Translate

Rabu, 29 Maret 2017

ISTIGHFAR SHOHABAT ABDILLAH BIN SULTHON

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ.

“Dan orang-orang yang, apabila berbuat keji atau menganiaya diri sendiri, mengingat Allah lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka. Siapa lagi yang dapat mengampuni dosa, kecuali Allah? Mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” [Ali ‘Imran: 135]

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman,

وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَحِيمًا.

“Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, (tetapi) kemudian memohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [An-Nisa`: 110]

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman menjelaskan seruan Nabi Nuh ‘alaihis salam kepada kaumnya,

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا. يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا. وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا.

“Maka saya berkata (kepada mereka), ‘Mohonlah ampunan kepada Rabb kalian (karena) sesungguhnya Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit atas kalian. Dan Dia akan melipatkangandakan harta dan anak-anak kalian, mengadakan kebun-kebun atas kalian, serta mengadakan sungai-sungai untuk kalian.” [Nuh: 10-12]

Ayat di atas menunujukkan bahwa istighfar adalah sebab turunnya rezeki dari langit, dilapangkannya harta dan keturunan, serta dibukakannya berbagai kebaikan untuk hamba sehingga, terhadap masalah apapun yang dihadapi oleh seorang hamba, jalan keluar akan dihamparkan untuknya.

Al-Hafizh Ibnu Hajar menyebut sebuah atsar dari Al-Hasan Al-Bashry bahwa ada empat orang yang datang secara terpisah kepada beliau. Mereka mengeluh akan masa paceklik, kefakiran, kekeringan kebun, dan tidak mempunyai anak. Namun, terhadap semua keluhan tersebut, beliau hanya menjawab, “Beristighfarlah kepada Allah,” lalu membacakan ayat di atas.

Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam menganjurkan umatnya agar memperbanyakkan istighfar. Maka banyakkanlah beristighfar pada Rejab ini kerana setiap saat dalamnya Allah SWT menyelamatkan seorang daripada api neraka.

Dari  Ibnu Abbas r.a., Rasulullah SAW bersabda: “ Sesiapa membaca kalimah berikut, pada bulan Rejab, Syaaban dan Ramadhan di antara waktu Zuhur dengan Asar; nescaya disuruh dua malaikat untuk menghapuskan catatan kejahatan.”

اَسْتَغْفِرُاللهَ الْعَظِيْمُ الَّدِىْ لآ اِلَهَ اِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَاَتُوْبُ اِلَيْهِ تَوْبَةَ عَبْدٍ ظَالِمٍ لاَ يَمْلِكُ لِنَفْسِهِ ضَرًّا وَلاَ نَفْعًا وَلاَ مَوْتًا وَلاَ حَيَاةً وَلاَ نُشُوْرًا.  

Daku memohon ampun kepada Allah yang Maha Agung yang tiada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Hidup Lagi Maha Mengurus! Daku bertaubat kepada-Nya selaku taubatnya seorang hamba yang banyak dosa yang tiada menguasai akan dirinya dan tidak mampu membuat, menolak mudharat dan manfaat serta tidak dapat menguasai kematian, hidup dan kebangkitan.

Kisah Istighfarnya Abdullah Bin Sulthon

Abdulah bin Sulthon membaca istighfar ini tiap malam di bulan Rajab. Ini terjadi pada jaman Rasulullah SAW. Ketika Abdullah bin Sulthon meninggal, tidak ada seorangpun yang hadir untuk memandikan, menyolatkan, dan melayat jenazahnya, maka turunlah malikat Jibril kepada Rasulullah SAW dan berkata. "Wahai Rasulullah, Tuhanmu memberimu salam dan mengkhususkanmu dengan kehormatan dan kemuliaan dan Tuhanmu memerintahkanmu untuk pergi ke jenazahnya Abdullah bin Sulthon, kemudian mandikanlah, kafanilah dan sholatilah." Dan kemudian berangkatlah Rasulullah SAW, beliau berjalan dengan ujung jari-jari kakinya, ketika sampai di kuburnya pun, beliau tersenyum, maka para sahabat sungguh heran dengan sikap Rasulullah SAW tersebut. Setelah semuanya kembali pulang, para sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW mengapa engkau berjalan dengan ujung jari-jari kaki wahai Rasulullah?" Beliau menjawab,"sungguh saya melihat dari banyaknya malaikat yang sedang berkumpul sehingga hampir tidak ada tempat untuk meletakkan kakiku di tanah, kecuali untuk jari-jari kakiku" Kemudian para sahabat bertanya lagi : "Kenapa engkau tersenyum wahai Rasulullah?" Rasulullah menjawab,"sungguh aku telah melihat telaga dari surga ada di kuburnya. Dan di belakang telaga itu datang bidadari cantik-cantik yang masing-masing membawa gelas yang penuh dengan air dari telaga Kautsar, dan masing-masing berebut untuk memberi minum kepada Abdulloh, karena itu aku tersenyum. Kemudian Nabi mengajak para sahabat: "Mari kita ke rumah Abdullah bin Sulton untuk bertanya kepada istrinya tentang apa yang dikerjakan suaminya di masa hidupnya." Sesampai di depan rumahnya yang dalam keadaan tertutup, mereka mengetuk pintu, maka istri Abdullah bin Sulthon berkata,"Siapakah yang mengetuk pintu rumah orang fasik lagi pendusta?" Para sahabat berkata : "Wahai ibu yang baik, bukalah imamnya para Rosul, dan Nabi terakhir" Maka dibukalah pintu itu lalu ditanyakan pada istrinya tentang tingkahlaku suaminya dan apa saja yang dikerjakan sewaktu hidupnya. Perempuan itu menjawab, "Wahai Rasulullah saya tidak pernah melihat, tapi saya melihat bila datang bulan Rajab dia membaca Istighfar ini saya menjadi hafal. Nabi memerintahkan kepada Sayyidina Ali KW menulis, setelah ditulis maka Rasulullah SAW bersabda : "Barangsiapa membaca Istighfar ini dan meletakkan di rumahnya atau diletakkan di benda lainnya (peci, sabuk, baju) maka Allah SWT memberi pahala kepadanya seperti pahalanya 1000 orang yang jujur, pahala 80.000 haji, pahala 80.000 masjid, pahala 80.000 yang minum air dari telaga Kautsar, pahala 80.000 malaikat yang mulia, pahala 80.000 orang yang ahli ibadah, pahala 7 langit dan 7 bumi, pahala 8 pintu surga, pahala Arsy dan kursi, pahala Laukh dan qolam dan pahala Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa, bin Maryam, dan Nabi Muhammad SAW. Rasulullah SAW bersabda,"Barangsiapa yang membaca Istighfar ini maka Allah SWT membangunkan untuknya 80.000 istana yang setiap kamarnya ada 80.000 bidadari yang cantik-cantik, di atas kepala bidadari ada pohon menaunginya selebar dunia seisinya. Barangsiapa membaca Istighfar ini 4x selama hidupnya maka sesungguhnya Allah SWT memberikan pahala Mekkah, Madinah, dan Baitul Maqdis. Apabila orang tersebut mati pada malam atau siang hari pada waktu membaca Istighfar ini, maka Allah SWT memerintahkan 80.000 malaikat untuk mengiringi jenazahnya dan memohonkan ampunan untuknya, dan Allah SWT memudahkannya dalam pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir. Allah SWT membukakan dalam kuburnya pintu ke surga dan akan datang bidadari yang cantik dengan membawa mangkuk berisi air dari telaga Kautsar, maka tatkala bangun dari kubur pada hari kiamat, wajahnya bersinar melebihi sinar bulan. Penduduk Mahsyar berkata,"inikah nabi, inikah Rasul, inikah malaikat yang dengan Allah SWT" Maka diucapkanlah,"Bukan, ini adalah salahsatu hamba Allah SWT dari bani Adam yang dimuliakan Allah SWT sebab BAROKAH bacaan Istighfar." kemudian didatangkanlah Bouraq yang dinaikinya dan berjalan menuju pintu surga tanpa hisab. Nabi Muhammad SAW bersabda : "Barangsiapa membaca istighfar ini tidak akan didekati ular, kalajengking, srigala, dan sesuatu yang mencelakakannya dan selamat dari mati mendadak, selamat dari orang-orang dzalim, penipu, orang hasud/iri, perbuatan ahli sihir, orang yang kejam dan fasik, Allah SWT akan melihatnya dengan pandangan rahmat dan selamat dari jin, orang durhaka, setan-setan dan seluruh hal yang mencelakakannya."

استغفار رجب لعبد الله بن سُلطان

 بسم الله الرّحمن الرّحيم

 أَسْـتَغْفِرُ اللهَ , أَسْـتَغْفِرُاللهَ , أَسْـتَغْفِرُاللهَ الْعَظِيْمَ الَّذِي لآإِلهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيَّ الْقيُّوْمَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ مِنْ جَمِيْعِ مَا اَكْرَهَهُ قَوْلاً وَفِعْلاً حَاضِرًا وَغَائِبًا , اَللّهُمَّ إِنِّي اَسْتَغْفِرُكَ لِمَا قَدَّمْتُ وَأَخَّرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ وَمَا أَنْتَ اَعْلَمُ بِهِ مِنِّي أَنْتَ الْـمُقَدِّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ وَأَنْتَ عَلى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ, اَللّهُمَّ إِنِّيْ اَسْتَغْفِرُكَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ تُبْتُ مِنْهُ ثُمَّ عُدْتُ إِلَيْهِ, أَسْـتَغْفِرُكَ لِمَا اَرَدْتُ بِهِ وَجْهَكَ الْكَرِيْمَ فَخَالَطَنِيْ فِيْهِ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ رِضًا, وَأَسْـتَغْفِرُكَ لِماَ دَعَانِيْ إِلَيْهِ الْهَـوَى مِنْ قَبْلُ فِيْمَا اشْـتَبَهَ عَلَيَّ وَهُوَ عِنْدَك محَرّمٌ, وَأَسْـتَغْفِرُكَ مِنَ النِّعَمِ الَّتِى أَنْعَمْتَ بِهَا علَيَّ فَاسْـتَعَنْتُ بِهَا عَلَى مَعَاصِيْكَ, وَأَسْـتَغْفِرُكَ مِنَ الذُّنُوْبِ الَّتِى لاَ يَطَّلِعُ عَلَيْهَا أَحَدٌ سِوَاكَ وَلاَ يُنَجِّى مِنْهَا اَحَدٌ غَيْرُكَ وَلاَ يَسَعُهَا إِلاَّ حِلْمُكَ وَلاَ يُنَجِّىْ مِنْهَا إِلاَّ عَفْوُكَ وَأَسْـتَغْفِرُكَ مِنْ كُلِّ يَمِيْنٍ حَنِثْتُ فِيْهِ وَهُوَ عِنْدَكَ مُحَرَّمٌ وَأَناَ مُؤَآخَذٌ بِهِ وَأَسْـتَغْفِرُكَ لآإِلهَ إِلاَّ أَنْتَ يَا عَالِمَ الْغَيْبِ والشَّهَادَةِ مِنْ كُلّ سَيِّـئَةٍ عَمِلْـتُهَا فِيْ سَوَادِ اللَّيْلِ وَبَيَاضِ النَّهَارِ, وَفىِ فَلاَ وَمَلاَ قَوْلاً وَّفِعْلاً وَأَنْتَ نَاظِرٌ إِليَّ إِذَا كَتَمْـتُهُ وَتَرَى مَا اَتَيْـتُهُ مِنَ الْعِصْـيَانِ يَاكَرِيْمُ يَا مَنَّانُ يَاحَلِيْمُ, وَأَسْـتَغْفِرُكَ لآإِلهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ, وَأَسْـتَغْفِرُكَ مِنْ كُلِّ فَرِيْضَـةٍ وَجَبَتْ عَلَيَّ فِي أَنَآءِ اللَّيْلِ وأَطْرَافِ النَّهَارِ وَتَرَكْـتُهَا سَهْوًا أَوْ غَفْـلَةً أَوْ خَطَأً وَأَنَامَسْـئُوْلٌ بِهَا, وَأَسْـتَغْفِرُكَ مِنْ كُلِّ سُنَّةٍ مِّنْ سُنَنِ سَـيِّدِ الْمُرْسَليْنَ وَخَاتَمِ النَّبِيِّـيْنَ سَـيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ وَتَرَكْتُهَا سَهْوًا أَوْ غَفْـلَةً أَوْ خَطَأً أَوْ تَهَاوُنًا فَإِنِّي أَسْـتَغْفِرُكَ يَا اَللهُ يَا اللهُ , لآإِلهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ, لآإِلهَ إِلاَّ أَنْتَ يَا رَبَّ الْعَالمَيْنَ, أَنْتَ رَبِّي لآإِلهَ إِلاَّ أَنْتَ وَحْدَكَ لاَشَرِيْكَ لَكَ, سُبْحَانَكَ يَا رَبَّ الْعَالمَيْنَ, وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ, وَ لاَحَوْلَ وَلاَقُوّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَصَلَّى اللهُ عَلى سَـيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ اْلأُمِيِّ وَعَلى ألِه وَصَحْبِه أَجْمَعِيْنَ, سُبْحَانَ ربِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ ,وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ , وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْن

Astaghfirullahal adziim (3X). Alladhi laa ilaaha illa huwal hayyul qayyuumu wa atuubu ilaaih, min jamii’il ma’aashii, wadh dhunuubi, wa atuubu ilaah, min jamii’i maa karihallaahu qaulan wa fi’lan, wa sam’an, wa basharan, wa hashiran, allaahumma inii astaghfiruka limaa qaddamtu, wa maa akhkhartu wa maa asraftu, wa maa asrartu, wa maa a’lantu, wa maa anta a’lamu bihii minnii, antal muqaddimu wa antal mu’akhkhiru, wa anta ‘alaa kulli sya’in qadiir. allahumma inii astaghfiruka min kulli dhambin tubtu ilaika min hu, tsumma ‘udtu fiih. wa astaghfiruka bi maa ‘aradtu bihii wajhakal karima fa khalathtuhu bimaa ‘alaihi sa’alaka bi hii ridlan. wa astaghfiruka bi maa wa‘adtuka bihii nafsii tsumma akhlaftuka. wa astaghfiruka bi maa da’anii ilaihil hawaa min qablir rukhashi min mastabaha ‘alayya, wa huwa ‘indaka mahdluurun. wa astaghfiruka minan ni’amil latii an’amta bi haa ‘alayya fa sharaftuhaa wa taqawwaitu bi haa ‘alal ma’aashii. wa astaghfiruka minadh dhunuubil latii laa yaghfiruhaa ghairuka wa yaththali’u ‘alaihaa ahadun siwaak, wa laa yasa’uhaa illa rahmatuka wa hilmuka wa laa yunjii min haa illa ‘afwuka. wa astaghfiruka min kulli yamiinin halaftu bi haa fahanaftu fii haa wa ana ‘indaka ma’khudum  bihaa. wa astaghfiruka ya laa ilaahaa illaa anta subhaanaka innii kuntu minadh dhaalimiin. wa astaghfiruka ya laa ilaaha illaa anta, ‘aalimul ghaibi wasysyahaadati min kulli sya’atin ‘amiltuhaa fii bayadlin nahaari wasawaadil laili fii mala’in wa khalain wa sirrin wa ‘alaniyyatin, wa anta ilayya nadziirun idartakabtuhaa taraa maaaataituhu minal ‘ishyaani bihii ‘amdan aw khata’an aw nisyaanan yaa haliimu yaa kariim, wa astaghfiruka yaa laa ilaaha illaa anta subhanaaka innii kuntu minadl dlaalimiin rabbighfirlii warhamnii watub ‘alayya wa anta khairur raahimiin. wa astaghfiruka min kulli faridhatin wajabat alayya fiiaanalil laili wa athraafan nahaari fa taraktuhaa ‘amdan aw khata’an aw nis’yaanan aw tahaawunan wa ana mas’ulun bihaa wa min kulli sanatin min sunani sayyidil mursaliina wakhaatimin nabiyyiina muhammadin shallallahu ‘alaihi wasallam fataraktuha ghaflatan aw syahwan aw jahlan aw tahawunan qallat aw katsurat wa ana ‘aaidum bi haa. wa astaghfiruka yaa laa ilaaha illaa anta wahdaka la syarikalak, subhaanaka rabbal ‘alamiin. lakal mulku wa lakal hamdu walakasy syukru wa anta hasbunaa wa ni’mal wakiil, ni’mal maulaa wani’man nashiir wa laa haula wa laa quwwata illaa billahil ‘aliyyil ‘adhiim. wa shallaallahu ‘alaa sayyidinaa muhammadin wa aalhi washahbiihi wa sallama tasliiman katsiraw wal hamdu lillaahi rabbil ‘aalamin.

Artinya:

Aku memohon ampun kepada Allah Yang Mahaagung 3x. Yang Tidak ada Tuhan selain Dia Yang Mahahidup lagi berdiri sendiri. Aku bertobat kepada-Nya dari segala maksiat dan dosa. Aku bertobat kepada-Nya dari segala yang Allah benci, baik berupa perkataan, perbuatan, pendengaran, penglihatan, maupun perasaan. Ya Allah,sesungguhnya aku memohon ampun terhadap apa-apa (dosa-dosa) yang telah lalu maupun yang kemudian, baik (dosa yang aku perbuat) keterlaluan, (dosa) yang aku sembunyikan, (dosa yang aku perbuat) secara terang-terangan, maupun apa-apa (dosa-dosa) yang Engkau lebih mengetahuinya daripada aku. Engkau-lah Yang Maha Pemula, Engkau-lah Yang Mahaakhir, dan hanya Engkau-lah Yang Maha Mengetahui atas segala sesuatu. Ya Allah sesungguhnya aku memohon ampun kepada-Mu dari setiap dosa, aku bertobat kepada-Mu dari dosa yang aku lakukan lagi. Aku memohon ampun kepada-Mu terhadap apa-apa yang aku maksudkan untuk berbakti kepada-Mu, Yang Mahamulia, namun tercemari oleh apa-apa yang tidak Engkau ridhai. Aku memohon ampun kepada-Mu atas apa-apa yang telah aku janjikan kepada-Mu kemudian aku khilaf kepada-Mu. Aku memohon ampun kepada-Mu atas apa-apa yang Engkau serukan kepadaku, namun aku menyepelekannya. Aku mohon ampun kepada-Mu dari segala nikmat yang Engkau limpahkan kepadaku namun aku menyalahgunakannya di jalan maksiat. Aku memohon ampun kepada-Mu dari segala dosa yang tidak ada yang dapat mengampuninya selain-Mu, dan janganlah memperlihatkannya kepada seorang pun selain-Mu, dan tidak ada yang dapat melapangkannya kecuali rahmat-Mu dan kesantunan-Mu, serta tidak ada yang dapat selamat darinya kecuali ampunan-Mu. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad saw., juga keluarganya, para sahabatnya, dengan keselamatan yang banyak. Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam.

WALLOHUL WALIYYUT TAUFIQ ILA SABILUL HUDA

SHOLAT ROGHOIB YANG ADA SEJAK ABAD KE LIMA HIJRIYAH


Tidak ada satu shalat pun yang dikhususkan pada bulan Rajab, juga tidak ada anjuran untuk melaksanakan shalat Roghoib pada bulan tersebut.

Shalat Raghaib adalah shalat dua belas rakaat yang dilakukan antara Maghrib dan Isya’ pada awal malam Jum’at bulan Rojab. Shalat roghoib ini disebut dalam kitab Ihya Ulumuddin dan Qut Al-Muluk karena menurut Imam Nawawi dalam kitab Al-Majmuk Syarah Muhazab dan Syarah Muslim, dalil shalat roghoib ini sangat lemah dan bahkan maudhuf.

Tata cara shalat ini mengambil hadits yang dihukumi oleh ulama sebagai hadits palsu, diriwayatkan dari Anas bin Malik:

رَجَبٌ شَهْرُ اللهِ وَ شَعْبَان شَهْرِيْ وَ رَمَضَانُ شَهْرأَمَّتِيْ : وَمَا مِنْ أَحَدٍ يَصُوْمُ يَوْمَ الْخَمِيْسِ أَوَّلَ خَمِيْسٍ فِيْ رَجَبٍ ثُمَّ يًُصَلِّي فِيْمَا بَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعَتَمَةِ يَعْنِيْ لَيْلَةَ الْجُمْعَةِ ثِنْتَيْ عَشَرَةَ وَكْعَةً يَقْرَأُ فِيْ كُلِّ رَكْعَةٍ فَاتِحَةَ الْكِتَابِ مَرَّةً و (إِ نَّآ أَنْزَلْنَهُ فِى لَيْلَةِ الْقَدْرِ ) ثَلا َثَ مَرَّاتٍ وَ قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ اثْنَتَيْ عَشَرَةَ مَرَّةً يُفْصَلُ بَيْنَ كَلِّ رَكْعَتَيْنِ بِتَسْلِمَتَيْنِ فَإِذَا فَرَغَ مِنَ الصَّلاَةِ صَلِّيْ عَلَيَّ سَبْعِيْنَ مَرَّةً ثُمَّ يَقُوْلُ اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ النَّبِيْ الأمِيْ وً عًلًى آلِهِ ثُمَّ يَسْجُدُ فَيَقُوْلُ فِيْ سُجُدِهِ سُبُوْحٌ قُدُّوْسٌ رَبُّ الْمَلاَئكَةِ وَ الرُّوْحِ سَبْعِيْنَ مَرَّةً ثُمَّ يَرْفَعُ رَأْسَهُ فَيَقُوْلُ رَيِّ اغْفِرْلِيْ وارْحَمْ وَ تَجَاوَزْ عَمَّا تَعْلَمُ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيْزُ الأَعْظَمُ سَبْعِيْنَ مَرَّةً ثُمَّ يَسْجُدُ الثَّانِيَةَ فَيَقُوْلُ مِثْلَ مَا قَالَ فِيْ السَجْدَةِ الأُولَى ثُمَّ يَسْأَلُ اللهَ حَاجَتَهُ فَإِنَّهَا تُقْضَى قَالَ رَسُوْل الله : وَالَّذِيْ تَفْسِيْ بيَدِهِ مَا مِنْ عَبْدٍ وَلا َ لأ أَمَةٍ صَلَّى هَذِهِ الصَلاَةَ إِلاَّ غَفَرَ الله لَهُ جَمِيْعَ ذُنُوْبِهِ وَ إنْ كَانَ مِثْلَ زَيَدِ الْبَحْرِ وَ عَدَدَ وَرَقِ الأَشْجَارِ و شَفَعَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِيْ سَبْعِمِائَةِ مِنْ أَهْلَ بَيْتِهِ . فَإِذَا كَانَ فِيْ أَوَّلِ لَيْلَةٍ فِيْ قَبْرِهِ جَاءَ ثَوَّابُ هَذِهِ الصَّلاَةِ فَيُجِيْبُهُ بِوَجْهٍ طَلِقٍ وَلِسَانٍ ذَلِقٍ فَيَقُوْلُ لَهُ حَبِيْبِيْ أَبْشِرْ فَقَدْ نَجَوْتَ مِنْ كُلِّ شِدَّةٍ فَيَقُوْلُ مَنْ أَنْتَ فَوَ اللهِ مَا رَأَيْتُ وَجْهًا أَحْسَنَ مِنْ وَجْهِكَ وَلاَ سَمِعْتُ كَلاَمًا أَحْلَى مِنْ كَلاَمِكَ وَلاَ شَمَمْتُ رَائِحَةُ أَطْيَبُ مِنْ رَائِحَتِكَفَيَقُوْلُ لَهُ يَا حَبِيْبِيْ أَنَا ثَوَابُ الصَلاَةِ الَّتِيْ صَلَّيْتَهَا فِيْ لَيْلَةِ كَذَا فِيْ شَهْرِ كَذَا جِئْتُ الليْلَة َ لأَ قْضِيْ حَقَّكَ وَ أُوْنِِسَ وَحْدَتَكَ وَ أَرْفَعَ عَنْكَ وَحْشَتَكَ فَإِذَا نُفِخَ فِيْ الصُوْرِ أَظْلَلْتُ فِيْ عَرَصَةِ الْقِيَامَةِ عَلَى رَأْسِكَ وَ أَبْشِرْ فَلَنْ تَعْدَمَ الْخَيْرَ مِنْ مَوْلاَكَ أَبَدًا

Rajab bulan Allah dan Sya’ban bulanku serta Ramadhon bulan umatku. Tidak ada seorang berpuasa pada hari Kamis, yaitu awal Kamis dalam bulan Rajab, kemudian shalat diantara Maghrib dan ‘Atamah (Isya) -yaitu malam Jum’at- (sebanyak) dua belas raka’at. Pada setiap raka’at membaca surat Al Fatihah sekali dan surat Al Qadr tiga kali, serta surat Al Ikhlas duabelas kali. Shalat ini dipisah-pisah setiap dua raka’at dengan salam. Jika telah selesai dari shalat tersebut, maka ia bershalawat kepadaku tujuh puluh kali, kemudian mengatakan “Allahhumma shalli ‘ala Muhammadin Nabiyil umiyi wa alihi, kemudian sujud, lalu menyatakan dalam sujudnya “Subuhun qudusun Rabbul malaikati wa ar ruh” tujuh puluh kali, lalu mengangkat kepalanya dan mengucapkan “Rabbighfirli warham wa tajaawaz amma ta’lam, inaka antal ‘Azizul a’zham” tujuh puluh kali, kemudian sujud kedua dan mengucapkan seperti ucapan pada sujud yang pertama. Lalu memohon kepada Allah hajatnya, maka hajatnya akan dikabulkan. Rasululloh bersabda,”Demi Dzat yang jiwaku ada di tanganNya, tidak ada seorang hamba lali-laki atau perempuan yang melakukan shalat ini, kecuali akan Allah ampuni seluruh dosanya, walaupun seperti buih lautan dan sejumlah daun pepohonan, serta bisa memberi syafa’at pada hari kiamat kepada tujuh ratus keluarganya. Jika berada pada malam pertama, di kuburnya akan datang pahala shalat ini. Ia menemuinya dengan wajah yang berseri dan lisan yang indah, lalu menyatakan: ‘Kekasihku, berbahagialah! Kamu telah selamat dari kesulitan besar’. Lalu (orang yang melakukan shalat ini) berkata: ‘Siapa kamu? Sungguh demi Allah aku belum pernah melihat wajah seindah wajahmu, dan tidak pernah mendengar perkataan seindah perkataanmu, serta tidak pernah mencium bau wewangian, sewangi bau wangi kamu’. Lalu ia berkata: ‘Wahai, kekasihku! Aku adalah pahala shalat yang telah kamu lakukan pada malam itu, pada bulan itu. Malam ini aku datang untuk menunaikan hakmu, menemani kesendirianmu dan menghilangkan darimu perasaan asing. Jika ditiup sangkakala, maka aku akan menaungimu di tanah lapang kiamat. Maka berbahagialah, karena kamu tidak akan kehilangan kebaikan dari maulamu (Allah) selama-lamanya’.”

Shalat Roghoib atau biasa juga disebut dengan shalat Rajab adalah shalat yang dilakukan di malam Jum’at pertama bulan Rajab antara shalat Maghrib dan Isya. Di siang harinya sebelum pelaksanaan shalat Roghoib (hari kamis pertama  bulan Rajab) dianjurkan untuk melaksanakan puasa sunnah. Jumlah raka’at shalat Roghoib adalah 12 raka’at. Di setiap raka’at dianjurkan membaca Al Fatihah sekali, surat Al Qadr 3 kali, surat Al Ikhlash 12 kali. Kemudian setelah pelaksanaan shalat tersebut dianjurkan untuk membaca shalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebanyak 70 kali.

Di antara keutamaan yang disebutkan pada hadits yang menjelaskan tata cara shalat Raghaib adalah dosanya walaupun sebanyak buih di lautan akan diampuni dan bisa memberi syafa’at untuk 700 kerabatnya. Namun hadits yang menerangkan tata cara shalat Roghoib dan keutamaannya adalah hadits maudhu’ (palsu). Ibnul Jauzi meriwayatkan hadits ini dalam Al Mawdhu’aat (kitab hadits-hadits palsu).

Tidak diagukan lagi amalan di atas adalah bid’ah yang munkar, amalan di atas memang berdasarkan sebuah hadits yang disebutkan dalam kitab ihya’ ulumuddin karangan Imam Al Ghozali namun hadits dhoif dan munkar.

ما من أحد يصوم يوم الخميس (أول خميس من رجب) ثم يصلي فيما بين العشاء والعتمة يعني ليلة الجمعة اثنتي عشرة ركعة ، يقرأ في كل ركعة بفاتحة الكتاب مرة و((إنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ القَدْرِ)) ثلاث مرات، و((قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ)) اثنتي عشرة مرة ، يفصل بين كل ركعتين بتسليمة ، فإذا فرغ من صلاته صلى عليّ سبعين، فيقول في سجوده سبعين مرة: (سبوح قدوس رب الملائكة والروح) ، ثم يرفع رأسه ويقول سبعين مرة: رب اغفر وارحم وتجاوز عما تعلم ، إنك أنت العزيز الأعظم ، ثم يسجد الثانية فيقول مثل ما قال في السجدة الأولى ، ثم يسأل الله (تعالى) حاجته ، فإنها تقضى”.. قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: “والذي نفسي بيده ، ما من عبد ولا أَمَة صلى هذه الصلاة إلا غفر الله له جميع ذنوبه ، ولو كانت مثل زبد البحر ، وعدد الرمل ، ووزن الجبال ، وورق الأشجار ، ويشفع يوم القيامة في سبعمئة من أهل بيته ممن قد استوجب النار”

“Tidaklah seseorang yang melaksanakan puasa pada hari Kamis (pertama di bulan Rajab), kemudian ia melaksanakan shalat antara Isya dan al-‘Atamah pada malam jum’at sebanyak 12 rakaat, dalam setiap rakaat membaca al-Fatihah satu kali dan al-Qadar tiga kali dan al-Ikhlash 12 kali, setiap 2 rakaat dipisah dengan salam. setelah shalat, bershalawat 70 kali, dalam sujudnya ia ucapkan: “Maha Suci Allah Tuhan para malaikat dan ruh”. Kemudian mengangkat kepalanya dan mengucapkan sebanyak 70 kali: “Ya Allah ampunilah, kasihilah, maafkanlah apa yang Engkau ketahui. Sesungguhnya Engkau Maha Agung dan Mulia”. Kemudian sujud yang kedua mengucapkan kalimat yang sama pada sujud pertama. Kemudian memohonkan apa yang ia inginkan kepada Allah. Maka Allah akan mengabulkannya. Rasulullah Saw bersabda: “Demi yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seorang hamba laki-laki dan perempuan melaksanakan shalat ini melainkan Allah mengampuni semua dosanya, meskipun sebanyak buih di lautan, sebanyak pasir, seberat bukit dan sebanyak daun kayu. Ia dapat memberikan pertolongan (Syafaat) pada hari kiamat kepada tujuh ratus keluarganya yang wajib masuk neraka”.

Tidak sedikit para ulama yang mendhoifkan hadits di atas dari kalanngan ulama empat madzhab dan menganggap amalan di atas sebagaia amalan yang mungkar.

Ibnul Jauziy rahimahullah mengatakan, “Sungguh, orang  yang telah membuat bid’ah dengan membawakan hadits palsu ini sehingga menjadi motivator bagi orang-orang untuk melakukan shalat Roghoib dengan sebelumnya melakukan puasa, padahal siang hari pasti terasa begitu panas. Namun ketika berbuka mereka tidak mampu untuk makan banyak. Setelah itu mereka harus melaksanakan shalat Maghrib lalu dilanjutkan dengan melaksanakan shalat Raghaib. Padahal dalam shalat Raghaib, bacaannya tasbih begitu lama, begitu pula dengan sujudnya. Sungguh orang-orang begitu susah ketika itu. Sesungguhnya aku melihat mereka di bulan Ramadhan dan tatkala mereka melaksanakan shalat tarawih, kok tidak bersemangat seperti melaksanakan shalat ini?! Namun shalat ini di kalangan awam begitu urgent. Sampai-sampai orang yang biasa tidak hadir shalat Jama’ah pun ikut melaksanakannya.” (Al Mawdhu’aat li Ibnil Jauziy, 2/125-126)

Shalat Roghoib ini pertama kali dilaksanakan di Baitul Maqdis, setelah 480 Hijriyah dan tidak ada seorang pun yang pernah melakukan shalat ini sebelumnya. (Al Bida’ Al Hawliyah, 242)

Ath Thurthusi mengatakan, “Tidak ada satu riwayat yang menjelaskan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat ini. Shalat ini juga tidak pernah dilakukan oleh para sahabat radhiyallahu ‘anhum, para tabi’in, dan salafush sholeh –semoga rahmat Allah pada mereka-.” (Al Hawadits wal Bida’, hal. 122. Dinukil dari Al Bida’ Al Hawliyah, 242)

Shalat roghoib yang dilakukan pada awal malam Jumat bulan Rajab itu tidak ada dasarnya dalam agama. Karena shalat adalah ibadah murni, sebaiknya tidak mengamalkannya tanpa ada dalil dari Quran, hadits atau ijmak ulama.

Imam Nawawi dalam Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab, 3/549 berkata :

الصلاة المعروفة بصلاة الرغائب , وهي ثنتا عشرة ركعة تصلى بين المغرب والعشاء ليلة أول جمعة في رجب , وصلاة ليلة نصف شعبان مائة ركعة وهاتان الصلاتان بدعتان ومنكران قبيحتان ولا يغتر بذكرهما في كتاب قوت القلوب , وإحياء علوم الدين , ولا بالحديث المذكور فيهما فإن كل ذلك باطل ، ولا يغتر ببعض من اشتبه عليه حكمهما من الأئمة فصنف ورقات في استحبابهما فإنه غالط في ذلك , وقد صنف الشيخ الإمام أبو محمد عبد الرحمن بن إسماعيل المقدسي كتابا نفيسا في إبطالهما فأحسن فيه وأجاد رحمه الله

Artinya: Salat yang dikenal dengan sebutan Shalat Raghaib, dua belas rakaat dilakukan antara Maghrib dan Isya’ awal malam Jum’at bulan Rojab, serta shalat malam Nisfu Sya’ban (pertengahan bulan Sya’ban) sebanyak 100 roka’at, keduanya termasuk bid’ah yang mungkar dan jelek. Janganlah tertipu dengan disebutkannya kedua sholat tersebut dalam kitab Quut al-Qulub dan Ihya’ Ulumuddin, dan jangan tertipu pula oleh hadits yang tertulis pada kedua kitab tersebut, sebab seluruhnya adalah merupakan kebatilan.

Iman Nawawi dalam Syarah Muslim hlm. 8/20 juga menyatakan makruhnya melakukan shalat roghoib sedangkan status shalatnya adalah bid'ah munkaroh.

واحتج به العلماء على كراهة هذه الصلاة المبتدعة التي تسمى الرغائب - قاتل الله واضعها ومخترعها - فإنها بدعة منكرة من البدع التي هي ضلالة وجهالة ، وفيها منكرات ظاهرة

Artinya: Ulama berpendapat atas makruhnya shalat bid'ah yang disebut raghaib. Shalat ini termasuk bid'ah munkaroh, sesat dan bodoh. Di dalamnya terdapat kemungkaran yang jelas.

Al Khottobi berkata : “Hadits sholat rogoib penuh dengan kebohongan dan kedustaan yang tidak sedikit”.

Al Hafidz Ibnu Rajab berkata : “adapun amalan sholat maka tidak dibenarkan di dalam bulan rajab suatu sholat yang khusus pada bulan itu, hadits-hadits yang diriwayatkan tentang keutamaan sholat roghoib di hari jum’at pertama adalah dusta dan batil, sholat bid’ah ini tidak dibenarkan oleh kalangan mayoritas ulama”

Tentu masih banyak lagi para ulama’ yang membatilkan sholat di atas. Bukan hanya yang kami sebutkan.

HUKUM SHOLAT ROGHOIB

Hukum shalat Raghaib adalah bid’ah, karena tidak didasarkan dengan dalil-dalil yang shahih, menyelisihi tata cara shalat sunnah yang sudah dikenal. Pada zaman salaf al shalih, shalat Raghaib ini tidak pernah dikenal, dan mereka tidak ada yang melakukannya. Oleh karena itu, Al ‘Izz bin Abdussalam menegaskan bid’ahnya shalat Raghaib, dengan memberikan argumentasi, yang secara khusus ditujukan kepada ulama, dan secara umum bagi kalangan awam.

Adapun yang khusus ditujukan untuk para ulama terdapat dua catatan, yaitu:

1. Seorang ulama, jika melakukan shalat tersebut, ia dapat mempengaruhi opini kepada masyarakat umum, bahwa shalat ini sebagai sunnah, sehingga ia berdusta atas nama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan amalannya, yang terkadang mewakili lisannya.

2. Ulama yang mengamalkan shalat ini, menjadi penyebab orang lain berdusta atas nama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan menyatakan “Ini adalah salah satu sunnah Beliau”, padahal seseorang tidak diperbolehkan menjadi penyebab orang lain berdusta atas nama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Sedangkan bagi kalangan awam, secara umum sebagai berikut:

1. Orang awam yang melakukan perbuatan bid’ah, dapat memotivasi para pembuat bid’ah untuk membuat kebid’ahan dan kebohongan (hadits palsu). Padahal memotivasi berbuat batil dan menolongnya, termasuk perbuatan yang dilarang dalam syari’at. Sedangkan meninggalkan kebid’ahan dan hadits-hadits palsu, dapat mencegah munculnya kebid’ahan ataupun hadits palsu. Mencegah dan memperingatkan kemungkaran termasuk ajaran penting dalam syari’at.

2. Shalat ini menyelisihi Sunnah tidak gerak dalam shalat. Dalam shalat ini, terdapat pengulangan surat Al Ikhlash dan Al Qadr. Menghitungnya, tidak dapat dilakukan secara umum, kecuali dengan menggerakkan sebagian anggota tubuh.

3. Shalat Raghaib ini menyelisihi perintah yang berkaitan dengan khusu’, merendahkan diri, menghadirkan hati dalam shalat, konsentrasi kepada Allah, merasakan keagungan Allah dan memahami makna bacaan dan dzikir. Maka jika ia memperhatikan jumlah surat dengan hatinya, maka ia telah berpaling dari Allah dan meningalkanNya dengan satu perkara yang tidak disyari’atkan dalam shalat. Memalingkan wajah dalam shalat dicela oleh syari’at, apalagi berpaling dengan hati yang merupakan tujuan besar dalam shalat.

4. Shalat Raghaib ini menyelisihi aturan yang sunnah dalam shalat nafilah (sunnah). Karena shalat-shalat nafilah disunnahkan dan lebih utama dikerjakan di rumah dari pada masjid, kecuali shalat-shalat nafilah yang telah dijelaskan syari’at, seperti shalat Istisqa’ dan Kusuf. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

صَلَاةُ الرَّجُلِ فِي بَيْتِهِ أَفْضَلُ مِنْ صَلَاتِهِ فِي الْمَسْجِدِ إِلاَّ الْمَكْتُوْبَة

Shalatnya seseorang di rumahnya, lebih baik dari shalatnya di masjid, kecuali shalat fardhu.

5. Shalat Raghaib ini menyelisihi aturan sunnah. Bahwasanya pelaksanaan shalat sunnah, tidak dilakukan secara berjama’ah, tetapi disunnahkan secara sendiri-sendiri, kecuali yang telah ditetapkan syari’at. Dan kebid’ahan yang dibuat-buat atas nama Rasulullah ini tidak termasuk dalam kategori sunnah tersebut.

6. Shalat Raghaib ini menyelisihi perintah mengkonsentrasikan hati dari hal-hal yang menyibukkannya sebelum masuk dalam shalat; karena shalat Raghaib ini dilakukan dalam keadaan lapar dan haus, apalagi pada hari-hari yang sangat panas; padahal shalat tidak dilaksanakan dengan adanya hal-hal yang menyibukkannya yang dapat dihilangkan.

7. Kedua sujud (setelah selesai shalat tersebut) dilarang, karena dalam syari’at tidak terdapat adanya sujud secara tersendiri tanpa sebab sebagai amalan mendekatkan diri kepada Allah Subahnahu wa Ta’ala ; padahal mendekatkan diri kepada Allah dengan sesusatu ibadah memiliki sebab, syarat, waktu dan rukun-rukun tertentu, sehingga tidak dianggap sah tanpanya. Misalnya, seperti tidak mendekatkan diri kepada Allah dengan wukuf di Arafah, Mudzdalifah, melempar jumrah dan sa’i antara Shafa dan Marwa, dengan tanpa melakukan manasik (haji atau umrah) pada waktunya dengan sebab dan syarat-syaratnya. Maka, demikian juga tidak mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan sujud semata, walaupun sujud merupakan ibadah, kecuali jika memiliki sebab. Juga tidak mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan shalat dan puasa setiap waktu dan setiap saat. Terkadang, tanpa disadari, orang bodoh mendekatkan diri kepada Allah dengan amalan yang menjauhkannya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala

8. Seandainya kedua sujud tersebut disyari’atkan, tentu menyelisihi perintah khusyu’ dan khudhu’, disebabkan sibuknya menghitung jumlah tasbih dengan batin, atau lahiriyah, atau dengan batin dan lahir.

9. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

لَا تَخْتَصُّوا لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ بِقِيَامٍ مِنْ بَيْنِ اللَّيَالِي وَلَا تَخُصُّوا يَوْمَ الْجُمُعَةِ بِصِيَامٍ مِنْ بَيْنِ الْأَيَّامِ إِلَّا أَنْ يَكُونَ فِي صَوْمٍ يَصُومُهُ أَحَدُكُمْ

“Janganlah mengkhususkan malam Jum’at dari yang lain dengan shalat malam. Janganlah mengkhususkan hari Jum’at dari yang lain dengan puasa, kecuali puasa yang biasa dikerjakan salah seorang kalian”.

10. Dalam shalat Raghaib ini, terdapat sesuatu yang menyelisihi sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berdzikir ketika sujud, karena ketika turun firman Allah سَبِّحِ اسْمِ رَبِّكَ اْلأَعْلَى Beliau berkata ”Jadikanlah dalam sujud kalian”.

Pernyataan ‘سُبُوْحٌ قُدُّوْسٌ’ seandainya benar dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun tidak benar disendirikan tanpa pernyataan (سُبْحَان رَبِّيَ الأ عْلَى ), dan tidak pula Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan umatnya. Padahal sudah dimaklumi, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memerintahkannya, kecuali yang terbaik.

Juga dalam pernyataan سُبْحَان رَبِّيَ الأ عْلَى , terdapat pujian yang tidak ada dalam pernyataan
[سُبُوْحٌ قُدُّوْسٌ . ]

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata,”Shalat Raghaib tidak memiliki dasar. Dia merupakan perbuatan bid’ah, sehingga tidak disunnahkan berjama’ah, dan tidak juga secara sendirian. Dalam Shahih Muslim, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang pengkhususan malam Jum’at dengan shalat malam, atau hari Jum’at dengan puasa. Adapun atsar yang menyebutkan tentang itu, menurut kesepakatan para ulama, adalah palsu.”

Dan Syaikhul Islam juga berkata,”Menurut pendapat para imam agama, shalat Raghaib adalah bid’ah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mensunnahkannya, dan juga tidak seorangpun dari para khalifah Beliau mensunnahkannya. Tidak pula seorangpun dari para ulama agama, seperti Malik, Syafi’i, Ahmad, Abu Hanifah, Ats Tsauri, Al ‘Auza’i, Al Laits dan lain-lainnya menganggapnya sunnah. Sedangkan menurut ijma’ orang yang mengerti hadits, (menyatakan) hadits yang meriwayatkan tentang shalat ini adalah palsu.”

WALLOHUL WALIYYUT TAUFIQ ILA SABILUL HUDA

Selasa, 28 Maret 2017

PERINTAH SHOLAT DALAM ISRO' MI'ROJ

Isra` secara bahasa berasal dari kata ‘saro’ bermakna perjalanan di malam hari. Adapun secara istilah, Isra` adalah perjalanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama Jibril dari Mekkah ke Baitul Maqdis (Palestina), berdasarkan firman Allah :

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأَقْصَى

“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha “ (Al Isra’:1)

Mi’raj secara bahasa adalah suatu alat yang dipakai untuk naik. Adapun secara istilah, Mi’raj bermakna tangga khusus yang digunakan oleh  Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk naik dari bumi menuju ke atas langit, berdasarkan firman Allah dalam surat An Najm ayat 1-18.[1]

Kisah Isra’ Mi’raj

Secara umum, kisah yang menakjubkan ini  disebutkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla dalam Al-Qur`an dalam firman-Nya:

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ ءَايَاتِنَا إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِير

“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (QS. Al-Isra` : 1)

Adapun rincian dan urutan kejadiannya banyak terdapat dalam hadits yang shahih dengan berbagai riwayat.

Riwayat sahabat Anas ibnu Malik r.a.

قَالَ الْإِمَامُ أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنِي عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ -هُوَ ابْنُ بِلَالٍ-عَنْ شَرِيكِ بْنِ عَبْدِ اللِّهِ قَالَ: سَمِعْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ يَقُولُ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ مَسْجِدِ الْكَعْبَةِ: إِنَّهُ جَاءَهُ ثَلَاثَةُ نَفَرٍ قَبْلَ أَنْ يُوحَى إِلَيْهِ وَهُوَ نَائِمٌ فِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ فَقَالَ أَوَّلُهُمْ: أَيَهُمُّ هُوَ؟ فَقَالَ أَوْسَطُهُمْ: هُوَ خَيْرُهُمْ، فَقَالَ آخِرُهُمْ: خُذُوا خَيْرَهُمْ. فَكَانَتْ تِلْكَ اللَّيْلَةَ فَلَمْ يَرَهُمْ حَتَّى أَتَوْهُ لَيْلَةً أُخْرَى فِيمَا يَرَى قَلْبُهُ، وَتَنَامُ عَيْنَاهُ وَلَا يَنَامُ قَلْبُهُ -وَكَذَلِكَ الْأَنْبِيَاءُ تَنَامُ أَعْيُنُهُمْ وَلَا تَنَامُ قُلُوبُهُمْ-فَلَمْ يُكَلِّمُوهُ حَتَّى احْتَمَلُوهُ فَوَضَعُوهُ عِنْدَ بِئْرِ زَمْزَمَ، فَتَوَلَّاهُ مِنْهُمْ جِبْرِيلُ، فَشَقَّ جِبْرِيلُ مَا بَيْنَ نَحْرِهِ إِلَى لَبَّتِهِ حَتَّى فَرَغَ مِنْ صَدْرِهِ وَجَوْفِهِ، فَغَسَلَهُ مِنْ مَاءِ زَمْزَمَ، بِيَدِهِ حَتَّى أَنْقَى جَوْفَهُ، ثُمَّ أُتِيَ بِطَسْتٍ مِنْ ذَهَبٍ فِيهِ تَوْرٌ مَنْ ذَهَبٍ مَحْشُوًّا إِيمَانًا وَحِكْمَةً، فَحَشَا بِهِ صَدْرَهُ وَلَغَادِيدَهُ -يَعْنِي عُرُوقَ حَلْقِهِ-ثُمَّ أَطْبَقَهُ. ثُمَّ عَرَجَ بِهِ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا، فَضَرَبَ بَابًا مِنْ أَبْوَابِهَا، فَنَادَاهُ أَهْلُ السَّمَاءِ: مَنْ هَذَا؟ فَقَالَ: جِبْرِيلُ. قَالُوا: وَمَنْ مَعَكَ؟ قَالَ: مَعِي مُحَمَّدٌ. قَالُوا: وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ؟ قَالَ: نَعَمْ. قَالُوا: مَرْحَبًا بِهِ وَأَهْلًا بِهِ، يَسْتَبْشِرُ بِهِ أَهْلُ السَّمَاءِ لَا يَعْلَمُ أَهْلُ السَّمَاءِ بِمَا يُرِيدُ اللَّهُ بِهِ فِي الْأَرْضِ حَتَّى يُعْلِمهم. وَوَجَدَ فِي السَّمَاءِ الدُّنْيَا آدَمَ، فَقَالَ لَهُ جِبْرِيلُ: هَذَا أَبُوكَ آدَمُ فسلِّم عَلَيْهِ، فسلَّم عَلَيْهِ، وَرَدَّ عَلَيْهِ آدَمُ فَقَالَ: مَرْحَبًا وَأَهْلًا بِابْنِي، نِعْمَ الِابْنُ أَنْتَ، فَإِذَا هُوَ فِي السَّمَاءِ الدُّنْيَا بِنَهْرَيْنِ يَطَّرِدَانِ فَقَالَ: "مَا هَذَانِ النَّهْرَانِ يَا جِبْرِيلُ؟ " قَالَ: هَذَا النِّيلُ وَالْفُرَاتُ عُنْصُرُهُمَا، ثُمَّ مَضَى بِهِ فِي السَّمَاءِ، فَإِذَا هُوَ بِنَهْرٍ آخَرَ عَلَيْهِ قَصْرٌ مِنْ لُؤْلُؤٍ وَزَبَرْجَدٍ، فَضَرَبَ يَدَهُ فَإِذَا هُوَ مِسْكٌ أذْفر فَقَالَ: "مَا هَذَا يَا جِبْرِيلُ؟ " قَالَ: هَذَا الْكَوْثَرُ الَّذِي خَبَّأَ لَكَ رَبُّكَ. ثُمَّ عُرِجَ إِلَى السَّمَاءِ الثَّانِيَةِ، فَقَالَتِ الْمَلَائِكَةُ لَهُ مِثْلَ مَا قَالَتْ لَهُ الْأُولَى: مَنْ هَذَا؟ قَالَ: جِبْرِيلُ. قَالُوا: وَمَنْ مَعَكَ؟ قَالَ: مُحَمَّدٌ. قَالُوا: وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ؟ قَالَ: نَعَمْ. قَالُوا: مَرْحَبًا وَأَهْلًا وَسَهْلًا. ثُمَّ عَرَجَ بِهِ إِلَى السَّمَاءِ الثَّالِثَةِ، فَقَالُوا لَهُ مِثْلَ مَا قَالَتِ الْأُولَى وَالثَّانِيَةُ. ثُمَّ عَرَجَ بِهِ إِلَى السَّمَاءِ الرَّابِعَةِ، فَقَالُوا لَهُ مِثْلَ ذَلِكَ. ثُمَّ عَرَجَ بِهِ إِلَى السَّمَاءِ الْخَامِسَةِ، فَقَالُوا لَهُ مِثْلَ ذَلِكَ. ثُمَّ عَرَجَ بِهِ إِلَى السَّمَاءِ السَّادِسَةِ، فَقَالُوا لَهُ مِثْلَ ذَلِكَ. ثُمَّ عَرَجَ بِهِ إِلَى السَّمَاءِ السَّابِعَةِ، فَقَالُوا لَهُ مِثْلَ ذَلِكَ. كُلُّ سَمَاءٍ فِيهَا أَنْبِيَاءُ قَدْ سَمَّاهُمْ، قَدْ وَعَيْتُ مِنْهُمْ إِدْرِيسَ فِي الثَّانِيَةِ وَهَارُونَ فِي الرَّابِعَةِ، وَآخَرَ فِي الْخَامِسَةِ لَمْ أَحْفَظِ اسْمَهُ، وَإِبْرَاهِيمَ فِي السَّادِسَةِ، وَمُوسَى فِي السَّابِعَةِ بِتَفْضِيلِ كَلَامِ اللَّهِ. فَقَالَ مُوسَى: "رَبِّ لَمْ أَظُنَّ أَنْ يُرْفَعَ عَلَيَّ أَحَدٌ" ثُمَّ عَلَا بِهِ فَوْقَ ذَلِكَ، بِمَا لَا يَعْلَمُهُ إِلَّا اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ، حَتَّى جَاءَ سِدْرَة الْمُنْتَهَى، وَدَنَا الْجَبَّارُ رَبُّ الْعِزَّةِ فَتَدَلَّى، حَتَّى كَانَ مِنْهُ قَابَ قَوْسَيْنِ أو أدنى، فأوحى الله إليه فيما يُوحِي: خَمْسِينَ صَلَاةً عَلَى أُمَّتِكَ كُلَّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ. ثُمَّ هُبِطَ بِهِ حَتَّى بَلَغَ مُوسَى فَاحْتَبَسَهُ مُوسَى فَقَالَ: "يَا مُحَمَّدُ، مَاذَا عَهِدَ إِلَيْكَ رَبُّكَ؟ " قَالَ: "عَهِدَ إِلَيَّ خَمْسِينَ صَلَاةً كُلَّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ" قَالَ:" إِنَّ أُمَّتَكَ لَا تَسْتَطِيعُ ذَلِكَ فَارْجِعْ فَلْيُخَفِّفْ عَنْكَ رَبُّكَ وَعَنْهُمْ". فَالْتَفَتَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى جِبْرِيلَ كَأَنَّهُ يَسْتَشِيرُهُ فِي ذَلِكَ، فَأَشَارَ إِلَيْهِ جِبْرِيلُ: أَنْ نَعَمْ، إِنْ شِئْتَ. فَعَلَا بِهِ إِلَى الْجَبَّارِ تَعَالَى، فَقَالَ وَهُوَ فِي مَكَانِهِ: "يَا رَبِّ، خَفِّفْ عَنَّا، فَإِنَّ أُمَّتِي لَا تَسْتَطِيعُ هَذَا" فَوَضَعَ عَنْهُ عَشْرَ صَلَوَاتٍ، ثُمَّ رَجَعَ إِلَى مُوسَى فَاحْتَبَسَهُ، فَلَمْ يَزَلْ يُرَدِّدُهُ مُوسَى إِلَى رَبِّهِ حَتَّى صَارَتْ إِلَى خَمْسِ صَلَوَاتٍ. ثُمَّ احْتَبَسَهُ مُوسَى عِنْدَ الْخَمْسِ فَقَالَ: "يَا مُحَمَّدُ، وَاللَّهِ لَقَدْ رَاوَدْتُ بَنِي إِسْرَائِيلَ قَوْمِي عَلَى أَدْنَى مِنْ هَذَا، فَضَعُفُوا فَتَرَكُوهُ، فَأُمَّتُكَ أَضْعَفُ أَجْسَادًا وَقُلُوبًا وَأَبْدَانًا وَأَبْصَارًا وَأَسْمَاعًا، فَارْجِعْ فَلْيُخَفِّفْ عَنْكَ رَبُّكَ" كُلَّ ذَلِكَ يَلْتَفِتُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى جِبْرِيلَ لِيُشِيرَ عَلَيْهِ، وَلَا يَكْرَهُ ذَلِكَ جِبْرِيلُ، فَرَفَعَهُ عِنْدَ الْخَامِسَةِ فَقَالَ: "يَا رَبِّ، إِنَّ أُمَّتِي ضُعَفَاءُ أَجْسَادُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ وَأَسْمَاعُهُمْ وَأَبْدَانُهُمْ فَخَفِّفْ عَنَّا" فَقَالَ: الْجَبَّارُ: "يَا مُحَمَّدُ، قَالَ: "لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ" قَالَ: إِنَّهُ لَا يُبَدَّلُ الْقَوْلُ لَدَيَّ، كَمَا فَرَضْتُ عَلَيْكَ فِي أُمِّ الْكِتَابِ: "كُلُّ حَسَنَةٍ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا، فَهِيَ خَمْسُونَ فِي أُمِّ الْكِتَابِ وَهِيَ خُمْسٌ عَلَيْكَ"، فَرَجَعَ إِلَى مُوسَى فَقَالَ: "كَيْفَ فَعَلْتَ؟ " فَقَالَ: "خَفَّفَ عَنَّا، أَعْطَانَا بِكُلِّ حَسَنَةٍ عَشْرَ أَمْثَالِهَا" قَالَ: مُوسَى: "قَدْ وَاللَّهِ رَاوَدْتُ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى أَدْنَى مِنْ ذَلِكَ فَتَرَكُوهُ، فَارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَلْيُخَفِّفْ عَنْكَ أَيْضًا". قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا مُوسَى قَدْ -وَاللَّهِ-اسْتَحْيَيْتُ مِنْ رَبِّي مِمَّا أَخْتَلِفُ إِلَيْهِ" قَالَ: "فَاهْبِطْ بِاسْمِ اللَّهِ"، فَاسْتَيْقَظَ وَهُوَ فِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ.

Imam Abu Abdullah Al-Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada­ku Abdul Aziz ibnu Abdullah, telah menceritakan kepada kami Sulaiman (yakni Ibnu Bilal), dari Syarik ibnu Abdullah yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar sahabat Anas ibnu Malik menceritakan malam hari yang ketika itu Rasulullah Saw. mengalami Isra dari Masjid Ka'bah (Masjidil Haram). Disebutkan bahwa ada tiga orang datang kepadanya sebelum ia menerima wahyu, saat itu ia (Nabi Saw.) sedang tidur di Masjidil Haram. Orang pertama dari ketiga orang itu berkata, "Yang manakah dia itu?" Orang yang pertengahan menjawab, "Orang yang paling pertengahan dari mereka. Dialah orang yang paling baik." Orang yang terakhir berkata, "Ambillah yang paling baik dari mereka." Hanya itulah yang terjadi malam tersebut. Nabi Saw. tidak melihat mereka, hingga mereka datang kepadanya di malam lainnya menurut penglihatan hatinya; sedangkan matanya terti­dur, tetapi hatinya tidak tidur. Demikianlah halnya para nabi, mata mereka tidur, tetapi hati mereka tidak tidur. Mereka tidak mengajak beliau bicara, melainkan langsung memba­wanya, lalu membaringkannya di dekat sumur zamzam, yang selanjutnya urusannya ditangani oleh Malaikat Jibril yang ada bersama mereka. Ke­mudian Jibril membelah bagian antara tenggorokan sampai bagian ulu hatinya, lalu ia mencuci isi dada dan perutnya dengan memakai air zam­zam. Ia lakukan hal ini dengan tangannya sendiri sehingga bersihlah bagian dari tubuh Nabi Saw. Kemudian Jibril membawa sebuah piala emas yang di dalamnya terdapat sebuah wadah kecil terbuat dari emas, wadah itu berisikan iman dan hikmah. Lalu Jibril menyisihkannya ke dalam dada dan kerongkongan­nya serta menutupkan bedahannya. Setelah itu Jibril membawanya naik ke langit pertama. Jibril mengetuk salah satu pintu langit pertama, maka malaikat penghuni langit pertama bertanya, "Siapakah orang ini?" Jibril menjawab, "Saya Jibril." Mereka bertanya, "Siapakah yang bersamamu?" Jibril menjawab, "Orang yang bersamaku adalah Muhammad." Mereka bertanya, "Apakah ia telah diutus untuk menghadap kepada-Nya?" Jibril menjawab "Ya." Mereka berkata, "Selamat datang untuknya." Semua penduduk langit pertama menyambut gembira kedatangannya. Para penduduk langit tidak menge­tahui apa yang diinginkan oleh Allah di bumi hingga Allah sendiri yang memberitahukan kepada mereka. Nabi Saw. bersua dengan Adam di langit yang pertama, dan Malaikat Jibril berkata kepadanya, "Ini adalah bapakmu Adam." Maka Nabi Saw. mengucapkan salam kepada Adam, dan Adam menjawab salamnya seraya berkata, "Selamat datang, wahai anakku, sebaik-baik anak adalah engkau." Di langit pertama itu Nabi Saw. tiba-tiba melihat ada dua buah sungai yang mengalir. Maka ia bertanya, "Hai Jibril, apakah nama kedua sungai ini?" jibril menjawab, "Kedua sungai ini adalah Nil dan Eufrat, yakni sumber keduanya." Jibril membawanya pergi ke sekitar langit itu. Tiba-tiba Nabi Saw. melihat sungai lain. Yang di atasnya terdapat sebuah gedung dari mutiara dan zabarjad. Maka Nabi Saw. menyentuhkan tangannya ke sungai itu, ternyata baunya sangat wangi seperti minyak kesturi. Lalu ia bertanya, "Hai Jibril, sungai apakah ini?" Jibril menjawab, "Ini adalah Sungai Kausar yang disimpan oleh Tuhanmu buat kamu." Jibril membawanya naik ke langit yang kedua, maka para malaikat  (penjaga langit kedua) mengatakan kepadanya pertanyaan yang sama seperti pertanyaan yang dilontarkan oleh penjaga langit pertama, "Siapa­kah orang ini?" Jibril menjawab, "Saya Jibril." Mereka bertanya, "Siapa­kah yang bersamamu?" Jibril menjawab, "Muhammad." Mereka berta­nya, "Apakah dia telah diperintahkan untuk menghadap kepada-Nya?" Jibril menjawab, "Ya." Mereka berkata, "Selamat atas kedatangannya." Kemudian Jibril membawanya naik ke langit yang ketiga, dan para penjaganya mengatakan kepadanya pertanyaan yang semisal dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh malaikat penjaga langit yang kedua. Jibril membawanya lagi naik ke langit yang keempat. Para penjaga­nya pun melontarkan pertanyaan yang sama seperti pertanyaan sebelum­nya. Jibril membawanya lagi naik ke langit yang kelima, dan para penjaganya melontarkan pertanyaan yang semisal dengan pertanyaan para malaikat penjaga langit yang sebelumnya. Jibril membawanya lagi naik ke langit yang keenam. Para penjaga­nya mengajukan pertanyaan yang semisal dengan para malaikat sebelum­nya. Kemudian Jibril membawanya lagi ke langit yang ketujuh, dan para penjaganya mengajukan pertanyaan yang semisal dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh penjaga langit sebelumnya. Pada tiap-tiap lapis langit terdapat nabi-nabi yang nama masing-masingnya disebutkan oleh Jibril. Perawi hadis berkata bahwa ia ingat nama-nama mereka, antara lain: Nabi Idris di langit yang kedua, Nabi Harun di langit yang keempat, dan nabi lainnya di langit yang kelima; pe­rawi tidak ingat lagi namanya. Nabi Ibrahim di langit yang keenam, dan Nabi Musa di langit yang ketujuh berkat keutamaan yang dimilikinya, yaitu pernah diajak berbicara langsung oleh Allah Swt. Musa berkata "Wahai Tuhanku, saya tidak menduga bahwa Engkau akan mengangkat seseorang lebih tinggi di atasku." Kemudian Jibril membawanya naik di atas itu sampai ke tingkatan yang tiada seorang pun mengetahuinya kecuali hanya Allah Swt., hingga sampailah Nabi Saw. di Sidratul Muntaha dan berada dekat dengan Tuhan Yang Mahaperkasa lagi Mahaagung. Maka ia makin bertambah dekat, sehingga jadilah ia (Nabi Saw.) dekat dengan-Nya. Sejarak dua ujung busur panah atau lebih dekat lagi. Maka Allah memberikan wahyu kepadanya, antara lain ialah, "Aku wajibkan lima puluh kali salat setiap siang dan malam hari atas umatmu." Kemudian Jibril membawanya turun sampai ke tempat Musa berada, lalu Musa menahannya dan berkata, "Hai Muhammad, apakah yang te­lah diperintahkan oleh Tuhanmu untukmu?" Nabi Saw. menjawab, "Tuhan­ku telah memerintahkan kepadaku salat lima puluh kali setiap siang dan malam hari." Musa berkata, "Sesungguhnya umatku tidak akan mampu mengerja­kannya, sekarang kembalilah kamu kepada Tuhanmu dan mintalah ke­ringanan dari-Nya buatmu dan buat umatmu." Nabi Saw. menoleh kepada Jibril, seakan-akan beliau meminta saran darinya mengenai hal tersebut. Dan Jibril menjawab, "Baiklah jika kamu menghendakinya." Maka Jibril membawanya lagi naik kepada Tuhan Yang Mahaperka-sa lagi Mahasuci, lalu Nabi Saw. memohon kepada Allah Swt. yang ber­ada di tempat-Nya, "Wahai Tuhanku berikanlah keringanan buat kami, karena sesungguhnya umatku tidak akan mampu memikulnya." Maka Allah memberikan keringanan sepuluh salat kepadanya. Nabi Saw. kembali kepada Musa dan Musa menahannya. Maka Musa terus menerus membolak-balikannya dari dia ke Tuhannya, hingga jadilah salat lima waktu. Setelah ditetapkan salat lima waktu, Musa menahannya kembali dan berkata, "Hai Muhammad, demi Allah, sesungguhnya aku telah mem­bujuk Bani Israil:—umatku— untuk mengerjakan yang lebih sedikit dari lima waktu, tetapi mereka kelelahan, akhirnya mereka meninggalkannya. Umatmu lebih lemah, tubuh, hati, badan, penglihatan, dan pendengaran­nya; maka kembalilah kepada Tuhanmu dan mintakanlah keringanan kepada-Nya buatmu." Setiap kali mendapat saran dari Nabi Musa, Nabi Saw. selalu meno­leh kepada Jibril untuk meminta pendapatnya, dan Malaikat Jibril dengan senang hati menerimanya, akhirnya pada kali yang kelima Jibril membawanya naik dan ia berkata, "Wahai Tuhanku, sesungguhnya umatku adalah orang-orang yang lemah, tubuh, hati, pendengaran, penglihatan, dan jasad mereka, maka berilah keringanan lagi buat kami." Maka Tuhan Yang Mahaperkasa, Mahasuci, lagi Mahatinggi berfir­man, "Hai Muhammad."Nabi Saw. menjawab, ‎"Labbaika wasa'daika (saya penuhi seruan-Mu dengan penuh kebahagiaan)." Allah berfirman, "Sesungguhnya keputusan yang ada pada-Ku ini tidak dapat diubah lagi, persis seperti apa yang telah Aku tetapkan atas dirimu di dalam Ummul Kitab (Lauh Mahfuz). Maka setiap amal kebaikan berpahala sepuluh kali lipat kebaikan. Dan kewajiban salat itu telah tercatat lima puluh kali di dalam Ummul Kitab, sedangkan bagimu tetap lima kali." Nabi Saw. kembali kepada Musa dan Musa berkata "Apakah yang telah engkau lakukan?" Nabi Saw. menjawab, "Allah telah memberikan keringanan bagi kami, Dia telah memberikan kepada kami setiap amal kebaikan berpahala sepuluh kali lipat kebaikan yang semisal." Musa berkata, "Sesungguhnya, demi Allah, saya telah membujuk Bani Israil untuk mengerjakan yang lebih ringan dari itu, tetapi mereka meninggalkannya. Maka kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah ke­ringanan buat dirimu juga." Rasulullah Saw. bersabda, "Hai Musa, sesungguhnya —demi Allah— saya malu kepada Tuhanku, karena terlalu sering bolak-balik kepada-Nya." Musa berkata, "Kalau begitu, turunlah engkau dengan menyebut nama Allah." Perawi melanjutkan kisahnya, "Lalu Nabi Saw. terbangun, dan dia berada di Masjidil Haram."

Demikianlah menurut lafaz yang diketengah­kan oleh Imam Bukhari di dalam Kitabut Tauhid, bagian dari kitab sahih­nya.

Imam Bukhari meriwayatkannya di dalam Sifatun Nabi Saw., dari Ismail ibnu Abu Uwais, dari saudaranya (yaitu Abu Bakar Abdul Hamid), dari Sulaiman ibnu Bilal.

Imam Muslim meriwayatkannya dari Harun ibnu Sa'id dari Ibnu Wahb dari Sulaiman, yang di dalam riwayatnya Sulaiman memberikan tambahan, ada pula yang dikuranginya, serta ada yang didahulukan dan yang dibelakangkan. Pada memang seperti apa yang di­katakan oleh Imam Muslim, karena sesungguhnya Syarik ibnu Abdullah ibnu Abu Namir kacau dalam hadis ini dan hafalannya buruk, ia tidak dapat menyusunnya dengan baik; seperti yang akan dijelaskan kemudian dalam hadis-hadis lain, insya Allah.

Di antara perawi ada yang menganggap peristiwa ini terjadi di saat Nabi Saw. sedang tidur, karena menyelaraskannya dengan apa yang terjadi sesudah itu.

Al-Hafiz Abu Bakar Al-Baihaqi mengatakan di dalam hadis syarik adanya suatu tambahan yang hanya ada pada riwayatnya, sesuai dengan pendapat orang yang menduga bahwa Nabi Saw. melihat Allah Swt. da­lam peristiwa ini. Yang dimaksudkan ialah apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya,

"ثُمَّ دَنَا الْجَبَّارُ رَبُّ الْعِزَّةِ فَتَدَلَّى، فَكَانَ قَابَ قَوْسَيْنِ أَوْ أَدْنَى"

"Kemudian Dia mendekat," yakni Tuhan Yang Mahaperkasa mendekat kepadanya (Nabi Saw.), "lalu bertambah mendekat lagi, maka jadilah Dia dekat kepadanya (Muhammad Saw.) sejarak dua ujung busur panah atau lebih dekat lagi."

Selanjutnya Imam Baihaqi mengatakan bahwa pendapat Aisyah dan Ibnu Mas'ud serta Abu Hurairah yang menakwilkan ayat-ayat ini —bahwa Nabi Saw. meli­hat Malaikat Jibril dalam bentuk aslinya merupakan pendapat yang paling sahih.

Pendapat yang dikatakan oleh Imam Baihaqi dalam masalah ini adalah pendapat yang benar, karena sesungguhnya Abu Zar r.a. pernah bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah engkau melihat Tuhanmu?" Rasulullah Saw. menjawab:‎

"نُورٌ أَنَّى أَرَاهُ". وَفِي رِوَايَةٍ "رَأَيْتُ نُورًا"

 Nur, mana mungkin aku dapat melihatnya.Menurut riwayat yang lain disebutkan: Saya hanya melihat nur (cahaya). (Diketengahkan oleh Imam Muslim)‎

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حَسَنُ بْنُ مُوسَى، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، أَخْبَرَنَا ثَابِتٌ البُناني، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "أُتِيتُ بِالْبُرَاقِ وَهُوَ دَابَّةٌ أَبْيَضُ فَوْقَ الْحِمَارِ وَدُونَ الْبَغْلِ، يَضَعُ حَافِرَهُ عِنْدَ مُنْتَهَى طَرْفِهِ، فَرَكِبْتُهُ فَسَارَ بِي حَتَّى أَتَيْتُ بَيْتَ الْمَقْدِسِ، فَرَبَطْتُ الدَّابَّةَ بِالْحَلْقَةِ الَّتِي يَرْبِطُ فِيهَا الْأَنْبِيَاءُ، ثُمَّ دَخَلْتُ فَصَلَّيْتُ فِيهِ رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ خَرَجْتُ. فَأَتَانِي جِبْرِيلُ بِإِنَاءٍ مِنْ خَمْرٍ وَإِنَاءٍ مِنْ لَبَنٍ، فَاخْتَرْتُ اللَّبَنَ. قَالَ جِبْرِيلُ: أَصَبْتَ الْفِطْرَةَ" قَالَ: "ثُمَّ عُرِجَ بِي إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا، فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ، فَقِيلَ: مَنْ أَنْتَ؟ قَالَ: جِبْرِيلُ. فَقِيلَ: وَمَنْ مَعَكَ؟ قَالَ: مُحَمَّدٌ. قِيلَ: وَقَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ؟ [قَالَ: قَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ] فَفُتِحَ لَنَا، فَإِذَا أَنَا بِآدَمَ، فَرَحَّبَ وَدَعَا لِي بِخَيْرٍ. ثُمَّ عَرَج بِنَا إِلَى السَّمَاءِ الثَّانِيَةِ، فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ، فَقِيلَ: مَنْ أَنْتَ؟ قَالَ: جِبْرِيلُ. فَقِيلَ: وَمَنْ مَعَكَ؟ قَالَ: مُحَمَّدٌ. فَقِيلَ: وَقَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ؟ قَالَ: قَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ. فَفُتِحَ لَنَا، فَإِذَا أَنَا بِابْنَيِ الْخَالَةِ يَحْيَى وَعِيسَى، فَرَحَّبَا بِي وَدَعَوَا لِي بِخَيْرٍ. ثُمَّ عُرِجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ الثَّالِثَةِ، فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ، فَقِيلَ: مَنْ أَنْتَ؟ فَقَالَ: جِبْرِيلُ. فَقِيلَ: وَمَنْ مَعَكَ؟ فَقَالَ: مُحَمَّدٌ. فَقِيلَ: وَقَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ؟ قَالَ: قَدْ أرسل إليه. ففتح لنا، فإذا أنا بيوسف، وَإِذَا هُوَ قَدْ أُعْطِيَ شَطْرَ الْحُسْنِ، فَرَحَّبَ وَدَعَا لِي بِخَيْرٍ. ثُمَّ عُرِجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ الرَّابِعَةِ، فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ، فَقِيلَ: مَنْ أَنْتَ؟ فَقَالَ: جِبْرِيلُ. فَقِيلَ: وَمَنْ مَعَكَ؟ قَالَ: مُحَمَّدٌ. فَقِيلَ: قَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ؟ قَالَ: قَدْ بُعِثَ إليه. ففتح الباب، فإذا أنا بإدريس، فَرَحَّبَ وَدَعَا لِي بِخَيْرٍ. ثُمَّ قَالَ: يَقُولُ اللَّهُ: {وَرَفَعْنَاهُ مَكَانًا عَلِيًّا} [مَرْيَمَ: 57] . ثُمَّ عُرِجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ الْخَامِسَةِ، فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ، فَقِيلَ: مَنْ أَنْتَ؟ فَقَالَ: جِبْرِيلُ. فَقِيلَ: [وَ] مَنْ مَعَكَ؟ فَقَالَ: مُحَمَّدٌ. فَقِيلَ: قَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ؟ قَالَ: قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ. فَفُتِحَ لَنَا، فَإِذَا أنا بهارون، فَرَحَّبَ وَدَعَا لِي بِخَيْرٍ.ثُمَّ عُرِجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ السَّادِسَةِ، فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ، فَقِيلَ: مَنْ أَنْتَ؟ فَقَالَ: جِبْرِيلُ. قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ؟ قَالَ: مُحَمَّدٌ. فَقِيلَ: وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ؟ قَالَ: قَدْ بعث إليه. ففتح لنا، فإذا أنا بموسى فَرَحَّبَ وَدَعَا لِي بِخَيْرٍ. ثُمَّ عُرِجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ السَّابِعَةِ، فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ، فَقِيلَ: مَنْ أنت؟ قال: جبريل. قيل: ومنمَعَكَ؟ قَالَ: مُحَمَّدٌ. فَقِيلَ: وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ؟ قَالَ: قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ. فَفُتِحَ لَنَا، فَإِذَا أنا بإبراهيم ، وَإِذَا هُوَ مُسْتَنِدٌ إِلَى الْبَيْتِ الْمَعْمُورِ، وَإِذَا هُوَ يَدْخُلُهُ كُلَّ يَوْمٍ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ ثُمَّ لَا يَعُودُونَ إِلَيْهِ. ثُمَّ ذَهَبَ بِي إِلَى سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى، فَإِذَا وَرَقُهَا كَآذَانِ الْفِيَلَةِ، وَإِذَا ثَمَرُهَا كَالْقِلَالِ. فَلَمَّا غَشِيَهَا مِنْ أَمْرِ اللَّهِ مَا غَشِيَهَا تَغَيَّرَتْ، فَمَا أَحَدٌ مِنْ خَلْقِ اللَّهِ تَعَالَى يَسْتَطِيعُ أَنْ يَصِفَهَا مِنْ حُسْنِهَا. قَالَ: "فَأَوْحَى اللَّهُ إِلَيَّ مَا أَوْحَى، وَفَرَضَ عَلَيَّ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ خَمْسِينَ صَلَاةً، فَنَزَلْتُ حَتَّى انْتَهَيْتُ إِلَى مُوسَى". قَالَ: "مَا فَرَضَ رَبُّكَ عَلَى أُمَّتِكَ؟ قَالَ: "قُلْتُ: خَمْسِينَ صَلَاةً فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ". قَالَ: ارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَاسْأَلْهُ التَّخْفِيفَ؛ فَإِنَّ أُمَّتَكَ لَا تُطِيقُ ذَلِكَ، وَإِنِّي قَدْ بَلَوْتُ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَخَبَرْتُهُمْ". قَالَ:" فَرَجَعْتُ إِلَى رَبِّي، فَقُلْتُ: أَيْ رَبِّ، خَفِّفْ عَنْ أُمَّتِي، فَحَطَّ عَنِّي خَمْسًا. فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى فَقَالَ: مَا فَعَلْتَ؟ قُلْتُ: قَدْ حَطَّ عَنِّي خَمْسًا". قَالَ: "إِنَّ أُمَّتَكَ لَا تُطِيقُ ذَلِكَ، فَارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَاسْأَلْهُ التَّخْفِيفَ لِأُمَّتِكَ" قَالَ: "فَلَمْ أَزَلْ أَرْجِعُ بَيْنَ رَبِّي وَبَيْنَ مُوسَى، وَيَحُطُّ عَنِّي خَمْسًا خَمْسًا حَتَّى قَالَ: يَا مُحَمَّدُ، هِيَ خَمْسُ صَلَوَاتٍ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ، بِكُلِّ صَلَاةٍ عَشْرٌ، فَتِلْكَ خَمْسُونَ صَلَاةً، وَمَنْ هُمْ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كُتِبَتْ [لَهُ] حَسَنَةً، فَإِنْ عَمِلَهَا كُتِبَتْ عَشْرًا. وَمَنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ وَلَمْ يَعْمَلْهَا لَمْ تُكْتَبْ، فَإِنَّ عَمِلَهَا كُتِبَتْ سَيِّئَةً وَاحِدَةً. فَنَزَلْتُ حَتَّى انْتَهَيْتُ إِلَى مُوسَى فَأَخْبَرْتُهُ، فَقَالَ: ارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَاسْأَلْهُ التَّخْفِيفَ لِأُمَّتِكَ، فَإِنَّ أُمَّتَكَ لَا تُطِيقُ ذَلِكَ". فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَقَدْ رَجَعْتُ إِلَى رَبِّي حَتَّى اسْتَحْيَيْتُ".

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasan ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, te­lah menceritakan kepada kami Sabit Al-Bannani, dari Anas ibnu Malik, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda seperti berikut: Didatangkan kepadaku Buraq, yaitu seekor hewan yang berwarna putih; tubuhnya lebih tinggi dari keledai, tetapi lebih rendah dari begal. Ia meletakkan kedua kaki depannya di ufuk batas jangkauan penglihatannya. Aku menaikinya dan Jibril membawaku berjalan

hingga sampailah aku di Baitul Muqaddas. Lalu aku menambatkan hewan itu di lingkaran tempat para nabi biasa menambatkan hewan tunggangannya. Aku mema­suki masjid dan melakukan salat dua rakaat di dalamnya, sesudah itu aku keluar. Jibril menyuguhkan kepadaku sebuah wadah berisikan khamr dan sebuah wadah lagi berisikan susu. Maka aku memilih wadah yang berisi­kan air susu, dan Jibril berkata, "Engkau memperoleh fitrah." Kemudian Jibril membawaku naik ke langit yang terdekat, lalu Jibril mengetuk pintunya, dan dikatakan kepadanya, "Siapakah kamu?" Jibril menjawab, "Jibril." Dikatakan lagi, "Siapakah orang yang bersamamu?" Jibril menjawab "Muhammad." Dikatakan lagi, "Apakah ia telah diutus untuk menghadap kepada-Nya?" Jibril menjawab, "Dia telah diutus untuk menghadap kepada-Nya." Maka dibukakanlah bagi kami (pintu langit terdekat), tiba-tiba aku bersua dengan Adam, dan Adam menyambut kedatanganku serta berdoa kebaikan untukku. Setelah itu Jibril membawaku naik ke langit yang kedua, ia mengetuk pintunya. Maka dikatakan kepadanya, "Siapakah kamu?" Jibril menja­wab, "Saya Jibril." Dikatakan kepadanya, "Siapakah yang bersamamu itu?" Jibril menjawab, "Muhammad." Dikatakan lagi "Apakah dia telah diutus untuk menghadap kepada-Nya?" Jibril menjawab, "Dia telah di­utus untuk menghadap kepada-Nya." Maka dibukalah pintu langit yang kedua bagi kami, tiba-tiba saya bersua dengan dua orang nabi anak bibiku yaitu Yahya dan Isa, maka keduanya menyambut kedatanganku dan mendoakan kebaikan buatku. Kemudian Jibril membawaku naik ke langit yang ketiga, lalu Jibril mengetuknya maka dikatakan kepadanya, "Siapakah kamu?" Jibril men­jawab, "Saya Jibril." Dikatakan kepadanya, "Siapakah orang yang ber­samamu?" Jibril menjawab, "Muhammad." Dikatakan lagi, "Apakah dia telah diutus untuk menghadap kepada-Nya?" Jibril menjawab, "Dia telah diutus untuk menghadap kepada-Nya." Maka dibukalah pintu langit yang ketiga untuk kami, tiba-tiba saya bersua dengan Yusuf a.s., dan ternyata dia telah dianugerahi separo dari ketampanan. Yusuf a.s. menyambut kedatanganku dan mendoakan kebaikan buatku. Jibril membawaku lagi naik ke langit yang keempat, dan ia mengetuk pintunya. Maka dikatakan, "Siapakah kamu?" Jibril menjawab, "Saya Jibril." Dikatakan lagi, "Siapakah orang yang bersamamu?" Jibril menja­wab, "Muhammad." Dikatakan lagi, "Apakah dia telah diutus untuk menghadap kepada-Nya?" Jibril menjawab, "Dia telah diutus untuk menghadap kepada-Nya." Maka dibukakanlah pintu langit yang keempat bagi kami. Tiba-tiba saya bersua dengan Nabi Idris. Lalu Nabi Idris menyambut kedatanganku dan mendoakan kebaikan buatku. Kemudian Allah Swt. berfirman: Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi. (Maryam: 57) Kemudian Jibril membawaku naik ke langit yang kelima. Jibril mengetuk pintunya, lalu dikatakan, "Siapakah kamu?" Jibril menjawab, "Saya Jibril." Dikatakan, "Dan siapakah orang yang bersamamu itu?" Jibril menjawab, "Muhammad." Dikatakan lagi, "Apakah dia telah diutus untuk mengha­dap kepada-Nya?" Jibril menjawab, "Dia telah diutus untuk menghadap kepada-Nya." Maka dibukakanlah pintu langit yang kelima bagi kami, tiba-tiba saya bersua dengan Harun a.s. Harun menyambut kedatanganku, lalu mendoakan kebaikan buatku. Jibril membawaku naik ke langit yang keenam. Ia mengetuk pintunya, lalu dikatakan kepadanya, "Siapakah kamu?" Jibril menjawab, "Saya Jibril." Dikatakan, "Dan siapakah orang yang bersamamu itu?" Jibril menjawab, "Muhammad." Dikatakan pula, "Apakah dia telah diutus un­tuk menghadap kepada-Nya?" Jibril menjawab, "Dia telah diutus untuk menghadap kepada-Nya." Maka dibukakanlah pintu langit yang keenam bagi kami, tiba-tiba saya bersua dengan Musa a.s. Lalu Musa menyambut kedatanganku dan mendoakan kebaikan buatku. Kemudian Jibril membawaku naik ke langit yang ketujuh, dan Jibril mengetuk pintunya, maka dikatakan, "Siapakah kamu?" Jibril menjawab, "Saya Jibril." Dikatakan, "Siapakah orang yang bersamamu?" Jibril men­jawab, "Muhammad." Dikatakan lagi, "Apakah dia telah diutus untuk menghadap kepada-Nya?" Jibril menjawab, "Dia telah diutus untuk menghadap kepada-Nya." Maka dibukakanlah pintu langit yang ketujuh bagi kami. Tiba-tiba saya bersua dengan Nabi Ibrahim a.s. yang ternyata sedang bersandar di Baitul Ma'mur. Dan tiba-tiba saya melihat Baitul Ma'mur dimasuki setiap harinya oleh tujuh puluh ribu malaikat, lalu mereka tidak kembali lagi kepadanya. Selanjutnya Jibril membawaku ke Sidratul Muntaha, tiba-tiba saya jumpai Sidratul Muntaha itu daun-daunnya seperti daun telinga gajah be­sarnya, dan buah-buahannya seperti gentong besarnya. Tatkala Sidratul Muntaha itu dipengaruhi oleh perintah Allah yang mencakup kesemuanya, maka berubahlah bentuknya. Pada saat itu tiada seorang pun dari makhluk Allah Swt. yang mampu menggambarkan keindahannya. Allah menurunkan wahyu-Nya kepadaku, dan Dia memfardukan atas diriku salat lima puluh kali setiap siang dan malam hari. Lalu saya turun hingga sampai ke tempat Musa berada. Musa bertanya, "Apakah yang telah difardukan oleh Tuhanmu atas umatmu?" Saya menjawab, "Lima puluh salat setiap siang dan malam hari." Musa berkata, "Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringan­an kepada-Nya buat umatmu. Karena sesungguhnya umatmu tidak akan mampu melakukannya. Sesungguhnya aku pernah mencoba Bani Israil dan menguji mereka." Maka saya kembali kepada Tuhanku dan berkata, "Wahai Tuhanku, berikanlah keringanan buat umatku." Maka Dia meringankan lima salat buatku. Lalu saya turun hingga sampai ke tempat Musa berada, dan Musa bertanya, "Apakah yang telah engkau lakukan?" Saya menjawab, "Allah telah memberikan keringanan lima kali salat buatku." Musa berkata, "Sesungguhnya umatmu tidak akan mampu melaku­kannya. Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah lagi keringanan kepada-Nya buat umatmu." Saya terus menerus bolak balik antara Musa dan Tuhanku, dan Tuhanku memberikan keringanan kepadaku lima kali salat setiap saya menghadap. Akhirnya Allah berfirman, "Hai Muhammad, semuanya lima kali salat setiap siang dan malam hari. Setiap kali salat berpahala sepuluh kali lipat, maka semuanya genap menjadi lima puluh kali salat. Barang siapa yang berniat melakukan suatu kebaikan, lalu dia tidak mengerjakannya, maka dicatatkan baginya pahala satu kebaikan; dan jika dia mengerjakannya, maka dicatatkan baginya pahala sepuluh kebaikan. Barang siapa yang berniat akan mengerjakan suatu keburukan, lalu dia tidak mengerjakannya, maka amal keburukan itu tidak dicatat. Dan jika dia mengerjakannya, maka dicatatkan satu amal keburukan." Maka saya turun hingga sampai ke tempat Musa berada dan saya ceritakan kepadanya segala sesuatunya. Maka Musa berkata, "Kembalilah kepada Tuhanmu, dan mintalah keringanan kepada-Nya buat umatmu, karena sesungguhnya umatmu tidak akan mampu mengerjakannya." Maka Rasulullah Saw. bersabda, "Sesungguhnya saya telah bolak-balik kepada Tuhanku sehingga aku merasa malu (kepada-Nya)."

Imam Muslim meriwayatkannya dari Syaiban ibnu Farrukh, dari Hammad ibnu Salamah dengan lafaz ini. Lafaz hadis ini lebih sahih dari­pada lafaz yang diriwayatkan oleh Syarik tadi.

Imam Baihaqi mengatakan bahwa di dalam hadis ini terkandung dalil yang menunjukkan bahwa Mi’raj dilakukan pada malam Nabi Saw. di-Isra-kan dari Mekah ke Baitul Muqaddas.

Apa yang dikatakan oleh Imam Baihaqi ini adalah benar dan tidak diragukan lagi kebenarannya.

وَقَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، حَدَّثَنَا مَعْمَرٌ، عَنْ قَتَادَةُ، عَنْ أَنَسٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُتِيَ بِالْبُرَاقِ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِهِ مُسْرَجًا مُلْجَمًا لِيَرْكَبَهُ، فَاسْتَصْعَبَ عَلَيْهِ، فَقَالَ لَهُ جِبْرِيلُ: مَا يَحْمِلُكَ عَلَى هَذَا؟ فَوَاللَّهِ مَا رَكِبَكَ قَطُّ أَكْرَمُ عَلَى اللَّهِ مِنْهُ. قَالَ: فارفضَّ عَرَقًا.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdul Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Qatadah, dari Anas, bahwa didatangkan kepada Nabi Saw. hewan Buraq di malam beliau melakukan Isra. Buraq itu telah diberi pelana dan tali kendali untuk dinaiki Nabi Saw., tetapi Buraq sulit untuk dinaiki. Maka Jibril berkata kepadanya, "Apakah yang mendorongmu bersikap demikian? Demi Allah, tiada seorang pun yang menaikimu lebih dimuliakan oleh Allah Swt. daripada orang ini." Setelah itu Buraq mengucurkan keringatnya.

Imam Turmuzi meriwayatkannya dari Ishaq ibnu Mansur, dari Abdur Razzaq; dan imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini berpredikat garib kami tidak mengenal hadis ini kecuali melalui jalurnya (Ishaq ibnu Mansur).‎

قَالَ أَحْمَدُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا أَبُو الْمُغِيرَةِ، حَدَّثَنَا صَفْوَانُ، حَدَّثَنِي رَاشِدُ بْنُ سَعْدٍ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ جُبَيْرٍ، عَنْ أَنَسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَمَّا عَرَجَ بِي رَبِّي، عَزَّ وَجَلَّ، مَرَرْتُ بِقَوْمٍ لَهُمْ أَظْفَارٌ مِنْ نُحَاسٍ، يَخْمُشُونَ وُجُوهَهُمْ وَصُدُورَهُمْ، فَقُلْتُ: مَنْ هَؤُلَاءِ يَا جِبْرِيلُ؟ قَالَ: هَؤُلَاءِ الذين يأكلون لُحُومَ النَّاسِ، وَيَقَعُونَ فِي أَعْرَاضِهِمْ".

Imam Ahmad mengatakan pula bahwa telah menceritakan kepada kami Abul Mugirah, telah menceritakan kepada kami Safwan, telah menceritakan kepadaku Rasyid ibnu Sa'id dan Abdur Rahman ibnu Jubair, dari Anas yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda mengemukakan hadis berikut, yaitu:Ketika saya dinaikkan menghadap kepada Tuhanku, saya bersua dengan suatu kaum yang memiliki kuku tembaga, mereka mencakari muka dan dada mereka dengan kuku tembaga itu. Maka saya bertanya, "Hai Jibril, siapakah mereka itu? " Jibril menjawab, "Mereka adalah orang-orang yang suka memakan daging manusia (mengumpat orang lain) dan mempergunjingkan kehormatan mereka.”

Imam Abu Daud mengetengahkannya melalui hadis Safwan ibnu Amr dengan sanad yang sama; juga dari jalur yang lain, tetapi tidak disebutkan nama Anas.

قَالَ أَيْضًا: حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ سُلَيْمَانَ التّيْمِي، عَنْ أَنَسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَرَرْتُ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِي عَلَى مُوسَى، عَلَيْهِ السَّلَامُ، قَائِمًا يُصَلِّي فِي قَبْرِهِ"

Imam Abu Daud mengatakan pula, menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Sulaiman At-Taimi, dari Anas yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Di malam aku menjalani Isra bersua dengan Musa a. s. sedang berdiri mengerjakan salat di dalam kuburnya.

Imam Muslim meriwayatkannya melalui hadis Hammad ibnu Salamah, dari Sulaiman Ibnu Tarkhan At-Taimi dan Sabit Al-Bannani, keduanya menerima hadis ini dari Anas. Menurut An-Nasa-i, riwayat ini lebih sahih daripada riwayat yang menyebutkan dari Sulaiman dari Sabit dari Anas.

Jangan Meragukan Peristiwa Ini!!

Sebagian kalangan dari kaum empiris dan rasionalis menggugat dan memustahilkan peristiwa agung nan menakjubkan ini dengan hanya bermodal akal mereka yang cekak, padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala sendiri berfirman dalam surat al-Isra‘:

وَيَسْـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلرُّوحِ ۖ قُلِ ٱلرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّى وَمَآ أُوتِيتُم مِّنَ ٱلْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًۭا ﴿٨٥﴾

Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: “Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (QS al-Isra‘ [17]: 85)

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ ۚ إِنَّ ٱلسَّمْعَ وَٱلْبَصَرَ وَٱلْفُؤَادَ كُلُّ أُو۟لَـٰٓئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔولًۭا ﴿٣٦﴾

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (QS al-Isra‘ [17]: 36)

Oleh karenanya, pendekatan yang benar untuk menyikapi peristiwa ini adalah pendekatan imani (keimanan). Inilah yang ditempuh oleh sahabat yang mulia sekaligus khalifah rasyid pertama, Abu Bakar ash-Shiddiq Radhiallahu’anhu, seperti terlukis dalam hadits berikut:

وَلَمَّا أُسْرِيَ بِالنَّبِيِّ إِلَى الْمَسْجِدِ الأَقْصَى أَصْبَحَ النَّاسُ يُنْكِرُوْنَ ذَلِكَ وَلَا يُصَدِّقُوْنَهُ وَذَهَبُوْا إِلَى أَبِيْ بَكْرٍ فَقَالَ: لَئِنْ قَالَ ذَلِكَ لَقَدْ صَدَقَ . قَالُوْا : أَوَ تُصَدِّقُهُ أَنَّهُ ذَهَبَ اللَّيْلَةَ إِلَى بَيْتِ الْمَقْدِسِ وَجَاءَ قَبْلَ أَنْ يُصْبِحَ ؟! قَالَ : نَعَمْ ، إِنِّيْ لَأُصَدِّقُهُ فِيْمَا هُوَ أَبْعَدُ مِنْ ذَلِكَ فَلِذَلِكَ سُمِّيَ أَبُوْ بَكْرٍ الصِّدِّيْقَ

“Tatkala Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melakukan perjalanan malam (isra‘) ke al-Masjidil Aqsha, maka manusia (orang-orang kafir Quraisy, Pen.) mengingkari hal itu dan tidak membenarkannya seraya pergi kepada Abu Bakar, lalu beliau mengatakan, ‘Kalau memang dia yang memberitakannya, pastilah dia benar.’ Mereka mengatakan lagi, ‘Apakah engkau membenarkan dia yang bercerita bahwa dia pergi di malam hari ke Baitul Maqdis lalu sudah tiba (di Makkah) sebelum pagi?!’ Abu Bakar Radhiallahu’anhu berkata, ‘Benar, saya pasti akan membenarkannya sekalipun yang lebih mustahil daripada itu.’”

Allahu Akbar, demikianlah sebuah ucapan yang sangat menakjubkan!!! Sekaligus tamparan keras lagi menyakitkan bagi sikap arogan sebagian kalangan yang mengunggulkan akal mereka daripada dalil-dalil yang jelas dan tegas seperti ini!!!

Jadi, kewajiban kita adalah membenarkan adanya peristiwa tersebut tanpa ada sekecil apa pun keraguan dalam hati kita tentang kebenarannya. Apalagi peristiwa seperti itu tidaklah dimustahilkan oleh akal yang sehat. Kita bisa memperhatikan penemuan-penemuan baru manusia seperti pesawat jet yang bisa menandingi kecepatan suara dan mampu naik ke bulan, serta berbagai penemuan baru lainnya. Kalau manusia yang lemah saja mampu untuk membuat alat yang begitu cepat, lantas apakah Allah, Dzat yang menciptakan manusia tidak mampu untuk mengangkat Nabi-Nya dalam kecepatan yang luar biasa?!! Sesungguhnya Allah Maha mampu atas segala sesuatu.

Ibrah dan Pelajaran dari Peristiwa Isra‘ Mi’raj

Kisah peristiwa isra‘ mi’raj menyimpan lautan ilmu dan pelajaran yang banyak sekali bagi orang yang merenungi dan menelitinya, bukan bagi orang yang hanya sekadar menjadikannya sebagai rutinitas yang datang dan berlalu begitu saja atau menjadikannya sebagai perayaan dan hiburan yang tidak diizinkan dalam syari’at yang mulia ini. Namun, kami di sini hanya akan menyampaikan hal-hal terpenting saja:

1. Hadits tentang isra mi’raj adalah shahih dengan kesepakatan para pakar hadits dan sejarah.

Oleh karenanya, mengingkari peristiwa ini merupakan suatu kekufuran terhadap ayat al-Qur‘an, hadits mutawatir, dan kesepakatan ulama. Peristiwa ini mengajarkan kepada kita untuk melakukan pendekatan iman daripada hanya sekadar mengandalkan akal yang terbatas. Hal ini penting untuk kita perhatikan karena banyak di antara manusia yang mengingkari peristiwa isra‘ mi’raj atau sebagian peristiwa di dalamnya, sumbernya hanyalah mengedepankan akal belaka bukan keimanan. Perhatikanlah!!

2. Peristiwa isra‘ mi’raj merupakan mukjizat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang menunjukkan kebenaran risalah yang beliau emban.

Imam Syafi’i Rahimahullahu Ta’ala pernah berkata, “Tidaklah Allah memberikan suatu mukjizat kepada seorang nabi pun kecuali Dia juga memberikan kepada Nabi Muhammad n mukjizat yang lebih banyak darinya. Apabila mukjizat Nabi Musa 'Alaihissalam terbelahnya lautan, Nabi kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memiliki mukjizat yang lebih menakjubkan yaitu terbelahnya bulan. Apabila mukjizat Nabi Musa ‘Alaihissalam terpancarnya air dari batu, maka Nabi kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memiliki mukjizat yang lebih menakjubkan yaitu terpancarnya air dari jari-jemari. Dan apabila mukjizat Nabi Sulaiman ‘Alaihissalam adalah ketundukan angin kepadanya, maka mukjizat Nabi kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah mi’raj (naiknya beliau ke langit).

3. Peristiwa Isra’ mi’raj merupakan hiburan bagi Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Bagi orang yang mempelajari sirah perjalanan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, niscaya akan mendapati bahwa sebelum peristiwa agung tersebut ada beberapa kejadian yang sangat menyedihkan hati beliau, seperti wafatnya istri tercinta beliau (Khadijah Radhiallahu’anha) dan paman pelindung beliau (Abu Thalib), sehingga tahun itu dikenal dalam sejarah dengan ’Amul Hazn (tahun kesedihan). Ditambah lagi, kejadian yang menimpa beliau di kota Thaif, di mana tatkala beliau pergi ke sana dengan harapan mereka mau menerima dakwah dan menolong beliau, namun sebaliknya beliau malah mendapatkan celaan, bahkan lemparan batu hingga kaki beliau berlumuran darah.

Setelah kejadian menyedihkan tersebut, Allah ingin menghibur hati Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, menunjukkan kehebatan tanda-tanda kekuasaan-Nya, mempertemukan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan para nabi yang juga sama sepertinya dalam menghadapi tantangan dalam berdakwah. Seakan-akan dikatakan kepada beliau, “Wahai Muhammad, kalau memang hatimu sedih karena ocehan penduduk bumi, apakah engkau tidak merasa gembira dan senang hati dengan ucapan selamat sejahtera dari para malaikat dan para nabi yang mulia?!!” Hendaknya hal ini menjadi ibrah bagi para da’i, penerus perjuangan dakwah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, agar mereka bersabar dalam medan dakwah dan merasa gembira dengan janji Allah.

4. Pentingnya tolong-menolong antara para juru dakwah dan tukar-menukar pengalaman yang dialaminya dalam kancah dakwah.

Karena Nabi Musa ‘Alaihissalam memberikan pengalamannya kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, sebab pengalaman itu lebih berharga daripada hanya sekadar teori belaka. Oleh karenanya, semoga hal ini menginspirasi para da’i agar mereka saling membantu satu sama lain dalam mengemban amanat dakwah yang mulia ini, bukan malah saling mencela, memfitnah, dan memprovokasi.

5. Hubungan erat antara al-Masjidil Haram dengan al-Masjidil Aqsha.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam Melewati para nabi dan shalat mengimami mereka di al-Masjid al-Aqsha, menunjukkan beberapa faedah dan pelajaran:

a.    Dakwah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang mulia itu umum atas setiap negeri.

b.    Syari’at Nabi kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah menghapus syari’at-syari’at terdahulu dan wajib bagi setiap manusia— hingga para nabi pun—untuk mengikuti.

c.    Persatuan dakwah para nabi dalam mengajak manusia kepada tauhid dan keimanan.

d.    Hubungan erat antara al-Masjidil Haram dengan al-Masjidil Aqsha.

e.    Anjuran kepada kaum muslimin untuk menziarahi al-Masjidil Aqsha dan membebaskannya dari kaum Yahudi—semoga Allah menghancurkan mereka—dan patung-patung dan merupakan khabar gembira akan kemenangan dan penaklukan al-Masjidil Aqsha.

6. Lantang menyampaikan kebenaran

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berterus terang menyampaikan kisah peristiwa isra‘ mi’raj sekalipun entah manusia membenarkannya atau mendustakan dirinya. Hendaknya hal ini sebagai pelajaran bagi para da’i agar berani lantang menyampaikan al-haq tanpa rasa takut sedikit pun:

ٱلَّذِينَ يُبَلِّغُونَ رِسَـٰلَـٰتِ ٱللَّهِ وَيَخْشَوْنَهُۥ وَلَا يَخْشَوْنَ أَحَدًا إِلَّا ٱللَّهَ ۗ وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ حَسِيبًۭا ﴿٣٩﴾

(Yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang (pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat Perhitungan. (QS al-Ahzab [33]: 39)

7. Antara Nabi dan al-Buraq

Allah telah menambah penghormatan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, sebagai tamu yang agung dengan sebuah kendaraan yang unik (yakni Buraq) dan pendamping yang menghiburnya (Jibril ‘Alaihissalam), sebagaimana penduduk surga pergi ke surga dengan menaiki kendaraan nan penuh penghormatan. Allah berfirman:

يَوْمَ نَحْشُرُ ٱلْمُتَّقِينَ إِلَى ٱلرَّحْمَـٰنِ وَفْدًۭا ﴿٨٥﴾

(Ingatlah) hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang yang taqwa kepada Tuhan yang Maha Pemurah sebagai perutusan yang terhormat. (QS Maryam [19]: 85)

Dan ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menambatkan Buraq, maka beliau ingin mengajarkan kepada kita agar kita mengambil sebab, karena mengikat kendaraan tidaklah menafikan tawakal kepada Allah. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah bersabda kepada seorang Arab badui yang membawa untanya, “Ikat dulu, baru kemudian bertawakal.” (Hasan. Riwayat Tirmidzi)

8. Kewajiban shalat

Setiap ibadah diwahyukan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam saat beliau di muka bumi, kecuali ibadah shalat. Allah mewahyukan kewajiban shalat tersebut di atas langit. Bukankah hal ini menunjukkan betapa pentingnya masalah shalat?!! Adakah hal ini diperhatikan oleh kaum musliminhatta (hingga) sebagian kalangan yang merayakan isra‘ mi’raj?!! Sungguh betapa banyak kita lihat mayoritas mereka merayakannya hingga larut malam sehingga sampai molor tidurnya hingga pagi. Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.

9. Ketinggian Allah

Dalam kisah isra‘ mi’raj terdapat suatu faedah yang sangat berharga berkaitan dengan aqidah salafiyyah yang banyak dilalailan oleh mayoritas kaum muslimin hatta yang biasa merayakannya sekalipun!

Al-Hafizh Ibnu Abil Izzi al-Hanafi Rahimahullahu Ta’ala berkata, “Dalam hadits mi’raj ini terdapat dalil tentang ketinggian Allah ditinjau dari beberapa segi bagi orang yang mencermatinya.”

Seandainya saja Allah ada di mana-mana—seperti sangkaan kaum Jahmiyyah—niscaya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak perlu susah-susah diangkat ke langit! Wallahu A’lam.

10. Pelajaran dari “Pembelahan dada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam”

Setiap orang yang dikehendaki Allah untuk menghadapi sesuatu yang sangat dahsyat, maka dia akan diberi bekal persiapan yang kuat. Nabi Musa ‘Alaihissalam, misalnya, tatkala akan diutus oleh Allah kepada raja Fir’aun, Allah memberinya sebuah tongkat dan memberikan percobaan untuknya agar dia nanti tidak kaget ketika melihat tongkatnya menjadi ular yang besar.

Demikian pula Rasul kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dadanya dibelah oleh Malaikat Jibril ‘Alaihissalam dan diisi dengan hikmah dan keimanan agar dia siap untuk melihat keajaiban-keajaiban isra‘ mi’raj, sebab apabila hati manusia sudah baik maka akan baik pula seluruh anggota tubuh. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

أَلَا وَإِنَّ فِيْ الْجَسَدِ مُضْغَةً ، إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ

“Ketahuilah bahwa dalam jasad manusia ada sekerat daging, apabila itu baik maka seluruh anggota tubuh lainnya akan baik dan apabila jelek maka akan jelek pula seluruhnya. Ketahuilah bahwa (sekerat daging) itu adalah hati.” (Muttafaq ’alaih)

Demikianlah beberapa mutiara ilmu yang dapat kita ambil dari peristiwa isra mi’raj. Sungguh yang terpenting dari peristiwa tersebut adalah kita dapat mempelajari dan mengambil ibrah darinya, bukan hanya sekadar rutinitas belaka atau sebagai perayaan yang tidak diizinkan oleh Allah. Semoga dengan penjelasan tadi, kaum muslimin dapat mengambil manfaat darinya. Amin.

WALLOOHUL WALIYYUT TAUFIQ ILA SABILUL HUDA

Sabtu, 25 Maret 2017

HAJAR JAHANAM OBAT HERBAL DARI MESIR

Hajar jahanam merupakan sebuah obat khusus pria yang dapat dikatakan cukup langka bahkan di negara asalnya. Jika diartikan secara arti literal alias arti kamus, artinya memang cukup aneh yaitu batu neraka sebab kata jahanam sendiri adalah salah satu nama neraka di dalam agama Islam. Mengapa sampai disebut sebagai batu neraka? Ternyata, inilah alasannya yaitu karena keampuhannya. Dengan kata lain, obat yang disebut pula dengan black stoneini mempunyai manfaat sangat ampuh sehingga kata jahanam dipilih. Sementara itu, karena bentuknya yang menyerupai batu, maka dari itu obat ini disebut dengan batu jahanam ataublack stone (batu hitam). Asal obat dengan sebutan unik ini berasal dari Timur Tengah. Obat ini merupakan sebuah obat tradisional dari daerah Mesir yang sangat ampuh untuk atasi masalah pada pria khususnya yang berhubungan dengan ejakulasi dini.

Menurut data, 1 dari 3 pria yang aktif secara seksual (sering melakukan hubungan intim) menderita ejakulasi dini. Dengan kata lain, ada sekitar 33% pria menderita permasalahan ejakulasi dini dan angka ini cukup besar sehingga perlu adanya solusi yang ampuh. Di zaman modern ini, ada banyak sekali obat yang dibuat untuk mengatasi ejakulasi dini, mulai dari obat yang diminum atau sampai dengan cara-cara lainnya. Akan tetapi, cara-cara tersebut hanya akan memberikan efek yang sementara bahkan dapat dikatakan kurang efektif untuk mengatasi ejakulasi dini. Oleh karena itu, para penderita ejakulasi dini memerlukan sebuah obat yang mujarab dan mempunyai efek yang ampuh.

Pembuatan Hajar Jahanam

Obat yang mampu atasi masalah ejakulasi ini terbuat dari getah tumbuhan di daerah Mesir dan India. Tidak ada yang membahas mengenai tumbuhan yang dimaksud secara spesifik. Dari sumber informasi, pembuatan hajar jahanam berasal getah tumbuhan saja. Awalnya, getah cair yang kemudian dibiarkan agar mengeras. Kemudian, setelah getah tersebut mengeras, lalu obat tersebut dibentuk menyerupai batu berwarna hitam sehingga ada yang mengenalnya dengan black stone.

Untuk meraciknya menjadi obat yang mujarab, hal ini dilakukan oleh peramu obat tradisional dari Mesir. Dengan demikian, keaslian dari ramuan obat akan terus terjaga. Obat yang bisa jadi solusi masalah ejakulasi dini ini tidak dapat dibuat secara sembarangan sebab dikuatirkan akan mempengaruhi kualitas obat. Maka, tidak heran obat ini hanya diramu oleh peramu obat tradisional dari Mesir. Selain akan terjaga keasliannya, manfaat obat ini juga akan tetap terjaga sehingga akan tetap menjadi obat yang mujarab untuk atasi masalah ejakulasi dini para pria.

Keutamaan Hajar Jahanam

Berikut ini dijelaskan keutamaan hajar jahanam, yaitu:

Terbuat dari bahan alami

Alasan yang pertama mengapa hajar jahanam banyak dipilih orang adalah bahan yang digunakan. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, bahan dasar pembuatan obat ini ialah berupa getah tanaman tertentu di India dan Mesir. Bahan getah tanaman tersebut tentu saja adalah bahan yang alami atau bukan bahan buatan manusia. Kealamian dari bahan hajar jahanam ini yang menjadi salah satu alasan mengapa banyak orang lebih memilih obat ini dibandingkan dengan obat ejakulasi dini lainnya.

Tanpa efek samping

Hajar jahanam adalah obat yang tidak akan memberikan efek samping kepada penggunanya. Ya, hal ini tentu saja sangat jelas karena bahannya yang alami. Seperti yang kita ketahui bahwa bahan yang alami tentu saja tidak akan mempunyai efek samping yang buruk. Hal ini tentunya sangat berbeda dengan produk obat ejakulasi dini buatan pabrik yang akan memberikan efek samping buruk jika dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama.

Mudah dibawa dan digunakan

Hajar jahanam adalah obat yang mudah dibawa kemana saja. Kemasannya yang kecil dengan bentuk obat yang seperti batu ini tidak akan membutuhkan tempat luas untuk penyimpanannya. Bahkan, obat ini dapat ditaruh di dalam saku sehingga dapat dibawa kemana saja. Penggunaannya pun sangat mudah, hajar jahanam yang telah dicairkan dioleskan ke daerah penis. Cara pengolesannya pun sangat mudah, yang terpenting harus berhati-hati agar tidak mengoleskannya di daerah saluran kencing. Hajar jahanam ini juga dapat digunakan kapan pun tanpa harus ada resep dokter.

Tidak ada kadaluarsa

Jika membeli obat ejakulasi dini modern pasti akan ditemukan tanggal kadaluarsa obat tersebut. Hal ini membuktikan bahwa obat tersebut baik digunakan sebelum tanggal kadaluarsa tersebut. Namun, apabila membeli hajar jahanam tidak akan ditemukan hal tersebut. Itu artinya obat yang satu ini dapat digunakan kapan pun tanpa harus risau dengan tanggal kadaluarsanya.

Ada beberapa manfaat yang para pria dapatkan jika menggunakan batu hajar jahanam, antara lain:

1. Mengatasi ejakulasi dini

Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa hajar jahanam ini dibuat untuk mengatasi masalah ejakulasi dini. Dengan khasiat dari getah tumbuhan Mesir dan India dan diracik oleh ahlinya, kemampuan obat ini tidak perlu diragukan lagi. Penggunaannya yang rutin dan juga teratur akan membuat permasalahan mengenai ejakulasi dini akan teratasi dengan baik.

2. Membuat pria lebih perkasa

Image yang didapat oleh pria yang mengalami ejakulasi dini memang buruk. Mereka dianggap kurang perkasa oleh pasangannya ketika sedang berhubungan intim. Akan tetapi, hal ini tentunya bukan menjadi hal yang harus dikuatirkan lagi sebab adanya hajar jahanam telah memberikan solusi tepat untuk para pria agar telihat lebih perkasa. Cukup gunakan beberapa olesan saja, maka mereka akan memukau hati pasangannya.

3. Membuat ereksi lebih lama

Hal yang paling tidak disukai istri ialah saat suaminya tidak dapat memuaskannya, apalagi dalam berhubungan intim. Oleh karena itu, masalah ejakulasi dini menjadi hal yang sangat tidak disukai. Namun, dengan penggunaan hajar jahanam yang terkenal sebagai obat ejakulasi dini yang ampuh dari Timur Tengah, maka penis para pria dapat mengalami ereksi lebih lama dan hal ini akan mendatangkan kesenangan dan juga kepuasan bagi para istri.

4. Tidak mudah terkapar di depan sang istri

Untuk manfaat lainnya dari hajar jahanam adalah para pria akan tidak mudah terkapar saat mereka sedang berhubungan intim. Permasalahan ejakulasi dini ini biasanya sangat indentik dengan cerita bahwa si pria sangat loyo atau mudah terkapar saat melakukan hubungan intim. Salah satu solusi yang dapat dilakukan dengan mengobati masalah ejakulasi dini menggunakan hajar jahanam secara rutin dan teratur.

Penggunaan Hajar Jahanam

Cara penggunaan hajar jahanam ini cukup mudah, yaitu:

Cairkan sedikit bagian dari hajar jahanam sesuai dengan kebutuhan.Setelah itu dapat langsung dioleskan ke daerah penis. Hal yang harus diperhatikan dalam pengolesan adalah tidak mengoleskan pada bagian sensitif, seperti dekat dengan saluran kencing. Dalam pengolesannya dapat dilakukan 4 kali olesan atau bahkan lebih. Setelah dioles, obat ini bereaksi yaitu sensasi panas pada penis. Rasa panas ini akan bertahan selama 5-30 menit, bahkan ada juga reaksi panas yang ditimbulkan sampai dengan 45 menit lamanya sebab penggunaan obat yang terlalu banyak. Oleh karena itu, jika menginginkan reaksi sebentar cukup lakukan beberapa olesan saja.Jika telah merasakan reaksi obat tersebut. Bilas penis dengan air lalu dapat melakukan hubungan intim bersama dengan pasangan tanpa harus kuatir mengenai masalah ejakulasi dini.

SIT UP BAIK BAGI TUBUH

Sit Up adalah olahraga yang sangat terkenal dikalangan wanita, meskipun pria juga sering melakukan latihan ini.Gerakan sit up pada dasarnya akan menguatkan otot pada bagian perut. Namun sit up lebih menekan ke bagian otot punggung. Banyak orang yang tidak mau melakukan sit up karena sering merasa sakit dan kurang nyaman pada bagian perut bawah dan punggung.

padahal rasa sakit dan kurang nyaman ini, sebenarnya disebabkan karena ada sistem otot perut pada bagian bawah yang mengalami gerakan cepat saat sip up. Jika hal ini terjadi, berarti gerakan sit up yang dilakukan kurang tepat atau ada kesalahan posisi.

Melakukan sit up secara rutin akan sangat bermanfaat untuk tubuh. Berikut ini adakah beberapa macam manfaat sit up untuk kesehatan.

1. Menjaga Kestabilan Gerakan Tubuh

Melakukan sit up secara rutin akan membuat sistem otot pada bagian perut menjadi lebih kuat seperti yang di dapat dari manfaat skot jump. Selain itu gerakan sit up yang tepat akan membuat keseimbangan pada bagian perut, bahu, lengan, pinggul dan punggung. Jika sit up dilakukan tanpa bantuan peralatan, maka otot perut akan terlatih lebih kuat untuk mengangkat beban tubuh.

2. Menjaga Keseimbangan Tubuh

Apakah sering mengalami jatuh? Semua orang pasti pernah jatuh, namun sering jatuh saat sudah dewasa berarti ada masalah dengan keseimbangan badan. Masalah ini bisa diatasi dengan melakukan sit up secara rutin. Manfaat sit up akan membuat gerakan otot pada bagian pinggul menjadi lebih kuat.Manfaat olahraga sit up juga akan membuat otot pada bagian kaki, perut dan lengan menjadi lebih stabil sehingga membuat badan lebih bugar dan seimbang.

3. Menjaga Kesehatan Tubuh

Menderita penyakit ringan ataupun penyakit berat menjadi hal yang sangat menyulitkan dalam hidup. Pada dasarnya memelihara kesehatan tidak harus dilakukan dengan cara yang mahal. Cukup mengkonsumsi makanan yang sehat dan sesuai dengan kebutuhan nutrisi seperti manfaat buah-buahan dan sayuran. Selain itu perhatikan untuk terus melakukan olahraga ringan seperti sit up.

Sit up akan membantu peredaran darah di daerah perut dan pinggul. Kedua bagian tubuh ini akan mempertahankan berbagai sistem yang sangat penting untuk kesehatan seperti pencernaan dan imunitas tubuh.

3. Menjaga Sistem Metabolisme

Sistem metabolisme dalam tubuh diperlukan untuk mengolah berbagai jenis zat asing yang masuk ke tubuh termasuk makanan. Sistem metabolisme melibatkan berbagai jenis hormon termasuk hormon pertumbuhan. Jika sistem metabolisme tidak berjalan lancar maka ada sisa-sisa metabolisme yang berkumpul pada beberapa organ. Sebagai solusi yang sangat mudah adalah dengan melakukan sit up.

Sit up membangun semua otot di bagian perut. Ketika semua otot perut bekerja secara aktif maka pasokan oksigen untuk pembuluh darah akan terpenuhi. Hal ini membuat darah bisa membantu sistem metabolisme pada tubuh.

4. Menjaga Pencernaan

Setiap hari manusia membutuhkan makan sebagai sumber tenaga. Makanan yang masuk ke tubuh akan diolah oleh organ pencernaan diantaranya adalah kerongkonan dan usus. Bagian pencernaan yang paling banyak bermasalah adalah usus. Semua sisa makanan yang berkumpul pada usus dapat menyebabkan radang atau kanker. Hal ini sering terjadi karena kekurangn serat pada manfaat sayur-sayuran.

Namun selain asupan serat, cara lain untuk mencegah semua penyakit ini maka bisa melakukan sit up secara rutin. Sit up akan menggerakkan semua otot dalam perut. Otot perut akan mendorong agar usus bisa melakukan pekerjaannya dalam mengolah semua makanan yang masuk. Jadi, sit up rutin akan membuat pekerjaan usus menjadi lancar dan Anda bisa terhindar dari penyakit.

5. Menjaga Postur Tubuh

Memiliki postur tubuh yang sempurna adalah keinginan semua orang, namun memiliki postur yang terlihat menarik dan sempurna memang tidak harus dilakukan dengan cara yang mahal. Kita bisa melakukan latihan sit up rutin selama 10 hingga 20 kali setelah bangun tidur. Sit up akan membangun semua otot tubuh bekerja dengan baik sehingga tubuh menjadi lebih stabil, seimbang dan bisa mendapatkan postur tubuh yang baik.

6. Menjaga Kesehatan Otot

Meskipun secara umum manfaat sit up hanya bekerja untuk meningkatkan sistem kerja otot perut, namun sebenarnya sit up juga penting untuk menjaga kesehatan otot tubuh. Massa otot tubuh yang sehat akan membuat kondisi tubuh menjadi lebih bugar. Melakukan sit up secara rutin akan membuat otot tubuh terlatih melakukan gerakan.

Gerakan menarik tubuh dan meletakkan punggung dalam sit up sangat bermanfaat untuk melatih kekuatan otot tubuh. Akibatnya adalah massa otot tubuh akan berkembang dan bisa membuat tubuh lebih sehat.

7. Melancarkan Peredaran Darah

Peredaran darah dalam tubuh menjadi salah satu proses inti kehidupan. Darah menjadi media untuk memasok ketersediaan oksigen ke seluruh tubuh. Salah satu cara agar darah bisa bekerja secara maksimal adalah jumlah kandungan oksigen yang harus tersedia dalam jumlah tertentu. Jika manusia kekurangan oksigen dalam darah maka sistem metabolisme tidak akan berlangsung dengan baik.

Hal ini akan memicu timbulnya berbagai penyakit seperti serangan jantung, gagal ginjal dan penyakit lain. Melakukan sit up secara teratur akan membuat kerja otot bekerja secara maksimal sehingga peredaran darah dalam tubuh juga berjalan dengan baik.

8. Membantu Meredakan Nyeri Punggung Bawah

Apakah pernah merasakan sakit pada bagian punggung bawah? Sakit ini lebih sering dikatakan sebagai sakit pinggang. Pada dasarnya rasa sakit ini dapat muncul karena ada sistem kerja otot yang tidak benar. Sistem otot bisa terlalu kaku sehingga akan terasa nyeri jika tubuh melakukan berbagai aktivitas. Untuk mengatasi masalah ini maka bisa mencoba untuk sit up selama 5 hingga 10 kali dalam sehari. Lakukan saat pagi atau sore hari.

Pada latihan pertama mungkin punggung bawah akan terasa sakit, namun jika sudah terbiasa maka tubuh akan terasa nyaman. Optimalkan dengan mengkonsumsi manfaat air putih untuk mencegah masalah pinggang yang lebih parah.

9. Membantu Pembentukan Fisik

Memiliki penampilan fisik yang menawan akan menjadi dukungan penampilan yang sangat penting. Biasanya laki-laki akan melakukan fitness untuk mendapatkan bentuk badan yang terlihat dengan massa otot yang kuat. Jika Anda tidak memiliki banyak waktu maka lakukan latihan sit up secara rutin. Sit up yang dilakukan untuk menarik kekuatan otot perut akan membentuk perut menjadi “six-pack”. Perut akan terlihat rata seolah-olah tidak ada lemak. Selain itu sit up juga akan membuat postur tubuh bagian bawah dan atas menjadi lebih seimbang.

10. Menurunkan Lemak dalam Tubuh

Sit up biasanya dilakukan hanya sebagai latihan ringan untuk memperkuat otot pada bagian perut, namun jika melakukan sit up secara rutin maka gerakan otot perut akan membakar lemak pada anggota tubuh yang terhubung. Lemak pada bagian perut, pinggang dan dada bisa diatasi dengan melakukan sit up.

Manfaat Sit up adalah olahraga yang bisa membantu tubuh dalam melakukan proses pembakaran kalori. Waktu terbaik untuk melakukan sit up dalam setiap hari adalah selama 15 menit. Anda bisa membuat target jumlah sit up atau melakukan latihan secara rutin.

11. Pembentukan Pinggul

Memiliki bentuk pinggul yang indah akan menjadi hal paling menyenangkan bagi wanita. Untuk mendapatkan bentuk pinggul indah dan tidak terlihat berlemak dapat dilakukan dengan sit up. Sit up akan menjaga semua otot yang bekerja pada bagian perut, pinggul dan kaki menjadi lebih stabil.

Sit up juga akan menempatkan bentuk pinggul saat sudah lanjut usia. Hal ini akan mencegah berbagai masalah tulang dan otot saat sudah lanjut usia.

12. Membentuk Otot Dada

Otot dada yang kuat dan sehat akan terlihat dari bentuk dada yang sesuai dengan postur tubuh. Bagi wanita memiliki otot dada yang kuat akan menjadi hal yang sangat menyenangkan. Ketika melakukan sit up maka ada gaya tarik yang sangat besar antara bagian perut saat bangun dan perut saat posisi tidur. Kekuatan  otot lengan yang berusaha untuk membuat otot perut bekerja maksimal akan mendukung pembentukan dada secara alami seperti manfaat push up.

13. Menjaga Kesehatan Tulang dan Otot

Memiliki tulang kuat dan otot yang sehat akan mempengaruhi kehidupan kita saat lanjut usia. Salah satu cara untuk menjaga kesehatan otot dan tulang adalah dengan melakukan sit up secara rutin. Latihan sit up akan membuat semua otot pada bagian perut, punggung bawah, tumit, kaki dada dan lengan bisa terlatih secara alami. Otot akan bekerja mengalirkan kekuatan ke bagian tulang rawan ke seluruh tubuh.

Akibatnya massa otot pada tubuh akan bertahan dalam waktu lama bahkan hingga lanjut asia. Kekuatan otot pada semua bagian tubuh dan tulang rawan akan mencegah penyakit tulang  keropos.

14. Memperpanjang Harapan Hidup

Manfaat pola hidup sehat memang tiada tergantikan. Menghabiskan waktu hingga memiliki suami, anak-anak dan cucu adalah keinginan yang sangat wajar. Namun untuk mewujudkan keinginan ini juga harus melakukan beberapa usaha. Salah satunya adalah dengan melakukan sit up.

Sit up sudah terbukti bisa menambah kekuatan otot dan tulang, meningkatkan sistem kesehatan dan imunitas, menjaga sistem metabolisme dan membantu tubuh memelihara kesehatan secara keseluruhan. Dengan melakukan sit up secara teratur paling tidak salam 15 menit dalam satu hari akan membuat kesehatan tubuh menjadi lebih bugar. Dengan memiliki tubuh yang sehat dan bugar maka Anda bisa mempertahankan sistem tubuh sehingga bisa memiliki umur yang panjang.

Cara Melakukan Sit Up yang Benar
Tips untuk Saat Melakukan Sit Up

Sit up yang benar tidak akan menyebabkan rasa nyeri pada otot. Banyak orang yang baru pertama kali melakukan sit up biasanya akan merasa sakit pada bagian perut. Untuk mencegah semua rasa sakit dan rasa tidak nyaman pada bagian perut bawah, Anda bisa melakukan sit up sesuai petunjuk di bawah ini:

Ambil matras untuk digunakan sebagai alas tubuh. Lakukan posisi telentang dengan lutut yang ditekuk. Ambil posisi tumit dengan jarak 1 meter di depan tulang belakang. Silangkan jari-jari pada bagian belakang kepala.Tekan bahu secara bersamaan, ambil tenaga pada bagian perut, buang nafas dan angkat kepala ke atas lutut yang telah ditekuk. Jangan melakukan tekanan dan tarikan pada bagian leher, saat kepala hampir sampai ke bagian lutut, maka angkat dagu ke bagian atas.Agar tulang punggung dan tulang ekor tidak sakit selama sit up, maka jangan mendekatkan bagian bawah kaki ke arah lantai. Otot paha dan perut akan bekerja maksimal saat Anda berusaha untuk melakukan posisi duduk. Ambil hitungan saat posisi kepala mendekati lutut dan tahan hingga 2-3 hitungan.Saat Anda ingin menurunkan badan ke posisi semula, maka tarik nafas agar otot perut kembali santai. Turunkan bagian punggung ke arah lantai secara perlahan-lahan. Ulangi beberapa langkah tersebut dan lakukan dengan benar sehingga otot perut akan melakukan kontraksi dengan baik.

Jadi, apakah anda masih ragu untuk melakukan sit up secara rutin? Sit up merupakan olahraga yang sangat dianjurkan, karena memiliki berbagai macam manfaat untuk kesehatan tubuh. Bahkan sit up juga bisa melatih tubuh agar bisa terhindar dari berbagai macam penyakit saat usia sudah lanjut. Melakukan sit up secara rutin bisa dimulai dengan jumlah yang kecil, misalnya sehari 5 kali dan terus bertambah sesuai dengan kekuatan tubuh.