Translate

Sabtu, 16 Desember 2023

Sejarah Etnis Rohingya

Menulis tentang Rohingya adalah suatu kewajiban sejarah. Karena, etnis minoritas Myanmar yang tertindas berpuluh-puluh tahun di negerinya sendiri ini disebut oleh Medicine Sans Frontiers (MSF) sebagai “one of the ten world populations in danger of existence and survival.” Alias satu dari populasi masyarakat dunia yang terancam eksistensinya. 

Human Rights Watch, organisasi internasional yang bergerak di bidang HAM, secara tegas menyebut dalam laporannya pada April 2013 bahwa Myanmar telah melanggar HAM dengan melakukan kampanye pembersihan etnis Rohingya, utamanya pada tahun 2012. Sebegitu serius kasus etnis yang dikenal sebagai ‘stateless and forgotten people’ ini, namun ternyata tidak banyak warga dunia yang akrab dengan isu ini. Sama halnya dengan di Indonesia. Warga di negeri muslim terbesar di dunia ini banyak yang baru terbuka mata dan telinganya ketika mendengar dan membaca ribuan etnis Rohingya terdampar di Aceh dan Sumatera Utara sebagai manusia perahu (boat people) sejak tahun 2008. Dapat dikatakan, ‘popularitas’ Rohingya sebagai etnis tertindas kalah jauh apabila dibandingkan dengan warga terdiskriminasi lainnya seperti orang Palestina, Kurdi, Gypsy, Armenia, dan lain-lain. Sejatinya, Rohingya adalah nama kelompok etnis yang tinggal di negara bagian Arakan/ Rakhine sejak abad ke 7 Masehi (788 M). Ada beberapa versi tentang asal kata “Rohingya”. Rohingya berasal dari kata “Rohan” atau “Rohang”, nama kuno dari “Arakan”. Sehingga orang yang mendiaminya disebut “Rohingya”. 

Akar masalah pengungsi Rohingya harus segera diselesaikan, yakni kekerasan yang terus terjadi di Myanmar akibat pertentangan antara junta militer dan warga sipil. Kondisi itu telah memaksa warga Rohingya untuk meninggalkan negara itu, dan banyak di antara mereka akhirnya masuk ke Indonesia.

Menurut UNHCR, Rohingya adalah kelompok etnis minoritas Muslim yang telah tinggal selama berabad-abad di Myanmar - negara yang mayoritas penduduknya beragama Buddha.
 
Islam di Myanmar

Pembahasan mengenai Rohingya terkait erat dengan sejarah Islam di Myanmar (Dulu Burma). Perlu diketahui, Islam pertama kali dibawa masuk oleh para pedagang Arab pada 1055. Mereka pertama kali menginjakkan kaki di delta Sungai Irrawaddy, pesisir Tanintharyi dan Arakan (kini negara bagian Rakhine).
Seperti di daerah lain, kedatangan pedagang Arab tak cuma sebatas hanya berdagang. Mereka juga melakukan penyebaran agama ke penduduk lokal, sehingga terjadi proses Islamisasi. Perlahan, proses Islamisasi itu semakin masif hingga membentuk komunitas-komunitas Muslim di Myanmar, khususnya di daerah Arakan.

Sampai akhirnya, singkat cerita, titik balik perkembangan Islam di Arakan terjadi ketika Narameikhla (nama lain: Naramakhbala) menjadi penguasa daerah pada 1430 dengan mendirikan Kerajaan Mrauk U. Sebelumnya, Narameikhla sempat mengasingkan diri ke Benggala untuk meminta tolong ke Sultan Bengal. Di sana dia menganut agama Islam dan mengubah nama menjadi Suleyman Shah.
Di bawah kekuasaan Suleyman, daerah Arakan menjadi tempat subur perkembangan Islam. Masjid dapat berdiri dan dakwah Islam bisa bebas disebarkan. Ekonomi pun bisa menjadi maju.

Dalam catatan Bakhouya Driss dalam "Rohingya Minority in Myanmar Between the Religious Persecution and The Reality of Constitutional" (2016), periode kekuasaan Mrauk U selama 350 tahun (1430-1784) menjadi masa-masa keemasan umat Islam di Burma.

Mereka mendominasi bisnis dan mempunyai banyak lahan pertanian dan bangunan. Bahkan, mereka memiliki 60%-70% properti di wilayah yang kini sempat menjadi ibukota Myanmar modern, Yangon.

Sayangnya, pada tahun 1784 terjadi perubahan kondisi. Invasi Kekaisaran Burma (Dinasti Konbaung) ke wilayah Arakan membuat Kerajaan Mark U runtuh. Kekaisaran Burma yang mayoritas beragama Budha praktis membuat perkembangan Islam di daerah tersebut mengalami kemunduran. Hal-hal berbau Islam perlahan mulai dihilangkan.
Dalam laporan Al Jazeera, situasi perlahan mulai berubah ketika Inggris berkuasa di Myanmar dalam kurun 1824-1948. Sepanjang masa penjajahan, terjadi migrasi buruh dari India dan Bangladesh. Mereka yang beragama Islam juga ikut serta dalam proses migrasi.
Dalam perkembangannya, migrasi ini kemudian dipandang negatif oleh mayoritas penduduk Myanmar. Terlebih, politik kolonial Inggris yang membuat segregasi antara Muslim dan non-Muslim semakin memperkeruh suasana.

Kemunculan Nasionalisme

Gaung nasionalisme yang melanda dunia abad ke-20 muncul juga di Burma. Pada 1920-an, hadir Partai Thakin yang mengusung ideologi nasionalisme. Namun, nasionalisme ini mengutamakan kelompok atau bangsa Burma semata, bahkan secara spesifik anti-India dan anti-Muslim.

Menurut Anthony Ware & Costas Loutides dalam Myanmar's 'Rohingya' Conflict (2018), sikap antipati yang tumbuh terhadap kedua kelompok itu disebabkan karena Inggris sangat bergantung ke keduanya. Sebab, kedua kelompok itu banyak yang bekerja sebagai pegawai negeri dan sektor pertanian.
"Dengan menumbuhkan sikap demikian terjadi pemecahan terhadap dua kelompok selamanya. Jika itu terjadi, maka Thakin akan lebih mudah memerintah," tulis Ware & Loutides.

Partai Thakin di masa depan memainkan peran penting dalam pergerakan kemerdekaan dan tata negara Burma, salah satunya, berhasil membentuk Tentara kemerdekaan Burma yang jadi cikal bakal militer modern Myanmar, Tatpidyaw.

Kelak, nasionalisme semacam inilah, yang menurut Ware & Loutides, mengobarkan kebencian mendalam di kalangan penduduk Burma. Alhasil, membuat komunitas Muslim, yang mayoritas berada di Arakan dianggap ancaman nasional.

Akibat dianggap ancaman itulah, terjadi represi dari militer dan Partai Thakin ke Muslim dan juga India. Dalam data yang dihimpun Ware & Loutides, ada ribuan desa Muslim yang hancur dan 100 ribu Muslim yang dibunuh pada 1930-an. Bersamaan dengan itu pula ada pemindahan paksa penduduk Muslim dari Selatan ke Utara Sungai Kaladen.

Istilah 'Rohingya' dan Mula Pengusiran
Singkat cerita, pada 1948 Burma merdeka dari tangan Inggris. Kemerdekaan ini sama sekali tidak melibatkan komunitas Muslim di Arakan. Bahkan, mereka juga tidak dianggap bagian dari Myanmar. Padahal, pemerintah Inggris sempat berjanji akan memberi otonomi khusus kepada mereka.

Ini bisa terjadi bukan karena sikap ultranasionalis saja, tetapi juga manuver-manuver yang dilakukan komunitas Muslim. Sebab, dalam masa-masa menuju kemerdekaan, Muslim Arakan sempat ingin merdeka dari Burma dan ingin dengan Pakistan Timur (Kini Bangladesh).

Akibatnya, pemerintah baru yang menjadikan Budha sebagai agama negara menganggap apapun yang berkaitan dengan Muslim-Arakan itu salah. Bahkan, tulis laporan Human Right Watch (2000), pemerintah memandang migrasi yang terjadi pada masa pemerintahan Inggris sebagai ilegal, dan atas dasar inilah mereka menolak kewarganegaraan mereka.

Ketika muncul sikap represi ini, tulis Haradhan Kumar Mohajan dalam "History of Rakhine State and the Origin of the Rohingya Muslims" (2018), komunitas Muslim di Arakan (kelak berubah nama menjadi Rakhine) menggunakan istilah 'Rohingya' sebagai identitas baru.
Ayu Chan dalam riset "The Development of a Muslim Enclave in Arakan (Rakhine) State of Burma" (2005) mencatat istilah 'Rohingya' pertama kali muncul tahun 1950. Sebelumnya, kaum Muslim Arakan tidak menggunakan istilah itu dan pemerintah hanya menyebutnya sebagai 'Kaum Bengal'.

Penyebutan Bengal didasarkan fakta bahwa orang Rohingya secara fisik, budaya dan bahasa memiliki kemiripan budaya orang-orang Bengali dari Asia Selatan. Perbedaan fisik inilah yang kemudian menjadi dasar pemerintah melakukan represi ke Rohingya sejak tahun 1950-an.

Mereka ingin mengusir kaum Rohingya hanya karena mereka Muslim dan berbeda fisik. Isu rasis semacam ini lantas dikuatkan oleh aturan Kewarganegaraan Myanmar tahun 1982. Di aturan itu, Rohingya bukan warga negara Myanmar dan dianggap hanya pendatang.
Alhasil, penduduk Rohingya yang sudah ada di Rakhine sejak tahun 1055 dan sempat berjaya di Myanmar, terusir dari tempat tinggalnya.
 
Pemerintah tak ada lagi keharusan mengurus mereka karena dianggap bukan warga negara Myanmar. Akibat tak ada kewajiban tersebut, pemerintah bertindak semena-mena: melakukan pembunuhan dan pengusiran.
Menurut Haradhan Kumar Mohajan faktor lain yang membuat tindakan biadab ini terjadi karena otoritas Myanmar melihat orang Rohingya memiliki hubungan dengan dengan Al-Qaeda dan Taliban. Lalu, mereka juga perlahan secara demografis mulai meningkat pesat yang membuat umat Budha merasa ketakutan.

Beranjak dari penerapan aturan tersebut, penduduk Rohingya mulai bermigrasi ke negara-negara tetangga, seperti Bangladesh, Malaysia, Thailand, dan Indonesia. Namun, satu per satu negara tetangga mulai menutup pintu bagi mereka.

Bersamaan dengan itu pula sikap represi semakin parah. Penduduk Rohingya terus-terusan dibantai dan diusir. Hak dasar manusia tak lagi diperoleh mereka.

Parahnya lagi, perlakuan pemerintah ke Rohingya dilakukan untuk pencitraan politik. Junta militer dengan heroik melakukan pembantaian ke Rohingya supaya sorotan publik terhadap segudang masalah di Myanmar dapat teralihkan.

Sampai sekarang, semua tindakan itu masih terjadi. Sejauh ini menurut data UN Refugees (Agustus 2023) sudah lebih 1 juta penduduk Rohingya yang terusir dari tanah kelahirannya. PBB pun mencatat Rohingnya sebagai kelompok paling teraniaya di dunia.

Kamis, 19 Oktober 2023

Makna Filosofi Punakawan

 Wayang dalam budaya Jawa merupakan bentuk kesenian yang tidak hanya berfungsi sebagai hiburan namun juga media penyampaian pesan dan filosofi.


Dalam sebuah pertunjukan wayang biasanya akan ditampilkan tokoh-tokoh pewayangan, salah satunya dijuluki dengan Punakawan.


Makna filosofi Punakawan dalam pewayangan merupakan ciptaan orang Jawa yaitu Sunan Kalijaga, di mana keempat tokoh tersebut digunakan untuk menyebarkan agama Islam dengan metode dakwah.


Asal usul anak-anak Semar berkaitan dengan proses penciptaan yang dilakukan tokoh setengah dewa itu. Anak tertua dan kedua, yaitu Gareng dan Petruk merupakan hasil dari proses pemujaan Semar. Anak ketiga, Bagong, diciptakan saat Semar memerlukan teman ketika berkunjung ke dunia, sehingga tercipta Bagong dari bayang-bayang Semar, dengan perawakannya yang pendek dan gemuk mirip postur Semar. Sedangkan, Semar sendiri adalah dewa yang bernama Betara Ismaya, yang bersaudara dengan Betara Manikmaya (Betara Guru), anak Sang Hyang Tunggal.


Semar diberi tugas untuk mengasuh keturunan dewa, yaitu Pandawa. Ia pun berubah wujud ketika berada di dunia sebagaimana yang kita kenal sekarang. Peranan para Punakawan dalam cerita wayang adalah mendampingi seorang kesatria, yang biasanya lekat dengan kesatria Pandawa, seperti Arjuna. Mereka diberi tugas untuk 

(1) menemani dan mengabdi sang kesatria; 

(2) membimbing, menasihati; 

(3) menghibur sambil menyampaikan pesan-pesan kebaikan.


Mereka adalah teman seperjalanan ketika sang kesatria mengembara, berburu, atau melakukan perjalanan ke suatu negeri tertentu.


Di dalam dunia pewayangan, karakter setiap tokoh pada dasarnya tercermin dari berbagai bentuk visual yang secara langsung dilihat penonton dan diinterpretasikan menjadi sebuah konsep. 


Selain itu, Punakawan juga memiliki karakter masing-masing yang tentunya patut untuk diselami lebih dalam. 


Pertama, Semar merupakan tokoh yang digambarkan memiliki wajah dengan kelopak mata yang lebar dan menyipit, hidung pesek, mulut yang lebar dan membentuk garis ke bawah, kodisi dagu yang lebih panjang. Dalam pewayangan, mata Semar diceritakan senantiasa berair. Dari wajah yang murung demikian itu mengesankan adanya kemurungan yang berasal dari kondisi jiwa, sehingga menggambarkan kesedihan. Kesedihan itu berkorelasi dengan perasaannya yang nelangsa (merana), prihatin terhadap keadaan manusia di dunia. Di wajah Semar tersebut tersirat filosofi umat manusia yang menderita oleh nafsu duniawi. Ia tahu apa yang dihadapi manusia, sehingga petuah dan ucapannya akan memberi pengajaran agar manusia memperoleh pencerahan dalam mengenali dirinya.


Kedua, Gareng sebagai anak tertua Semar ini dalam format wayang kulit memiliki komposisi wajahnya bermata besar, hidung bulat besar, mulut dan bibir yang lebar dengan garis keatas yang mengesankan tersenyum. Ia tergolong manusia yang memiliki pengetahuan dan dari dirinya lahir kebijaksanaan. Hal itu, terlihat pada komposisi bola matanya yang juling, yang mengesankan bahwa ia senantiasa memusatkan perhatian dan banyak berpikir sebelum bertindak. Tindakan yang hati-hati tersebut ditunjang pula oleh kondisi fisik kakinya yang jinjit (pincang jika berjalan), dan tangan yang bengkok. Gareng adalah simbol kehati-hatian.


Ketiga, Petruk memiliki wajah yang sangat khas, yaitu mata yang besar dengan kelopak mata yang panjang, hidung yang panjang, mulut yang lebar dengan bibir melengkung ke atas mengesankan tersenyum. Ia memiliki kumis yang tipis dan panjang. Kondisi fisik Petruk yang panjang bukan saja di bagian wajah, tetapi juga hampir di semua bagian tubuhnya: leher, badan, tangan, dan kaki. Ukuran serba panjang itu menyiratkan bahwa Petruk senantiasa memiliki pikiran yang panjang (kreatif, cermat, dan tidak terburu-buru). Secara keseluruhan perawakan Petruk mengesankan bahwa ia lucu dan memiliki selera humor yang tinggi.


Keempat, Bagong yang kendati tokoh ini berasal dari bayang-bayang Semar, terdapat perbedaan signifikan dengan perawakan Semar. Bagong memiliki mata yang bulat besar, hidung pesek, bibir tebal dan mulut yang lebar dengan garis mengarah ke atas. Kumis tipis dan panjang menghiasi bibir atasnya. Mata Bagong yang besar mencirikan tokoh ini agak bodoh. Bibir tebal dan mulut yang lebar menandakan ia banyak bicara.


Menurut penulis, sesuai dengan karakteristik tokoh Punakawan yang telah dijabarkan satu persatu, dapat dipetik nilai filosofi bahwa Punakawan sangat berpengaruh dalam penyebaran agama Islam karena nilai pada setiap karakternya yang mengajarkan kita agar senantiasa ingat untuk tidak nafsu pada kehidupan duniawi saja seperti filosofi yang tersirat pada wajah Semar yang menderita oleh nafsu duniawi.


Kita harus senantiasa bijaksana dalam bertindak dan kehati-hatian dalam bertindak sangat harus dipikirkan matang-matang seperti pada nilai filosofi tokoh Gareng, kita harus senantiasa memiliki pikiran panjang (kreatif, cermat, dan tidak terburu-buru) serta memiliki selera humor yang tinggi seperti tokoh Petruk, yang terakhir adalah kita juga harus senantiasa mengingat untuk tidak seperti peribahasa "tong kosong nyaring bunyinya" atau kita tidak boleh banyak bicara dalam konteks berlagak pintar namun aslinya tidak begitu pintar seperti tokoh Bagong.

Sabtu, 23 September 2023

Kekeringan di Akhir Zaman

 عن أبي هريرة رضي الله عنه أنّ رسول الله صلى الله عليه وسلّم قال : ليست السّنة بأن لا تُمطَروا ولكن السّنة أن تُمطروا وتُمطروا ولا تُنبت الأرض شيئا – رواه مسلم

“Diriwayatkan dari Sahabat Abu Hurairah r.a., bahwa sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Bukanlah kemarau yang sesungguhnya (al-sanah) adalah bahwa kalian tidak diberi hujan, melainkan kemarau yang sesungguhnya adalah kalian diberi hujan, kemudian lagi-lagi diberi hujan, tetapi tidak tumbuh apapun di bumi’” (HR. Muslim)

Hadits ini mengangkat tentang kekeringan dan musibah kemarau yang akan melanda manusia di akhir zaman yang katastrofik dan penuh krisis ekologis. Imam Muslim meletakkan hadits ini di bab “tanda-tanda kiamat dan fitnah” dalam kitabnya “Shahih Muslim”. Namun, hadits ini mengandung pelajaran lingkungan hidup yang penting, di samping memberi alamat “tanda-tanda zaman” yang benar akan terjadi, karena keluar dari pengetahuan kenabian.

Tanda kemunculan Dajjal akan didahului dengan peristiwa kemarau panjang. Bumi akan mengalami kekeringan selama tiga tahun. Hal ini disampaikan oleh Rasulullah shollallohu 'alaihi wasallam:

عن أبي أمامة أن النبي – صلى الله عليه وسلم – قال “إن قبل خروج الدجال ثلاث سنوات شداد، يصيب الناس فيها جوع شديد، يأمر الله السماء في السنة الأولى أن تحبس ثلث مطرها، ويأمر الأرض أن تحبس ثلث نباتها، ثم يأمر السماء في السنة الثانية فتحبس ثلثي مطرها، ويأمر الأرض فتحبس ثلثي نباتها، ثم يأمر السماء في السنة الثالثة فتحبس مطرها كله، فلا تقطر قطرة، ويأمر الأرض فتحبس نباتها كله، فلا تنبت خضراء، فلا يبقى ذات ظلف إلا هلكت؛ إلا ما شاء الله ، قيل: فما يعيش الناس في ذلك الزمان؟ قال: التهليل والتكبير، والتحميد، ويجزئ ذلك عليهم مجزأة الطعام” وصححه الألباني في صحيح الجامع.

Artinya: "Sesungguhnya sebelum keluarnya Dajjal adalah tempo waktu tiga tahun yang sangat sulit, pada waktu itu manusia akan di timpa oleh kelaparan yang sangat. Allah memerintahkan kepada langit pada tahun pertamadarinya untuk menahan 1/3 dari hujannya dan memerintahkan kepada bumi untuk menahan 1/3 dari tanamannya. Kemudian Allah memerintahkan kepada langit pada tahun kedua darinya agar menahan 2/3 dari hujannya dan memerintahkan bumi untuk menahan 2/3 dari tanamannya. Kemudian pada tahun ketiga darinya Allah memerintahkan kepada langit untuk menahan semua air hujannya, sehingga ia tidak meneteskan setitik airpun dan memerintahkan bumi agar menahan seluruh tanamannya, maka setelah itu tidak tumbuh satu tanaman hijau pun dan semua binatang berkuku akan mati kecuali yang tidak di kehendaki Allah. Para Sahabat bertanya: "Dengan apa manusia akan hidup pada masa itu?" Beliau menjawab: "Tahlil, Takbir, Tasbih dan Tahmid akan sama artinya bagi mereka dengan makanan." (HR Ibnu Majah, Al-Hakim. Lihat Ash-Shahihah)

Pada masa itu bumi kering kerontang, semua pepohonan meranggas dan langit bersih tidak bermendung sehingga banyak manusia dan binatang mati kelaparan.

Bahkan banyak tanah yang berubah menjadi merah seperti merahnya batu bata dan tembaga. Manusia pun dalam keputus-asaan karena tida bisa bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Saat menghadapi masa-masa sulit itu, Rasulullah SAW menganjurkan orang-orang mukmin untuk bersabar, bertawakkal, bertaubat dan memperbanyak bacaan berikut:

سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ

Subhanallahi, walhamdulillahi, wa laa ilaha illallahu, wallahu Akbar.

Para pengamat lingkungan hidup menyebut kekeringan terjadi karena dua faktor, alamiah dan sosial. Faktor alamiah adalah musim kemarau yang terlalu lama, di mana tidak turun hujan dalam jangka waktu lama, sehingga mengakibatkan kehabisan cadangan air tanah. Faktor ini cukup menimbulkan dampak kekeringan pada tanah dan hilangnya kesuburan (tandus). Namun, lebih banyak ternyata kekeringan terjadi karena faktor sosial, sehingga alam tidak satu-satunya dapat dipersalahkan.


Di antara faktor-faktor sosial itu adalah: 

1- Minimnya resapan air karena minimnya pohon. Faktor ini didorong oleh tidak adanya penghijauan atau rusaknya areal hijau oleh eksploitasi. 

2) Pemanfaatan air yang berlebihan sehingga menguras habis cadangan air tanah. Ini didorong oleh eksploitasi sumber-sumber air untuk kepentingan industri atau privatisasi. Termasuk dalam kategori ini, misalnya, pemanfaatan air untuk kepentingan industri Panas Bumi (Geothermal) yang tekniknya (disebut “fracking”) membutuhkan jutaan liter air untuk sekali injeksi, dan otomatis menguras cadangan air suatu wilayah. 

3) Tandusnya sumber-sumber air, seperti sumur dan lain-lain, akibat sirkulasi air yang terganggu. Ini turut didorong oleh perusakan sumber-sumber air atau lapisan-lapisan bumi yang mengandung serapan air, seperti bentang karst. Eksploitasi karst atau gunung kapur untuk bahan baku semen atau produk tambang lain, turut menyumbang kekeringan atau potensi kekeringan.

Rasulullah memberikan isyarat tentang faktor sosial yang melatarbelakangi suatu bencana kekeringan dengan hadits di atas. Bencana kekeringan bukan terutama karena faktor minimnya hujan, tapi bumi yang tidak lagi mampu menumbuhkan tanaman, meski turun hujan berkali-kali. Bagaimana bisa terjadi? Ya, ketika tanah benar-benar kehilangan fungsinya sebagai resapan air hujan, dan ini akibat eksploitasi. Tapi ada juga faktor lain. Ketandusan tanah tak melulu soal hujan, tapi juga penurunan kualitas tanah sehingga tak lagi subur. Ini disebabkan oleh penggunaan pupuk kimiawi secara terus-menerus. Pengalaman Indonesia dengan “Revolusi Hijau”-nya rezim Soeharto kini menuai “hasil”: kualitas tanah yang terus memburuk akibat toksin kimiawi. Petani dibuat tergantung, membeli pupuk buatan korporasi, diasingkan dari benih ciptaannya sendiri. Siklus ini kini mulai disadari oleh para petani, yang mulai melawan dengan menggencarkan penggunaan pupuk organik.

Islam mengajarkan bahwa air hujan merupakan suatu rahmat, karenanya umat Islam diperintahkan untuk shalat mohon hujan (istisqa’) ketika terjadi bencana kekeringan. Namun dalam suasana ketika krisis ekologis mencapai batas ekstrem, air hujan pun belum tentu mampu menjadi solusi bencana suatu wilayah. Air itu bahkan dapat menjadi petaka (banjir). Rahmat dapat berubah seketika menjadi bencana (bala’). Ulah para penguasa yang mengizinkan konsesi-konsesi eksploitatif atas sumber-sumber air (penggundulan gunung, penambangan karst, penambangan sungai dan wilayah sempadan air, dst.) memberi kontribusi besar dalam mempercepat meluasnya bencana. Para penguasa semacam itu – dan para pemodal di baliknya – adalah bencana itu sendiri. “Wal ‘iyadzu billaah”.

(Risalah ini dipersembahkan untuk ribuan rakyat Indonesia yang hari-hari ini menghadapi kekeringan di Jawa Tengah, Jawa Barat, Aceh, Jawa Timur, NTB, NTT dan lain-lain.).

Kamis, 27 Juli 2023

Nutupi Babahan Howo Songo

 Bagi orang-orang penggemar supranatural jawa mungkin kata "Babahan Howo Songo" sudah bukan lagi kosakata asing dan saya kira di khasanah budaya lain juga mengenal konsep ini hanya beda penamaan. Howo Songo adalah 9 hawa atau 9 jalur udara manusa yaitu 2 mata , 2 telinga , 2 hidung , 1 mulut , 1 kemaluan , 1 pembuangan.


Kenapa 9 jalur hawa ini dianggap penting bahkan perlu dijaga dan untuk mencapai pencapaian spiritual yang lebih tinggi harus mampu "Menutupnya" yang diistilahkan "Nutupi Babahan Howo Songo"? Karena manusia dianggap mulia setelah mampu mengendalikan 9 jalur tersebut baik secara norma maupun teknikal supranatural. Karena tidak saja 9 lobang tersebut adalah sumber dosa namun juga sumber terikatnya kesadaran ruh thd dunia. Pada tirakat/lelaku tingkat tinggi seperti pati geni , ngebleng dan lainnya berkutat pada hal ini.


Bagaimanakah cara menutupnya?

Istighfar-sumeleh-eling. 


Peluruhan yang terjadi pada laku elmu sumeleh terjadi pada 9 jalur hawa tersebut dimana mata kita lepas dan kesadaran masuk ke dalam batin dan mata kembali menjadi sebagai alat untuk melihat. Sikap reaktif atas inputan dari mata berkurang. Demikian dengan telinga , kesadaran yang masuk ke dalam lebih sering mendengarkan suara-suara hati timbang inputan dari telinga. Penciuman , mulut dan kemaluan.... semua terkendali dibawah kesadaran.


Dalam hal kesadaran yang lebih halus , nutupi babahan howo songo ini sangat penting karena dibutuhkan atau merupakan next step menuju alam non materi. Bagaimana mungkin kita menuju kesana jika kesadaran kita masih terikat oleh 9 jalur tsb?Istilahnya semua jalur tsb sudah terkukut , sudah menyatu dalam alam kesadaran dan kita masuk ke fase berikutnya yaitu matirogo. Dan matirogo adalah mutlak kita butuhkan untuk bermain diwilayah ruhiyah.


9 jalur adalah organ , alat bagi kehidupan kita... sebagaimana pikiran. Namun ada kalanya seseorang terikat lekat pada salah satu atau lebih dari 9 jalur hawa tsb dalam kehidupannya. Dan kelekatan itulah yang perlu kita luruhkan dan bukan untuk kita nafikan.... karena semua itu jalur pembuangan alami kita. Kemampuan ini ( nutup babahan howo songo ) adalah parameter bagi diri kita untuk menuju next level.


Berikut ini adalah cara nutup babahan howo songo, dimana yang pertama adalah:


1. Puasa mata 


Puasa mata yakni tidak menggunakan mata untuk melihat hal-hal yang tabu atau porno dan segala sesuatu yang tidak pantas secara etika norma adat dan agama.


Tidak menggunakan mata untuk memandang dengan penuh kekejian emosi dan dengki yang membuat orang lain sakit hati. 


2. Tidak menuruti nafsu tidur dan jangan kebanyakan tidur 


Sebaliknya gunakan mata untuk memperhatikan ayat-ayat Tuhan yang terhampar di alam semesta.


3. Puasa telinga 


Puasa telinga yaitu tidak menggunakan telinga untuk mendengarkan hal-hal yang negatif seperti gosip, rumpi, ajakan untuk berbuat maksiat dan lain-lain.


Telinga itu fitrahnya suci yaitu untuk mendengarkan kalimat, puji-pujian kepada sang pencipta ataupun untuk mendengar suara hati nurani.


4. Puasa hidung


Yakni tidak menggunakan hidung untuk menghirup bau-bauan yang tidak bermanfaat bagi kesehatan, seperti candu, narkotika dan semacamnya.


Gunakanlah hidung untuk bernafas dalam ridho Tuhan. Apabila terdapat rasa syukur kepada Tuhan pada setiap nafas yang masuk melalui hidung kita, jiwa kitapun akan menjadi lebih tentram.


5.Puasa mulut 


Yakni tidak mengumbar nafsu makan, makanlah pada saat rasa lapar telah tiba dan berhentilah sebelum kenyang.


Selain itu juga tidak berbicara yang bisa membuat sakit hati orang lain, tidak berucap yang menimbulkan keresahan dan kegelisahan, namun sebaliknya kita manfaatkan mulut untuk bertutur kata yang menentramkan juga menghibur bagi sesama.


5. Puasa alat kelamin 


Yakni tidak mengumbar dan menuruti hawa nafsu syahwat secara berlebihan. Sekalipun itu dilakukan dengan pasangan yang sah.


Energi kehidupan manusia mudah terkuras oleh aktivitas seksual, oleh sebab itu dalam khazanah dunia mistik, senantiasa ditekankan untuk menghemat energi kehidupupan.


6. Puasa dubur 


Yakni menggunakan sebagaimana fungsinya secara normal tidak ada penyimpangan seksual, lubang dubur manusia itu merupakan jalan untuk mengeluarkan segala sesuatu yang tidak lagi diperlukan oleh tubuh.


7. Puasa pikiran, puasa hati, puasa roh dan puasa rasa 


- Puasa pikir yakni tidak berprasangka buruk tidak negatif thinking tidak picik akal tidak membuat rencana buruk, destruktif dan provokatif. Bukalah pikiran seluas-luasnya dan jadikan pikiran yang mampu menerima sinyal-sinyal dari batin agar pikiran menjadi cermat, teliti dan selalu berpikir positif.


- Puasa hati yakni tidak iri dan dengki terhadap prestasi orang lain, tidak panasan, tidak melecehkan dan meremehkan pendapat orang lain, jadikanlah hati sebagai gudang ilmu yaitu dengan cara membuka hati kepada luasnya ilmu pengetahuan dan sumber-sumber kebenaran.


- Puasa roh yakni tidak berkeinginan yang berlebihan atau melebihi batas kewajaran, namun selalu eling dan waspada. Eling akan Sangkan paraning dumadi dan waspada terhadap segala hal yang menjadi penghalang kemuliaan hidup.


- Puasa rasa yakni memiliki rasa untuk tidak memiliki, hal ini akan memberikan kita keikhlasan dimana akan menjadikan batin lebih tenang, hati tentram, pikiran jernih, tidak mudah kecewa atau patah hati, selalu sehat jasmani dan rohani.


Jika manusia mampu mengendalikan atau menutup homo songo dan menyempurnakan empat puasa penyertanya. 


Maka dirinya akan selalu terhubung dengan alam semesta dan pada saat itulah dirinya akan menjadi manusia yang berada pada level lanjut, yaitu manusia yang mampu bertemu dan berkomunikasi dengan sang guru sejatinya. 

Minggu, 04 Juni 2023

Pentingnya Mawasdiri Dalam Kehidupan

 Dalam perjalanan hidup di dunia, tentunya seorang muslim tidak akan lepas dari kesalahan dan dosa sebagai akibat hawa nafsu yang diperturutkan. Selain itu, buah pemikiran yang dihasilkan manusia, yang dibangga-banggakan oleh pemiliknya, tidak jarang yang menyelisihi kebenaran, tidak sedikit yang bertentangan dengan ajaran yang ditetapkan oleh Allah dan rasul-Nya. Oleh karenanya, seiring waktu yang diberikan Allah kepada manusia di dunia, sepatutnya dipergunakan untuk mengintrospeksi segala perilaku dan pemikiran yang dia miliki, sehingga mendorongnya untuk mengoreksi diri ke arah yang lebih baik.


Muhasabah atau introspeksi memiliki keutaman tersendiri dalam Islam. Muhasabah diartikan sebagai introspeksi atau mawas diri, yaitu peninjauan atau koreksi terhadap (perbuatan, sikap, kelemahan, kesalahan, dan sebagainya) diri sendiri.


Surat Al-Hasyr ayat 18 mengisyaratkan manusia untuk melakukan muhasabah atas perbuatan yang telah dilakukan.



يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ



Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah. Hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok. Bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Surat Al-Hasyr ayat 18).


Di dalam kitab Shahih-nya, imam Bukhari membuka salah satu bab kitab ash-Shaum dengan perkataan Abu az-Zinad,


إن السنن ووجوه الحق لتأتي كثيرًا على خلاف الرأي


“Sesungguhnya mayoritas sunnah dan kebenaran bertentangan dengan pendapat pribadi” [HR. Bukhari].


Memang benar apa yang dikatakan beliau, betapa seringnya seseorang enggan menerima kebenaran karena bertentangan dengan pendapat dan tendensi pribadi. Bukankah dakwah tauhid yang ditawarkan nabi kepada kaum musyrikin, ditolak karena bertolak belakang dengan keinginan pribadi mereka, terutama tokoh-tokoh terpandang di kalangan kaum musyrikin?


Tidak jarang seseorang tidak mampu selamat dari hawa nafsu dan terbebas dari kekeliruan pendapat karena bersikukuh meyakini sesuatu dan tidak mau menerima koreksi. Hal ini tentu berbeda dengan kasus seorang mujtahid yang keliru dalam berijtihad. Ketika syari’at menerangkan bahwa seorang mujtahid yang keliru memperoleh pahala atas ijtihad yang dilakukannya, hal ini bukan berarti mendukung dirinya untuk menutup mata dari kesalahan ijtihad dan bersikukuh memegang pendapat jika telah nyata akan kekeliruannya. Betapa banyak ahli fikih yang berfatwa kemudian rujuk setelah meneliti ulang fatwanya dan melihat bahwa kebenaran berada pada pendapat pihak lain.


Kita bisa mengambil pelajaran dari penolakan para malaikat terhadap kalangan yang hendak datang ke al-Haudh (telaga rasulullah di hari kiamat). Mereka tidak bisa mendatangi al-Haudh dikarenakan dahulu di dunia, mereka termasuk kalangan yang bersikukuh untuk berpegang pada kekeliruan, kesalahan dan kesesatan, padahal kebenaran telah jelas di hadapan mereka. Hal ini ditunjukkan dalam hadits, ketika para malaikat memberikan alasan kepada nabi,


إِنَّهُمْ قَدْ بَدَّلُوا بَعْدَكَ، وَلَمْ يَزَالُوا يَرْجِعُونَ عَلَى أَعْقَابِهِمْ، فَأَقُولُ: أَلَا سُحْقًا، سُحْقًا


“Mereka telah mengganti-ganti (ajaranmu) sepeninggalmu” maka kataku: “Menjauhlah sana… menjauhlah sana (kalau begitu)” [Shahih. HR. Ibnu Majah].


Kita dapat melihat bahwa nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendo’akan kecelakaan kepada mereka, karena enggan untuk melakukan introspeksi, enggan melakukan koreksi dengan menerima kebenaran yang ada di depan mata. Oleh karenanya, evaluasi diri merupakan perantara untuk muhasabah an-nafs, sedangkan koreksi diri merupakan hasil yang pengaruhnya ditandai dengan sikap rujuk dari kemaksiatan dan kekeliruan dalam suatu pendapat dan perbuatan.


Salah satu sarana bagi seorang muslim untuk tetap berada di jalan yang benar adalah meminta rekan yang shalih untuk menasehati dan mengingatkan kekeliruan kita, meminta masukannya tentang solusi terbaik bagi suatu permasalahan, khususnya ketika orang lain tidak lagi peduli untuk saling mengingatkan. Bukankah selamanya pendapat dan pemikiran kita tidak lebih benar dan terarah daripada rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, padahal beliau bersabda,


إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ، أَنْسَى كَمَا تَنْسَوْنَ، فَإِذَا نَسِيتُ فَذَكِّرُونِي


“Sesungguhnya aku hanyalah manusia seperti kalian. Aku lupa sebagaimana kalian lupa. Oleh karenanya, ingatkanlah aku ketika diriku lupa” [HR. Bukhari].


Ketika budaya saling menasehati dan mengingatkan tertanam dalam perilaku kaum mukminin, maka seakan-akan mereka itu adalah cermin bagi diri kita yang akan mendorong kita berlaku konsisten. Oleh karena itu, dalam menentukan jalan dan pendapat yang tepat, anda harus berteman dengan seorang yang shalih. Anda jangan mengalihkan pandangan kepada maddahin (kalangan penjilat) yang justru tidak akan mengingatkan akan kekeliruan saudaranya.


إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِالْأَمِيرِ خَيْرًا جَعَلَ لَهُ وَزِيرَ صِدْقٍ، إِنْ نَسِيَ ذَكَّرَهُ، وَإِنْ ذَكَرَ أَعَانَهُ


“Jika Allah menghendaki kebaikan bagi diri seorang pemimpin/pejabat, maka Allah akan memberinya seorang pendamping/pembantu yang jujur yang akan mengingatkan jika dirinya lalai dan akan membantu jika dirinya ingat” [Shahih. HR. Abu Dawud].


Contoh nyata akan hal ini disebutkan dalam kisah al-Hur bin Qais, orang kepercayaan Umar bin al-Khaththab radhiallahu anhu. Pada saat itu, Umar murka dan hendak memukul Uyainah bin Husn karena bertindak kurang ajar kepada beliau, maka al-Hur berkata kepada Umar,


يَا أَمِيرَ المُؤْمِنِينَ، إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى قَالَ لِنَبِيِّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {خُذِ العَفْوَ وَأْمُرْ بِالعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الجَاهِلِينَ} [الأعراف: 199] ، وَإِنَّ هَذَا مِنَ الجَاهِلِينَ، «وَاللَّهِ مَا جَاوَزَهَا عُمَرُ حِينَ تَلاَهَا عَلَيْهِ، وَكَانَ وَقَّافًا عِنْدَ كِتَابِ اللَّهِ»


“Wahai amir al-Mukminin, sesungguhnya Allah ta’ala berfirman kepada nabi-Nya, “Berikan maaf, perintahkan yang baik dan berpalinglah dari orang bodoh.” Sesungguhnya orang ini termasuk orang yang bodoh”. Perawi hadits ini mengatakan, “Demi Allah Umar tidak menentang ayat itu saat dibacakan karena ia adalah orang yang senantiasa tunduk terhadap al-Quran.” [HR. Bukhari].


Betapa banyak kezhaliman dapat dihilangkan dan betapa banyak tindakan yang keliru dapat dikoreksi ketika rekan yang shalih menjalankan perannya.


Salah satu bentuk evaluasi diri yang paling berguna adalah menyendiri untuk melakukan muhasabah dan mengoreksi berbagai amalan yang telah dilakukan.


Diriwayatkan dari Umar bin al-Khaththab, beliau mengatakan,


حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا، وَتَزَيَّنُوا لِلْعَرْضِ الأَكْبَرِ


“Koreksilah diri kalian sebelum kalian dihisab dan berhiaslah (dengan amal shalih) untuk pagelaran agung (pada hari kiamat kelak)” [HR. Tirmidzi].


Diriwayatkan dari Maimun bin Mihran, beliau berkata,


لَا يَكُونُ العَبْدُ تَقِيًّا حَتَّى يُحَاسِبَ نَفْسَهُ كَمَا يُحَاسِبُ شَرِيكَهُ


“Hamba tidak dikatakan bertakwa hingga dia mengoreksi dirinya sebagaimana dia mengoreksi rekannya” [HR. Tirmidzi].


Jika hal ini dilakukan, niscaya orang yang melaksanakannya akan beruntung. Bukanlah sebuah aib untuk rujuk kepada kebenaran, karena musibah sebenarnya adalah ketika terus-menerus melakukan kebatilan.


Umar radhiallahu anhu mengatakan,


وَإِنَّمَا يَخِفُّ الحِسَابُ يَوْمَ القِيَامَةِ عَلَى مَنْ حَاسَبَ نَفْسَهُ فِي الدُّنْيَا


“Sesungguhnya hisab pada hari kiamat akan menjadi ringan hanya bagi orang yang selalu menghisab dirinya saat hidup di dunia” [HR. Tirmidzi].


Ketika berbagai kerusakan telah merata di seluruh lini kehidupan, maka jalan keluar dari hal tersebut adalah dengan kembali (rujuk) kepada ajaran agama sebagaimana yang disabdakan nabi shallallahu alaihi wa sallam,


إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ ، وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ، وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ، وَتَرَكْتُمُ الْجِهَادَ، سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلًّا لَا يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ


“Apabila kamu berjual beli dengan cara inah (riba), mengambil ekor-ekor sapi (berbuat zhalim), ridha dengan pertanian (mementingkan dunia) dan meninggalkan jihad (membela agama), niscaya Allah akan menimpakan kehinaan kepada kalian, Dia tidak akan mencabutnya sampai kalian kembali kepada ajaran agama”


Dalam riwayat lain, disebutkan dengan lafadz,


حتى يراجعوا دينهم


“Hingga mereka mengoreksi pelaksanaan ajaran agama mereka” [Shahih. HR. Abu Dawud].


Anda dapat memperhatikan bahwa rujuk dengan mengoreksi diri merupakan langkah awal terangkatnya musibah dan kehinaan. 


Introspeksi dan koreksi diri merupakan kesempatan untuk memperbaiki keretakan yang terjadi diantara manusia. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,


إِنَّ أَبْوَابَ الْجَنَّةِ تُفْتَحُ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ، فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا، إِلَّا رَجُلٌ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ شَحْنَاءُ، فَيُقَالُ: أَنْظِرُوهُمَا حَتَّى يَصْطَلِحَا ” مَرَّتَيْنِ


“Sesungguhnya pintu-pintu surga dibuka pada hari Senin dan Kamis, di kedua hari tersebut seluruh hamba diampuni kecuali mereka yang memiliki permusuhan dengan saudaranya. Maka dikatakan, “Tangguhkan ampunan bagi kedua orang ini hingga mereka berdamai” [Sanadnya shahih. HR. Ahmad].


Menurut anda, bukankah penangguhan ampunan bagi mereka yang bermusuhan, tidak lain disebabkan karena mereka enggan untuk mengoreksi diri sehingga mendorong mereka untuk berdamai?

Sabtu, 03 Juni 2023

Sholawat Busyro

 Sholawat Busyro adalah sholawat yang diijazahkan oleh Rasulullah SAW sebagai Al Busyro.


Shalawat Busyro belakangan ini telah menjadi salah satu shalawat yang banyak dilantunkan oleh masyarakat Muslim di Indonesia karena menjadi amat viral di media sosial khususnya di platform Youtube. Namun apakah sebetulnya kisah dan faedah yang ada dibalik shalawat tersebut?


Menurut penjelasan Dr. Habib Segaf bin Hasan Baharun M.HI, Rektor UII Dalwa Pasuruan, ketika disowani oleh salah satu tim JATMAN, shalawat ini diijazahkan langsung oleh Rasulullah Saw. melalui mimpi yang dialami salah satu Habib (Habib Segaf tidak menyebutkan secara jelas siapa nama yang dimaksud).


Pada suatu malam, Habib tersebut bermimpi didatangi oleh Rasulullah Saw. yang membacakan Shalawat Busyro kepadanya berikut pula iramanya sebagai bentuk kasih sayang Nabi Muhammad kepada umatnya bertepatan dengan malam Asyura’ pada tanggal 10 Muharram.


Dalam mimpinya itu, Rasulullah Saw. menjelaskan bahwa shalawat ini dianjurkan untuk dibaca sebanyak 41 kali setiap selesai shalat subuh setiap harinya. Faedahnya, dengan membacanya secara istiqamah, atas izin Allah dapat melancarkan rizkinya, membawa kegembiraan dan kesenangan, melancarkan urusan, mengabulkan segala hajat dan niat-niat lain yang ingin dituju.


Setelah terbangun dari tidur, habib tersebut telah hafal semua kalimatnya dan merasakan aroma gaharu di ruangannya selama tiga hari berturut-turut. Padahal, tidak ada yang membakar wewangian di ruangannya. Setelah ditirakati, Shalawat tersebut kemudian disebarluaskan sebagaimana yang diperintahkan oleh Rasulullah Saw. melalui mimipinya hingga viral sampai saat ini.



Bacaan Sholawat Busyro Lengkap


اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى سَيِّدِنَامُحَمَّدٍ صَاحِبِ الْبُشْرى صَلَاةً تُبَشِّرُنَابِهَا وَاَهْلَنَا وَاَوْلَادَنَا وجَمِيْعَ مَشَايِخِنَا وَمُعَلِّمِنَا وَطَلَبَتَنَا وَطَالِبَاتِنَامِنْ يَوْمِنَاهذَااِلى يَوْمِ الْأَخِرَةِ


Arab Latin: Allaahumma shalli wa sallim 'alaa Sayyidinaa Muhammadin shaahibil busyraa shalaatan tubasysyiruna bihaa wa ahlanaa wa awlaadanaa wa jamii'a masyaayikhinaa wa mu'alliminaa wa thalabatanaa wa thaalibaatinaa min yawminaa haadzaa ilaa yawmil aakhirah


Artinya: "Ya Allah, semoga rahmat dan keselamatan senantiasa tercurahlimpahkan kepada junjungan kami Baginda Nabi Muhammad pemilik kabar gembira yang memberi kabar gembira kepada keluarga kami, anak-anak kami, guru-guru kami, para pengajar kami, dan siswa-siswi kami sejak hari ini hingga sampai hari akhirat."

Semoga kita semua bisa mengamalkan 

Sabtu, 20 Mei 2023

Tiga Nasehat Malaikat Jibril as

 Hakikat nasihat adalah mengajak atau menunjukkan kebaikan serta kebenaran. Islam mengajarkan pentingnya nasihat dan saling menasihati.  


وَالْعَصْرِ# إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ# إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ


“Demi masa, sungguh manusia itu dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, serta saling menasihati untuk kebenaran, dan saling menasihati untuk kesabaran (QS Al Ashr ayat 1-3). 


Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,


أتاني جبريلُ ، فقال : يا محمدُ عِشْ ما شئتَ فإنك ميِّتٌ ، وأحبِبْ ما شئتَ ، فإنك مُفارِقُه ، واعملْ ما شئتَ فإنك مَجزِيٌّ به ، واعلمْ أنَّ شرَفَ المؤمنِ قيامُه بالَّليلِ ، وعِزَّه استغناؤه عن الناسِ


“Jibril ‘alaihissalam pernah datang kepadaku seraya berkata, ‘Hai Muhammad! Hiduplah sesukamu, sesungguhnya engkau akan menjadi mayit. Cintailah siapa saja yang engkau senangi, sesungguhnya engkau pasti akan berpisah dengannya. Dan beramallah semaumu, sesungguhnya engkau akan menuai balasannya. Dan ketahuilah bahwa kemuliaan seorang mukmin terletak pada salat malam dan kehormatannya adalah rasa kecukupan dari manusia.’” (HR. Thabrani dan dinilai hasan oleh Syekh Al-Albani rahimahullah dalam Silsilah Ahadits Shahihah, no. 831)


Berikut ini adalah tiga dari lima pesan yang diutarakan sang malaikat. 


Pertama, Malaikat Jibri menegaskan kembali betapa fananya kehidupan manusia di dunia ini. Setiap yang bernyawa akan merasakan mati.


عِشْ مَا شِــئْتَ فَإِنَّـكَ مَـيِّتٌ


“Hiduplah sesukamu, karena sesungguhnya kamu akan mati.” kata malaikat Jibril.   


وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ 


“Dan hanya pada hari kiamat-lah diberikan dengan sempurna balasanmu.” (QS Ali Imran: 185).


Biasanya, seseorang yang condong pada kehidupan duniawi lalai dari mengingat kematian. Padahal, dengan zikrumaut ia dapat lebih bijak dalam menjalani hidupnya. Menghabiskan usia dengan terus meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.


Kedua, cinta dan benci seperlunya. 


وَأَحْبِبْ مَنْ شِئْتَ فَإِنَّكَ مَفَارِقُهُ


“Cintailah siapa yang kamu suka, karena sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya.” kata Jibril.  


Perasaan suka atau bahkan cinta dapat timbul dalam diri seseorang. Dengan orang yang disukainya itu, ia menjalin hubungan, baik dalam rangka pertemanan, persahabatan, atau yang setingkat lebih dekat yaitu pernikahan. 


Memiliki istri atau suami adalah sebuah nikmat yang patut disyukuri. Demikian pula dengan mempunyai anak keturunan. Akan tetapi, jangan sampai semua itu melalaikan diri seorang Mukmin dari mengutamakan Allah. Dengan mereka, seseorang dapat berpisah. Namun, hanya kepada-Nya segala kembali.


Ketiga, setiap amal perbuatan ada balasannya. 


وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَجْزِيٌّ بِه


“Dan berbuatlah sesukamu, karena sesungguhnya engkau akan diberi balasan karenanya.” Itu pesan lainnya dari Malaikat Jibril. 


Di dunia ini, seorang insan dapat melakukan berbagai hal, apakah itu kebaikan atau kejahatan. Mungkin, ia tidak merasakan dampak dari perbuatannya itu sekarang. Namun, kelak akan tiba hari ketika pertanggungjawaban tidak mungkin bisa dihindari. 


Berbuat baik atau buruk pasti ada balasannya. Silahkan dipilih mau berbuat baik atau buruk. Kata Allah:


فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ


Barang siapa yang berbuat baik sebesar atom, maka Allah mengetahuinya. Begitu pula siapa yang berbuat buruk sebesar atom, maka Allah juga tahu. (Q.S. az-Zalzalah ayat 7-8)


Karena itu, janganlah meremehkan perbuatan baik sekecil apapun, karena mungkin hal itu ada ridha Allah. Begitu pula jangan sampai meremehkan perbuatan buruk sekecil apapun. Karena bisa jadi di situlah terdapat kemurkaan Allah.


Rasulullah SAW bersabda: 


لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ، وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَ فَعَلَ، وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ، وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَ أَبْلَاه


Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai ia ditanya tentang umurnya ke mana dihabiskannya, tentang ilmunya bagaimana ia mengamalkannya, tentang hartanya dari mana diperoleh dan ke mana dibelanjakannya, serta tentang tubuhnyauntuk apa digunakannya (HR Tirmidzi). 


Wallohu A'lam 

Selasa, 11 April 2023

Fenomena Perbedaan 1 Syawal 1444H

 Kita akan temui perbedaan pada Idul Fitri 2023 dan penetapan 1 Syawal 1444 H. Kalau kami mau katakan, pasti akan terjadi perbedaan (bukan hanya potensi berbeda) karena saat ini Kemenag RI pun memutuskan hari raya dengan hasil hisab walaupun sebelumnya diadakan rukyatul hilal. Sehingga hari raya pada Idul Fitri 2023 akan berbeda sebagaimana berikut ini:


Jumat, 21 April 2023 dipilih oleh kalangan Muhammadiyah.

Sabtu, 22 April 2023 dipilih oleh pemerintah, NU, dan Persatuan Islam (Persis).


Metode Rukyat


Metode rukyat adalah metode menetapkan awal bulan hijriah dengan cara melihat langsung kemunculan hilal di ufuk Barat pada saat maghrib tanggal 29 bulan Hijriah. Bila hilal terlihat, maka mulai maghrib malam tersebut suda h masuk tanggal 1 bulan baru, tetapi bila hilal tidak terlihat, maka umur bulan yang sedang berlangsung di istikmal (digenapkan) 30 hari, dan tanggal 1 bulan barunya ditetapkan pada maghrib hari berikutnya.


Sebagai contoh, untuk penetapan Idul Fitri 1 Syawal 1444 H, pengguna metode rukyat seperti NU akan melakukan rukyat terlebih dahulu pada maghrib Kamis, 29 Ramadhan 1444 H/ 20 April 2023. Setelah dilakukan rukyat, maka tanggal 1 Syawal 1444 H baru bisa di-itsbat (ditetapkan). Bila saat rukyat hilal terlihat, maka 1 Syawal 1444 H akan ditetapkan Jum’at, 21 April 2023, bila hilal tidak terlihat maka 1 Syawal 1444 H akan ditetapkan Sabtu, 22 April 2023.


Namun demikian, NU kini telah mengadopsi kriteria baru MABIMS (Neo MABIMS) yaitu tinggi hilal minimal 3° dan jarak elongasi minimal 6,4°.


Dengan demikian, kemungkinan besar yang berpaham rukyat seperti NU akan menetapkan 1 Syawal 1444 H bertepatan dengan Sabtu, 22 April 2023.


Metode Hisab


Metode hisab adalah metode menetapkan awal bulan hijriah dengan cara menghitung posisi hilal saat maghrib tanggal 29 hijriah. Bila hilal secara hisab sudah memenuhi kriteria tertentu, maka mulai maghrib malam tersebut ditetapkan tanggal 1 bulan baru, tetapi bila secara hisab hilal belum memenuhi kriteria tertentu, maka bulan yang berlangsung di istikmal (digenapkan) 30 hari, dan tanggal 1 bulan baru ditetapkan pada maghrib hari berikutnya.


Adapun kriteria hisab yang digunakan untuk menetapkan tanggal 1 bulan hijriah di Indonesia di antaranya:


1. Wujudul Hilal

Kriteria wujudul hilal menetapkan awal bulan hijriah berdasarkan dua parameter, yaitu bila  saat maghrib tanggal 29 bulan hijriah: (1) Telah terjadi ijtimak, dan (2) Posisi hilal sudah ada di atas ufuk lebih dari 0°, maka mulai maghrib malam tersebut sudah masuk tanggal 1 bulan baru hijriah, tetapi apabila saat maghrib belum memenuhi kriteria di atas maka tanggal 1 bulan baru hijriah ditetapkan mulai maghrib hari berikutnya.


Sebagai contoh, pada Kamis, 29 Ramadhan 1444 H/20 April 2023, ijtimak geosentris sudah terjadi -bahkan bersamaan dengan terjadinya gerhana Matahari- yaitu pada jam 11:12:27 WIB. Kemudian tinggi Bulan saat Matahari terbenam di Indonesia antara 0° 44′ 26″ s/d 2° 21′ 38″.


Data hisab di atas menunjukkan bahwa secara hisab wujudul hilal, hilal sudah muncul, sebab syaratnya sudah terpenuhi, yaitu ijtimak terjadi sebelum maghrib dan posisi Bulan sudah positif di atas ufuk. Hingga menurut hisab wujudul hilal seperti yang digunakan oleh Muhamadiyah, 1 Syawal 1444 H ditetapkan bertepatan dengan Jum’at, 21 April 2023.


2. Imkan Rukyat

Dalam menetapkan awal bulan hijriah, hisab imkanur rukyah mempertimbangkan posisi hilal terendah yang pernah terlihat pada saat maghrib tanggal 29 hijriah. Artinya pengalaman keterlihatan hilal pertama kali dijadikan acuan dalam penentuan awal bulan hijriahnya.


Kriteria Imaknur Rukyah ini banyak ragam dan acuan parameternya. Namun, yang terakhir (tahun 2022) digunakan oleh negara-negara anggota MABIMS (Menteri Agama Brunai, Indonesia, Malaysia dan Singapura) juga digunakan oleh PERSIS dalam 10 tahun terakhir ini hanya 2 parameter saja, yaitu bila saat maghrib tanggal 29 hijriah: (1) Tinggi hilal minimal 3°, dan (2) Jarak elongasi minimal 6,4°, maka mulai maghrib malam tersebut ditetapkan sudah masuk tanggal 1 bulan baru. Namun, apabila belum mencapai kriteria di atas, tanggal 1 bulan baru jatuh pada maghrib malam berikutnya.


Sebagai contoh, pada Kamis, 29 Ramadhan 1444 H/20 April 2023, ijtimak geosentris sudah terjadi -bahkan bersamaan dengan terjadinya gerhana Matahari- yaitu pada jam 11:12:27 WIB. Kemudian tinggi Bulan saat Matahari terbenam di Indonesia antara 0° 44′ 26″ s/d 2° 21′ 38″, Elongasi Matahari dan Bulan antara 2° 19′ 17″ s/d 4° 0′ 42″.


Apabila mengacu kepada kriteria baru MABIMS (Neo MABIMS) di atas maka parameter posisi Bulan akhir Ramadhan 1444 H, belum masuk kedua-duanya. Tinggi hilalnya kurang dari 3°, yaitu maksimal cuma 2° 21′ 38″, dan jarak elongasinya kurang dari 6,4° (6° 24′), yaitu maksimal cuma 4° 0′ 42″.


Pendapat Kami: Puasa dan Berhari Raya Ikut Pemerintah

Kalau kami sendiri lebih cenderung berpuasa dan berhari raya itu ikut pemerintah RI, karena alasan:


Pertama: Kriteria imkanur rukyat ditujukan agar kompatibel dengan hasil rukyat, sedangkan rukyatul hilal inilah yang diperintahkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

“Hilal adalah fenomena ketampakan yang terkait dengan penentuan awal bulan qamariyah. Hilal bukanlah objek benda.”


Adapun dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk melihat hilal, bukan sekadar hilal itu muncul. Jika hilal telah muncul, tetapi belum terlihat, tetap belum dianggap sebagai masuknya awal bulan.


Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


إِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَصُومُوا, وَإِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَأَفْطِرُوا, فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَاقْدُرُوا لَهُ


“Jika kalian melihat hilal, maka berpuasalah. Jika kalian melihatnya lagi, maka berhari rayalah. Jika hilal tertutup, maka genapkanlah (bulan Sya’ban menjadi 30 hari).” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari, no. 1906 dan Muslim, no. 1080).


Dalam hadits lain disebutkan,


لاَ تَصُوْمُوْا حَتَّى تَرَوْا الِهلاَلَ وَلاَ تُفْطِرُوْا حَتَّى تَرَوْهُ ، فَإِنْ غُمَّ عليكم فأكملوا العدة ثلاثين


“Janganlah kalian biasa hingga melihat hilal. Janganlah kalian berbuka hingga melihat hilal. Jika hilal itu tertutup awan, maka genapkanlah bulan menjadi tiga puluh hari.” (HR. Bukhari, no. 1906, 1907 dan Muslim, no. 1080)


Kedua: Kita diperintahkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa bersama-sama pemerintah dan termasuk bentuk taat pada pemerintah dalam hal yang makruf.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


الصَّوْمُ يَوْمَ تَصُومُونَ وَالْفِطْرُ يَوْمَ تُفْطِرُونَ وَالأَضْحَى يَوْمَ تُضَحُّونَ


“Puasa kalian ditetapkan tatkala mayoritas kalian berpuasa, hari raya Idul Fithri ditetapkan tatkala mayoritas kalian berhari raya, dan Idul Adha ditetapkan tatkala mayoritas kalian beridul Adha.” (HR. Tirmidzi no. 697. Hadits ini shahih kata Syaikh Al Albani).


Imam Tirmidzi ketika menyebutkan hadits ini berkata,


وَفَسَّرَ بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ هَذَا الْحَدِيثَ فَقَالَ إِنَّمَا مَعْنَى هَذَا أَنَّ الصَّوْمَ وَالْفِطْرَ مَعَ الْجَمَاعَةِ وَعُظْمِ النَّاسِ


“Para ulama menafsirkan bahwa hadits ini yang dimaksud adalah berpuasa dan berhari raya bersama al jama’ah dan mayoritas manusia”. Yang dimaksud Abu ‘Isa At Tirmidzi adalah berpuasa dengan pemerintah (ulil amri), bukan dengan ormas atau golongan tertentu.


Disebutkan dalam Hasyiyah As Sindi ‘ala Ibnu Majah,


أَنَّ مَعْنَاهُ أَنَّ هَذِهِ الْأُمُور لَيْسَ لِلْآحَادِ فِيهَا دَخْل وَلَيْسَ لَهُمْ التَّفَرُّد فِيهَا بَلْ الْأَمْر فِيهَا إِلَى الْإِمَام وَالْجَمَاعَة وَيَجِب عَلَى الْآحَاد اِتِّبَاعهمْ لِلْإِمَامِ وَالْجَمَاعَة وَعَلَى هَذَا فَإِذَا رَأَى أَحَد الْهِلَال وَرَدَّ الْإِمَام شَهَادَته يَنْبَغِي أَنْ لَا يَثْبُت فِي حَقّه شَيْء مِنْ هَذِهِ الْأُمُور وَيَجِب عَلَيْهِ أَنْ يَتْبَع الْجَمَاعَة


“Hadits ini bermakna bahwa perkara penetapan puasa (atau hari raya) bukan urusan individu atau perorangan namun urusan penguasa dan al jama’ah (pemerintah). Wajib bagi setiap orang untuk mengikuti pemerintah mereka. Oleh karenanya jika ada yang melihat hilal lantas pemerintah menolak persaksiannya, maka tidak bisa pendapatnya dipakai dan wajib baginya mengikuti pemerintah kaum muslimin.”


Ketiga: Jika imam (pemimpin) keliru, ia yang menanggung.

Coba perhatikan hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, di mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


يُصَلُّونَ لَكُمْ ، فَإِنْ أَصَابُوا فَلَكُمْ ، وَإِنْ أَخْطَئُوا فَلَكُمْ وَعَلَيْهِمْ


“Jika shalat para imam itu benar, maka pahalanya bagi mereka dan untuk kalian. Jika shalat mereka salah, kalian dapat pahala dan mereka dapat dosa.” (HR. Bukhari, no. 694).


Keempat: Pemerintah yang berhak memutuskan (meng-itsbat).

Dalam kitab fikih disebutkan bahwa penetapan berpuasa dan berhari raya adalah menempuh cara: (1) melihat hilal, (2) bersaksi di hadapan qadhi (penguasa, hakim), (3) itsbat (penetapan) dari penguasa. Lihat bahasan Imam Zainuddin Al-Malibari dalam Fath Al-Mu’iin, hlm. 291.


Pernyataan ulama fikih didukung oleh dua dalil berikut ini.


وَعَنِ اِبْنِ عُمَرَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: تَرَاءَى اَلنَّاسُ اَلْهِلَالَ, فَأَخْبَرْتُ رَسُولَ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – أَنِّي رَأَيْتُهُ, فَصَامَ, وَأَمَرَ اَلنَّاسَ بِصِيَامِهِ


Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Manusia sedang memperhatikan hilal. Lalu aku mengabarkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa aku telah melihat hilal. Kemudian beliau berpuasa dan memerintahkan kaum muslimin untuk berpuasa.” (HR. Abu Daud no. 2342. Ibnu Hajar dalam Bulughul Marom berkata bahwa hadits ini dishahihkan oleh Ibnu Hibban dan Al Hakim).


وَعَنِ اِبْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ أَعْرَابِيًّا جَاءَ إِلَى اَلنَّبِيِّ – صلى الله عليه وسلم – فَقَالَ: – إِنِّي رَأَيْتُ اَلْهِلَالَ, فَقَالَ: ” أَتَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اَللَّهُ? ” قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: ” أَتَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اَللَّهِ? ” قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: ” فَأَذِّنْ فِي اَلنَّاسِ يَا بِلَالُ أَنْ يَصُومُوا غَدًا”


Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa seorang Arab Badui ada pernah datang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia pun berkata, “Aku telah melihat hilal.” Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam– bertanya, “Apakah engkau bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah?” Ia menjawab, “Iya.” “Apakah engkau bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah?“, Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam– kembali bertanya. Ia pun menjawab, “Iya.” Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam– pun memerintah, “Suruhlah manusia wahai Bilal agar mereka besok berpuasa.” (HR. Tirmidzi no. 691 dan Ibnu Majah no. 1652. Ibnu Hajar dalam Bulughul Marom berkata bahwa Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban menshahihkannya, tetapi An Nasai lebih cenderung pada pendapat bahwa riwayat tersebut mursal).


Moga Jalan Menuju Surga


Taat pada pemerintah kita kata Nabi adalah jalan menuju surga. Dari Abu Umamah Shuday bin ‘Ajlan Al Bahili radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah saat haji wada’ dan mengucapkan,


اتَّقُوا اللَّهَ رَبَّكُمْ وَصَلُّوا خَمْسَكُمْ وَصُومُوا شَهْرَكُمْ وَأَدُّوا زَكَاةَ أَمْوَالِكُمْ وَأَطِيعُوا ذَا أَمْرِكُمْ تَدْخُلُوا جَنَّةَ رَبِّكُمْ


“Bertakwalah pada Allah Rabb kalian, laksanakanlah shalat limat waktu, berpuasalah di bulan Ramadhan, tunaikanlah zakat dari harta kalian, taatilah penguasa yang mengatur urusan kalian, maka kalian akan memasuki surga Rabb kalian.” (HR. Tirmidzi, no. 616 dan Ahmad, 5:262. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini sahih, Syaikh Al-Albani mensahihkan hadits ini).


Akhirul Kalam


Tulisan ini tidaklah ingin membantah pendapat lain yang tidak sejalan dengan pemerintah. Tulisan ini bertujuan agar para pembaca tidak bingung saat berhari raya Idul Fitri 2023 ini karena jelas potensi berbeda itu ada, antara Jumat dan Sabtu.


Dari mengetahui hal ini, semoga jauh-jauh hari kita sudah bersiap-siap ingin berhari raya ikut siapa, memilih Jumat ataukah Sabtu, memilih shalat Id di mana, memilih khatib Id untuk hari apa, hingga memutuskan kapan mau mudik.


Wallohu A'lam

Dalil Surat Fatihah Disebut Ummul Qur'an

 Abu Sa’id Rafi’ bin Al Mu’alla radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata padaku,


أَلاَ أُعَلِّمُكَ أَعْظَمَ سُورَةٍ فِى الْقُرْآنِ قَبْلَ أَنْ تَخْرُجَ مِنَ الْمَسْجِدِ » . فَأَخَذَ بِيَدِى فَلَمَّا أَرَدْنَا أَنْ نَخْرُجَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّكَ قُلْتَ لأُعَلِّمَنَّكَ أَعْظَمَ سُورَةٍ مِنَ الْقُرْآنِ . قَالَ ( الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ) هِىَ السَّبْعُ الْمَثَانِى وَالْقُرْآنُ الْعَظِيمُ الَّذِى أُوتِيتُهُ »


“Maukah aku ajarkan engkau surat yang paling mulia dalam Al Qur’an sebelum engkau keluar masjid?”


Lalu beliau memegang tanganku, maka ketika kami hendak keluar, aku berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau mengatakan, “Aku akan mengajarkanmu surat yang paling agung dalam Al Qur’an?”


Beliau menjawab, “Alhamdulillahi rabbil ‘alamin (segala puji bagi Allah Rabb semesta alam) dan Al Qur’an Al ‘Azhim (Al Qur’an yang mulia) yang telah diberikan kepadaku.” (HR. Bukhari no. 5006)


Al-Qur’an merupakan kitab suci yang diturunkan oleh Allah melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Di dalamnya terdapat 114 surat. Dan surat pembuka atau surat pertama bernama Surat Al-Fatihah yang disebut juga sebagai Ummul Qur’an.


Lalu mengapa surat yang terdiri dari 7 ayat dan 139 huruf ini disebut sebagai Ummul Qur’an (induk Al-Qur’an)?


Sebelumnya, perlu diketahui surah ini disebut sebagai Surah Fatihah atau surat pembuka, karena dalam tertib atau susunan dalam mushaf merupakan surat pertama. Tetapi ini tidak bermakna bahwa Al-Fatihah merupakan surat pertama yang diturunkan. Karena surat pertama yang diturunkan sebagaimana kita tahu adalah bagian awal Surah Al-‘Alaq.


Selanjutnya, Al Fatihah disebut sebagai Ummul Qur’an, atau dalam riwayat lain disebut Ummul Kitab karena kandungan Surat Al-Fatihah merangkum semua substansi yang terdapat di dalam keseluruhan Al-Qur’an. Substansi tersebut adalah aqidah, ibadah dan metode hidup.


وهي على قصرها حوت معاني القرآن العظيم واشتملت مقاصده الأساسية بالاجمال فهي تتناول أصول الدين وفروعه، العقيدة، العبادة، التشريع، الاعتقاد باليوم الآخر والايمان بصفات الله الحسنى وافراده بالعبادة والاستعانة والدعاء والتوجه اليه جلّ وعلا بطلب الهداية الى الدين الحق والصراط المستقيم


Surat Al-Fatihah walaupun pendek tetapi menghimpun semua makna Al Quran yang agung dan mengandung maksud dasar secara global, yaitu memperoleh pokok-pokok agama dan cabangnya, aqidah, ibadah, syariat.


Keyakinan pada hari akhir, iman dengan sifat-sifat Allah yang bagus, mengesakan Allah dalam ibadah, memohon pertolongan pada-Nya, berdoa, menghadap pada-Nya yang Maha Agung dan Maha Tinggi dengan meminta petunjuk pada agama yang haq dan jalan yang lurus.


والقرآن نص على : العقيدة والعبادة ومنهج الحياة. والقرآن يدعو للاعتقاد بالله ثم عبادته ثم حدد المنهج في الحياة وهذه نفسها محاور سورة الفاتحة


Al-Qur’an merupakan nash akidah, ibadah dan metode hidup. Al-Quran mengajak pada keyakinan pada Allah, kemudian beribadah kepada-Nya dan memberikan ketentuan metode dalam hidup. Semua substansi ini terhimpun dalam SuratAl-Fatihah.


العقيدة: الحمد لله رب العالمين، الرحمن الرحيم، مالك يوم الدين. العبادة: إياك نعبد وإياك نستعين

مناهج الحياة: إهدنا الصراط المستقيم، صراط الذين أنعمت عليهم، غير المغضوب عليهم ولا الضآلين


Nash akidahnya adalah:


الحمد لله رب العالمين، الرحمن الرحيم، مالك يوم الدين


Nash ibadahnya adalah


إياك نعبد وإياك نستعين


Nash metode hidupnya adalah


إهدنا الصراط المستقيم، صراط الذين أنعمت عليهم، غير المغضوب عليهم ولا الضآلين


Selain itu dijelaskan juga di dalam Kitab Tafsir Asrar Tartibul Quran Juz 1 halaman 74 sebagai berikut:

 

سورة الفاتحة: افتتح سبحانه كتابه بهذه السورة; لأنها جمعت مقاصد القرآن; ولذلك كان من أسمائها: أم القرآن، وأم الكتاب، والأساس، فصارت كالعنوان وبراعة الاستهلال


Surat Al-Fatihah: Allah subhanahu wa ta’ala membuka dengannya, karena surat ini mengumpulkan, memuat tujuan-tujuan Al-Qur’an. Dan karena itulah termasuk dari nama-namanya adalah: Ummul Qur’an, Ummul Kitab, Al-Asas, maka seakan ia seperti judul dan baraatul istihlal (istilah dalam ilmu sastra arab/balaghah).


Dalil bahwa Al Fatihah disebut Ummul Quran,


عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « مَنْ صَلَّى صَلاَةً لَمْ يَقْرَأْ فِيهَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ فَهْىَ خِدَاجٌ – ثَلاَثًا – غَيْرُ تَمَامٍ ». فَقِيلَ لأَبِى هُرَيْرَةَ إِنَّا نَكُونُ وَرَاءَ الإِمَامِ. فَقَالَ اقْرَأْ بِهَا فِى نَفْسِكَ فَإِنِّى سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « قَالَ اللَّهُ تَعَالَى قَسَمْتُ الصَّلاَةَ بَيْنِى وَبَيْنَ عَبْدِى نِصْفَيْنِ وَلِعَبْدِى مَا سَأَلَ فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ ( الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ). قَالَ اللَّهُ تَعَالَى حَمِدَنِى عَبْدِى وَإِذَا قَالَ (الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ). قَالَ اللَّهُ تَعَالَى أَثْنَى عَلَىَّ عَبْدِى. وَإِذَا قَالَ (مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ). قَالَ مَجَّدَنِى عَبْدِى – وَقَالَ مَرَّةً فَوَّضَ إِلَىَّ عَبْدِى – فَإِذَا قَالَ (إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ ). قَالَ هَذَا بَيْنِى وَبَيْنَ عَبْدِى وَلِعَبْدِى مَا سَأَلَ. فَإِذَا قَالَ (اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ ). قَالَ هَذَا لِعَبْدِى وَلِعَبْدِى مَا سَأَلَ ».


Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Barangsiapa yang shalat lalu tidak membaca Ummul Qur’an (yaitu Al Fatihah), maka shalatnya kurang (tidak sah) -beliau mengulanginya tiga kali-, maksudnya tidak sempurna.”


Maka dikatakan pada Abu Hurairah bahwa kami shalat di belakang imam.


Abu Hurairah berkata, “Bacalah Al Fatihah untuk diri kalian sendiri karena aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku membagi shalat (maksudnya: Al Fatihah) menjadi dua bagian, yaitu antara diri-Ku dan hamba-Ku dua bagian dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta. Jika hamba mengucapkan ’alhamdulillahi robbil ‘alamin (segala puji hanya milik Allah)’, Allah Ta’ala berfirman: Hamba-Ku telah memuji-Ku. Ketika hamba tersebut mengucapkan ‘ar rahmanir rahiim (Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)’, Allah Ta’ala berfirman: Hamba-Ku telah menyanjung-Ku. Ketika hamba tersebut mengucapkan ‘maaliki yaumiddiin (Yang Menguasai hari pembalasan)’, Allah berfirman: Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku. Beliau berkata sesekali: Hamba-Ku telah memberi kuasa penuh pada-Ku. Jika ia mengucapkan ‘iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in (hanya kepada-Mu kami menyebah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan)’, Allah berfirman: Ini antara-Ku dan hamba-Ku, bagi hamba-Ku apa yang ia minta. Jika ia mengucapkan ‘ihdiinash shiroothol mustaqiim, shirootolladzina an’amta ‘alaihim, ghoiril magdhuubi ‘alaihim wa laaddhoollin’ (tunjukkanlah pada kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan jalan orang yang dimurkai dan bukan jalan orang yang sesat), Allah berfirman: Ini untuk hamba-Ku, bagi hamba-Ku apa yang ia minta.” (HR. Muslim no. 395).


افتتح سبحانه كتابه بهذه السورة؛ لأنها جمعت مقاصد القرآن؛ ولذلك كان من أسمائها: أم القرآن، وأم الكتاب، والأساس، فصارت كالعنوان وبراعة الاستهلال.


Allah SWT mengawali kitab-Nya dengan surat ini karena surat ini menghimpun maqasid Al-Quran (intisari Al-Quran). Dan karena ia menghimpun intisari Al-Quran, ia memiliki nama di antaranya; Ummul Qur’an, Ummul Kitab, dan Al-Asas. Surat Al-Fatihah ini seperti sebuah judul dan bara’atul istihlal (mukadimah yang indah dan mengisyaratkan isi). (Asrar Tartib Al-Quran, hlm. 49).  


Al-Fatihah disebut mengandung intisari Al-Quran disebutkan oleh sejumlah ulama; Hasan Al-Basri, Al-Zamakhsyari, Fakhruddin Al-Razi, dan lainnya.


قال الحسن البصر: إن الله أودع علوم الكتاب السابقة في القرآن، ثم أودع علوم القرآن في المفصل، ثم أودع علوم المفصل في الفاتحة، فمن علم تفسيرها كان كمن علم تفسير جميع الكتب المنزلة “أخرجه البيهقي في شعب الإيمان”


Hasan Al-Basri berkata, “Allah telah menyimpan ilmu-ilmu kitab terdahulu dalam Al-Quran. Kemudian Allah menyimpan ilmu-ilmu Al-Quran dalam surat-surat yang agak pendek (mufashal). Kemudian Allah menyimpan ilmu-ilmu surat mufashal dalam Al-Fatihah. Orang yang mengetahui tafsir Al-Fatihah, ia akan menjadi seperti orang yang mengetahui tafsir seluruh kitab suci yang telah diturunkan.” Al-Baihaqi meriwayatkan hadis ini dalam kitab Syu’ab Al-Iman. (Asrar Tartib Al-Quran, hlm. 49).


إن ترتيب السور على هذا الترتيب من رسول الله صلى الله عليه وسلم


Sesungguhnya urutan surat seperti yang ada di mushaf sekarang adalah dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. (an-Nasikh wal Mansukh fil Quran, hlm. 158).


Karena itu, setiap muslim hendaknya mengedepankan sikap pasrah, menerima dan tidak menggugat keberadaan al-Quran dan semua keadaannya. Termasuk urutan surat dalam al-Quran.


Kita akan simak keterangan Abu Ja’far Al-Gharnathi (ulama Andalus, w. 708 H) ketika beliau menjelaskan keterkaitan surat-surat dalam al-Quran. Beliau menyebutkan beberapa alasan, mengapa al-Quran diawali dengan surat al-Fatihah,


تضمنها مجملا لما تفصل في الكتاب العزيز بجملته وهو أوضح وجه في تقدمها سوره الكريمة.


Al-Fatihah mengandung makna global yang akan dirinci dalam al-Quran secara keseluruhan. Dan ini merupakan alasan terbesar, mengapa surat al-Fatihah berada di urutan pertama dalam al-Quran.


ثم هي مما يلزم المسلمين حفظه، ولابد للمصلين من قرائتها


Kemudian, surat ini wajib dihafal seluruh kaum muslimin, karena orang yang shalat harus membacanya.


ثم افتتاحها بحمد الله سبحانه. وقد شرع في ابتداءات الأمور


Kemudian surat ini diawali dengan kalimat Alhamdulillah, yang kalimat ini disyariatkan untuk dibaca setiap mengawali segala aktivitas.


وفيها تعقيب الحمد لله سبحانه بذكر صفاته الحسنى والإشارة إلى إرسال الرسل في قوله، “اهدنا”


Setelah hamdalah, dilanjutkan dengan menyebutkan asmaul husna (ar-Rahman ar-Rahim) dan  isyarat tentang diutusnya para rasul. Yaitu pada firman Allah, ‘Ihdinas shirathal mustaqim’


وذكر افتراق الخلق بذكر المهتدين، وذكر المغضوب عليهم ولا الضالين، وإن ملاك الهدى بيده


Lalu disebutkan tentang macam-macam makhluk, mulai dari al-Muhtadin (orang yang mendapat petunjuk), al-Maghdhubi ‘alaihim (orang yang dimurkai), dan ad-Dhaallin (orang yang sesat). Dan bahwa kuasa memberi hidayah ada di tangan Allah. (al-Burhan fi Tanasubi Suwar al-Quran, hlm. 187 – 189).


Wallohu A'lam

Rabu, 15 Februari 2023

Sholat Sunah Mi'roj

 اعلم ان الليالى المخصوصة بمزيد الفضل التي يتأكد فيها استحباب الاحياء في السنة خمس عشرة ليلة…وليلة سبع وعشرين منه وهي ليلة المعراج… فمن صلى في هذه الليلة اثنتى عشرة ركعة يقراء في كل ركعة فاتحة الكتاب وسورة من القران ويتشهد في كل ركعتين ويسلم


Artinya: ketahuilah.. sesungguhnya malam malam yang dikhususkan dengan tambahnya keutamaan, dianjurkan untuk menghidupkanya dalam satu tahun ada 15 malam.. dan malam 27 Rajab termasuk dari malam tersebut, yaitu malam mirajnya Nabi Muhammad SAW.


Barang siapa melakukan sholat pada malam tersebut 12 rokaat, dalam setiap rokaatnya membaca surat alfatihah dan surat dari Alqur an bertsyahud dalam dua rokaat dan salam.


Untuk melaksanakannya bisa dengan niat shalat hajat. Hal ini berdasarkan sebuah hadits yang diriwayatkan Ibnu Majah.


Ada banyak amalan sunah yang bisa dilakukan saat malam Isra Miraj dan saat Isra Miraj.


Termasuk melaksanakan salat sunah sebanyak 12 rekaat dengan salam setiap dua rekaat.


Shalat sunnah mutlak pada malam Isra dan Miraj ini boleh dilaksanakan setelah salat Maghrib, dan boleh juga dilaksanakan setelah salat Isya.


- Pertama, niat melaksanakan salat sunnah mi'roj sebanyak dua belas rakaat dengan melakukan salam setiap dua rakaat.


Lafal niatnya sebagai berikut:


اُصَلِّى سُنَّةً معراج رَكْعَتَيْنِ ِللهِ تَعَالٰى


Ushollii sunnatan mi'roj rok’ataini lillaahi ta’ala.


Aku niat shalat sunnah mi'roj dua rakaat karena Allah Ta’ala.



- Kedua, pada setiap rakaat membaca surah Al-Fatihah.


Kemudian dilanjutkan membaca surah Al-Ikhlas atau surah-surah Al-Quran lainnya.


- Ketiga, setelah salam dilanjutkan membaca kalimat tasbih berikut sebanyak seratus kali;


سبحان الله والحمد لله ولا اله الا الله والله اكبر


Subhaanallah walhamdu lillah walaa ilaaha illallah wallaahu akbar.


Kemudian membaca kalimat istighfar berikut sebanyak seratus kali;


استغفر الله العظيم


Astaghfirullaahal ‘adziim.



- Setelah itu, dilanjutkan membaca shalawat berikut sebanyak seratus kali;


اللهم صل وسلم على سيدنا محمد


Allohumma sholli wa sallim ‘alaa sayyidinaa muhammadin.



Shalat ini berdasarkan riwayat yang disebutkan dalam kitab Lamahatul Anwar wa Nafahatul Azhar riwayat Ibnu Abbas berikut;


قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: للعابد في هذه الليلة حسنات مائة سنة فمن صلى فيها اثنتي عشرة ركعة يقرأ في كل ركعة بأم القرأن وسورة من القرأن فيتشهد في كل ركعة ويسلم في أخرهن ثم يقول سبحان الله والحمد لله ولا اله الا الله والله اكبر مائة مرة ويستغفر الله مائة مرة ويصلي على النبي صلى الله عليه وسلم مائة مرة ويدعو لنفسه ما يشاء من امر دنياه واخرته ويصبح صا ئما فان الله يستجيب دعاءه الا ان يدعو في معصية


Artinya: Rasulullah Saw bersabda, bagi orang yang beribadah pada malam ini (27 Rajab) mendapatkan kebaikan seratus tahun. Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam ini sebanyak dua belas rakaat, pada setiap rakaat membaca surah Al-Fatihah dan surah Al-Quran, kemudian tasyahud dalam setiap rakaat dan salam setelah selesai Sholat kemudian membaca  



Subhaanallah walhamdu lillah walaa ilaaha illallah wallaahu akbar’ 100x

Istighfar 100x

Sholawat 100x


Kemudian Berdoa untuk kebaikan dirinya dalam urusan dunia maupun akhirat, kemudian berpuasa keesokan harinya, maka Allah akan mengabulkan doanya kecuali berdoa untuk tujuan maksiat.


Selasa, 14 Februari 2023

Kisah Percikan Darah Dalam Penulisan Baratayuda

 Pada Pemerintahan Sang Prabu Jayabaya di Kerajaan Kediri ditulislah Kitab Bharatayuda oleh dua Pujangga Keraton yaitu Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Biasanya Kitab apapun itu hanya ditulis oleh seorang Pujangga saja, namun kali ini oleh dua Pujangga Keraton. Apa sebabnya?


Di Pasewakan Agung Kerajaan Kediri Sang Prabu Jayabaya duduk di Singgasana gading dihadap para Nayaka Praja antara lain Patih, para Bupati, para Tumenggung dan seluruh Pejabat Istana yang memenuhi ruang pasewakan. Semua duduk dengan menundukkan kepala dan diam seribu bahasa sambil menunggu sabda Sang Prabu.


Setelah Sang Prabu berdialog dengan Patih dan para Bupati serta para Tumenggung dipangginyalah Mpu Sedah mendekat.


“Sedah, bocah bagus silakan maju ke depan. Jangan sungkan karena kamu abdi saya yang paling saya kasihi.”


“Mohon maaf Paduka, karena kami sudah berani ikut menghadap dalam pisowanan agung ini.”


“Apakah ada yang perlu kamu sampaikan kepada saya?”

“Mohon ampun Paduka, hamba merasa bingung dan tidak sanggup lagi untuk meneruskan menerjemahkan Kitab Bharatayuda.”

“Lho, apa yang menjadi penyebanya? Apakah kehabisan daun lontar? Kan tinggal minta saja ke perbendaharaan kraton.”

“Bukan masalah itu Sinuwun. Tapi hamba merasa berat untuk mengutarakannya.”

“Tidak apa-apa. Jangan sungkan-sungkan kalau memang itu untuk kelancaran penulisanmu.”

“Sendika Sinuwun, yang menyebabkan terhentinya tulisan hamba ketika hamba ingin menggambarkan kecantikan Dewi Setyawati saat akan berpisah dengan Prabu Salya untuk maju ke medan perang Kurusetra.”

“Apakah saudaramu Panuluh tidak bisa membantu kesulitanmu itu?”

“Adi Panuluh belum lama berkecimpung dalam kesusasteraan ini Sang Prabu. Hamba kawatir kalau kurang teliti bisa berakibat cacatnya penerjemahan tersebut.”

Prabu Jayabaya terdiam sejenak mengingat penulisan Kitab Bharatayuda itu sangat penting karena kitab itu menggambarkan kemenangan Prabu Jayabaya atas Kerajaan Daha.

“Jadi apa yang bisa melancarkan penulisan ini sehingga tidak terhenti?”

“Penerjemahan hamba bisa lancar kembali kalau diberikan contoh sebagai model Dewi Setyawati.” 

“Baik Sedah. Lalu apakah ada wanita di Kerajaan Kediri ini yang mirip dengan Dewi Setyawati?”

“Sekali lagi mohon ampun Paduka, menurut pemikiran hamba hanya isteri Paduka Dewi Ambar  yang mirip dengan Dewi Setyawati.”

Terhenyak Prabu Jayabaya mendengar penuturan Mpu Sedah tersebut, karena Dewi Ambar adalah selir Sang Prabu yang sangat cantik dan menjadi selir kesayanagan Sang Prabu.

Tetapi mengingat penerjemahan Kitab Bharatayuda itu sangat penting untuk pribadi Sang Prabu maka diijinkannya Dewi Ambar sebagai model untuk menggambarkan kecantikan Dewi Setyawati.

Mpu Sedah adalah pemuda yang tampan, perkasa dan cerdas sehingga dipanggil ke dalam Keraton untuk menerjemahkan Kitab Bharatayuda yang diambil dari Kitab Mahabharata dari India  kedalam Bahasa Jawa Kuna.

Sesungguhnya Mpu Sedah yang tinggal di Desa Medang sudah menjalin asmara dan saling mencinta serta bersumpah setia sehidup semati dengan Dewi Ambar putri Akuwu Medang. Namun untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, karena kecantikan Dewi Ambar sudah terkenal di seluruh Kerajaan Kediri dan terdengar pula oleh Sang Prabu Jayabaya, akhirnya diambil selir oleh Sang Prabu.

Tidak seorangpun yang bisa dan berani menolak kehendak Sang Prabu, dan sesungguhnya Sang Prabu Jayabaya juga tidak tahu kalau Dewi Ambar sudah menjalin asmara dengan Mpu Sedah.

Pagi hari ketika matahari baru saja terbit sepanjang galah, datanglah kereta kerajaan dan berhenti di depan Kapujanggan tempat Mpu Sedah tinggal.

Dari dalam kereta turunlah seorang wanita yang sangat cantik mengagumkan bak Dewi turun dari Kahyangan. Ternyata Sang Dewi itu memang Dewi Ambar yang baru datang dari Keputren.

Sang Prabu Jayabaya mengijinkan Dewi Ambar untuk datang ke Kapujanggan pada pagi hari dan sorenya kembali ke Keputren.

“Hamba menghaturkan selamat datang di Kapujanggan ini Sang Putri.”

“Ah Kakang Sedah, mbok ya jangan begitu ta.”

“Lho sekarang Sang Dewi sudah menjadi selir Sang Prabu, tentu bahagia sekali berada disampingnya serta dikelilingi para dayang.”

“Kakang Sedah, meski kini aku menjadi selir Sang Prabu namun hatiku tetap milikmu.”

Betapa berbunga-bunga hati Mpu Sedah mendengar penuturan Sang Dewi yang ternyata masih mencintainya dengan tulus. Dipegangnya tangan Sang Dewi dan diremas-remas jarinya sebagai pengobat rindu karena sebenarnya Mpu Sedah sudah kehilangan harapan samasekali.

Penuturan Sang Dewi bagaikan air telaga yang bening menyejukkan batin Mpu Sedah yang sudah mengering.

Setiap hari Dewi Ambar datang dan pergi ke Kapujanggan tempat Mpu Sedah menulis lontar, sehingga karena begitu haus dan saling merindukan maka lupalah mereka akan kedudukan masing-masing dan terjadilah cinta terlarang.

Setelah tujuh hari Dewi Ambar berperan sebagi model gambaran kecantikan Dewi Setyawati maka seorang prajurit Kajineman atau prajurit sandi melihat kejadian yang tak diduganya dan dianggap sebagi pelanggaran kesusilaan yang berat. Segrea prajurit sandi tersebut melapor kepada Sang Prabu apa yang dilihatnya.

Bukan main gusar dan amarah Sang Prabu Jayabaya kepada Mpu Sedah yang sudah diberi kepercayaan begitu besar serta sangat disayanginya ternyata mengkhianati Sang Prabu.

Segera dipanggilnya Mpu Sedah dan Dewi Ambar dan selanjutnya keduanya dijatuhi hukuman mati atas perbuatannya. Pada waktu itu Sedah yang baru 25 tahun.

Meskipun terbukti bersalah, Sedah enggan berlutut apalagi memohon ampun. Sambil tersenyum di depan algojo pancung, Sedah berdiri dan mengatakan bahwa hati Dewi Ambar adalah miliknya. Yang dimiliki Jayabaya hanyalah tubuhnya. Sedah tewas tanpa penyesalan.

Selanjutnya, Mpu Panuluh yang sebelumnya nggak sanggup mengerjakan Barathayudha diperintahkan untuk mengerjakan bagian yang ditinggalkan Sedah. Jadi, bagian babak permulaan sampai tampilnya Prabu Salya ke medan perang merupakan karya Mpu Sedah, sementara sisanya adalah karya Mpu Panuluh. Pada 6 November 1157 karya ini selesai.

Rabu, 08 Februari 2023

Sholawat Kanjeng Syaikh Abdul Qodir Jailany

 Shalawat Imam Abdul Qadir al-Jilaniy


اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد صلاة من في السموات والأرضين عليه وأجر يا رب لطفك في أمري  .

Allahumma sholli ala sayyidina Muhammadin wa ala ali Sayyidina Muhammad sholata man fis samawati wal arodhina alaihi, wa ajri Ya Robbi luthfaka fi amri.

Artinya: "Ya Allah, berikan sholawat atas pemimpin kami Nabi Muhammad dan keluarganya sebenar-benarnya sholawat sebanyak makhluq yang ada di 7 lapis langit dan bumi. Ya Tuhanku, lancarkan segala urusanku dengan KelembutanMu.

Shalawat ini dinisbahkan kepada Imam al-Quthb Sayyidi Abdul Qadir al-Jilaniy al-Baghdadiy al-Hasaniy Radhiyallahu Anhu. Dilahirkan di kota Jilan, atau disebut juga kota Kilan yang berada di negri Iran pada tahun 470 Hijriyah bertepatan 1077 Masehi. Wafat pada tahun 561 Hijriyah dan dimakamkan di kota Baghdad Iraq.

Syekh Muhammad Bin Ahmad al-Manla Mursyid Thoriqoh al-Qadiriy mencacatkan sholawat ini dalam kitab beliau "Syarh Shalawat Syekh Abdul Qodir al-Jilaniy" halaman: 103.

Keutamaannya: Siapa yang membacanya sebanyak 1000 kali, maka Allah Taala akan hilangkan kesulitan dan masalah pelik hidupnya serta Segala hajatnya terkabulkan.

Adapun sanad muttashil (bersambung) kepada Imam Abdul Qadir al-Jilaniy Radhiyallahu Anhu, alFaqir diriwayatkan sebagai berikut:

احمد بن احمد عن العلامة المسند السيد ماجد بن حامد الشيحاوي الأعرجي الحسيني عن شيخه العلامة محمد صالح بن عثمان جلال الدين ملايوي عن العلامة المحدث حسن محمد المشاط عن شيخه العلامة عبد الله بن محمد غازي الهندي المكي عن شيخه العلامة الحبيب حسين بن السيد محمد بن حسين بن عبد الله الحبشي العلوي عن والده عن شيخه السيد طاهر بن الحسين بن طاهر عن السيد الامام عبد الرحمن بن علوي عن السيد عبد الرحمن بن عبد الله بلفقيه عن والده عن العلامة احمد القشاشي عن الامام الشناوي عن الامام عبد الرحمن بن عبد القادر بن عبد العزيز بن فهد العلوي عن عمه جار الله بن عبد العزيز عن الحافظ جلال الدين السيوطي عن الامام جلال الدين الملقن عن شيخه ابي اسحاق التنوخي عن ابي العباس الحجار عن الامام احمد بن يعقوب المارستاني عن سلطان الاولياء الامام القطب سيدي عبد القادر الجيلاني رضي الله عنه .

Keutamaan membaca shalawat bukan hal yang berlebihan. Dalam sebuah riwayat, imam al-Baihaqiy menyebutkan dalam kitab Suabul Iman:

من صلى علي في كل يوم مائة مرة قضى الله له مائة حاجة سبعين منها لآخرته وثلاثين منها لدنياه" 

Artinya; siapa saja yang bersholawat kepadaku setiap hari 100 kali, maka Allah akan mengabulkan 100 hajatnya. 70 hajat urusan akhirat dan sisanya 30 terkait urusan dunianya." 

Hijaunya Makkah Tanda Qiamat???

 Awal Januari tahun 2023 kita disuguhkan suatu fenomena langka dan menarik dengan adanya beberapa wilayah Arab Saudi bagian barat yang tampak menghijau. Beberapa wilayah tersebut termasuk Makkah, Madinah, dan Jeddah.   


Dataran dan pegunungan yang biasanya tandus, dalam beberapa hari terakhir tampak ditumbuhi rerumputan. Hal tersebut akibat curah hujan yang tinggi beberapa hari terakhir. Fenomena tersebut menghasilkan sebuah pemandangan yang indah. 


Namun, pemandangan hijau tersebut diprediksi akan kembali berganti tandus setelah musim hujan usai. Sebenarnya ada beberapa wilayah di Arab Saudi yang memang hijau di musim panas sekalipun, yaitu di desa Al-Majmal dan Lembah Bardani. 


Munculnya fenomena Arab menghijau mendapatkan berbagai tanggapan dari masyarakat dunia. Ada yang menanggapinya dengan takjub dan mengagumi indahnya pemandangan tersebut, ada pula yang melihatnya dari sisi sains. Namun, cukup banyak pula yang mengaitkan pemandangan asri tersebut dengan tanda-tanda kiamat. 


Golongan terakhir ini berpegangan pada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh banyak Imam, di antaranya adalah Imam Muslim, Imam Ibnu Hibban, Imam Ahmad, dan Imam Al-Hakim: 


 لَا تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى يَكْثُرَ الْمَالُ وَيَفِيْضُ، حَتَّى يَخْرُجَ الرَّجُلُ بِزَكَاةِ مَالِهِ فَلَا يَجِدُ أَحَدًا يَقْبَلُهَا مِنْهُ، وَحَتَّى تَعُوْدَ أَرْضُ الْعَرَبِ مُرُوْجًا وَأَنْهَارًا   


Artinya, “Kiamat tidak akan terjadi sampai harta menjadi banyak, hingga seseorang keluar membawa zakat lalu tidak menemukan orang yang sah untuk menerimanya, dan sampai bumi Arab kembali menjadi tanah lapang penuh tumbuhan dan sungai-sungai mengalir.” (Muslim, Shahih Muslim, [Beirut: Dar Ihya’ut Turatsil ‘Arabi], juz II, halaman 701).


Yang nampak jelas dari hadits tersebut bahwa negeri-negeri Arab akan dilimpahi dengan air yang banyak, sehingga menjadi beberapa sungai, tumbuh di atasnya berbagai macam tumbuhan sehingga menjadi padang rumput, kebun-kebun, dan hutan-hutan.


Bukti yang mendukung pendapat ini adalah munculnya di zaman ini sumber-sumber air bagaikan sungai, dan tumbuh di atasnya berbagai macam tanaman, dan akan terbukti segala hal yang dikabarkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu anhu telah meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salalm bersabda pada perang Tabuk:


إِنَّكُمْ سَتَأْتُونَ غَدًا إِنْ شَاءَ اللهُ عَيْنَ تَبُوكَ، وَإِنَّكُمْ لَنْ تَأْتُوهَا حَتَّـى يُضْحِيَ النَّهَارُ، فَمَنْ جَاءَهَا مِنْكُمْ، فَلاَ يَمَسَّ مِنْ مَائِهَا شَيْئًا حَتَّـى آتِيَ، فَجِئْنَاهَا وَقَدْ سَبَقَنَا إِلَيْهَا رَجُلاَنِ وَالْعَيْنُ مِثْلُ الشِّرَاكِ تَبِضُّ بِشَيْءٍ مِنْ مَاءٍ، قَالَ: فَسَأَلَهُمَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: هَلْ مَسَسْتُمَا مِنْ مَائِهَا شَيْئًا؟ قَالاَ نَعَمْ، فَسَبَّهُمَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَقَالَ لَهُمَا: مَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَقُولَ. قَالَ: ثُمَّ غَرَفُوا بِأَيْدِيهِمْ مِنَ الْعَيْنِ قَلِيلاً قَلِيلاً، حَتَّى اجْتَمَعَ فِي شَيْءٍ. قَالَ: وَغَسَلَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيهِ يَدَيْهِ وَوَجْهَهُ، ثُمَّ أَعَادَهُ فِيهَا، فَجَرَتِ الْعَيْنُ بِمَاءٍ مُنْهَمِرٍ أَوْ قَالَ: غَزِيرٍ… حَتَّى اسْتَقَى النَّاسُ ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : يُوشِكُ يَا مُعَاذُ إِنْ طَالَتْ بِكَ حَيَاةٌ أَنْ تَرَى مَا هَاهُنَا قَدْ مُلِئَ جِنَانًا.


“Sesungguhnya kalian -insya Allah- akan mendatangi mata air Tabuk esok hari, dan sesungguhnya kalian tidak akan mendatanginya sehingga siang sudah meninggi (waktu dhuha). Barangsiapa dari kalian mendatangi-nya, maka janganlah ia menyentuh airnya sedikit pun hingga aku tiba.” “Akhirnya kami datang dan ternyata ada dua orang yang telah menda-hului kami. Mata air itu bagaikan tali sandal yang mengucurkan sedikit air.” Mu’adz berkata, “Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada keduanya, ‘Apakah kalian berdua telah menyentuh sedikit dari airnya?’ Keduanya menjawab, ‘Betul,’ kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mencerca keduanya, dan mengatakan berbagai hal kepada keduanya.’” Mu’adz berkata, “Kemudian mereka menyiduk air dari mata air sedikit demi sedikit, sehingga air tersebut terkumpul di suatu wadah.” Mu’adz berkata, “Akhirnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mencuci kedua tangan juga muka di dalamnya, lalu beliau mengembalikan air tersebut ke dalam mata air, kemudian mata air itu memancarkan air dengan jumlah yang sangat banyak,” atau ia berkata, “Dengan melimpah,” …sehingga semua orang bisa memakainya. Akhirnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Hampir saja wahai Mu’adz! Seandainya umurmu panjang, niscaya engkau akan melihat tempat ini dipenuhi dengan kebun-kebun.’” 

Shahiih Muslim, kitab al-Fadhaa-il, bab Mukjizaatun Nabiyyi J (XV/40-41, Syarh Muslim).


Hadits di atas menjelaskan bahwa salah satu tanda kiamat adalah bumi Arab kembali menjadi maraj, yang berarti tanah lapang yang dipenuhi tumbuhan. Untuk mengetahui bagaimana maksud hadits di atas, kita perlu merujuk penjelasan dari para ulama.   


Imam An-Nawawi menjelaskan hadits di atas sebagai berikut:  


معناه والله أعلم أنهم يتركونها ويعرضون عنها فتبقى مهملة لا تزرع ولا تسقى من مياهها وذلك لقلة الرجال وكثرة الحروب وتراكم القتن وقرب الساعة وقلة الآمال و عدم الفراغ لذلك والاهتمام به   


Artinya, “Makna tanah Arab menjadi ladang yang hijau—wallahu a’lam—adalah orang-orang meninggalkannya, tidak ditanami dan disirami dari sungai-sungainya. Demikian itu sebab jumlah kaum lelaki sedikit, banyaknya peperangan dan kerusuhan, dekatnya kiamat, minimnya harapan, dan tidak adanya waktu untuk mengurus hal tersebut.” (An-Nawawi, Syarh Shahih Muslim, [Beirut: Dar Ihya’ut Turatsil ‘Araby], juz VII, halaman 97).  


An-Nawawi bukan satu-satunya yang menjelaskan makna hadits tersebut. Imam Al-Qurthubi sebagaimana dinukil oleh Imam As-Suyuthi juga menjelaskan maknanya, bahkan dengan penjelasan yang sama sekali berbeda dari paparan An-Nawawi:


أي تنصرف دواعي العرب عن مقتضى عادتهم من انتجاع الغيث والارتحال عن المواطن للحروب والغارات ومن عزة النفوس العربية الكريمة الأبية إلى أن يتقاعدوا عن ذلك فيشتغلوا بغراسة الأرض وعمارتها وإجراء مياهها


Artinya, “Maksud hadits di atas adalah keinginan orang Arab telah beralih dari yang sebelumnya meminta pertolongan dan berpindah-pindah tempat karena banyak peperangan dan serangan, mereka menjadi enggan melakukan itu semua, lalu mereka menyibukan diri dengan bercocok tanam dan mengalirkan air-air sungai.” (Jalaluddin As-Suyuthi, Syarh Shahih Muslim, [KSA: Dar Ibn ‘Affan, 1996], juz III, halaman 84).     


Dari kedua paparan di atas, ada titik temu yang dapat kita simpulkan, bahwa apapun sebab tanah Arab menghijau, tidak menjadi tanda kiamat jika hanya terjadi dalam batas waktu tertentu saja. 


Wallahu a’lam.

Selasa, 07 Februari 2023

Gempa Bumi Di Turki Tak Sekedar Fenomena Alam

 Disebutkan dalam hadis dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


لا تقوم الساعة حتى يقبض العلم ويتقارب الزمان وتكثر الزلازل ، وتظهر الفتن ، ويكثر الهرج ” قيل وما الهرج يا رسول الله ؟ قال : القتل القتل


“Tidak akan terjadi kiamat, sampai ilmu itu diangkat, waktu semakin pendek, banyak gempa bumi, fitnah meraja lela, dan banyak terjadi al-haraj.” Sahabat bertanya, apa itu al-haraj? Beliau menjawab: “Pembunuhan, pembunuhan”. (HR. Bukhari)


Gempa bumi termasuk bencana yang disebabkan dari alam yang menghasilkan guncangan atau getaran pada permukaan bumi akibat pergerakan lempeng bumi di bawah yang sewaktu-waktu bisa terjadi kapan saja. Tidak ada satupun makhluk yang mampu mencegah gempa bumi selain kehendak Allah SWT.


Segala yang terjadi pada alam semesta sudah sudah tercatat dalam Lauh Mahfuz termasuk Gempa Bumi, telah menjadi ketetapan Allah. Sebagaimana yang terkandung di dalam Surah Al-Hadid ayat 22:


مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَا فِىٓ أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِى كِتَٰبٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَآ ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٌ


“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.”


Bencana Alam adalah fenomena alam yang pasti terjadi dan tidak bisa diciptakan oleh makhluk siapapun. Letak geografis yang sudah pasti terkena bencana alam seperti daerah bagian bawahnya terdapat patahan lempeng aktif yang sewaktu-waktu bisa mengakibatkan gempa. Fenomena alam itu sudah menjadi ketetapan Allah bahwa bumi ini mengandung segala hikmah dan manfaat termasuk pergerakan gunung dan lapisan dalam bumi. Allah berfirman dalam Surah An-Naml ayat 88:


وَتَرَى ٱلْجِبَالَ تَحْسَبُهَا جَامِدَةً وَهِىَ تَمُرُّ مَرَّ ٱلسَّحَابِ ۚ صُنْعَ ٱللَّهِ ٱلَّذِىٓ أَتْقَنَ كُلَّ شَىْءٍ ۚ إِنَّهُۥ خَبِيرٌۢ بِمَا تَفْعَلُونَ


“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka gunung-gunung itu tetap ada di tempatnya, padahal gunung-gunung itu bergerak seperti awan yang bergerak. Allah telah membuat segala sesuatu dengan kokoh. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”


Diceritakan oleh Ibn Abi Dunya dari Anas bin Malik, bahwa beliau bersama seorang lelaki lainnya pernah menemui Aisyah. Lelaki ini bertanya, “Wahai Ummul Mukminin, jelaskan kepada kami tentang fenomena gempa bumi!” Aisyah menjawab,


إذا استباحوا الزنا ، وشربوا الخمور ، وضربوا بالمعازف ، غار الله عز وجل في سمائه ، فقال للأرض : تزلزلي بهم ، فإن تابوا ونزعوا ، وإلا أهدمها عليهم


“Jika mereka sudah membiarkan zina, minum khamar, bermain musik, maka Allah yang ada di atas akan cemburu. Kemudian Allah perintahkan kepada bumi: ‘Berguncanglah, jika mereka bertaubat dan meninggalkan maksiat, berhentilah. Jika tidak, hancurkan mereka’.”


Orang ini bertanya lagi, “Wahai Ummul Mukminin, apakah itu siksa untuk mereka?”


Beliau menjawab,


بل موعظة ورحمة للمؤمنين ، ونكالاً وعذاباً وسخطاً على الكافرين ..


“Itu adalah peringatan dan rahmat bagi kaum mukminin, serta hukuman, adzab, dan murka untuk orang kafir.”  (Al-Jawab Al-Kafi, Hal. 87–88)


Hari Kiamat merupakan hari yang dimana terjadi kehancuran di alam semesta hingga tak tersisa. Manusia akan diminta pertanggungjawaban atas perbuatan selama di dunia ini. Umat Islam wajib meyakini akan terjadinya hari kiamat yang merupakan rukun iman kelima. Kehancuran dunia telang diungkap oleh ilmuwan melalui pendekatan sains dan ini juga sudah tertuang dalam Al-Quran dan Hadis.


كَلَّآ اِذَا دُكَّتِ الْاَرْضُ دَكًّا دَكًّاۙ


“Jangan (berbuat demikian). Apabila Bumi diguncangkan berturut-turut,” (QS. Al-Fajr: 21)


إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَا ) 1( وَأَخْرَجَتِ الْأَرْضُ أَثْقَالَهَا ) 2( وَقَالَ الْإِنْسَانُ مَا لَهَا )3


Artinya: “Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)-nya, dan manusia bertanya: “Mengapa bumi (menjadi begini)?”. (QS Al-Zalzalah: 1-3)


Dari ayat diatas menjelaskan ketika kiamat tiba, bumi akan terjadi gempa yang sangat dahsyat secara berturur-turut. Bumi juga mengeluarkan segala isi kandungan dalam bumi.


Salah satu tanda kiamat adalah banyaknya terjadi gempa bumi. Hal tersebut disabdakan oleh Rasulullah SAW.


Rasulullah SAW menjelaskan tentang tanda-tanda hari kiamat. Salah satunya memang adalah gempa bumi yang terjadi terus menerus Abu Hurairah RA mendengar Nabi Muhammad SAW bersabda:


قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقْبَضَ الْعِلْمُ وَتَكْثُرَ الزَّلَازِلُ وَيَتَقَارَبَ الزَّمَانُ وَتَظْهَرَ الْفِتَنُ وَيَكْثُرَ الْهَرْجُ وَهُوَ الْقَتْلُ الْقَتْلُ حَتَّى يَكْثُرَ فِيكُمْ الْمَالُ فَيَفِيضَ


Nabi SAW bersabda, “Tidak akan terjadi hari kiamat kecuali setelah hilangnya ilmu, banyak terjadi gempa, waktu seakan berjalan dengan cepat, timbul berbagai macam fitnah, Al haraj -yaitu pembunuhan- dan harta melimpah ruah kepada kalian.” (HR Bukhari). Dalam hadist lain disebutkan juga:


بَيْنَ يَدَيْ السَّاعَةِ مُوتَانٌ شَدِيدٌ وَبَعْدَهُ سَنَوَاتُ الزَّلَازِلِ


Artinya: “Ketika hari kiamat sudah dekat akan ada kematian yang sangat banyak dan setelahnya akan datang tahun-tahun dimana terjadi banyak gempa," (HR Ahmad).


Sementara dalam hadist lain dijelaskan:


يَا ابْنَ حَوَالَةَ إِذَا رَأَيْتَ الْخِلَافَةَ قَدْ نَزَلَتْ الْأَرْضَ الْمُقَدَّسَةَ  فَقَدْ دَنَتْ الزَّلَازِلُ وَالْبَلَايَا وَالْأُمُورُ الْععِظَامُ وَالسَّاعَةُ يَوْمَئِذٍ أَقْرَبُ إِلَى النَّاسِ مِنْ يَدَيَّ هَذِهِ مِنْ رَأْسِكَ


Artinya: “Wahai Ibnu Hawaalah jika engkau telah melihat khilafah tersebar dari Madinah hingga Syam, terjadi gempa-gempa, bala bencana serta hal-hal menggentarkan lainnya. Maka pada saat itu tejadinya hari kiamat lebih dekat daripada jarak antara tangan dan kepalamu." (HR Ahmad).


أما بعد فإن هذا الرجف شيء يعاتب الله عز وجل به العباد ، وقد كتبت إلى سائر الأمصار أن يخرجوا في يوم كذا ، فمن كان عنده شيء فليتصدق به فإن الله عز وجل قال : (قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى* وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى) وقولوا كما قال آدم : (( قَالا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ) وقولوا كما قال نوح : (( وإلا تغفر لي وترحمني أكن من الخاسرين )) وقولوا كما قال يونس : (( لا إله إلا أنت سبحانك إني كنت من الظالمين ))


Amma ba’du, sesungguhnya gempa yang terjadi ini merupakan teguran dari Allah kepada hamba-Nya. Saya telah mengirim surat ke berbagai daerah untuk keluar pada hari tertentu. Siapa yang memiliki sesuatu, hendaknya dia sedekahkan. Karena Allah berfirman,


قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى* وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى


“Sungguh beruntung orang yang mengeluarkan zakat. Dia mengingat nama Tuhannya kemudian shalat.”


Dan aku perintahkan mereka untuk mengatakan sebagaimana yang diucapkan Adam:


رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ


“Ya Allah, kami telah menzalimi diri kami, jika Engkau tidak mengampuni kami dan merahmati kami, tentu kami akan menjaid orang yang rugi.”


Aku juga perintahkan agar mereka mengucapkan sebagaimana yang dikatakan Yunus:


لا إله إلا أنت سبحانك إني كنت من الظالمين


Laa ilaaha illaa anta, subhaanaka, sesungguhnya aku termasuk orang yang zalim.

Enam Perkara Yang Dirahasiakan Alloh

 Menurut Sayyidina Umar bin Khattab Radhiyallahu anhu, ada enam perkara yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala rahasiakan terhadap hamba-Nya. Semua itu tentu saja memiliki sebuah alasan. Antara lain, agar hamba-Nya bersungguh-sungguh dalam mendapatkannya.

Sebagaimana yang telah diriwayatkan dari Sayyidina Umar ra. Bahwa ia berkata sebagai berikut :

إِنَّ اللهَ كَتَمَ سِتَّةً فِى سِتَّةٍ : كَتَمَ الرِّضَا فِى طَاعَةٍ وَكَتَمَ اْلغَضَبَ فِى مَعْصِيَةٍ  وَكَتَمَ لَيْلَةَ اْلقَدْرِ فِى شَهْرِ رَمَضَانَ وَكَتَمَ اَوْلِيَاءَهُ فِيْمَا بَيْنَ النَّاسِ وَكَتَمَ الْمَوْتَ فِى اْلعُمْرِ وَكَتَمَ الصَّلَاةَ اْلوُسْطَى فِى الصَّلَوَاتِ

"Sesungguhnya Allah merahasiakan enam perkara di dalam enam perkara lainnya, yaitu : merahasiakan ridha-Nya dalam perbuatan taat. Merahasiakan murka-Nya dalam perbuatan maksiat. Merahasiakan Lailatul Qadar dalam bulan Ramadhan. Merahasiakan wali-wali-Nya di tengah tengah manusia. Dan menyisipkan kematian di sepanjang umur. Serta merahasiakan shalat Wustha di dalam shalat lima waktu. “

Pertama, Allah merahasiakan ridha-Nya di balik ketaatan seorang hamba-Nya. Hal tersebut dimaksudkan agar hamba-Nya bersungguh-sungguh melakukan ketaatan kepada Allah. walaupun terlihat sederhana. Sebab, boleh jadi di balik ketaatan seorang hamba yang tampaknya sederhana ternyata disitulah terdapat ridha-Nya.

Kedua, Allah Subhanahu Wa Ta’ala merahasiakan murka-Nya terhadap hamba-Nya yang berani melakukan kemaksiatan. Hal tersebut dimaksudkan agar hamba-Nya bersungguh-sungguh menjauhi kemaksiatan. Dengan begitu, hamba-Nya tidak akan menyepelekan segala bentuk kemaksiatan, walaupun tampaknya sederhana. Sebab, boleh jadi di balik kemaksiatan yang tampaknya sederhana itulah terdapat murka-Nya.

Ketiga, Allah merahasiakan kapan datangnya malam kemuliaan (lailatul qadar) di bulan Ramadhan. Hal tersebut dimaksudkan agar hamba-Nya bersungguh-sungguh beribadah sepanjang bulan suci Ramadhan. Seperti yang dijelaskan dalam firman Allah, bahwa malam lailatul qadar itu lebih baik dibandingkan seribu bulan.

Allah berfirman yang artinya:

 “Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.”(QS al-Qadr [97] : 3).

Sebagaimana dinyatakan dalam sabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam, pahala atau amalan sunah di dalamnya (di bulan ramadhan) ditingkatkan menjadi setara dengan pahala (amalan) wajib.

Tetapi Imam Naho’i berpendapat bahwa “satu rakaat shalat di bulan ramadhan lebih utama dari pada shalat 1000 rakaat selain di bulan ramadhan, dan 1 tasbih di bulan ramadhan lebih utama dari 1000 tasbih selain di bulan ramadhan.”

Dalam sebuah hadits marfu` yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani telah diterangkan, bahwa Nabi Muhammad SAW. Bersabda sebagai berikut :

مَنْ زَنَا فِيْهِ اَوْ شَرِبَ خَمْرًالَعَنَهُ اللهُ وَمَنْ فِى اْلسَّمَوَاتِ إِلَى مِثْلِهِ مِنَ اْلحَوْلِ الثَّانِى .

“Barangsiapa berzina atau khamer di bulan Ramadhan, maka ia dilaknat oleh Allah dan Malaikat yang ada di langit, sampai datang tanggal (hari) yang sama di tahun depan. “

Maka sebagai seorang muslim, kita harus memaksimalkan ibadah kita, terlebih lagi pada bulan ramadhan, karena banyak sekali ganjaran pahala yang Allah lipatkan di bulan ramadhan.

Keempat, Allah merahasiakan wali-Nya terhadap hamba-Nya. Hal tersebut dimaksudkan agar hamba-Nya tidak merendahkan derajat orang lain. Dengan begitu, hamba-Nya akan bersungguh-sungguh menghormati setiap hamba-Nya dengan tidak meremehkannya. Sebab, boleh jadi orang yang diremehkan itu adalah wali-Nya.

Allah menyembunyikan para wali-Nya di antara makhluk-Nya. Hal ini dimaksudkan agar kita tidak meremehkan siapa pun dari hamba-hamba-Nya karena mungkin ia adalah waliyullah. Dengan kata lain kita sesungguhnya tidak perlu mengorek-ngorek apakah seseorang adalah waliyullah atau bukan terutama jika upaya ini hanya akan membuat kita meremehkan orang itu setelah kita meyakini bahwa ia bukan seorang wali. 

Justru seharusnya ketika Allah sengaja merahasiakan para wali-Nya dari hamba-hamba-Nya, maka kita sebaiknya memiliki keyakinan bahwa setiap orang sebaiknya kita hormati sebab mereka memang pantas dihormati karena kemanusiaannya. Allah sendiri memuliakan mereka sebagaimana disebutkan di dalam Al-Qur’an sebagai berikut: 

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا

Artinya: “Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rejeki dari yang baik-baik, dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan, dengan kelebihan yang sempurna.” (QS. Al-Isra’: 70).

Selain itu, agar kita tidak gampang meremehkan orang lain dan justru terdorong untuk menghormatinya, kita perlu meyakini bahwa setiap orang memiliki kelebihan masing-masing. Cara ini lebih menjamin keselamatan kita dari meremehkan orang lain. 

Sebuah pepatah bahasa Arab menyatakan: 

 لَا تَحْتَقِرْ مَنْ دُوْنَكَ لِكُلِّ شَيْئٍ مَزِيَّةٌ. 

Artinya: “Janganlah engkau meremehkan orang lain sebab segala sesuatu (atau setiap orang) memiliki kelebihannya sendiri (yang kita mungkin tidak memilikinya). 

Pepatah tersebut sejalan dengan firman Allah subhanahu wata’ala di dalam Al-Qur’an sebagai berikut: 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik.” (QS. Al Hujurat: 11)

Kelima, Allah merahasiakan datangnya ajal (kematian) di balik umur hamba-Nya. Hal tersebut dimaksudkan agar hamba-Nya mempersiapkan diri dengan baik sepanjang hayatnya untuk menyambut ajalnya. karena sejatinya kematian itu bisa datang secara tiba-tiba.

Keenam, Allah merahasiakan datangnya waktu sholat Wustha. Hal tersebut dimaksudkan agar hamba-Nya bersungguh-sungguh mengikhtiarkannya. Sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya, sholat Wustha merupakan sholat paling utama di antara sholat lima waktu.