Translate

Kamis, 26 Maret 2020

Bumi Berada Di Atas Ikan Paus


Dahulu, para leluhur kita tidaklah mempunyai kesempatan untuk mengenal lebih dalam lagi mengenai ajaran ini, namun kita sekarang mempunyai kesempatan!.
PETA LENGKAPNYA keberadaan semesta di Islam adalah:
di atas 7 langit ada laut - di atas laut ada Arsy - dan allah berada di atas Arsy.

Hadis Abu Dawud

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الصَّبَّاحِ الْبَزَّازُ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ أَبِي ثَوْرٍ عَنْ سِمَاكٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمِيرَةَ عَنْ الْأَحْنَفِ بْنِ قَيْسٍ عَنْ الْعَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ قَالَ كُنْتُ فِي الْبَطْحَاءِ فِي عِصَابَةٍ فِيهِمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَمَرَّتْ بِهِمْ سَحَابَةٌ فَنَظَرَ إِلَيْهَا فَقَالَ مَا تُسَمُّونَ هَذِهِ قَالُوا السَّحَابَ قَالَ وَالْمُزْنَ قَالُوا وَالْمُزْنَ قَالَ وَالْعَنَانَ قَالُوا وَالْعَنَانَ قَالَ أَبُو دَاوُد لَمْ أُتْقِنْ الْعَنَانَ جَيِّدًا قَالَ هَلْ تَدْرُونَ مَا بُعْدُ مَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ قَالُوا لَا نَدْرِي قَالَ إِنَّ بُعْدَ مَا بَيْنَهُمَا إِمَّا وَاحِدَةٌ أَوْ اثْنَتَانِ أَوْ ثَلَاثٌ وَسَبْعُونَ سَنَةً ثُمَّ السَّمَاءُ فَوْقَهَا كَذَلِكَ حَتَّى عَدَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ ثُمَّ فَوْقَ السَّابِعَةِ بَحْرٌ بَيْنَ أَسْفَلِهِ وَأَعْلَاهُ مِثْلُ مَا بَيْنَ سَمَاءٍ إِلَى سَمَاءٍ ثُمَّ فَوْقَ ذَلِكَ ثَمَانِيَةُ أَوْعَالٍ بَيْنَ أَظْلَافِهِمْ وَرُكَبِهِمْ مِثْلُ مَا بَيْنَ سَمَاءٍ إِلَى سَمَاءٍ ثُمَّ عَلَى ظُهُورِهِمْ الْعَرْشُ مَا بَيْنَ أَسْفَلِهِ وَأَعْلَاهُ مِثْلُ مَا بَيْنَ سَمَاءٍ إِلَى سَمَاءٍ ثُمَّ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فَوْقَ ذَلِكَ حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ أَبِي سُرَيْجٍ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَعْدٍ وَمُحَمَّدُ بْنُ سَعِيدٍ قَالَا أَخْبَرَنَا عَمْرُو بْنُ أَبِي قَيْسٍ عَنْ سِمَاكٍ بِإِسْنَادِهِ وَمَعْنَاهُ حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ حَفْصٍ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ طَهْمَانَ عَنْ سِمَاكٍ بِإِسْنَادِهِ وَمَعْنَى هَذَا الْحَدِيثِ الطَّوِيلِ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ash Shabbah Al Bazzar berkata, telah menceritakan kepada kami Al Walid bin Abu Tsaur dari Simak dari Abdullah bin Amirah dari Al Ahnaf bin Qais dari Al Abbas bin Abdul Muthallib ia berkata, "Aku pernah berada di wilayah Bathha bersama rombongan yang di dalamnya terdapat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Lalu ada awan yang melintasi mereka, beliau melihat awan itu lalu bersabda: "Kalian menyebut apa ini?"
para sahabat menjawab, "Awan."
Beliau bersabda: "Dan Al Muzn?"
mereka menjawab, "Ya, (kami juga menyebutnya) Al Muzn."
Beliau bersabda: "Dan Al 'Anan?"
mereka menjawab, "Ya, dan Al 'Anan."
Abu Dawud berkata, "Aku tidak menghafal lafadz Al 'Anan dengan baik
Beliau lalu bertanya: "Apakah kalian tahu berapa jarak antara langit dan bumi?"
mereka menjawab, "Kami tidak tahu."
Beliau bersabda: "Sesungguhnya jarak antara keduanya adalah bisa tujuh puluh satu, atau tujuh puluh dua, atau tujuh puluh tiga tahun perjalanan -perawi masih ragu-.kemudian langit yang di atasnya juga seperti itu." Hingga beliau menyebutkan tujuh langit. Kemudian setelah langit ketujuh terdapat lautan, jarak antara bawah dan atasnya seperti jarak antara langit dengan langit (yang lain). Kemudian di atasnya terdapat delapan malaikat yang jarak antara telapak kaki dengan lututnya sejauh langit dengan langit yang lainnya. Dan di atas mereka terdapat Arsy, yang antara bagian bawah dengan atasnya sejauh antara langit satu dengan langit yang lainnya. Dan Allah Tabaraka Wa Ta'ala ada di atasnya."
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Abu Suraij berkata, telah mengabarkan kepada kami 'Abdurrahman bin Abdullah bin Sa'd dan Muhammad bin Sa'id keduanya berkata; telah mengabarkan kepada kami Amru bin Abu Qais dari Simak dengan sanad dan makna yang sama. Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Hafsh ia berkata; telah menceritakan kepadaku Bapakku berkata, telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Thahman dari Simak dengan sanad yang sama dan makna hadits ini yang panjang. [Abu Dawud no.4100 (4 jalur perawi)]

Hadist Tirmidzi

حَدَّثَنَا عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ سَعْدٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ أَبِي قَيْسٍ عَنْ سِمَاكِ بْنِ حَرْبٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَيْرَةَ عَنْ الْأَحْنَفِ بْنِ قَيْسٍ عَنْ الْعَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ زَعَمَ أَنَّهُ كَانَ جَالِسًا فِي الْبَطْحَاءِ فِي عِصَابَةٍ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَالِسٌ فِيهِمْ إِذْ مَرَّتْ عَلَيْهِمْ سَحَابَةٌ فَنَظَرُوا إِلَيْهَا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَلْ تَدْرُونَ مَا اسْمُ هَذِهِ قَالُوا نَعَمْ هَذَا السَّحَابُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالْمُزْنُ قَالُوا وَالْمُزْنُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالْعَنَانُ قَالُوا وَالْعَنَانُ ثُمَّ قَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَلْ تَدْرُونَ كَمْ بُعْدُ مَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ فَقَالُوا لَا وَاللَّهِ مَا نَدْرِي قَالَ فَإِنَّ بُعْدَ مَا بَيْنَهُمَا إِمَّا وَاحِدَةٌ وَإِمَّا اثْنَتَانِ أَوْ ثَلَاثٌ وَسَبْعُونَ سَنَةً وَالسَّمَاءُ الَّتِي فَوْقَهَا كَذَلِكَ حَتَّى عَدَّدَهُنَّ سَبْعَ سَمَوَاتٍ كَذَلِكَ ثُمَّ قَالَ فَوْقَ السَّمَاءِ السَّابِعَةِ بَحْرٌ بَيْنَ أَعْلَاهُ وَأَسْفَلِهِ كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ إِلَى السَّمَاءِ وَفَوْقَ ذَلِكَ ثَمَانِيَةُ أَوْعَالٍ بَيْنَ أَظْلَافِهِنَّ وَرُكَبِهِنَّ مِثْلُ مَا بَيْنَ سَمَاءٍ إِلَى سَمَاءٍ ثُمَّ فَوْقَ ظُهُورِهِنَّ الْعَرْشُ بَيْنَ أَسْفَلِهِ وَأَعْلَاهُ مِثْلُ مَا بَيْنَ السَّمَاءِ إِلَى السَّمَاءِ وَاللَّهُ فَوْقَ ذَلِكَ قَالَ عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ سَمِعْتُ يَحْيَى بْنَ مَعِينٍ يَقُولُ أَلَا يُرِيدُ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ سَعْدٍ أَنْ يَحُجَّ حَتَّى نَسْمَعَ مِنْهُ هَذَا الْحَدِيثَ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ وَرَوَى الْوَلِيدُ بْنُ أَبِي ثَوْرٍ عَنْ سِمَاكٍ نَحْوَهُ وَرَفَعَهُ وَرَوَى شَرِيكٌ عَنْ سِمَاكٍ بَعْضَ هَذَا الْحَدِيثِ وَوَقَفَهُ وَلَمْ يَرْفَعْهُ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ هُوَ ابْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَعْدٍ الرَّازِيُّ

Telah menceritakan kepada kami Abdu bin Humaid telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman bin Sa'd dari 'Amr bin Abu Qais dari Simak bin Harb dari Abdullah bin 'Umairah dari Al Ahnaf bin Qais dari Al 'Abbas bin Abdul Muththalib ia mengaku bahwa ia pernah duduk di Bathha`diantara sekelompok orang sementara Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam duduk diantara mereka. Tiba-tiba terdapat awan yang melewati mereka, kemudian mereka melihat ke awan tersebut.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata: "Apakah kalian mengetahui apa nama ini?"
Mereka berkata; ya, ini adalah awan.
Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam; Itu pula yang namanya Al Muzn?.
Mereka berkata; itu pula yang namanya adalah almuznu.
Rasulullah berkata "Itu pula yang namanya al'anan?"
Mereka berkata; itu pula yang namanya Al 'Anan.
Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepada mereka: "Tahukah kalian berapa jauh antara langit dan bumi?"
mereka berkata; tidak, demi Allah kami tidak mengetahui.
Beliau berkata: "Jauh antara keduanya entah tujuh puluh satu atau tujuh puluh dua atau tujuh puluh tiga tahun, dan langit di atasnya demikian juga." Dan langit yang diatasnya juag sedemikian, hingga beliau menyebutkan tujuh langit demikian juga jaraknya.
Kemudian beliau bersabda: "Di atas langit ketujuh terdapat laut antara bagian paling atas dan paling bawahnya seperti jarak antara langit satu ke langit yang lain dan diatas itu semua ada delapan malaikat yang rupanya seperti kijang, yang jarak antara kuku-kukunya dan pelana di punggungnya bagaikan antara langit dan langit, kemudian diaats punggung mereka ada arsy, yang jarak antara atas dan bawahnya bagaikan antara langit dan langit berikutnya, dan Alalh diatas kesemuanya itu."
Abdu bin Humaid berkata; saya mendengar Yahya bin Ma'in berkata; ketahuilah Abdur Rahman bin Sa'd' hendak pergi menunaikan haji hingga kami mendengar hadits ini.
Abu Isa berkata; hadits ini adalah hadits hasan gharib, dan Al Walid bin Abu Tsaur telah meriwayatkan dari Simak seperti itu, dan ia memarfu'kan hadits tersebut. Syarik meriwayatkan sebagian hadits ini dari Simak, dan ia menyatakan bahwa hadits tersebut adalah hadits mauquf, dan ia tidak memarfu'kannya, sedangkan Abdur Rahman adalah Ibnu Abdullah bin Sa'd Ar Razi. [Tirmidzi:3242 (hasan gharib)]
Mari kita kenali lebih dalam lagi ajaran yang menyatakan Bumi berada di atas Punggung Ikan Paus sebagaimana tersirat di Surah 68:1,

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
ن وَالْقَلَمِ وَمَا يَسْطُرُونَ

nuun waalqalami wamaa yasthuruuna
Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis,

وقيل : المراد بقوله : ( ن ) حوت عظيم على تيار الماء العظيم المحيط ، وهو حامل للأرضين السبع ، كما قال الإمام أبو جعفر بن جرير

Dikatakan bahwa "Nun" merujuk pada IKAN PAUS BESAR yang ada di Air di Lautan yang sangat luas dan di atas punggungnya ia membawa tujuh bumi, sebagaimana disampaikan Imam Abu Jafar Ibn Jarir:

حدثنا ابن بشار ، حدثنا يحيى ، حدثنا سفيان - هو الثوري - حدثنا سليمان - هو الأعمش - عن أبي ظبيان ، عن ابن عباس قال : أول ما خلق الله القلم قال : اكتب . قال : وما أكتب ؟ قال : اكتب القدر . فجرى بما يكون من ذلك اليوم إلى يوم قيام الساعة . ثم خلق " النون " ورفع بخار الماء ، ففتقت منه السماء ، وبسطت الأرض على ظهر النون ، فاضطرب النون فمادت الأرض ، فأثبتت بالجبال ، فإنها لتفخر على الأرض . 

Ibn Bashar - Yahya - Sufyan Al-Thuri - Sulayman Al-Amash - Abu Thubian - Ibn Abbas yang diberkati: "Pertama kali yang Allah ciptakan adalah pulpen dan mengatakan: 'tuliskan'. (Pulpen) bertanya, "Apa yang mesti saya tulis?" (Allah) berkata, "Tuliskan semuanya" Jadi (pulpen) tuliskan semua hingga saat kiamat. Kemudian (Allah) ciptakan "nun" dan mengangkat uap air memisahkan gulungan para langit dan bumi diletakkan GEPENG/PIPIH/DATAR di punggung Nun. Nun menjadi gelisah, bumi bergoyang/bergoncang, (Allah) mengencangkan (bumi) dengan gunung-gunung, bumi menjadi stabil/kokoh.

ثم قال ابن جرير : حدثنا ابن حميد ، حدثنا جرير ، عن عطاء ، عن أبي الضحى ، عن ابن عباس قال : إن أول شيء خلق ربي عز وجل القلم ، ثم قال له : اكتب . فكتب ما هو كائن إلى أن تقوم الساعة . ثم خلق " النون " فوق الماء ، ثم كبس الأرض عليه .

Diriwayatkan oleh Ibn Jarir - Ibn Hamid - Ata’a - Abu Al-Dahee - Ibn Abbas: "Yang pertama kali Allah ciptakan, adalah pulpen kemudian berkata kepadanya, "Tuliskan". Dia menuliskan apa yang terjadi hingga kiamat. Kemudian (Allah) menciptakan Nun di atas air lalu letakan bumi padanya (ikan).

وقد روى الطبراني ذلك مرفوعا فقال : حدثنا أبو حبيب زيد بن المهتدي المروذي ، حدثنا سعيد بن يعقوب الطالقاني ، حدثنا مؤمل بن إسماعيل ، حدثنا حماد بن زيد ، عن عطاء بن السائب ، عن أبي الضحى مسلم بن صبيح ، عن ابن عباس قال : قال رسول الله - صلى الله عليه وسلم - : " إن أول ما خلق الله القلم والحوت ، قال للقلم : اكتب ، قال : ما أكتب ؟ قال : كل شيء كائن إلى يوم القيامة " . ثم قرأ : ( ن والقلم وما يسطرون ) فالنون : الحوت .

Al Tabarani meriwayatkan hadis yang diriwayatkan dari Abu Habib Zaid Al-Mahdi Al Marouzi - Sa’id Ibn Yaqub Al-Talqani - Mu’amal Ibn Ismail - Hamad Ibn Zaid - Ata’a Ibn Al Sa’ib - Abu Al Dahee Muslim Ibn Subaih - Ibn Abbas -NABI SAW: "Yang pertama Allah ciptakan adalah pulpen dan Ikan paus. (Allah) mengatakan (pada) pulpen "tulis". (pulpen) bertanya, "apa yang mesti saya tulis". (Allah) berkata, "semua yang akan terjadi hingga hari kiamat" Kemudian membacakan (Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis)Jadi nun adalah ikan.

وقال ابن أبي نجيح : إن إبراهيم بن أبي بكر أخبره عن مجاهد قال : كان يقال : النون : الحوت العظيم الذي تحت الأرض السابعة .

Ibn Abu Nujaih: Ibrahim Ibn Abu Bakar berkata Mujahid berkata: "Dikatakan:Nun adalah Ikan dibawahnya ada tujuh bumi"

وذكر البغوي وجماعة من المفسرين : إن على ظهر هذا الحوت صخرة سمكها كغلظ السماوات والأرض ، وعلى ظهرها ثور له أرب عون ألف قرن ، وعلى متنه الأرضون السبع وما فيهن وما بينهن فالله أعلم .

Al-Baghawy dan sekelompok komentator: di punggung ikan paus ada bebatuan yang besar yang memilliki ketebalan lebih besar dari lebarnya para langit dan bumi dan di atas bebatuan ini ada Banteng yang mempunyai 40.000 tanduk. Pada tubuh banteng ini diletakan tujuh bumi dan segala isinya, dan allah maha mengetahui.

Telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas –radhiyallahu ‘anhuma- bahwa beliau berkata:

أوّل ما خلق الله من شيء القلم ، فجرى بما هو كائن ، ثم رفع بخار الماء ، فخلقت منه السماوات ، ثم خلق " النون " – يعني الحوت - فبسطت الأرض على ظهر النون ، فتحرّكت الأرض فمادت ، فأثبت بالجبال ، فإن الجبال لتفخر على الأرض ، قال : وقرأ : (ن وَالْقَلَمِ وَمَا يَسْطُرُونَ )

“Sesuatu yang pertama kali diciptakan oleh Allah adalah pena, maka ia menulis semua kejadian, kemudian uap air diangkat ke atas, maka darinyalah langit-langit diciptakan, kemudian Dia (Allah) menciptakan Nuun, yaitu; ikan paus, maka dihamparkannya bumi di atas punggung ikan paus tersebut, maka bumi pun bergerak dan berguncang, lalu ditopang oleh gunung-gunung, maka gununglah yang lebih utama dari pada bumi, lalu beliau berkata dan membaca: “Nuun, demi pena dan apa yang mereka tulis”.

(Diriwayatkan oleh Abdur Razzaq dalam Tafsirnya: 2/307, dan Ibnu Abi Syaibah: 14/101, dan Ibnu Abi Hatim-sebagaimana di dalam Tafsir Ibnu Katsir: 8/210, dan Thabari dalam Jami’ Al Bayan: 23/140, dan Hakim dalam Al Mustadrak: 2/540, dan masih banyak yang lainnya, semua riwayat dari jalur Al A’masy, dari Abi Dzabyan Hushain bin Jundub, dari Ibnu Abbas, yang ini sanadnya shahih. Al Hakim berkata: ini adalah hadits yang shahih sesuai dengan syarat kedua Syeikhan (Bukhori dan Muslim) namun keduanya tidak meriwayatkannya. Adz Dzahabi berkata dalam at Talkhish: Sesuai dengan syarat Bukhori dan Muslim. Sebagaimana yang diriwayatkan dari Mujahid, Muqatil, Sudi dan al Kalbi. Silahkan anda baca: (Ad Durrul Mantsur: 8/240, dan Tafsir Ibnu Katsir: 8/185 dalam permulaan tafsir surat al Qalam).

Ibn Katsir menukil hadis marfu (sanad bersandar hingga rasullullah) dari Ibn Abu Hatim:

وقال ابن أبي حاتم : حدثنا أبو عبيد الله ابن أخي ابن وهب ، حدثنا عمي ، حدثنا عبد الله بن عياش ، حدثنا عبد الله بن سليمان عن دراج ، عن عيسى بن هلال الصدفي ، عن عبد الله بن عمرو قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : " إن الأرضين بين كل أرض والتي تليها مسيرة خمسمائة عام ، والعليا منها على ظهر حوت ، قد التقى طرفاه في السماء ، والحوت على صخرة ، والصخرة بيد الملك ، والثانية سجن الريح ، والثالثة فيها حجارة جهنم ، والرابعة فيها كبريت جهنم ، والخامسة فيها حيات جهنم والسادسة فيها عقارب جهنم ، والسابعة فيها سقر ، وفيها إبليس مصفد بالحديد ، يد أمامه ويد خلفه ، فإذا أراد الله أن يطلقه لما يشاء أطلقه " . هذا حديث غريب جدا ورفعه فيه نظر

Ibnu Abi Hatim: Abu'Ubaidillah kemenakan ibn wahab - pamannya - Abdullah bin Ayyash - Abdullah bin Suleiman - daraj - isa ibn hilal al-sadafi - Abdullah bin 'Amr - Rasulullah SAW: "antara bumi dan semua yang berikutnya berjarak 500 tahun berjalan kaki, dan itu ada diatas punggung ikan paus,..." Hadis ini gharib Jiddan dan terlihat bersandar.

وروى الوليد بن مسلم قال : حدثنا مالك بن أنس عن سمي مولى أبي بكر عن أبي صالح السمان عن أبي هريرة قال : سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : ( أول ما خلق الله القلم ثم خلق النون وهي الدواة وذلك قول تعالى : " ن والقلم " ثم قال له اكتب قال : وما أكتب قال : ما كان وما هو كائن إلى يوم القيامة من عمل أو أجل أو رزق أو أثر فجرى القلم بما هو كائن إلى يوم القيامة - قال - ثم ختم فم القلم فلم ينطق ولا ينطق إلى يوم القيامة . ثم خلق العقل فقال الجبار ما خلقت خلقا أعجب إلي منك وعزتي وجلالي لأكملنك فيمن أحببت ولأنقصنك فيمن أبغضت ) قال : ثم قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ( أكمل الناس عقلا أطوعهم لله وأعملهم بطاعته ) .

Terjemahannya kurang lebih:
Al-Walid Ibn Muslim - Malik Ibn Ans - Sumay anak dari Abu Bakir - Abu Salih Al-Samaan - Abu Hurayrah - NABImengatakan, "Yang pertama kali Allah ciptakan adalah pulpen, kemudian Ia ciptakan 'Nun' yang merupakan sebuah bak tinta. Ini adalah apa yang Allah sampaikan (di surat 68:1) 'Nun dan pulpen.’ Dan Ia katakan padanya, "tuliskan". 
[Jadi pulpen tuliskan semua yang akan terjadi hingga hari kiamat. Kemudian alah ciptakan Nun (Ikan Paus) diatas air dan Ia tekan/tindih bumi pada punggungnya [paus]. Alah kemudian berkata pada pulpen "tulis". Pulpen bertanya "Apa yang saya mesti tulis" Allah..
(note: Kalimat-kalimat yang ada di dalam tanda kurung ini hanya ada di situs ini dan tidak ada dalam situs berbahasa arab. Mengapa? jika kita perhatikan kalimat, "..ثم قال له اكتب قال: وما أكتب قال: ما كان.." terdapat indikasi bahwa kalimat tersebut tidak utuh telah terpotong/tidak lengkap/SENGAJA dipotong)] 
menjawab, "Tuliskan apa yang telah dan akan terjadi hingga hari kiamat, apakah perbuatan, pahala, konsekuensi dan hukuman hingga hari kiamat". Kemudian pulpen menuliskan yang akan terjadi hingga hari kiamat. Kemudian Allah menciptakan pikiran..."

وعن مجاهد قال : " ن " الحوت الذي تحت الأرض السابعة .

Mujahid menyatakan bahwa 'Nun' adalah Ikan Paus yang ada di bawah tujuh bumi.

وكذا قال مقاتل ومرة الهمداني وعطاء الخراساني والسدي والكلبي : إن النون هو الحوت الذي عليه الأرضون 

Seperti juga, yang diriwayatkan oleh Mukatil - Murrah Al-Hamdani - Ata’ Al-Kharasani - Al Suddi - Al-Kalbi yang mengatakan, "Nun adalah Ikan paus yang di atasnya para bumi diletakan"
وَرَوَى أَبُو ظَبْيَان عَنْ اِبْن عَبَّاس قَالَ : أَوَّل مَا خَلَقَ اللَّه الْقَلَم فَجَرَى بِمَا هُوَ كَائِن , ثُمَّ رَفَعَ بُخَار الْمَاء فَخَلَقَ مِنْهُ السَّمَاء , ثُمَّ خَلَقَ النُّون فَبَسَطَ الْأَرْض عَلَى ظَهْره , فَمَادَتْ الْأَرْض فَأُثْبِتَتْ بِالْجِبَالِ , وَإِنَّ الْجِبَال لَتَفْخَر عَلَى الْأَرْض .

Diriwayatkan Abu Thabyan, diriwayatkan Ibn Abbas yang berkata, "yang pertama kali Allah ciptakan adalah pulpen yang menulis semua yang akan terjadi. Kemudian uap air mulai terangkat, Berasal dari situ langit tercipta. kemudian (Allah) menciptakan Nun (paus) dan menggepengkan Bumi pada punggungnya. Ketika bumi mulai bergoyang, Ia kemudian diperkuat dengan gunung-gunung, yang ada dipermukaan" Kemudian Ibn Abbas membacakan ayat (68:1) 'Nun dan Pulpen'
[Bahasa arab sisanya tidak saya tuliskan dan langsung saya tuliskan terjemahannya]
Al kalbi dan Mukatil menyatakan bahwa nama (ikan Paus) adalah ‘Al-Bahmout.’ Al-Rajis berkata, "Mengapa aku melihatmu semua terdiam dan Allah menciptakan Al-Bahmout?"
Abu Yakthan dan Al-Waqidi menyatakan bahwa nama (ikan paus) adalah ‘Leotha’; Dimana Kab menyatakan bahwa namanya adalah ‘Lo-tho-tha’ atau ‘Bil-Ha-motha.’ Kab berkata, "Setan bergerak ke atas Ikan paus, dimana tujuh bumi diletakan dan membisikan pada hatinya, "Kamu sadari apa yang ada di punggungmu, Oh Lo-tho-tha dari binatang dan tetumbuhan dan manusia dan lainnya? Jika engkau merasa terganggu dengan mereka, Engkau dapat melemparkan mereka semua dari punggungmu" Jadi Lo-tho-tha berniat untuk melakukan apa yang disarankan (oleh setan) namun Alah mengirimkan reptil pada Ikan paus yang merangkak melalui lubang tiupnya hingga mencapai otaknya. Ikan paus kemudian menangis pada Allah dan Ia memberikan ijin pada reptil untuk keluar (dari ikan paus)." Kab melanjutkan dan berkatam "Demi Allah, Ikan paus menatap pada reptil dan reptil menatap pada ikan paus dan jika ikan paus berniat melakukan (apa yang disarankan setan) reptil akan balik ke tempat sebelumnya"

Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda

Jumat, 20 Maret 2020

Syair Doa KH Hasyim Asy'ari Ketika Ada Pageblug

Menyikapi bencana apapun, biasanya masyarakat pesantren mengukuti cara pandang para kiainya. Bahwa bencana berupa ketakutan (al-khauf), karena wabah atau bencana alam, kelaparan (alju’), krisis ekonomi (wa naqsin minal amwal), ancaman keselamatan jiwa (wal anfus) serta krisis pangan (wal tsmaarat) tak lebih dari sekadar ujian yang hanya perlu direspon manusia dengan bersikap sabar, tidak panik, apalagi menciptakan masalah baru misalnya menghembus krisis kepemimpinan di sebuah negeri.

Itulah protokol bencana para kiai atau ulama, tentu tanpa mengesampingkan ikhtiar. Ikhtiar itu sama pentingnya dengan berdoa. Berdoa itu sama pentingnya dengan ikhtiar.

Kiainya para kiai, Hadratus Syekh Muhammad Hasyim Asy’ari, pendiri NU, bila ada wabah penyakit atau pageblug menimpa, beliau mengajak para santri dan umatnya menguatkan mental terlebih dahulu sebelum berikhtiar.

Dalam majelis haul KH Yahya bin Abdul Hamid Chasbullah, Pesantren Tambakberas, KH. Masduqi Abdurrahman AlHafidz, Pengasuh PP Roudhotu Tahfidzi Qur’an Perak Jombang mengisahkan Mbah Hasyim mengajak para kiai untuk membaca doa kala ada pagebluk. Apa doanya?

Doa itu berupa puisi, syair nazam yang sebenearnya sering dilantunkan di masyarakat pesantren, termasuk jemaah salawat. Malah kalau Jam’iyah Hadrah ISHARI hampir pasti melantunkan syair ini di puncak muhud, mahallul Qiyam.

لِي خَمْسَةٌ أُطْفِئ بِهاَ # حَرَّ الوَباَءِ الحاَطمَة
المُصْطَفَى وَالمُرتَضَى # وَابْناَهُماَ وَفَاطِمَة

(Li Khomsatun, uthfi-u biha
Harrol waba-il hathimah

Almusthofa, wal murtadlo
Wabnahuma wa Fathimah)

Artinya, kira-kira begini: “Aku berharap diselamatkan dari panas derita wabah yang bikin sengsara dengan wasilah derajat luhur lima pribadi mulia yang aku punya: Baginda Nabi Muhammad al-Mushthafa saw, Sayyidina Ali al-Murtadla dan kedua putra (Hasan dan Husain), serta Sayyidatina Fathimah Azzahra, binti Rasulillah saw’.”

Kepada Gus Ainur Rofiq, salah satu pengasuh asrama di PP Bahrul Ulum Tambajberas Jonbang, Kiai Masduqi menceritakan bahwa Kala itu, Hadratus Syekh mengijazahkan syair doa ini, pada Mbah Romli Tamim Rejoso, Mbah Wahab Chasbullah, Mbah Bisri Syansuri, dan pondok Semelo Perak, Jombang.

LIMA YANG KUPUNYA

Ada Apa dengan Korona
Apa dia mengancam Tuhan
Tidak mungkin

Bukankah Tuhan telah menyandingkan asma indah-Nya dengan nama indah Kekasih Muhammad

Wa KORONA-smahu
Ma’asmihi TANBIHAN
‘Ala Uluwwi Maqamih

Dan Allah sandingkan sendiri
nama DIA dengan namanya…
Sebagai Pertanda
Betapa Luhur Pribadi Muhammad

Wahai Korona
Kalau Kau hanyalah pertanda
akan keluhuran Nabi Muhammad
yang bersanding nama
dengan Asma Allah hingga terukir pasti di dinding-dinding masjid dan mihrab

Maka Kabarkan pada dunia
Tak ada yang patut ditakuti kecuali Allah
Tak Ada yang luhur teladan
kecuali Muhammad
Tak ada yang namanya bersanding,
Korona,
semulia nama Penguasa Wabah
Kecuali Bagindaku
Muhammad

Maka dengan pribadi luhur itu
juga istimewa pribadi Sayyidna Ali
dan dua buah hati
serta Fatimah belahan jiwa Muhammad

Bebaskan Aku dari apa saja
yang menghalangi
pandangan kalbuku
akan kesetaraan nama Muhammad
dengan nama-Mu yang aduhai mempesona

Li khamsatun uthfi-u biha
Harrall waba-il hathimah
Almusthafa wal murtadha
wabnahuma wa fathimah

Wahai Tuhan Pencipta Muhamnad…
Wahai Sang Pencipta Bumi…
Wahai Sang Pencipta Indonesia…

Ampuni, ampuni kami..
Dengan wasilah luhur
lima pribadi yang kupunya
aku memohon pada-Mu…
sebentuk ketentraman sejati
melipat gundah yang entah datangnya dari mana.

Khasiat Telor Bebek Mentah

Kebanyakan kita pasti suka dengan hasil olahan telur, baik telur goreng, telur bali, telur dadar, dan lain sebagainya. Bagaimana jika telur tersebut dikonsumsi mentah-mentah? Sebagian dari kita mungkin akan merasa jijik atau tidak kuat memakannya. Namun tunggu dulu, ternyata mengonsumsi telur mentah memiliki manfaat yang banyak, termasuk disini yang akan kita bahas adalah manfaat mengonsumsi telur bebek mentah. Penasaran bukan? Mari kita simak manfaat telur bebek mentah berikut ini :

Telur bebek banyak sekali mengandung protein, lemak, karbohidrat dan banyak sekali vitamin. Vitamin-vitamin itu diantaranya adalah vitamin A, vitamin B 12, vitamin D, vitamin E, zat besi, natrium yang bermanfaat bagi kesehatan.
Nutrisi dalam telur bebek: 130 kalori, 10 gr lemak, 619 mg kolesterol, 102 sodium, 9 gr protein, dan 1 gr karbohidrat. Selain itu, telur bebek juga mengandung asam omega 3 yang baik untuk kulit dan kesehatan otak.


Pengganti Telur Ayam
Dalam campuran jamu biasanya menggunakan telur ayam, namun bisa juga kita menggantinya dengan telur bebek. Pastinya kita juga akan memperoleh manfaat tambahan yang lainnya.

Meningkatkan Sistem Imun
Kandungan telur bebek berupa protein, lemak dan karbohidrat, dari kandungan protein tersebut terdapat 9 gram protein setiap telurnya. Disisi lain telur bebek mengandung zat besi. Dari kandungan inilah yang nantinya mampu untuk meningkatkan sistem imun atau sistem kekebalan tubuh sehingga menjadikan tubuh tidak rentan terhadap penyakit.

Meningkatkan Fungsi Sel Darah Merah
Keberadan vitamin B-12 dalam telur bebek mampu meningkatkan fungsi sel darah merah. Setiap telur bebek mengandung 3.8 mikrogram vitamin B-12, bahkan melebihi kebutuhan harian kita terkait asupan B-12. Selain itu telur bebek juga mengandung vitamin B kompleks, vitamin D dan vitamin E.

Menyuburkan baik Bagi Pria maupun Wanita 
Kandungan vitamin E dalam telur bebek juga berkhasiat dalam ekspresi gen dan sel sinyal yang merupakan fungsi penting untuk hamil dan mendukung kehamilan yang sehat. Vitamin juga dapat mencegah penurunan ovulasi. Kekurangan vitamin B-12 mampu mengganggu ovulasi atau pembelahan sel yang normal dan bahkan mempengaruhi ovum, oleh karena itu dengan kandungan vitamin B-12 pada telur bebek dapat mencegah kekurangan vitamin B-12. Dalam telur bebek juga terdapat selenium, seperti seng yang merupakan nutrisi penting lain untuk meningkatkan kesuburan baik untuk suami maupun istri.

Mencegah Cacat Lahir dan Keguguran
Kandungan selenium dalam telur bebek juga berkhasiat untuk mencegah kerusakan kromosom. Kekurangan ataupun kerusakan kromosom diketahui dapat menyebabkan bayi lahir dengan cacat maupun keguguran.

Menyehatkan Mata
Vitamin A merupakan vitamin yang sangat baik bagi kesehatan mata kita. Sebutir telur bebek mengandung 472 unit vitamin A, yang merupakan seperlima dari asupan harian yang direkomendasikan untuk memenuhi kebutuhan vitamin A pada wanita dan 16 persen untuk pria.

Menguatkan Tulang dan Gigi
Kandungan vitamin A, vitamin D, vitamin E, kalsium dan vitamin B6 (vitamin yang larut dalam lemak) dalam kuning telur bebek yang cukup besar juga berkhasiat dalam menguatkan struktur pada tulang dan gigi. Pastinya hal ini juga sangat baik bagi anak-anak yang masih berada dalam masa tumbuh kembang.

Meningkatkan Kinerja Otak
Kandungan asam amino, DHA dan klorin yang banyak dalam kuning telur sangat bermanfaat terhadap kinerja otak kita. Kombinasi antara asam amino dan mineral dapat membantu tubuh untuk melakukan regenerasi sel-sel syaraf dengan lebih baik dan efisien. Seperti yang kita ketahui, otak manusia terbentuk dari milyaran sel, dan sebagiannya merupakan sel saraf. Dengan mengonsumsi kuning telur bebek dapat memberikan asupan gizi untuk regenerasi sel-sel saraf.

Menunda Lapar
Kandungan nutrisi dalam kuning telur bebek memiliki jumlah yang cukup besar, bahkan dengan kandungan nutrisi ini cukup untuk mengenyangkan tubuh dibandingkan dengan sepotong roti. Sehingga akan menyimpan rasa kenyang untuk waktu cukup lama. Mengonsumsi kuning telur mentah juga bisa dijadikan alternative selingan makanan dikala diet.

Mencegah dari Radikal Bebas
Kandungan zat antioksidan, vitamin E bermanfaat dalam mempertahankan sel-sel kulit kita dari radikal bebas. Seperti yang diketahui bahwa efek dari radikal bebas dapat merusak sel-sel kulit tertentu sehingga menjadikan kita rentan terhadap masalah tertentu.

Mencegah Kanker Payudara
Kandungan kolin pada kuning telur dapat meregulasi fungsi kardiovaskuler. Berdasarkan penelitian di Universitas of North California menemukan bahwa wanita yang mengonsumsi makanan dengan kolin tinggi memiliki kemungkinan 24 persen lebih kecil mengalami kanker payudara dibandingkan dengan wanita yang tidak mengonsumsinya.

Memenuhi Asupan Mineral –
Dalam telur bebek mengandung zat mineral dengan gizi tinggi. mineral dalam telur bebek dapat memenuhi 15 persen mineral yang direkomendasikan untuk wanita.

Suplemen Seks bagi Pria
Kandungan lemak dan protein yang tinggi dalam telur bebek berkhasiat dalam membantu pertumbuhan sperma dan hormone testosterone dan juga mampu meningkatkan kinerja seks. Karena secara medis telur bebek mampu menyembuhkan lemah syahwat dengan cara mengonsumsinya sehari dua butir. Dan akan lebih baik dan nikmat jika dalam mengonsumsinya dicampur dengan madu atau jamu, dan diengkapi dengan sayur-sayuran dan makanan lain yang mengandung zat besi (Zinc).

Namun perlu diperhatikan, ketika kondisi telah kembali normal, maka konsumsi telur bebek cukup sehari sekali atau seminggu empat kali. Pemilihan telur bebek juga harus diperhatikan, apakah masih alami atau sudah terkontaminasi dengan zat kimia ataukan belum. Sehingga kebersihan telur benar-benar terjaga dan manfaat yang kita inginkan benar-benar kita dapatkan.

Ternyata banyaknya manfaat yang dapat kita peroleh dengan mengonsumsi telur bebek mentah. Terdorong untuk memakan telur bebek mentah juga? Semoga bisa memperoleh manfaat dari telur bebek mentah seperti yang kita inginkan.

Minggu, 01 Maret 2020

Hindari Perbuatan Maksiat Agar Rejeki Tidak Terhalang

Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman dalam Al Qur’an:

اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ (45)

“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-Qur’an) dan dirikanlah shalat! Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kalian kerjakan.” (QS Al-‘Ankabuut: 45)

Ibnu Mas’uud dan Ibnu ‘Abbas radhiallaahu ‘anhumaa berkata:

في الصلاة منتهى ومزدجر عن معاصي الله، فمن لم تأمره صلاته بالمعروف، ولم تنهه عن المنكر، لم يزدد بصلاته من الله إلا بعدًا.

“Di dalam shalat terdapat sesuatu yang dapat menahan dan mencegah seseorang dari mengerjakan perbuatan maksiat kepada Allah. Barang siapa yang shalatnya tidak menyuruhnya untuk melakukan perbuatan ma’ruuf (yang baik) dan tidak melarangnya dari perbuatan mungkar, maka dia hanya membuat dirinya semakin jauh dari Allah dengan shalat tersebut.

Al-Qatadah dan Al-Hasan rahimahumallaah berkata:

من لم تنهه صلاته عن الفحشاء والمنكر فصلاته وبال عليه

“Barang siapa yang shalatnya tidak dapat menahannya dari melakukan perbuatan fahsyaa’ dan mungkar, maka shalatnya tersebut menjadi perusak dirinya.”

وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ

Dan sesungguhnya mengingat Allah adalah lebih besar. Dan Allah mengetahui apa yang kalian kerjakan

Sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:

إِنَّ الرَّجُلَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيْبُهُ

"Sesungguhnya seorang manusia kerap terhalang dari rezeki disebabkan dosa yang dilakukannya."

Takhrij Hadits
Petikan hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam Sunannya jilid II halaman 489 nomor 4087 dari jalur Ali bin Hasan. Ali bin Hasan mendapatkan cerita dari Waki’, dari Sufyan, dari Abdullah bin Isa, dari Abdullah bin Abil Ja’di, dari Tsauban (budak yang dimerdekakan Rasulullah saw.), dari Rasulullah saw. Secara lengkap, hadits tersebut berbunyi:

لاَ يَزِيْدُ فِى الْعُمْرِ إِلاَّ الْبِرُّ وَلاَ يَرُدُّ الْقَدَرَ إِلاَّ الدُّعَاءُ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيْبُهُ

"Tidak dapat menambah usia kecuali kebaikan. Tidak bisa menolak ketentuan (takdir) kecuali doa. Sesungguhnya seorang manusia kerap terhalang dari rezeki disebabkan dosa yang dilakukannya."

As-Suyuthi meletakkan hadits ini dalam “Jami’ Ash-Shaghir”. Menurutnya, selain Ibnu Majah, hadits itu juga diriwayatkan oleh Nasai, Ahmad, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim. Al-Hakim berkata bahwa nilai hadits tersebut shahih. Kesahihan hadits ini dikuatkan oleh Adz-Dzahabi dan Al-Iraqi. Al-Mundziri menegaskan bahwa hadits ini diriwayatkan oleh Nasai melalui jalur periwayatan (isnad) yang shahih. Periksa Faidlul Qadir karya Al-Munawi jilid II halaman 232.

Makna Hadits
Rezeki menurut para ulama ialah “apa saja yang bisa dimanfaatkan (dipakai, dimakan, atau dinikmati) oleh manusia”. Rezeki dengan demikian meliputi uang, makanan, ilmu pengetahuan, rumah, kendaraan, pekerjaan, anak-anak, isteri, kesehatan, ketenangan, dan segala sesuatu yang dirasa nikmat dan membawa manfaat bagi manusia. Selama ini orang banyak mengkaitkan rezeki dengan uang. Hal ini tidak seluruhnya salah, karena pada saat ini dengan uang (fulus), orang bisa meraih kenikmatan dan memperoleh manfaat duniawi dan ukhrawi apa saja. Rezeki merupakan kelengkapan yang pasti dikaruniakan oleh Allah swt. kepada makhluk yang hidup di dunia, khususnya manusia. Sebagaimana ajal, keberadaan rezeki manusia telah dijamin oleh Allah swt. Tidak ada manusia hidup di dunia tanpa dilengkap rezeki. Allah swt. menegaskan:

وَاللهُ الَّذِى خَلَقَكُمْ ثُمَّ رَزَقَكُمْ ثُمَّ يُمِيْتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيْكُمْ

"Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezeki, kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali)." (Q.S. Ar-Ruum: 40)

Manusia dijamin pasti dikarunia rezeki seluruhnya, hanya persoalannya, ada manusia yang rezekinya lancar, ada yang seret, ada yang luas, ada yang sempit, ada yang mudah, ada yang sulit, ada yang murah, ada yang mahal, dan sebagainya. Masing-masing telah ada ukurannya. Hal ini kembali kepada otoritas Allah swt., karena ketentuan rezeki sebagaimana ajal ada di tangan-Nya. Manusia tidak bisa turut campur di dalamnya. Ibaratnya, rezeki adalah nasib.

Meski rezeki tak ubahnya merupakan nasib, untuk mendapatkannya, manusia haruslah berusaha (ikhtiar), sesuai dengan sunnatullah (hukum alam). Manusia tidak boleh menyerah begitu saja. Langit tidak akan menurunkan hujan emas. Rezeki tidak akan turun sekonyong-koyong, tetapi melalui berbagai proses atau jalan. Ada proses bekerja. Ada proses berdoa. Ada proses ketekunan. Ada proses ketabahan. Dan sebagainya.

Di sinilah manusia diuji. Apakah dalam ikhtiarnya untuk mendapatkan rezeki itu, manusia melakukan jalan usaha yang wajar atau tidak wajar (jalan pintas) seperti dengan menggelapkan atau dengan memperalat jin (istikhdam). Apakah dalam mencari rezeki, manusia melewati proses yang halal atau proses yang haram. Apakah ada ungkapan syukur setelah mendapatkan rezeki melimpah. Adakah sikap sabar dan tabah manakala rezekinya seret.

Atas dasar ini, dalam mencari rezeki, manusia harus memakai cara-cara yang elegan dan islami, tidak tergesa-gesa dalam mendapatkannya dengan mengambil jalan pintas yang tidak halal, atau mengejarnya habis-habisan hingga mengabaikan aspek ibadah dan dakwah, toh pada akhirnya rezeki manusia telah ada takarannya. “Tidak akan lari gunung dikejar.” Manusia tidak akan mati kecuali rezekinya telah disempurnakan. Rezeki itu bahkan akan selalu mengejar manusia sebagaimana manusia dalam hidupnya akan selalu dikejar oleh ajal kematian. Sabda Rasulullah saw. memperingatkan:

يَاأَيُّهَا النَّاسُ ! اِتَّقُوا اللهَ وَأَجْمِلُوْا فِى الطَّلَبِ ؛ فَإِنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوْتَ حَتَّى تَسْتَوْفِيَ رِزْقَهَا وَإِنْ أَبْطَأَ عَنْهَا . فَاتَّقُوْا اللهَ وَأَجْمِلُوْا فِى الطَّلَبِ : خُذُوْا مَا حَلَّ وَدَعُوْا مَا حَرُمَ – رواه ابن ماجه والحاكم

"Wahai sekalian manusia, takutlah kepada Allah dan lakukanlah keanggunan dalam mencari rezeki, karena sesungguhnya jiwa manusia tidak akan mati sehingga disempurnakan rezekinya, walaupun ia lamban dalam bergerak mencarinya. Takutlah kepada Allah dan lakukanlah keanggunan dalam mencari rezeki. Ambillah rezeki yang halal dan tinggalkanlah rezeki yang haram." (H.R. Ibnu Majah dan Al-Hakim)

Hadits tersebut di atas menyatakan bahwa perbuatan dosa dan ma’shiat yang dilakukan oleh manusia yang beriman bisa menghambat kelancaran rezekinya. Rezeki orang yang beriman bisa seret, sempit, sulit, dan mahal, manakala dirinya melakukan perbuatan dosa dan ma’shiat kepada Allah swt.

Mengapakah hujan tidak turun? Mengapakah musim panen gagal? Mengapakah terjadi krisis di negeri muslim? Mengapakah perputaran uang tiba-tiba berubah menjadi seret? Mengapakah ilmu pengetahuan sulit ditangkap? Mengapakah hapalan mudah lepas? Bila fenomena itu terjadi, agaknya kita perlu mengoreksi diri, jangan-jangan ada perbuatan dosa dan ma’shiat yang terjadi di sekitar kita, bahkan melibatkan diri kita.

Jika kita rutin dan giat menjalankan shalat, misalnya, tiba-tiba rutinitas itu mandeg, kegiatan itu tiba-tiba kendor, dan pada saat yang sama rezeki kita tampak seret, tidak seperti biasanya, maka kita harus menginsafi diri. Boleh jadi itu adalah peringatan dari Allah swt. agar kita tidak mandeg dan kendor dalam menjalankan ibadah. Kemandegan dan kekendoran dalam ibadah itu boleh jadi merupakan faktor yang menjadi penghalang datangnya karunia Tuhan kepada kita secara luas.

Imam Malik bin Anas begitu kagum terhadap kecerdasan Asy-Syafii, santrinya. Imam Malik bin Anas, sang guru, lalu berpesan kepada Asy-Syafii, “Sesungguhnya aku melihat Allah telah menaruh cahaya di hatimu, maka jangan engkau padamkan cahaya itu dengan kema’shiatan.” (Al-Jawab Al-Kafi, Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah: 82)

Asy-Syafii bersenandung yang cukup terkenal di dunia pendidikan Islam. Senandung ini kami dapati dalam kitab karya Al-Muhasibi berjudul “Risalatul Mustarsyidin” yang disunting oleh Abdul Fattah Abu Ghaddah halaman: 218:

شَكَوْتُ إلى وكيع سوء حفظى فأرشدنى إلى ترك المعاصى
فأخبرنى بأن العلم نور ونور الله لا يهدى للعاصى

Aku mengeluhkan jeleknya hafalanku kepada guru Waki’. Beliau lalu memberi petunjuk kepadaku agar meninggalkan kema’shiatan. Beliau menjelaskan kepadaku bahwa ilmu merupakan cahaya dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada orang yang berma’shiat.

Waki’, nama lengkapnya adalah Waki’ bin Jarrah Al-Kufi. Ibnu Hajar menceritakan bahwa Waki’ adalah orang yang sangat kuat dalam menghafal. Jika kebanyakan orang menghafal secara memaksa atau “ngoyo”, dia menghafal justru secara alamiah. Ali bin Khasyram berkata, “Aku melihat Waki’ dan aku tidak pernah melihat tangannya membawa buku. Ternyata dia menghafal. Aku bertanya kepadanya: “Apakah obat agar kuat hafalan?! Waki’ menjawab, “Meninggalkan kema’shiatan.”

Imam Abu Hanifah ra., manakala menjumpai suatu problem dalam menyelesaikan masalah, dia berujar kepada santri-santrinya, “Hal ini tidak terjadi kecuali karena dosa yang baru saja aku lakukan.” Beliau lalu beristighfar, dan kadang langsung beranjak shalat, maka tersingkaplah masalah yang menjadi problem baginya itu, seraya berkata, “Mudah-mudahan taubatku diterima.” Cerita ini kemudian sampai kepada Fudhail bin Iyadh. Demi mendengar cerita itu Fudhail bin Iyadh menangis keras-keras kemudian berkata, “Itu dilakukan Abu Hanifah karena sedikitnya dia memiliki dosa, adapun selain Abu Hanifah tidaklah memperhatikan perkara ini.”

Sahabat Abdullah bin Abbas ra. menegaskan fakta ini. Katanya, “Sesungguhnya amal kebajikan memiliki cahaya di dalam dada, keceriaan pada muka, kekuatan di badan, keluasan dalam rezeki, dan kecintaan di hati para makhluk, sedang perbuatan dosa memiliki kegelapan di dalam hati, keburukan di muka, kelemahan di tubuh, kekurangan dalam rezeki, dan kebencian di hati para makhluk.” (Risalatul Mustarsyidin, Al-Muhasibi: 218)

Sahabat Abdullah bin Mas’ud ra. berkata, “Aku berkeyakinan seseorang bisa jadi lupa terhadap suatu ilmu yang dulunya dikuasai adalah dikarenakan dosa yang diperbuatnya.”

Atas dasar ini, manakala terasa dikarunia rezeki dari Allah swt. apakah berupa uang, ilmu pengetahuan, makanan, rumah, pekerjaan, kesehatan, rumah tangga yang harmonis, atau lainnya, maka hal itu harus diupayakan kelestariannya. Caranya tiada lain ialah dengan menjauhi dan menghindari perbuatan dosa dan mas’shiat. Hal ini karena perbuatan dosa dan mas’shiat di kala menerima nikmat berupa rezeki akan bisa menghambat atau memutus kelancaran rezeki itu. Dalam syair dikatakan:

إِذَا كُنْتَ فى نعْمَةٍ فارعها إن المعاصي تزيل النعم

Jika kamu berada dalam suatu nikmat maka peliharalah nikmat itu. Sesungguhnya kema’shiatan bisa melenyapkan nikmat-nikmat itu.

Hadits tersebut di atas menyatakan bahwa perbuatan dosa bisa menghambat rezeki. Di balik kandungan hadits ini tersirat pengertian bahwa giat beribadah akan bisa memperlancar aliran rezeki dari Tuhan kepada manusia.

Hal ini berarti semakin seseorang giat beribadah maka rezekinya akan semakin lancar. Allah swt. memberikan jaminan dalam kitab suci Al-Qur’an bahwa seandainya penduduk bumi beriman dan bertakwa niscaya pintu-pintu keberkahan bumi akan dibuka lebar-lebar. Barangsiapa bertakwa maka Allah akan memberikan jalan keluar kepadanya sekaligus memberikan rezeki kepadanya dari arah yang tidak disangka-sangka.
Dengan demikian tidak didapati pertentangan antara ibadah dengan mencari rezeki. Inilah Islam dan inilah ajaran yang dideklarasikan oleh baginda Rasulullah saw. Pandangan sementara kalangan yang menyatakan bahwa ibadah akan menghambat rezeki atau rezeki tidak akan berjalan dengan aktivitas ibadah yang baik merupakan pandangan yang tidak berdasar fakta. Ibadah kenyataannya justru menjadi sinergi bagi aktivitas mencari rezeki.

Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda

Hilang Kebencian Agar Tak Menghalangi Ampunan Alloh

Dalam kitab Ma Dza Fi Sya’ban, Sayyid Muhammad Al-Maliki Al-Hasany menyebutkan beberapa dosa yang dapat menghalangi ampunan Allah. Di antaranya adalah kebencian kepada orang lain. Hal ini sebagaimana sabda Nabi Saw:

تُفْتَحُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ يَوْمَ اْلإِثْنَيْنِ وَالْخَمِيْسِ فَيُغْـفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ لاَ يُشْرِكُ بِاللهِ شَيْئًا إِلاَّ رَجُلاً كَانَ بَيْـنَهُ وَبَيْنَ أَخِيْهِ شَحْنَاءُ فقال : أَنْظِرُوْا هَذيْنِ حَتَّي يَصْطَلِحَا

“Pintu–pintu surga dibuka pada hari Senin dan Kamis, lalu setiap hamba yang tidak menyekutukan sesuatu apa pun dengan Allah mendapat ampunan, kecuali lelaki yang antaranya dan saudaranya ada kebencian. Dia lalu berfirman: “Tangguhkanlah kedua orang ini sampai mereka berdamai”

Semestinya kebencian wajib dihilangkan dari hati seorang yang beriman kepada Allah dalam setiap waktu. Walaupun demikian, kewajiban menghilangkan kebencian ini semakin dikuatkan pada waktu-waktu utama dan penuh berkah, seperti bulan Sya’ban, bulan Ramadhan, hari Senin dan Kamis dan seterusnya.

Sungguh tak ada alasan bagi kita untuk membenci orang lain terutama dengan orang yang seiman. Karena jangankan untuk membenci, kita malah tidak berhak berprasangka buruk sedikit pun kepada orang lain. Apabila terdapat sesuatu yang tidak disukai dari orang lain, maka kita dituntut untuk memaafkan dan tidak menampakkan rasa kesal, marah dan kebencian. Dalam Alquran surat Ali ‘Imran ayat 33-34, Allah berfirman;

 وَسَارِعُوٓا۟ إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلْكَٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ  وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”

Selain itu kebencian dapat mengundang datangnya keburukan-keburukan yang lain. Kebencian membuat kita melupakan kebaikan seseorang terhadap kita, menjadikan kita mengungkit kebaikan kita terhadapnya, mengingat semua kesalahannya, dan melupakan kesalahan kita kepadanya.

Kebencian juga membuat kita tidak peduli dengan nasehat kebenaran, karena melihat darimana asalnya nasehat tersebut. Apabila nasehat kebenaran itu datang dari orang yang kita benci, kita cenderung tidak akan menerima. Ada banyak keburukan yang timbul karena berawal dari kebencian, sehingga dapat kita maklumi apabila kebencian ini dapat menghalangi ampunan Allah.

Semoga kita semua digolongkan sebagai orang-orang yang mendapatkan limpahan Rahmat Ampunan Alloh swt.  Amiin