَّ رَبِّي قَالَ يَا مُحَمَّدُ إِنِّي إِذَا قَضَيْتُ قَضَاءً فَإِنَّهُ لَا يُرَدُّ وَإِنِّي أَعْطَيْتُكَ لِأُمَّتِكَ أَنْ لَا أُهْلِكَهُمْ بِسَنَةٍ عَامَّةٍ وَأَنْ لَا أُسَلِّطَ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ سِوَى أَنْفُسِهِمْ يَسْتَبِيحُ بَيْضَتَهُمْ وَلَوْ اجْتَمَعَ عَلَيْهِمْ مَنْ بِأَقْطَارِهَا أَوْ قَالَ مَنْ بَيْنَ أَقْطَارِهَا حَتَّى يَكُونَ بَعْضُهُمْ يُهْلِكُ بَعْضًا وَيَسْبِي بَعْضُهُمْ بَعْضًا
“Sesungguhnya Allah menggulung bumi untukku sehingga aku bisa melihat timur dan baratnya. Dan sesungguhnya kekuasaan ummatku akan mencapai apa yang telah dinampakkan untukku. Aku diberi dua harta simpanan: Merah dan putih. Dan sesungguhnya aku meminta Rabbku untuk ummatku agar Dia tidak membinasakan mereka dengan kekeringan menyeluruh, agar Dia tidak memberi kuasa musuh untuk menguasai mereka selain diri mereka sendiri sehingga menyerang perkumpulan mereka. Dan sesungguhnya Rabbku berfirman, “Hai Muhammad, sesungguhnya Aku bila menentukan takdir tidak bisa dirubah, sesungguhnya Aku memberikan untuk umatmu agar mereka tidak dibinasakan oleh kekeringan menyeluruh dan Aku tidak akan memberi kuasa musuh untuk menyerang mereka selain diri mereka sendiri lalu mereka menyerang perkumpulan mereka, walaupun musuh mengeepung mereka dari segala penjurunya, hingga akhirnya sebagian dari mereka (umatmu) membinasakan sebagaian lainnya dan saling menawan satu sama lain.” (HR. Muslim no. 2889).
Sehingga menurut saya, bahwa apa yang telah disampaikan oleh Rasulullah SAW pada 14 abad yang lalu akan terwujud di zaman kita sekarang. Dan saat ini pun kita sedang menghitung hari, tentang kapan waktunya itu mulai terjadi. Karena tanda-tanda yang pernah beliau sampaikan dulu satu persatu telah terbukti. Atau mungkin saja tidak akan lama lagi akhir dari nubuwat tersebut (kejayaan Islam di seluruh dunia) akan segera terwujud, tetapi kita sekarang masih belum bisa mengetahuinya secara detil. Bahkan mungkin saja saat ini “sang pemuda” beserta semua pasukannya – secara rahasia di Nusantara – telah mempersiapkan diri dan segala sesuatunya untuk membangkitkan kejayaan Islam di seluruh dunia. Yang dampaknya tentu tidak hanya bagi umat Islam sendiri, melainkan bagi seluruh makhluk di muka bumi ini. Karena tidak ada yang tidak mungkin jika Allah SWT telah berkehendak melalui ucapan Rasulullah SAW. Dan semuanya itu bisa saja terjadi dengan tiba-tiba dan tanpa di sangka-sangka oleh banyak orang, terutama mereka yang kufur.
Untuk itulah wahai saudaraku. Mulailah mempersiapkan diri sebaik-baiknya dari sekarang, khususnya tentang pengetahuan ajaran Islam yang sebenarnya, lalu mengamalkannya dengan ikhlas. Tambahkan juga dengan pengetahuan ilmiah tentang kehidupan sehari-hari. Agar bila saatnya nanti, saat dimana datangnya proses kebangkitan Islam itu terjadi, maka kita bisa terlibat di dalamnya dengan kesenangan dan bukan kebingungan. Sehingga hasilnya pun akan sepadan, yaitu kebahagiaan hidup di dunia dan akherat.
Semoga kita senantiasa mempersiapkan diri dalam kebenaran sikap dan hati kita. Karena hanya dengan begitulah, maka rahmat dan ridha Ilahi akan menyertai. Sementara Islam bisa berjaya dan menaungi kehidupan dunia ini dalam keadilan dan kemakmuran.
Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar