Translate

Senin, 05 Juli 2021

Kisah Nabi Hizqil Dan Bani Israel Yang Takut Kematian

 Nabi Hizqil hidup sekitar tahun 591 SM, diperkirakan pada masa setelah Nabi Musa as dan sebelum Nabi Daud as. Nabi Hizqil bukan termasuk dalam 25 nabi yang wajib diketahui kisahnya. Nabi Hizqil merupakan orang yang sangat sholeh. Diceritakan bahwa Allah selalu menjauhkan Nabi Hizqil dari berbagai dosa. Menurut Ibnu Katsir dalam Kitab Qishashul Anbiya, menerangkan bahwa Nabi Hizqil adalah putra dari Budzi. Adapun makna dari nama Hizqil adalah ”Allah menyucikannya”. 

Al-Thabari menambahkan pendapatnya tentang siapa Nabi Hizqil. Dalam kitabnya Tarikh al-Rusul wa al-Muluk beliau menjelaskan, bahwasanya Hizqil termasuk salah seorang Nabi yang diutus oleh Allah Swt untuk Bani Israil. Nabi Hizqil adalah satu diantara para Nabi yang bertanggung jawab terhadap Bani Israil. Nabi Hizqil juga merupakan Nabi yang memiliki mukjizat luar biasa, yaitu bisa menghidupkan kembali orang-orang yang sudah mati, sebagaimana mukjizat yang dimiliki oleh Nabi Isa As. 

Alkisah di masa pra Islam, terdapat sebuah negeri bernama Dawirdan (Jawurdan). Bani Israil tinggal di sana dengan populasi yang sangat besar. Ada yang berkata jumlah mereka 4 ribu atau 8 ribu. Namun ada pula yang menuturkan jumlahnya mencapai 30 ribu atau 40 ribu orang.

Suatu hari, wabah tha’un melanda negeri tersebut. Penyakit mematikan itu menghantui dan menakuti penduduk negeri. Mereka sangat takut mati hingga setiap penduduk berkemas meninggalkan desa. Mereka lari menghindari wabah dengan keyakinan dapat lari pula dari kematian.

Puluhan ribu orang Bani Israil itu pun bereksodus meninggalkan Dawirdan. Mereka pindah ke suatu tempat di dataran rendah yang diyakini aman dari wabah Tha’un.

Mereka bersuka cita dengan negeri baru yang akan mereka tempati. Dengan sombong mereka merasa dapat melawan kematian dan akan hidup dengan usia yang sangat lama.

Namun Allah lah Sang Maha Kuasa dan Yang Maha Mematikan. Rabb Ta’ala mengutus dua malaikat ke dataran rendah negeri baru warga Dawirdan. Salah satu malaikat berada di atas lembah dekat negeri tersebut. Adapun satu malaikat lain menuju bagian bawahnya.

Serentak, kedua malaikat meneriakkan sebuah pekikkan. Lalu matilah seluruh Bani Israil di negeri tersebut. Tak ada satu pun dari mereka yang tersisa. Semuanya tergeletak menjadi mayat,bergelimpangan tak ada yang mengurus.

Waktu berlalu, tak ada yang tahu mengenai negeri tersebut. Mayat-mayat penduduknya terkubur sendirinya. Mereka membusuk dan tersisa belulang saja.

Tulang satu dengan tulang lain pun tercerai berai. Bahkan andai ada sekumpulan arkeolog pun, mereka tak akan sanggup untuk menyatukan rangka puluhan ribu mayat Bani Israil yang amat berantakan itu.

Hingga kemudian, dengan takdir Allah Subhanahu wa ta'ala, seorang Nabi melewati bekas negeri tersebut. Ia bukan lah salah satu dari 25 nabi yang dikenal. Namun sang Nabi merupakan salah satu manusia pilihan Allah Subhanahu wa ta'ala. Sebagian pendapat, nama nabi tersebut ialah Hizqil 'Alaihissalam.

Nabi Hizqil 'Alaihissalam tengah memikirkan bagaimana cara Allah membangkitkan orang-orang mati kelak di hari akhir. Ia sangat penasaran dengan keajaiban tersebut. Nabi Hizqil 'Alaihissalam pun kemudian berdoa agar Allah Subhanahu wa ta'ala menunjukkannya, yakni menunjukkan kebangkitan manusia dari alam kubur yang tak lagi tersisa kecuali tulang yang telah membusuk.

Allah Subhanahu wa ta'ala kemudian membangkitkan kembali warga Dawirdan yang telah musnah. Tulang belulang mereka yang tercerai berai disatukan kembali dengan sempurna.

Lalu tulang tersebut terbungkus kembali dengan daging, otot dan kulit. Kembali pula satu per satu anggota tubuh mereka, kemudian ruh-ruh mereka. Puluhan ribu Bani Israil itu pun hidup kembali setelah puluhan tahun dimusnahkan.

Nabi Hizqil 'Alaihissalam menyaksikan peristiwa luar biasa itu dengan kedua matanya. Sementara penduduk Dawirdan yang bangkit dari kubur merasa baru saja bangun dari tidur yang amat panjang.

“Maha suci bagi Allah, tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah,” ucap mereka.

Alloh Berfirman Dalam Surat Al-baqarah Ayat 243

{أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ خَرَجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَهُمْ أُلُوفٌ حَذَرَ الْمَوْتِ فَقَالَ لَهُمُ اللَّهُ مُوتُوا ثُمَّ أَحْيَاهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَشْكُرُونَ

Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang keluar dari kampung halaman mereka, sedangkan mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati, maka Allah berfirman kepada mereka, "Matilah kalian," kemudian Allah menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa jumlah mereka adalah empat ribu orang, dan diriwayatkan pula darinya bahwa jumlah mereka adalah delapan ribu orang. Abu Saleh mengatakan, jumlah mereka adalah sembilan ribu orang. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas pula bahwa jumlah mereka adalah empat puluh ribu orang.

Wahb ibnu Munabbih dan Abu Malik mengatakan, mereka terdiri atas tiga puluh ribu orang lebih. Diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa mereka adalah penduduk sebuah kota yang dikenal dengan nama jawurdan. Hal yang sama dikatakan oleh As-Saddi dan Abu Saleh, tetapi ditambahkan bahwa mereka dari arah Wasit.

Sa'id ibnu Abdul Aziz mengatakan bahwa mereka adalah penduduk negeri Azri'at Sedangkan menurut Ibnu Juraij, dari Ata, hal ini hanyalah semata-mata misal (perumpamaan) saja.

Ali ibnu Asim mengatakan bahwa mereka adalah penduduk kota Zawurdan yang jauhnya satu farsakh dari arah Wasit.

Waki' Ibnul Jarrah di dalam kitab tafsirnya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Maisarah ibnu Habib An-Nahdi, dari Al-Minhal ibnu Amr Al-Asadi, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan deagan firman-Nya: Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang keluar dari kampung halaman mereka, sedangkan mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati. (Al-Baqarah: 243)

Ibnu Abbas mengatakan bahwa jumlah mereka ada empat ribu orang; mereka keluar meninggalkan kampung halamannya untuk menghindari penyakit ta'un yang sedang melanda negeri mereka. Mereka berkata, "Kita akan mendatangi suatu tempat yang tiada kematian padanya." Ketika mereka sampai di tempat anu dan anu, maka Allah berfirman kepada mereka: Matilah kalian! (Al-Baqarah: 243) Maka mereka semuanya mati. Kemudian lewatlah kepada mereka seorang nabi, lalu nabi itu berdoa kepada Allah agar mereka dihidupkan kembali, maka Allah menghidupkan mereka. Yang demikian itu dinyatakan di dalam firman-Nya: Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang keluar dari kampung halaman mereka, sedangkan mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati. (Al-Baqarah: 243), hingga akhir ayat.

Bukan hanya seorang saja dari kalangan ulama Salaf menyebutkan bahwa mereka adalah suatu kaum penduduk sebuah negeri di zaman salah seorang nabi Bani Israil. Mereka bertempat tinggal di kemah-kemahnya di tanah kampung halaman mereka. Akan tetapi, datanglah wabah penyakit yang membinasakan, menimpa mereka. Akhirnya mereka keluar menghindari maut ke daerah-daerah pedalaman.
Mereka bertempat di sebuah lembah yang luas, dan jumlah mereka yang banyak itu memenuhi lembah tersebut. Maka Allah mengirimkan dua malaikat kepada mereka; salah satunya dari bawah lembah, sedangkan yang lainnya datang dari atasnya. Kedua malaikat itu memekik sekali pekik di antara mereka, akhirnya matilah mereka semuanya seperti halnya seseorang mati. Kemudian mereka dikumpulkan di kandang-kandang ternak, lalu di sekitar mereka dibangun tembok-tembok (yang mengelilingi) mereka. Mereka semuanya binasa dan tercabik-cabik serta berantakan.

Setelah lewat masa satu tahun, lewatlah kepada mereka seorang nabi dari kalangan nabi-nabi Bani Israil yang dikenal dengan sebutan Hizqil. Lalu Nabi Hizqil meminta kepada Allah agar mereka dihidupkan kembali di hadapannya, dan Allah memperkenankan permintaan tersebut. Allah memerintahkan kepadanya agar mengucapkan, "Hai tulang belulang yang telah hancur, sesungguhnya Allah memerintahkan kepada kamu agar berkumpul kembali!" Maka tergabunglah tulang-belulang tiap jasad sebagian yang lain menyatu dengan yang lainnya. Kemudian Allah memerintahkan kepada nabi tersebut untuk mengucapkan, "Hai tulang-belulang yang telah hancur, sesungguhnya Allah memerintahkan kepadamu untuk memakai daging, urat, dan kulitmu!" Maka terjadilah hal tersebut, sedangkan nabi menyaksikannya. Kemudian Allah Swt. memerintahkan kepada nabi untuk mengatakan.”Hai para arwah, sesungguhnya Allah memerintahkan kepadamu agar setiap roh kembali kepada jasad yang pernah dimasukinya!" Maka mereka bangkit hidup kembali seraya berpandangan; Allah telah menghidupkan mereka dari tidurnya yang cukup panjang itu, sedangkan mereka mengucapkan kalimat berikut: Mahasuci Engkau, tidak ada Tuhan selain Engkau.

Dihidupkan-Nya kembali mereka merupakan pelajaran dan bukti yang akurat yang menunjukkan bahwa kelak di hari kiamat jasad akan dibangkitkan hidup kembali. Karena itulah Allah Swt. berfirman:

{إِنَّ اللَّهَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ}

Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia. (Al-Baqarah: 243)

Yakni melalui ayat-ayat (tanda-tanda) yang jelas yang diperlihatkan kepada mereka, hujah-hujah yang kuat, dan dalil-dalil yang akurat.

{وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَشْكُرُونَ}

Akan tetapi, kebanyakan manusia tidak bersyukur. (Al-Baqarah: 243)

Yaitu mereka tidak menunaikan syukurnya atas limpahan nikmat yang telah diberikan oleh Allah kepada mereka dalam urusan agama dan keduniawian mereka.

Di dalam kisah ini terkandung pelajaran dan dalil yang menunjukkan bahwa tiada gunanya kewaspadaan dalam menghadapi takdir, dan tidak ada tempat berlindung dari Allah kecuali hanya kepada Dia. Karena sesungguhnya mereka keluar untuk tujuan melarikan diri dari wabah penyakit mematikan yang melanda mereka agar hidup mereka panjang.

Akan tetapi, pada akhirnya nasib yang menimpa mereka adalah kebalikan dari apa yang mereka dambakan, dan datanglah maut dengan ccpat sekaligus membinasakan mereka semuanya.

Wallohu Waliyyul Musta'an