Translate

Senin, 22 Maret 2021

Keris Yang Menyimpan Wahyu Keraton

 Didunia perkerisan dikenal adanya Keris-Keris khusus yang hanya dimiliki oleh Orang-Orang tertentu saja sesuai peruntukkan Kerisnya. Artinya tidak semua orang bisa cocok memiliki Keris-Keris tersebut dan tidak semua orang bisa mendapatkan manfaat atau tuahnya.


Keris yang di anggap paling tinggi derajatnya dan bersifat khusus adalah Keris Keraton karena memiliki Wahyu Keraton. Dibawah tingkatan Keris Keraton adalah Keris-Keris yang memiliki Wahyu kepangkatan dan derajat serta Wahyu keningratan.


Keris Keraton adalah Keris pusaka yang khusus dibuat untuk dipasangkan dengan Orang yang memiliki Wahyu Keprabon sekaligus untuk menjadi lambang kebesaran sebuah Kerajaan, Kadipaten atau Kabupaten sesuai tingkatan Wahyu Kerisnya.


Keris Keraton merupakan pusaka yang menjadi lambang kekuasaan karena Keris tersebut membawa Wahyu kepemimpinan atau Wahyu keprabon yang akan mengantarkan seseorang pada posisi dan derajat yang tinggi atau menjadi seorang pemimpin seperti Raja/Presiden atau kepala daerah sesuai tingkatan Wahyu Kerisnya.


Pengertian Keraton bukan hanya semata-mata sebuah bangunan Keraton yang menjadi istana Raja atau Adipati, tapi melambangkan kebesaran sebuah pemerintahan. Bangunannya sendiri hanyalah sebagai simbol saja dari adanya sebuah pemerintahan.


Pengertian Keraton sendiri terbagi dalam 3 tingkatan, yaitu Keraton Kerajaan, Kadipaten dan Kabupaten. Dan yang disebut Keris Keraton bukanlah semua Keris yang dimiliki oleh sebuah Keraton atau semua Keris yang menjadi perbendaharaan sebuah Keraton yang disimpan digedhong pusaka Kerajaan.


Keris Keraton adalah Keris pusaka yang memiliki atau membawa Wahyu Keraton yang dalam pembuatannya memang dikhususkan untuk dipasangkan dengan Wahyu Keprabon yang dimiliki oleh seorang pemimpin atau calon pemimpin.


Keris Keraton baru akan menyatu dan memberikan tuahnya kepada orang yang ketempatan Wahyu Keprabon, atau orang yang cocok untuk menjadi wadah dari Wahyunya.


Keris Keraton adalah Keris keningratan yang paling tinggi tingkatannya dan bersifat khusus dan tidak boleh digunakan oleh sembarang Orang, termasuk oleh anak Raja sekalipun. Karena selain Orang yang memiliki Wahyu Keprabon tidak akan bisa berdampingan dan selaras dengan Keris Keraton.


Hanya orang-orang yang memiliki Wahyu Keprabon saja yang bisa memilikinya sehingga Wahyu pada diri Orang tersebut dan Wahyu dari Kerisnya akan menyatu dan mewujudkan sinergi keghaiban yang tidak akan bisa disamai oleh pusaka-pusaka lainnya.


Keris Keraton dan Keris pusaka Kerajaan biasanya akan disimpan digedhong pusaka Kerajaan dan tempatnya akan disendirikan atau terpisah dari pusaka-pusaka yang lain.


Keris pusaka Keraton dan Keris pusaka Kerajaan baru akan dikeluarkan dari tempatnya jika akan dijamas atau jika ada upacara-upacara besar Kerajaan atau jika terjadi situasi yang mendesak dan genting.


Sedangkan pusaka Kerajaan biasanya berbentuk Tombak dan Payung Raja atau Payung Songsong yang juga merupakan lambang kebesaran sebuah Keraton dan biasanya diletakkan berdiri dibelakang singgasana Raja.


Contoh pusaka yang dijadikan Pusaka Kerajaan adalah Tombak Kyai Plered yang menjadi pusaka Kerajaan Mataram Islam.


Tombak Kyai Plered awalnya diberikan oleh Sultan Hadiwijaya (Sultan Pajang) kepada Sutawijaya sebagai bekal untuk menghadapi Arya Penangsang (Adipati Jipang) yang pada akhirnya mengantarkan Sutawijaya (Panembahan Senopati) menjadi penguasa Mataram.


Contoh pusaka lainnya adalah Bende Mataram yang menjadi pusaka andalan Kerajaan Mataram untuk menaikkan semangat tempur Prajurit Mataram dalam peperangan, sekaligus untuk merusak psikologis prajurit musuh pada saat Mataram berperang melawan Kerajaan Pajang.


Ada juga Keris yang menjadi lambang serah-terima tahta Kerajaan, yaitu Keris yang diserahkan kepada putra mahkota atau Raja pengganti ketika seorang Raja turun tahta. Keris ini menjadi simbol bahwa sang Raja sudah lengser dan sudah menyerahkan tahtanya kepada Orang yang menerima Keris tersebut.


Tapi Keris tersebut bukan merupakan Keris Keraton, tapi tergolong sebagai Keris Raja. Biasanya Keris tersebut akan disimpan didalam gedhong pusaka Kerajaan dan menjadi Keris pusaka Kerajaan.


Dibawah tingkatan Keris Keraton adalah Keris yang memiliki Wahyu kepangkatan dan derajat, yaitu Wahyu yang akan mengantarkan pemiliknya mencapai posisi/jabatan yang tinggi sesuai tingkatan Wahyu Kerisnya.


Jika berada ditangan Orang yang tepat sesuai peruntukkannya, maka Keris tersebut akan dapat mengantarkan pemiliknya meraih pangkat dan derajat yang tinggi, misalnya menjadi orang kepercayaan Raja atau pejabat tinggi Kerajaan.


Keris-Keris pusaka yang memiliki Wahyu tersebut hanya akan memberikan tuahnya ketika sudah berada ditangan Orang yang tepat, yaitu Orang yang memiliki Wahyu kepemimpinan/kepangkatan/keningratan atau setelah dimiliki oleh keturunan ningrat yang cocok untuk menjadi wadah dari sifat-sifat Wahyunya.


Itulah kelebihan Keris Jawa yang dipercaya memiliki jiwa sehingga bisa memilih siapa Orang yang tepat untuk memilikinya. Keris bukan hanya sekedar senjata yang berfungsi secara fisik saja.


Tujuan spiritual tertinggi dari pembuatan Keris Jawa adalah untuk dipasangkan dengan orang-orang yang memiliki Wahyu Dewa didalam dirinya.


Keris Keraton yang didalamnya terkandung Wahyu Keraton dibuat khusus untuk dipasangkan dengan Orang yang memiliki Wahyu keprabon. Jadi dengan jalan apapun, Keris tersebut akan dimiliki oleh Orang yang memang sudah ditakdirkan untuk menjadi pemimpin.


Keris yang memiliki Wahyu kepangkatan dan derajat dibuat khusus untik dipasangkan dengan Orang yang memiliki Wahyu kepangkatan dan derajat didalam dirinya.


Keris keningratan yang didalamnya terkandung Wahyu keningratan dibuat khusus untuk dipasangkan dengan Orang-Orang ningrat atau keturunan ningrat.


Secara umum Keris-Keris yang memiliki Wahyu tersebut merupakan Keris yang memiliki tuah kewibawaan dan kekuasaan sehingga hanya cocok untuk Orang-Orang yang status dan posisinya berkaitan dengan kepemimpinan atau kekuasaan.


Jika Keris-Keris wahyu tersebut sudah dimiliki oleh seseorang yang profesinya sesuai dengan fungsinya, maka Keris tersebut akan memancarkan aura kewibawaan dan dapat mengantarkan pemiliknya untuk meraih posisi dan derajat yang tinggi serta akan menunjang dan mengamankan posisi yang telah diraihnya.


Keris-Keris yang dibuat khusus untuk menjadi Keris pusaka Kerajaan/Kadipaten/Kabupaten memiliki tuah yang sangat ampuh yang tidak bisa disejajarkan dengan Keris-Keris umum atau benda-benda pusaka lainnya seperti jimat dan mustika.


Selain itu, tuah dan wibawanya juga tidak sebatas hanya melingkupi diri pemiliknya saja, tapi juga melingkupi seluruh wilayah Kerajaan atau wilayah yang dipimpin oleh pemilik Keris tersebut.


Karena keampuhannya itulah yang menyebabkan Keris-Keris Keraton dan Keris-Keris pusaka Kerajaan sering diperebutkan karena banyak yang beranggapan jika dapat memiliki Keris-Keris tersebut maka akan mudah untuk berkuasa.


Padahal segala sesuatunya tergantung pada diri Manusia itu sendiri, bukan pada pusaka. Karena Orang yang terlalu berambisi untuk berkuasa tidak akan cocok menjadi wadah dari Wahyu keprabon termasuk Wahyu dari Keris-Keris Keraton tersebut.


Itulah yang disebut Wahyu, “isi kang nggoleki wadah, dudu wadah kang nggoleki isi”. Wahyu tidak dapat diperoleh hanya dengan memiliki Keris saja karena Wahyu akan mencari sendiri Orang yang cocok atau kuat menjadi wadahnya.


Dan untuk dapat menerima Wahyu, seseorang harus menjadikan dirinya sebagai wadah yang sesuai dengan sifat-sifat Wahyunya.


Oleh karena itulah untuk dapat menerima Wahyu, seseorang harus bekerja keras, mesu raga dan mesu jiwa penuh keprihatinan dan membentuk sifat-sifat kepribadian diri serta perbuatan yang sesuai dengan sifat-sifat Wahyunya.


Jika seseorang telah benar-benar selaras dan menyatu dengan Keris tersebut, barulah dia akan mendapatkan sipat kandel  yang sebenarnya. Tapi selama masih ada selisih kebatinan antara pemilik Keris dengan Kerisnya, maka Keris tersebut tidak akan memberikan tuahnya.


Contoh Keris Keraton adalah Keris Nagososro dan Keris Sabuk Inten, sepasang Keris yang pernah menjadi lambang kebesaran dan karahayon Kerajaan Majapahit.


Setelah masa Kerajaan Majapahit berakhir dan kekuasaan berpindah ke Kerajaan Demak, sepasang Keris legendaris tersebut kemudian diambil dan dipindahkan ke Demak untuk dijadikan lambang kebesaran dan karahayon Kerajaan Demak.


Tapi ketika berada di Demak, jiwa dari sepasang Keris Nogososro dan Sabuk Inten tersebut tidak dapat luluh dan menyatu dengan pemiliknya.


Keris Kyai Nogososro dan Kyai Sabuk Inten memancarkan aura cemerlang seperti emas dan intan. Tapi ketika sudah selaras dan menyatu dengan diri seseorang, maka kecemerlangannya akan hilang dan menjadi seperti Keris biasa yang dihiasi emas dan intan.


Orang yang telah selaras dan menyatu dengan jiwa dari Keris-Keris tersebut akan memiliki sifat-sifat keagungan dan kemuliaan yang meresap dalam dirinya.


Keris Kyai Nogososro memiliki tuah keagungan dan kekuasaan, dipatuhi oleh kawulo, dicintai dan dihormati rakyat, mengayomi, bijaksana dan memberi kesejahteraan kepada rakyat.


Sedangkan Keris Kyai Sabuk Inten memiliki sifat yang mulia bagaikan lautan yang luas tak bertepi dan mampu menampung arus sungai dan banjir sebesar apapun. Airnya selalu bergerak ke tempat yang membutuhkannya, tetapi gelombangnya dapat menunjukkan kedahsyatannya pada saat diperlukan.


Keris Kyai Nogososro dan Keris Kyai Sabuk Inten melambangkan perwatakan Dewa Wisnu. Tapi kedua Keris tersebut masih harus dilengkapi dengan Keris Kyai Sengkelat.


Keberadaan Keris Kyai Sengkelat juga tidak kalah penting. Keris yang memiliki watak seorang ksatria sejati ini mewakili perwatakan Dewa Hanoman yang setia dan patuh pada kewajibannya, yang bekerja dan berjuang bukan untuk kepentingan dirinya sendiri, tetapi untuk Negara dan rakyatnya dengan penuh kejujuran tanpa pamrih, serta setia menjalankan perintah Yang Maha Kuasa.


Watak-watak seperti ketiga Keris itulah yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Orang yang memiliki sifat-sifat itulah yang layak dan mampu menjadi pemimpin sejati.


Keris-Keris tersebut dan Keris-Keris lainnya yang dahulu pernah sangat terkenal kemashuran dan kesaktiannya sekarang ini sudah tidak ada lagi dalam kehidupan Manusia.


Keris-Keris tersebut sudah moksa masuk ke dimensi ghaib bersama dengan fisik Kerisnya karena tidak ada lagi Orang yang mampu menjadi wadah Wahyunya.


Tetapi pada waktunya nanti ketika sudah muncul sosok terpilih yang membawa Wahyu keprabon, mungkin pusaka-pusaka ampuh tanah Jawa tersebut akan muncul kembali untuk mendampingi Orang yang akan memimpin Nusantara ini.


Keris-Keris yang pada jaman dahulu pernah sangat terkenal dengan tuah ghaib dan kesaktiannya kemudian banyak diputrani karena banyak yang ingin memiliki Keris yang serupa.


Banyak Orang yang kemudian memesan kepada Empu untuk dibuatkan Keris-Keris dengan bentuk yang sama persis dengan Keris-Keris Kerajaan atau Keris milik Raja sehingga pada akhirnya banyak Keris dengan bentuk/dhapur yang seragam.


Contoh Keris yang banyak ditiru adalah Keris Kyai Nogososro, Keris Kyai Sabuk Inten dan Keris Kyai Sengkelat yang kemudian disebut  Keris dhapur Nogososro, dhapur Sabuk Inten dan dhapur Sengkelat.


Jika yang membuat Keris-Keris berdapur Nogososro, Sabuk Inten atau Sengkelat adalah Empu yang sama dengan yang membuat Keris aslinya, maka Keris-Keris itu disebut Keris turunannya (mutrani), tapi jika yang membuatnya adalah Empu lain, maka Keris-Keris itu disebut Keris tiruannya (tetiron).


Jadi meskipun bentuknya sama persis, tapi dari sisi tuah Keris putran tidak akan bisa menyamai Keris aslinya, bahkan ada juga yang hanya dibuat sebagai Keris ageman yang hanya menampilkan keindahan fisiknya saja tanpa diberi jiwa/isi.


Demikian sedikit informasi tentang Wahyu Keris pusaka Keraton yang dapat kami sampaikan. 

Makna Wahyu Keprabon Bagi Para Pemimpin Nusantara

 

Wahyu Keprabon atau Pulung kekuasaan adalah restu ghaib dari TUHAN untuk seseorang yang ditakdirkan untuk menjadi penguasa atau pemimpin, karena kekuasaan sejatinya adalah takdir yang sudah ditentukan.

Takdir inilah yang berperan akan hilang atau turunnya Wahyu Keprabon. Tetapi, walaupun Wahyu Keprabon merupakan sebuah takdir, namun seseorang bisa mendapatkannya dengan laku spiritual mesu rogo dan mesu jiwo.

Tapi sejatinya semua laku spiritual yang dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan Wahyu Keprabon merupakan rangkaian dari takdir yang sudah digariskan guna mempersiapkan seseorang atau wadah yang akan ketempatan Wahyu Keprabon pada waktu yang telah ditentukan.

Dalam kosmologi Jawa, kekuasaan dan kepemimpinan selalu diselimuti aura spiritual. Kekuasaan selalu dikaitkan dengan sosok pemimpin yang sakral karena melibatkan campur tangan TUHAN, oleh sebab itulah hanya orang yang ketempatan Wahyu Keprabon saja yang bisa menjadi seorang penguasa.

Orang yang ketempatan Wahyu Keprabon/Pulung Kekuasaan inilah yang diyakini layak menjadi seorang Raja/Pemimpin.

Masyarakat Jawa meyakini bahwa orang yang ketempatan Wahyu Keprabon adalah sosok pemimpin sejati yang di anggap sebagai Satrio Pinilih yang akan membawa keadilan dan kesejahteraan bagi rakyatnya.

Konsep Wahyu Keprabon dalam khasanah kekuasaan Kerajaan-Kerajaan di Jawa lebih dominan daripada konsep legitimasi hak-hak lainnya seperti silsilah atau keturunan. Seperti yang terjadi saat ini, keturunan Raja-Raja Mataram tidak menjadi penguasa di Negeri ini.

Konsep Wahyu Keprabon lebih menjelaskan kekuasaan mutlak seorang Raja/Pemimpin, bahkan ada anggapan jika menentang Raja itu sama halnya dengan melawan TUHAN, karena seorang Raja adalah penerima Wahyu Keprabon atau yang mendapat restu dari TUHAN untuk menjadi pemimpin.

Sesungguhnya, konsep Wahyu Keprabon ini  menjadikan kedudukan Raja menjadi tidak stabil, sebab Wahyu Keprabon bisa pergi dari seseorang dan berpindah kepada orang lain yang di anggap lebih pantas menjadi wadahnya.

Jadi, Wahyu Keprabon tidak bersifat langgeng yang bisa dimiliki oleh seseorang beserta keturunannya, karena Wahyu Keprabon akan memilih siapa yang pantas menjadi wadahnya dan akan meninggalkan seseorang yang sudah tidak pantas lagi menjadi wadahnya (isi kang nggoleki wadah, dudu wadah kang nggoleki isi).

Oleh karena itulah, tampuk kekuasaan di Negeri ini selalu berpindah-pindah Dinasti sejak jaman Kerajaan dahulu.

Terlebih lagi adanya kepercayaan tentang jatah waktu kekuasaan ini sering dinyatakan dalam sebuah ramalan, bahwa menjelang akhir masa kekuasaan sering dikatakan bahwa Wahyu Keprabon telah hilang.

Hal itu juga akan menyebabkan hilangnya kepercayaan diri seorang Raja/Pemimpin untuk mempertahankan kekuasannya, sehingga keruntuhan sebuah Dinasti benar-benar terjadi sesuai yang diramalkan.

Pihak yang diramalkan ketempatan Wahyu Keprabon akan semakin kuat dan percaya diri karena meyakini bahwa ini adalah momentumnya untuk berkuasa, sedangkan pihak yang diramalkan kehilangan Wahyu Keprabon akan kehilangan kepercayaan diri yang akan membuatnya semakin lemah.

Hilangnya Wahyu Keprabon juga sering menimbulkan gejolak politik yang drastis maupun kekacauan-kekacauan lain yang memicu runtuhnya sebuah Dinasti/Kerajaan.

Setelah runtuhnya Kerajaan Majapahit (Wiwatikta), maka tidak ada lagi Wahyu agung yang di turunkan dibumi Nusantara ini. Terlebih setelah Raja-Raja besar di tanah Jawa ini banyak yang memilih moksa dan tinggal dalam dimensi keabadian atau alam kelanggengan, maka sudah tidak ada lagi Wahyu yang di turunkan di tanah Jawa Dwipa.

Kalaupun ada, itu hanya berskala kecil sehingga setelah masa Kerajaan Wilwatikta (Majapahit), maka tidak ada lagi pemimpin besar yang disegani dan memiliki pengaruh besar.

Tidak ada lagi karya-karya besar yang dihasilkan, tidak ada lagi pusaka-pusaka ampuh yang bisa dibuat oleh para Empu, tidak ada lagi bangunan-bangunan megah yang menggambarkan kejayaan sebuah Negara.

Setelah masa Kerajaan Wilwatikta (Majapahit) berakhir, tanah Jawa telah kehilangan pamornya. Tidak ada lagi kejayaan karena yang ada hanyalah Kerajaan-Kerajaan kecil yang tidak bisa bertahan lama.

Bahkan kemudian, tanah Jawa menjadi jajahan dan jarahan bangsa-bangsa lain dari tanah seberang. Lalu setelah jaman Kerajaan berakhir, Nusantara berganti ke jaman Republik yang masih terus dilanda kekisruhan meskipun statusnya telah merdeka.

Tanah Jawa tetap menjadi bahan perebutan kekuasaan dan jarahan dari orang-orang yang tidak berbudi luhur. Dan sampai hari ini Negeri ini masih tetap menangis karena masih tetap dijajah namun bukan oleh bangsa asing, melainkan oleh bangsa kita sendiri, dijajah dan dijarah oleh orang-orang yang menghianati amanat rakyat.

Di tanah Jawa tidak ada lagi peranan dan campur tangan dari para Sang Hyang, Bhatara, Dewa yang merupakan para leluhur orang Jawa yang telah hidup dalam di alam kelanggengan (moksa).

Mereka tidak lagi membantu Negeri ini untuk keluar dari masalahnya, mereka tidak akan turun ke tanah Jawa untuk memberikan wejangan dan petunjuk untuk membangun sebuah peradaban besar  jika tidak ada seorang Kesatria yang menerima Wahyu Keprabon dari TUHAN.

Karena tanpa hal itu, mereka tidak akan turun dari Kahyangan ke tanah Jawa Dwipa karena Wahyu Keprabon ibarat sebuah pintu dimensi yang mengharuskan mereka untuk masuk ke dalam urusan rumah tangga yang besar, yaitu membangkitkan kejayaan Nusantara.

Artinya, tanpa Wahyu Keprabon, maka perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara di Nusantara akan berjalan sendiri tanpa adanya pengayoman dari para leluhur Nusantara, sehingga tidak akan ada kejayaan yang semestinya bisa diraih seperti kejayaan pada masa lalu. Karena Negeri ini hanya berjalan sendiri tanpa kendali, sehingga terus menuju keterpurukan.

Dalam hal kepemimpinan tertinggi, ada satu hal yang membedakan Nusantara, khususnya pulau Jawa dengan wilayah lainnya di seluruh Dunia, yaitu tentang Wahyu Keprabon yang di turunkan oleh TUHAN kepada seseorang yang ditakdirkan menjadi pemimpin besar Nusantara. Dengan itu pula, maka Bangsa ini baru akan perkasa dan kembali memimpin Dunia. 

Dalam konteks kebudayaan Jawa, Wahyu bukan seperti Wahyu yang diterima oleh para Nabi. Wahyu di artikan sebagai karunia dari TUHAN yang diperoleh Manusia secara ghaib.

Wahyu juga tidak dapat dicari, tetapi hanya diberikan oleh TUHAN kepada seseorang yang di anggap pantas menjadi wadahnya. Sedangkan Manusia hanya dapat melakukan upaya dengan melakukan “mesu raga” dan “mesu jiwa” dengan jalan tirakat, puasa, bersemedi, bertapa dan laku kebatinan lainnya.

Tapi tidak setiap kegiatan laku batin itu akan mendapatkan Wahyu, kerena sejatinya Wahyu tidak bisa dicari, Wahyu hanya akan datang atas kehendak atau anugerah TUHAN.

Jadi semua usaha yang dilakukan untuk mendapatkan Wahyu sejatinya merupakan sebuah rangkaian takdir yang memang telah digariskan untuk mempersiapkan seseorang agar kuat atau pantas ketempatan Wahyu.

Disebutkan dalam kitab Babad Tanah Jawa, bahwa turunnya Wahyu atau Pulung digambarkan sebagai cahaya terang bagaikan bulan purnama dan bisa juga berwujud gumpalan cahaya atau seberkas sinar putih yang jatuh dari angkasa dan menyatu dalam tubuh seseorang yang sedang “mesu raga” dan “mesu jiwa“, baik sedang bersemedi atau bertapa.

Sedangkan dalam lakon wayang, tanda-tanda akan turunnya Wahyu datang berupa wangsit pada seorang Resi, Brahmana atau Pendeta atau orang yang sudah bersih jiwanya melalui mimpi.

Wangsit yang diterima itu lalu diberitahukan kepada orang lain, dalam hal ini biasanya orang yang sedang berguru atau menuntut ilmu kepadanya, atau kepada orang lain agar ia melakukan hal tertentu untuk mendapatkan sesuatu yang besar di kemudian hari, misalnya dengan jalan menyepi atau bertapa.

Namun keputusan tentang siapa yang akan memperoleh Wahyu sepenuhnya berada di tangan Sang Maha Pencipta, sedangkan Manusia hanya bisa berupaya untuk mendapatkannya.

Tidak mudah untuk menjalani laku “mesu raga” dan “mesu jiwa” untuk menerima Wahyu Keprabon, tidak sembarangan orang bisa dan sanggup menjalaninya karena hanya orang yang bersih hatinya dan tenang jiwanya yang dapat terpilih untuk memangkunya.

Jadi, orang yang tidak ditakdirkan menerima Wahyu Keprabon tidak akan kuat menjalani laku tirakat untuk mendapatkannya.

Khusus untuk seorang pemimpin besar Nusantara yang akan membawa Negeri ini pada kejayaannya kembali dan memimpin Dunia, maka dia harus orang yang ketempatan Wahyu dari TUHAN. Setidaknya ada lima Wahyu yang harus didapatkan, antara lain:

1. Wahyu Purba

Kata Purba dalam bahasa Sanskerta berarti kekuasaan atau wewenang. Wahyu Purba berarti suatu kebenaran Illahi yang bersifat mengatur atau menguasai yang mengandung makna bahwa didalam kehidupan alam semesta dan isinya, termasuk Manusia itu sepenuhnya di atur dan dilakukan oleh kekuasaan Illahi. Tegasnya, satu-satunya pengatur dan pemerintah di alam semesta beserta segala isinya adalah TUHAN itu sendiri.

“Owah ono gingasring kahanan iku soko kersaning Pangeran Kang Murbahing Jagad”

Artinya: “Perubahan itu hanya atas kehendak Tuhan Yang Menguasai Jagad (alam semesta)”

Jika semua Manusia berpegang pada kaidah ini, maka kita tidak akan merasa takut kekurangan, menderita karena tidak punya jabatan, mengalami ketidak adilan, kehilangan kemerdekaan atau kebebasannya.

Kita akan tetap bisa menjalani hidup dengan tekun, sabar dan ikhlas dengan tidak perlu harus ambisius demi pemenuhan kebutuhan hidupnya. Sehingga ketenangan akan didapatkan dalam arti yang sebenarnya.

Namun pada kenyataannya dalam menjalani kehidupannya, banyak orang yang masih saja mengukur nilai-nilai kehidupannya dengan ukuran yang tidak menentu. Kadang mengukur sesuatu dengan kebenaran Illahi, tetapi terkadang mengukur suatu tindakan itu selaras dengan kepentingannya sendiri.

Akibatnya, tatanan kehidupan menjadi tidak menentu, kacau dan terus merugikan pihak lain. Bahkan pada akhirnya timbulah sifat serakah dan angkara murka.

Inilah yang sedang terjadi saat ini, sehingga menyebabkan Bangsa ini semakin terpuruk dan jauh dari kejayaan yang semestinya. Miskin meskipun tanah ini memiliki segalanya.

Pemimpin besar Nusantara harus memiliki Wahyu Purba, artinya ia sudah berada pada kondisi hati yang telah benar-benar merasa cukup dan bersyukur. Tidak ada lagi keserakahan dan ambisi keduniawian.

Pemimpin yang memiliki Wahyu Purba adalah orang yang telah mengenal siapa TUHAN dan siapa dirinya sendiri.

Jika seseorang belum bisa memahami tentang kesadaran akan hakekat TUHAN-nya, maka Wahyu yang selanjutnya tidak akan pernah ia dapatkan. Sebab, bagaimana bisa ia mendapatkan wahyu yang lainnya jika ia sendiri tidak mengenal siapa TUHAN dan siapa dirinya sendiri dengan benar.

Artinya, dia hanya orang biasa yang tidak tahu bahwa tujuan hidup didunia ini adalah untuk kembali kepada TUHAN dalam keadaan yang lebih baik agar mendapatkan kedudukan yang baik di sisi TUHAN.

“Lamun siro kepengin wikan marang alam jaman kelanggengan, siro kudu weruh alamiro pribadi. Lamun siro durung mikani alamiro pribadi adoh ketemune”

Artinya: “Jika engkau ingin mengetahui alam keabadian, engkau harus lebih dulu mengenali alam pribadimu. Jika engkau belum mengetahui alam pribadimu, masih jauh alam keabadian itu dari dirimu”

2. Wahyu Sejati

Sejati berarti ada, nyata, yang  tunggal atau tidak dualistis. Wahyu Sejati berarti suatu kebenaran yang bersifat tunggal. Artinya, bahwa kebenaran itu tidak memiliki sifat ganda atau berpasangan yang terdiri dari dua hal yang berbeda sifatnya atau berlawanan, seperti terang dengan gelap, panas dengan dingin, benar dan salah, dan lain sebagainya.

“Ora ono kesakten sing mandhi papesthen, awit papesthen iku wis ora ono sing biso murungake”

Artinya: “Tidak ada kesaktian yang bisa menyamai kepastian TUHAN, karena tidak ada yang dapat menggagalkan kepastian TUHAN”

Ini suatu pelajaran hidup bahwa didalam kehidupan alam semesta dan segala isinya termasuk Manusia, hanya terdapat satu kebenaran yang sejati, yaitu Kebenaran Illahi.

Jika Manusia hidup dalam kaidah-kaidah ajaran kebenaran yang sejati, maka kehidupannya akan memperoleh kedamaian dan kesejahteraan yang dapat menumbuhkan sifat cinta, kasih, toleransi, gotong-royong dan saling membantu, sehingga peradaban yang ada atau sedang dibangun akan semakin maju dan bisa mensejahterakan semua pihak.

Namun kenyataan yang terjadi saat ini, Manusia percaya bahwa hidup itu diatur oleh TUHAN dan percaya pada kebenaran TUHAN tapi tetap melakukan ketidakbenaran dan kejahatan yang berpotensi menimbulkan kerusakan di muka Bumi.

Semua itu terjadi sebagai akibat dari sudah terjadinya pelanggaran terhadap hukum kebenaran Illahi, sehingga Negeri ini semakin terpuruk di segala bidang, tanpa henti dan bahkan sedang menuju kehancuran.

Jadi, orang yang bisa memimpin dan membawa Nusantara pada kejayaan adalah orang yang memiliki Wahyu Sejati. Artinya, dia sudah benar-benar mengerti tentang arti dari kebenaran hidup ini dan dengan teguh menjalani kehidupan dengan tidak pernah mengingkari hakekat kebenaran, apalagi melanggar aturan TUHAN.

Dia juga sudah selesai dengan dirinya sendiri dan keluar sebagai pemenangnya. Karena tanpa hal itu, seseorang hanya akan menjadi sosok yang mudah terjebak dengan kesenangan duniawi.

3. Wahyu Cakra Ningrat

Cakra Ningrat berarti lingkaran ilmu pengetahuan yang tinggi. Wahyu Cakra Ningrat berarti petunjuk dari TUHAN berupa ilmu pengetahuan yang bersifat paripurna.

Dengan petunjuk tersebut, orang yang mendapatkannya akan memiliki cara pandang yang sangat luas dan bijaksana. Ia akan menguasai berbagai disiplin ilmu, baik yang umum di masyarakat atau yang khusus, bahkan yang telah hilang dimasanya. Sehingga dalam keadaan apapun, ia bisa terjaga dari nafsu yang tidak sesuai dengan tujuan hidup Manusia yang sebenarnya.

Pemimpin Nusantara haruslah orang yang memiliki Wahyu Cakra Ningrat, karena pemimpin yang akan membangkitkan kejayaan Nusantara haruslah seseorang yang cerdas dan menguasai berbagai ilmu pengetahuan, terlebih ilmu agama dan kasampurnan.

Pemimpin Negeri ini harus menguasai berbagai ilmu kehidupan, mulai dari yang bersifat ilmiah sampai yang bersifat batiniah atau yang berhubungan dengan kebutuhan duniawi hingga ukhrawi. Mulai dari ilmu agraria sampai dengan ilmu sejarah, geografi dan astronomi.

Mulai dari masalah dunia nyata hingga pada kehidupan alam ghaib. Bahkan idealnya pemimpin Negeri ini harus seseorang yang sakti mandraguna dan bisa mengendalikan gejolak di alam nyata dan di alam ghaib karena kemampuan tersebut sangat dibutuhkan untuk memimpin Bangsa ini dalam menghadapi gejolak yang terjadi.

Hanya dengan mendapatkan Wahyu Cakra Ningrat inilah seorang pemimpin bisa mengatasi masalah-masalah yang terjadi di Negeri ini.

Pemimpin Negeri ini haruslah seorang spiritualis sejati yang bisa menjadi pemimpin lintas dimensi, baik dimensi nyata maupun dimensi ghaib sehingga ia akan mampu mengatasi gejolak-gejolak yang terjadi, baik yang nyata maupun yang ghaib.

Namun kenyataannya, saat ini para petinggi Negeri ini hanya sibuk mencari popularitas, menumpuk harta dan mengejar jabatan saja. Tidak ada lagi yang peduli dengan nasib Negeri ini, semua sibuk memperkaya diri dengan cara-cara yang bahkan tidak dibenarkan oleh norma maupun agama.

4. Wahyu Makutha Rama

Makutha Rama berarti kebenaran TUHAN yang bersifat memancar. Wahyu Makutha Rama berarti suatu petunjuk hidup yang berasal dari pancaran cahaya TUHAN. Dan karena sumbernya langsung dari TUHAN, maka seseorang yang mendapatkan Wahyu ini akan terbimbing dalam setiap tindakannya.

Makna dari Wahyu Makutha Rama adalah pelajaran hidup untuk membimbing dan menyadarkan Manusia bahwa tujuan dan kewajiban Manusia didunia ini adalah untuk mencerminkan atau memancarkan sifat-sifat TUHAN.

Semakin banyak seseorang bisa mencerminkan sifat-sifat TUHAN dalam kehidupannya, maka akan semakin besar berkah dan kasih sayang dari TUHAN yang didapatkan, sehingga apapun tindakannya akan berujung pada kemuliaan yang tidak hanya untuk dirinya sendiri, melainkan juga untuk orang-orang disekitarnya.

Pemimpin besar Nusantara harus mendapatkan Wahyu Makutha Rama karena untuk mengembalikan kejayaan Nusantara, pemimpin Negeri ini harus mendapatkan bimbingan langsung dari Sang Maha Pencipta.

Segala tindakannya harus berdasarkan petunjuk dari TUHAN, bukan atas dasar keinginan dan egonya sendiri karena setiap keputusannya akan membawa dampak bagi banyak orang.

Tapi kenyataan yang terjadi, para pemimpin Negeri ini tidak lagi mendapatkan Wahyu Makutha Rama sehingga tidak ada yang mendapatkan bimbingan dari TUHAN, karena sebelumnya tidak mendapatkan beberapa Wahyu yang diperlukan.

Mereka lupa dengan amanah yang sedang di embannya dan lebih mementingkan pencitraan dalam setiap tindakannya, menumpuk harta, mengejar jabatan dan terlena dengan kenikmatan duniawi, sehingga tidak lagi memikirkan nasib rakyatnya yang merana.

5. Wahyu Keprabon

Pada hakekatnya Wahyu Keprabon merupakan puncak dari keseluruhan Wahyu yang diturunkan oleh TUHAN kepada seseorang yang terpilih. Ini adalah Wahyu terakhir yang di terima oleh seseorang sebagai bentuk restu dari TUHAN untuk memimpin Nusantara.

Orang yang ketempatan Wahyu Keprabon adalah orang pilihan yang terbaik di zamannya, orang yang memiliki hati bersih dan memancarkan cahaya kesejukan.

Orang yang ketempatan Wahyu Keprabon adalah orang yang mendapat restu dari para leluhur Negeri ini dan selaras dengan alam semesta, sehingga keberadaannya akan dihormati oleh semua mahluk.

Ia tidak berambisi untuk berkuasa, tidak pernah mengejar popularitas atau menggunakan segala cara agar orang lain memilihnya. Bahkan sebetulnya ia tidak menginginkan kedudukan apapun didunia ini. Ia selalu bersikap zuhud dan hanya tunduk kepada TUHAN, karena ia yakin bahwa segala sesuatu ada masanya.

Orang yang menerima Wahyu Keprabon juga telah mendapat restu dari semua yang hidup dalam dimensi keabadian dan bisa berkomunikasi dengan mereka.

Ini bukanlah sesuatu yang menyimpang atau kemusyrikan, karena TUHAN telah menunjuknya dengan memberinya hak atas kepemimpinan Nusantara sehingga semua mahluk yang ada di alam semesta ini juga mendukung kepemimpinannya.

Tapi sayangnya sampai saat ini para pemimpin Negeri ini hanya sibuk dengan urusan duniawi saja, tidak pernah tahu cara laku hidup yang sejati, sehingga kondisi Negeri ini semakin tidak menentu, banyak terjadi ketidak adilan dan kesewang-wenangan yang menyebabkan kesejahteraan tidak pernah dapat tercapai.

Demikian sedikit informasi tentang makna Wahyu Keprabon bagi pemimpin Nusantara yang dapat kami sampaikan.

Rabu, 10 Maret 2021

Filosofi Pamor Sodo Sakler

 Pamor Sodo Lanang adalah salah satu pamor Keris yang bentuknya berupa garis lurus membujur mulai dari sor-soran sampai ke ujung bilah yang terletak ditengah-tengah bilah Keris. Penyebutan nama pamor ini terkadang tidak sama disetiap daerah, ada yang menyebutnya pamor Sodo Sak Ler, Adeg Siji, Sodo Saren dan lain sebagainya.

Sodo Lanang atau Sodo Sak Ler artinya lidi sebatang/sebatang lidi sesuai dengan bentuk pamor ini yang hanya berupa satu garis lurus seperti lidi di tengah-tengah bilah Keris tanpa adanya pamor yang lain.

Sodo Lanang sendiri adalah sebuah lidi dari pohon aren yang jatuh hanya satu batang saja. Lidi tersebut diyakini memiliki kekuatan ghaib yang dapat digunakan untuk mengusir gangguan makluk halus dengan cara di sabetkan pada benda atau seseorang yang dicurigai diganggu atau ketempelan makluk halus.

Pada jaman dahulu Sodo Lanang sering diletakkan di atas pintu rumah dan pojok-pojok rumah sebagai sarana tolak bala. Kadang-kadang Sodo Lanang juga dipotong kecil-kecil untuk dijadikan jimat yang disimpan di dompet atau kantong khusus untuk dibawa kemana-mana.

Pamor Keris Sodo Lanang juga dipercaya memiliki tuah seperti Lidi Aren Lanang tersebut, yaitu untuk tolak bala.

Filosofi Pamor Keris Sodo Lanang:

Pamor Sodo Lanang atau Sodo Sak Ler memiliki makna yang dalam dibalik bentuknya yang sangat sederhana itu. Garis lurus dari pangkal sampai ujung bilah Keris melambangkan sebuah harapan agar pemilik Keris dengan pamor Sodo Lanang dapat mencapai cita-citanya tanpa rintangan yang disimbolkan dengan garis lurus dari bawah sampai ke atas. Sehingga diharapkan, pemiliknya dapat mencapai derajat kehidupan yang tinggi.

Pesan lain dari pamor Sodo Lanang adalah bahwa dalam kehidupan ini seyogyanya kita selalu berusaha untuk menempuh jalan yang lurus dan senantiasa mengingat TUHAN, karena pada akhirnya kita akan menuju kepada yang di atas (TUHAN).

Tuah Pamor Keris Sodo Lanang:

Keris dengan pamor Sodo Lanang/Sodo Sak Ler dipercaya memiliki tuah untuk membantu mempermudah pemiliknya meraih cita-cita, dapat meraih derajat dan pangkat yang tinggi, menambah kewibawaan, meningkatkan kepercayaan diri, memperkuat keteguhan iman dan untuk tolak bala.

Demikian sedikit informasi tentang filosofi dan tuah pamor Keris Sodo Lanang yang dapat kami sampaikan.

Selasa, 09 Maret 2021

Filosofi Pamor Ceprit

 Pamor ceprit adalah penyebutan untuk pamor Keris yang hanya terdapat sedikit sekali pada bilah Keris dengan pola yang tidak beraturan. Letaknya bisa dimana saja, bisa dibagian bilah Keris, dibagian sor-soran, atau bahkan pada gonjo dan hanya tampak seceprit atau sedikit, sehingga disebut pamor ceprit. Pamor ceprit biasanya terdapat pada Keris-Keris tangguh tua seperti Majapahit, Sedayu dan Segaluh.

Tapi meskipun bentuknya hanya seceprit/sedikit, pamor ini tetap terlihat indah menghiasi bilah Keris dengan warnamya yang putih sangat kontras dengan bilahnya yang berwarna hitam legam. Keris dengan pamor ceprit juga tampak memancarkan aura wingit yang begitu kental dibanding Keris-Keris dengan pamor lain. Oleh karena itulah Keris dengan pamor ceprit banyak diminati para penggemar Tosan Aji dan para kolektor Keris.

Dibalik bentuknya yang sederhana dan muncul tanpa disengaja karena termasuk pamor tiban, ternyata pamor ceprit memiliki makna filosofis yang dalam. Bentuknya yang hanya seceprit/sedikit menghiasi bilah Keris tersebut memiliki makna agar dalam hidup ini seyogyanya jangan menonjolkan/memamerkan/menyombongkan apa yang kita miliki seperti harta benda, ilmu, dan hal-hal lainnya, karena sejatinya semua yang kita miliki merupakan titipan dari TUHAN yang bisa di ambil kapan saja jika kita tidak bisa menjaga amanat tersebut dengan baik.

Pamor ceprit mengandung pesan agar kita lebih mengedepankan kesahajaan dan selalu ingat pada Sang Pencipta agar selalu dikaruniai keselamatan dan keberkahan dalam hidup, karena harta duniawi akan membawa kita lebih dekat dengan banyak godaan atau hal-hal "hitam", sehingga sungguh indah jika bisa memandang sedikit warna putih di antara banyaknya warna hitam.

Kita akan menjadi Manusia yang istimewa jika bisa menjadi setitik warna putih di antara banyaknya warna hitam yang disimbolkan dengan pamor ceprit yang menghiasi bilah Keris yang berwarna hitam legam. Sedikit warna putih tersebut ternyata bisa menjadi hiasan yang memperindah bilah Keris.

Tuah pamor ceprit hampir sama seperti pamor keleng, yaitu untuk proteksi/perlindungan, menjadikan pemiliknya memiliki kemampuan beradaptasi, untuk kesaktian, dan merupakan simbolisasi harapan agar pemilik Keris dapat memiliki kehidupan yang lebih baik dari orang kebanyakan. Keris dengan pamor ceprit memiliki karakter yang sangat kuat dan terkesan angker seolah menyimpan kekuatan yang luar biasa dibalik kesederhanaannya.

Filosofi Keris Kelengan

 Keris keleng/kelengan adalah Keris yang tidak berpamor sehingga warna bilahnya menjadi hitam legam ketika diwarangi. Penempaan Keris kelengan biasanya sangat matang sehingga meskipun bilahnya hitam legam tanpa dihiasi pamor, tapi keris ini tetap memiliki pesona tersendiri bagi para penggemar Tosan Aji.


Keris keleng lebih mengutamakan kematangan tempa dan juga kesempurnaan garap. Garap yang dimaksud meliputi rancang bangun, keindahan bentuk bilah, termasuk semua ricikannya. Kesempurnaan garap bermakna ketepatan etika dan sopan santun kita, bisa juga bermakna keselarasan dengan lingkungan hidup.


Keris Keleng juga bisa menjadi bahasa untuk memahami tingkat kematangan Empu pembuatnya secara lahir maupun batin yang tidak lagi ingin menonjolkan kelebihannya. Sederhana namun menyimpan misteri yang dalam.


Secara lahir bisa dilihat kesanggupan sang Empu dalam mengolah besi untuk menjadi matang dan presisi. Dalam penggarapan Keris tersebut juga dibutuhkan jam terbang, kecermatan dan ketelitian karena Keris Keleng sebetulnya tetap diselipi bahan pamor tapi oleh sang Empu sengaja disembunyikan atau dibuat agar tidak kelihatan.


Keris Kelengan berbeda dengan Keris Pengawak Wojo yang hanya menggunakan satu bahan logam saja sehingga proses pengerjaannya jauh lebih mudah karena hasil akhirnya ketika diwarangi pasti akan menjadi hitam polos karena memang tidak menggunakan bahan pamor.


Hanya Empu Keris yang berpengalaman saja yang dapat membuat Keris Kelengan yang sempurna karena sebelum bilah Keris diwarangi, warna bilahnya masih putih sebab warna dari bahan-bahan yang digunakan seperti besi, baja dan pamor masih terlihat sama. Jika penggarapannya tidak sempurna atau tidak cermat maka ketika di warangi pamornya akan muncul.


Penggunaan bahan pamor yang disembunyikan tersebut tentunya memiliki makna tersendiri yang hanya bisa dipahami dengan kedalaman rasa. Kedalaman batin Empu diterjemahkan dalam bilah Keris yang hitam polos tidak bergambar yang mengisyaratkan jika sang Empu telah menep (mengendap) dari keinginan duniawi. 


Makna yang disampaikan harus diterjemahkan dengan kedalaman rasa yang bersahaja dan efek yang ditimbulkan dari sugesti terhadap Keris keleng tersebut adalah bahwa Keris tersebut diharapkan dapat menjadi inspirasi tentang ketulusan/keikhlasan dan kerendahan hati.


Dari sudut pandang spiritual, Keris Kelengan menyimbolkan tentang keberadaan TUHAN yang ada tapi tidak terlihat, tidak terlihat tapi ada. Sedangkan dari sudut pandang kehidupan, Keris Keleng memiliki makna agar dalam kehidupan ini tidak perlu menonjolkan (menyombongkan) apa yang kita miliki. Langit tidak perlu mengatakan bahwa dirinya tinggi dan sampah tidak perlu mengatakan bahwa dirinya kotor.


Dari sisi isoteri, Keris keleng memiliki kekuatan ghaib yang lebih besar dan tuah yang multifungsi dibandingkan dengan Keris berpamor, karena Empu pembuatnya lebih mengutamakan isi daripada keindahan fisiknya. Keris Keleng juga sulit dibaca tuahnya, bahkan oleh orang yang memiliki ilmu kebatinan sekalipun. Oleh karena itulah, Keris keleng juga bisa dijadikan sebagai Keris tindih. 

Filosofi Keris Dapur Brojol

 Keris Brojol adalah salah satu dhapur Keris lurus dengan ukuran panjang bilah normal. Bentuk Keris ini sangat sederhana dengan gandhik polos dan hanya terdapat pejetan saja, sedangkan ricikan lainnya tidak ada. Keris Brojol termasuk Keris yang populer dan paling banyak dijumpai seperti halnya Keris Tilam Upih.

Tapi dibalik bentuknya yang sangat sederhana dan lugu tersebut, Keris dhapur Brojol memiliki filosofi tentang kehidupan dan muatan spiritual yang dapat dijadikan sebagai tuntunan hidup. Tapi pandangan masyrakat umum tentang Keris Brojol yang sudah terlanjur melekat adalah pada tuah atau khasiatnya yang dapat mempermudah proses kelahiran jabang bayi, sehingga Keris ini identik sebagai pusakanya dukun bayi.

Filosofi Keris Brojol:

Sebagaimana dhapur Keris lainnya, Keris Brojol juga merupakan suatu karya yang memiliki muatan spiritual berupa ajaran-ajaran hidup. Secara terminologi, Brojol memang identik atau erat kaitannya dengan proses kelahiran (mbrojol).

Brojol merupakan ungkapan peristiwa kelahiran jabang bayi ke dunia yang biasa disebut "mbrojol" oleh masyarakat Jawa. Oleh karena itu, kemudian Keris Brojol banyak dimiliki oleh para dukun bayi untuk membantu mempermudah proses lahiran (persalinan). Dan faktanya Keris dhapur Brojol memang banyak dimiliki oleh para dukun bayi yang diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi.

Hal itu menunjukkan adanya kepercayaan masyarakat Jawa jaman dahulu pada kekuatan ghaib Keris Brojol yang diyakini dapat membantu melancarkan proses lahiran (persalinan), sehingga Keris ini identik sebagai pusaka ageman dukun bayi.

Padahal, makna sesungguhnya dari Keris dhapur Brojol sebagai simbol kelahiran jabang bayi sebetulnya yang dimaksud bukan pada proses kelahiran itu sendiri (mbrojol/lahir), akan tetapi lebih ditujukan pada kesucian jabang bayi yang baru dilahirkan, yaitu fitrah Manusia.

Bayi yang baru dilahirkan tentu masih polos dan suci tanpa dosa. Pesan yang ingin disampaikan oleh sang Empu melalui Keris dhapur Brojol adalah agar Manusia dapat dilahirkan/disucikan kembali secara spiritual atau kembali pada fitrahnya. Karena pada hakekatnya, dalam diri setiap Manusia ada fitrah untuk senantiasa berbuat baik dan menjauhkan diri dari perbuatan jahat dan angkara murka.

Sejatinya nurani Manusia selalu merindukan kedamaian dan ketenangan, karena jauh didasar lubuk hati setiap Manusia pada dasarnya selalu ada kerinduan untuk menuju jalan yang lurus. Inilah fitrah Manusia yang sesungguhnya, fitrah yang diajarkan oleh semua Agama.

Ricikan pada Keris dhapur Brojol juga memiliki pesan moral yang dalam, yaitu: Pejetan menunjukkan kelapangan hati dan Gandhik polos menunjukkan ketabahan dalam menjalani hidup. Kelapangan hati terhadap segala sesuatu yang diperoleh, khususnya terhadap keadaan yang tidak menyenangkan hati.

Pada dasarnya setiap Manusia pasti memiliki keyakinan pada kekuasaan dan takdir TUHAN. Namun demikian, kita harus tetap berikhtiar, dan harus berusaha semaksimal mungkin untuk dapat meraih apa yang kita cita-citakan. Namun setiap usaha yang kita lakukan perlu dijalani dengan sewajarnya, "ora ngoyo" atau memaksakan diri diluar batas kemampuan sampai melanggar norma-norma yang ada di masyarakat dan ajaran Agama serta merugikan orang lain.

Orang yang hidup ngoyo dan neko-neko (bertingkah) cenderung akan berbuat dan berperilaku tidak baik yang justru akan menjauhkan dirinya dari pencapaian fitrahnya sebagai Manusia.

Tuah Keris Brojol:

Jika mengacu pada arti kata "Brojol" atau "Mbrojol" yang artinya keluar dengan mudah atau lancar, maka dapat disimpulkan jika tuah dari Keris Brojol adalah untuk melancarkan segala urusan, termasuk melancarkan rejeki dan juga melancarkan proses kelahiran jabang bayi.

Keris Brojol adalah simbolisasi harapan dan doa kepada TUHAN agar pemilik Keris ini selalu diberikan kemudahan atau kelancaran dalam segala hal seperti filosofi Brojol atau mbrojol.

Senin, 08 Maret 2021

Menyingkap Makna Filosofis Keris Tangguh Wonobodro

 Setiap daerah di Jawa rata-rata memiliki Keris pusaka yang menjadi identitas dari daerahnya masing-masing dan memiliki ciri khas tersendiri.


Contohnya sepasang Keris legendaris dari Pekalongan, yaitu Keris Suratman - Guminah yang memiliki ciri khas pamor ketip dan bilahnya yang tajam sehingga mampu menancap pada koin logam.


Selain Pekalongan yang memiliki Keris lokal Suratman - Guminah yang sangat legendaris, ada juga Keris lokal yang berasal dari Batang - Jawa Tengah, yaitu Keris Kukon.


Keris Kukon adalah sebutan untuk Keris yang pada bagian sor-sorannya terdapat guratan seperti bekas ditekan dengan kuku jempol sehingga disebut Kukon (di kuku). Keris ini merupakan Keris asli dari daerah Batang, tepatnya desa Wonobodro.


Untuk dhapurnya sendiri kebanyakan Keris Kukon berdhapur Brojol dengan gonjo iras dan ukuran bilahnya tergolong pendek (Patrem).


Meskipun bentuknya sangat sederhana, namun Keris Kukon memiliki makna filosofi yang sangat dalam sebagai tuntunan hidup.


“Kukon” memiliki makna “kudu kuat lelaku supayo kelakon”, yang artinya: harus kuat tirakat supaya tercapai apa yang menjadi tujuan atau cita-cita.


Dengan lelaku (tirakat) kita bisa mencapai sesuatu yang mungkin terlihat mustahil, seperti halnya Keris Kukon karena logikanya kuku tidak akan bisa melukai besi, namun dengan laku spiritual dan keyakinan yang kuat nyatanya hal itu bisa dilakukan oleh sang Empu pembuatnya.


Keris Kukon mengandung pesan agar kita selalu optimis dan yakin bahwa segala sesuatu bisa dicapai, tentunya dengan selalu mengandalkan TUHAN, yaitu dengan cara lelaku untuk mendapatkan ridho-NYA, karena jika TUHAN telah berkehendak maka apapun bisa terjadi.


Keris Kukon tangguh Wonobodro lebih difungsikan sebagai Keris tayuhan yang lebih mementingkan isi daripada fisiknya. Oleh karena itulah, meskipun wijudnya sangat sederhana, namun Keris ini memancarkan aura wingit yang sangat kental.


Keris Kukon tangguh Wonobodro dipercaya memiliki tuah untuk kesaktian dan dapat membantu mempermudah pemiliknya untuk mencapai harapan dan cita-citanya.


Keris tangguh Wonobodro memang tidak ada dalam pakem dan tidak begitu dikenal dikalangan pecinta Tosan Aji. Tapi bagi para pecinta Tosan Aji didaerah Batang dan Pekalongan, Keris ini cukup diminati karena termasuk Keris yang langka dan biasanya disimpan sebagai Keris tayuhan.


Wonobodro adalah sebuah desa di Kecamatan Blado - Kabupaten Batang yang terkenal sebagai petilasan Syekh Maulana Maghribi. Nama Wonobodro juga memiliki arti yang berkaitan dengan sejarah tempat tersebut.


Wonobodro terdiri dari kata “Wono” yang berarti “hutan” dan “Bodro” yang berarti “usaha untuk mencapai tataran kemuliaan hidup”. Jadi Wonobodro secara harfiah dapat di artikan “hutan tempat orang-orang melakukan laku tertentu untuk mencapai tataran kemuliaan hidup”.


Kemuliaan hidup (Kamulyan) merupakan bagian dari budaya masyarakat Jawa dalam menyikapi kehidupan ditengah masyarakat umum.


Pada jaman dahulu, orang-orang yang di anggap mulia (mulyo) hidupnya adalah para pemangku jabatan/kekuasaan yang mendapatkan penghormatan tinggi dari masyarakat.


Untuk mencapai kedudukan yang tinggi (mulia), seperti Raja, Pejabat Kerajaan, Adipati, Lurah, Guru Spiritual, dan sebagainya, maka orang Jawa akan melakukan laku (tindakan) tertentu yang disebut “tirakat”, misalnya dengan melakukan puasa, mengurangi makan/minum, mengurangi tidur, mengurangi kesenangan, mengasingkan diri ditempat-tempat sunyi seperti didalam goa, gunung, hutan atau bahkan bertapa selama kurun waktu tertentu.


Hal itu dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta agar apa yang dicita-citakan dapat terwujud.


Berdasarkan namanya, kemungkinan Wonobodro dahulu merupakan kawasan hutan yang sering dijadikan sebagai tempat untuk melakukan “bebadran”.


Wonobodro sering dikunjungi oleh para peziarah dari berbagai daerah, bukan hanya dari wilayah Batang dan sekitarnya saja tapi juga dari luar kota bahkan dari luar pulau juga banyak yang datang ketempat ini untuk berziarah atau untuk ngalap berkah, terutama pada bulan Suro.


Di desa Wonobodro terdapat areal pemakaman kuno yang menurut cerita turun-temurun dari penduduk setempat adalah pesarean (pemakaman) para Aulia pengikut Syeh Maulana Maghribi.


Berbeda dengan situs Ujung Negoro yang hanya merupakan petilasan Syeh Maulana Maghribi, situs Wonobodro bukan hanya sekedar petilasan, melainkan tempat pemakaman. Artinya, para pengikut Syekh Maulana Maghribi tidak hanya sekedar beristirahat dalam perjalanan dakwahnya, tapi juga bermukim hingga wafat di tempat ini.


Di area pesarean Wonobodro juga tidak hanya terdapat satu makam saja, tapi ada banyak makam, jadi kemungkinan dahulu tempat tersebut merupakan sebuah komplek pemakaman. Penduduk setempat menyebutnya komplek makam Aulia Wonobodro.


Hampir sepanjang tahun banyak peziarah dari berbagai wilayah di tanah air berdatangan ke komplek pesarean Wonobodro, sehingga kemudian oleh pemerintah desa Wonobodro di adakan haul tahunan yang diselenggarakan setiap bulan Muharram sekitar tanggal 11 sampai 13.


Pemerintah Kabupaten Batang melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata juga memasukkan Komplek Makam Aulia Wonobodro sebagai salah satu tempat wisata ziarah andalan di Kabupaten Batang.


Keberadaan Komplek Makam Aulia Wonobodro membuktikan bahwa dakwah Islam di Nusantara pada waktu itu, khususnya di Jawa Tengah tidak terlepas dari peran para aulia pengikut Syekh Maulana Maghribi. 

Filosofi Pamor Pandito Bolo Pandito

 

Pamor adalah motif yang timbul pada bilah Keris, Tombak, Pedang atau Tosan Aji lainnya akibat proses tempa lipat dari beberapa jenis logam berbeda yang disatukan, sehingga ketika diwarangai akan menghasilkan gradasi warna yang berbeda.

Setelah diwarangi, maka besi akan berubah warna menjadi hitam, baja akan berubah warna menjadi hitam pudar/abu-abu, sedangkan pamor (nikel atau meteor) akan tetap berwarna putih/keperakan karena bahan ini tidak terpengaruh oleh reaksi kimia dari warangan/arsenik.

Selain memperindah bilah Keris, pamor juga dipercaya sebagai gambaran dari tuah Keris. Filosofi dan tuah dari setiap pamor Keris bisa berbeda-beda tergantung dari bentuk motif dan nama pamornya, ada yang tuah atau angsarnya untuk kerejekian, perlindungan, derajat, kewibawaan, dll.

Nama dan jenis pamor juga bermacam-macam dan masing-masing memiliki makna dan tuah/manfaat yang berbeda-beda. Salah satu pamor Keris yang cukup populer dan cukup langka adalah pamor Pandito Bolo Pandito atau Pandita Bala Pandita yang akan kita bahas pada artikel kali ini.

Jika bicara soal pamor Pandito Bolo Pandito, tentunya ada sebagian penggemar Keris yang masih bingung tentang perbedaan pamor tersebut dengan 3 pamor lainnya yang bentuk motifnya hampir sama, yaitu pamor Ujung Gunung, pamor Junjung Drajat dan pamor Rojo Abolo Rojo.

Sekilas keempat pamor tersebut memang memiliki motif yang sama, yaitu berupa garis-garis yang menyudut ke atas membentuk segi tiga. Tapi jika di amati dengan lebih seksama sebetulnya ada beberapa perbedan yang cukup mencolok dari keempat pamor tersebut, antara lain:

- Pada pamor Ujung Gunung, bagian bawah (kaki) garis-garis sudut menerjang tepian bilah.

- Pamor Rojo Abolo Rojo mirip dengan pamor Ujung Gunung, tapi pada bagian garis yang bertemu dan membentuk sudut cenderung mengelompok/ada dibeberapa tempat, seperti di bagian sor-soran, tengah bilah, atau di ujung bilah dan tidak sampai menerjang tepi bilah.

- Pamor Junjung Drajat sangat mirip dengan pamor Rojo Abolo Rojo tapi hanya sampai disekitar pertengahan bilah, kemudian di atas sudut pamor biasanya terdapat pamor lain.

- Sedangkan pamor Pandito Bolo Pandito sendiri pada ujung-ujung dari pertemuan garis yang menyudut semuanya bertemu pada ujung bilah Keris.

Makna Pamor Pandito Bolo Pandito/Pandita Bala Pandita:

Pandito Bolo Pandito artinya Pendeta berpasukan Pendeta. Kata Pandito atau Pandita berasal dari bahasa Sansekerta yang maksudnya adalah orang yang tidak memiliki keterikatan lagi dengan keduniawian.

Dalam Bhagawadgita Bab IV. 19 dikatakan: “Yasya sarve samarambhah, kamasamkalpavarjitah, jnanagnidagdhakarmanam, tam ahuh panditham budhah”. Artinya: “Ia yang segala perbuatannya tidak terikat oleh angan-angan akan hasilnya dan ia yang kepercayaannya dinyalakan oleh api pengetahuan, diberi gelar Pandita oleh orang-orang yang bijaksana”.

Yang termasuk dalam kelompok ini, antara lain: Pedanda, Bujangga, Maharesi, Bhagawan, Empu, Kiai, Rohaniawan dan sebagainya yang merupakan golongan paling dihormati (kasta tertinggi). Pandita biasanya tidak terlepas dari kehidupan Raja.

Pandita pada umumnya bertugas sebagai penasehat Raja (Purohito), bahkan dikatakan bahwa Raja tanpa Pandita akan lemah dan Pandita tanpa Raja akan musnah.

Tuah Pamor Pandito Bolo Pandito/Pandita Bala Pandita:

Sesuai dengan namanya, Keris dengan pamor Pandito Bolo Pandito lebih cocok dimiliki oleh orang-orang yang menekuni ilmu sepiritual agar lebih peka terhadap isyarat-isyarat ghaib, memiliki ketajaman batin, dapat memancarkan kharisma dan dapat mewujudkan ketenangan serta penuh welas asih terhadap sesama sehingga lebih mudah untuk mencapai tataran keilmuan yang lebih tinggi.

Selain itu, pamor Pandito Bolo Pandito juga memiliki tuah atau angsar yang dapat menjadikan pemiliknya lebih disegani, dihormati, dipercaya oleh orang lain dan semua perkataannya akan didengar, sehingga lebih mudah untuk mencari murid atau pengikut. Karis pamor Pandito Bolo Pandito sangat cocok dimiliki oleh seorang guru spiritual.

Tapi pamor ini tergolong sangat pemilih dan tidak semua orang bisa cocok memilikinya. Energi Keris dengan Pamor Pandito Bolo Pandito atau Pandita Bala Pandita hanya bisa selaras dengan orang-orang yang berhati bersih, sudah matang secara spiritual, atau orang yang sudah tidak mementingkan urusan duniawi lagi.

Jadi, orang yang masih suka melakukan perbuatan-perbuatan tidak baik khususnya “Mo-limo” (Main, Minum, Madat, Maling, Madon) tidak akan cocok memiliki Keris berpamor Pandito Bolo Pandito/Pandita Bala Pandita.

Beberapa Cara Untuk Mengetahui Khodam Pusaka

 

Dari catatan sejarah, rata-rata para Raja di tanah Jawa pasti memiliki Keris Pusaka yang memiliki daya kesaktian luar biasa sebagai pusaka pribadi maupun pusaka Kerajaan.

Keampuhan dan kesaktian Keris Pusaka memang sengaja dibuat oleh sang Mpu atas permintaan pemesannya. Tentu saja untuk mencapai tataran seperti itu memerlukan proses yang panjang. Tapi yang perlu digaris bawahi adalah, bahwa dibalik keampuhan sebilah Keris Pusaka ternyata ada yang dapat berpengaruh negatif pada pemiliknya. Dan untuk menghindari terjadinya hal-hal negatif tersebut seharusnya seorang pemilik Keris harus mengetahui dengan persis karakter dan tuah dari Keris yang dimilikinya.

Cara termudah untuk mengetahui tuah/yoni dari sebilah Keris serta dampak yang akan ditimbulkan, yaitu dengan meminta bantuan Mpu Keris, Paranormal, orang yang mengetahui seluk-beluk Keris atau ahli tayuh Keris. Tapi cara ini kurang memberikan nilai lebih karena kita tidak berkomunikasi langsung dengan khodam Keris yang kita miliki.

Lain halnya jika kita bisa menayuh Keris kita sendiri dan berkomunikasi langsung dengan khodamnya, tentu akan lebih mengesankan karena kita bisa mengetahui secara langsung apa tuah dari Keris yang kita miliki dan kemauannya, baik itu sesaji, perlakuan maupun pantangannya.

Seperti diketahui, bahwa Keris diyakini banyak orang memiliki daya linuwih atau kekuatan ghaib yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Jadi sebaiknya sebilah Keris harus ditayuh dulu sebelum dimiliki atau disimpan sebagai ageman.

Keris dikatakan sakti apabila Keris tersebut tidak suwung (kosong), atau ada kekuatan ghaib/angsar yang ada didalamnya. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui khodam/yoni dari sebilah Keris.

Berikut ini beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menayuh atau mengetahui tuah dari Keris Pusaka:

• Menayuh Keris dengan laku tirakat/puasa:

Laku tirakat/puasa bisa dilakukan dengan kaifiat layaknya melakukan puasa wajib, puasa senin-kamis, atau puasa-puasa kejawen seperti mutih, puasa ngalong, puasa ngebleng atau pati geni.

Mulai magrib kita bisa melakukan wirid sesuai dengan kemampuan dan menjauhi perbuatan yang bersifat duniawi. Biasanya menjelang fajar wangsit/ilham biasanya akan muncul yaitu antara jam 02.00 sampai jam 04.00 menjelang waktu subuh. Adapun niat puasanya adalah beribadah pada Yang Maha Kuasa dan berniat untuk mengetahui tuah dari benda pusaka yang kita miliki.

• Menayuh Keris dengan cara Meditasi

Cara 1:

Siapkan ruangan khusus (kamar) beralaskan tikar. Sebelum melakukan meditasi terlebih dulu sucikan diri dan kuatkan niat untuk metsubudi (mengeluarkan kekuatan batin kita) agar dapat melakukan komunikasi ghaib dengan isi/khodam Keris.

Tempatkan Keris didepan kita dan nyalakan lilin disampingnya, bisa juga menggunakan wewangian seperti dupa atau minyak. Setelah itu duduk bersila dengan posisi kaki kanan di atas kaki kiri. Satukan kedua telapak tangan tepat ditengah dada.

Tataplah api lilin yang menyala tanpa berkedip selama mungkin sesuai kemapuan mata kita. Kemudian pejamkan mata, maka akan tampak dalam pandangan mata yang terpejam perwujutan makhluk ghaib/khodam yang ada pada Keris tersebut.

Cara 2:

Lakukanlah duduk bersila untuk meditasi kemudian letakkan Keris didepan kita. Meditasi dilakukan dengan tujuan untuk mencapai ketenangan. Karena energi ghaib sifatnya halus dan lembut, maka untuk bisa merasakannya harus dengan kelembutan.

Setelah merasakan ketenangan, kemudian peganglah Keris yang ingin ditayuh dengan niat kepada Allah agar diberikan petunjuk tentang Keris tersebut.

Gunakan hati dan perasaan untuk merasakan getaran energi yang ditimbulkan. Energi supranatural yang muncul bisa bermacam-macam, ada yang bersifat dingin, panas, atau getaran merambat, kesemutan dan lainnya. Setiap orang bisa berbeda-beda dalam merasakan energi ghaib yang ditimbulkan oleh sebilah Keris, tapi apapun itu tidak jadi masalah, karena hal itu hanya sensasi penyatuan energi rasa kita dengan khodam Keris.

Setelah cukup merasakan getaran dari Keris pusaka tersebut, mulai niatkan dalam hati untuk melihat wujud khodam secara batiniah namun nyata tergambar dari getaran yang di timbulkan ke dalam mata batin kita.

Setelah melihat khodam Keris dengan mata batin, segera tanyakan apa tuah Keris tersebut, bagaimana cara merawatnya dan apa pantangannya.

Ketika kita berkomunikasi dengan khodam Keris, biasanya akan ada gambaran yang muncul, misalnya saja kita melihat diri kita sendiri dikerubungi wanita-wanita cantik, dikeroyok orang, dibacok, ditembak, bertemu sosok orang tua, bertemu anak kecil/bayi yang minta dirawat, bertemu wanita yang minta dijadikan istri, dan ada juga yang ketika bertemu kita malah memberi hormat, serta masih banyak lagi isyarat-isyarat lainnya.

Apapun gambaran/petunjuk yang muncul, maka bisa di artikan sendiri, pastinya secara batin karena sudah terkoneksi dengan khodamnya.

Cara 3:

Lakukan puasa 1 hari pada hari kamis, tapi pada waktu buka jangan makan yang bernyawa seperti Ikan, daging, telor, dan lainnya.

Niatkan puasa hanya untuk mendekatkan diri dan memohon petunjuk dari Allah.

Niat puasa: "Nawaitu shoma ghodin liqodoi hajati sunatan lillahi ta’ala".

Setelah selesai melakukan puasa, lalu pada malam jumatnya tepat jam 12 malam kita harus mandi keramas dan memakai minyak wangi non alkohol. Setelah itu, masuklah ke dalam ruangan yang sunyi dan kerjakan sholat hajat 2 rokaat. Setelah selesai sholat hajat, kemudian tawasul kepada:

- Kanjeng Nabi Muhammad SAW
- 4 Malaikat muqorobin
- 4 Sahabat Nabi
- Kanjeng Nabi Khidir AS
- Syekh Abdul Qodir Al Jaelani
- Syekh Maulana Maghribi
- Kanjeng Sunan Kalijogo
- Kedua orang tua kandung

Selanjutnya baca:

"ASSALAMMUALAIKUM YA KHODAMUL MINAL GHAIBI", sebanyak 21x

(hadir-hadir-hadir) sambil memukul lantai dengan keras 3x.

Setelah itu dilanjutkan dengan membaca "Yaa bathin" sebanyak 1000x (dibaca pelan-palan saja dalam hati dengan khusuk dan tenang, jangan mengejar bilangan, santai dan rileks saja).

Kalau khodam Keris sudah datang, ucapkan salam dan ajaklah berkomunikasi. Tapi jika khodamnya tidak muncul juga, bacalah do'a ini:

"SYAMHAHIRIN SYAMKHOHIRIN" sebanyak 1000x

Kalo khodamnya sudah muncul, jangan lupa ucapkan salam. Cara ini harus dilakukan ditempat yang gelap, tidak boleh ada cahaya yang masuk ke dalam ruangan tempat meditasi.

• Menayuh Keris dengan cermin

Siapkan cermin berukuran sedang, lalu keluarkan Keris dari sarungnya. Letakkan Keris dibelakang cermin dengan ujungnya menghadap kedepan.

Kemudian lihat cermin dari depan, untuk Keris pusaka yang memiliki kekuatan ghaib tinggi akan berubah menjadi mahluk tertentu seperti ular, macan, atau mahluk-mahluk yang lain. Hal itu bisa dilihat secara kasat mata walaupun Keris tersebut diletakkan dibelakang cermin.

• Menayuh Keris dengan memanfaatkan insting hewan

Hewan adalah mahluk kasat mata yang dapat melihat keberadaan mahluk ghaib. Oleh karena itu, untuk menguji apakah Keris memiliki kekuatan ghaib atau tidak kita dapat mengujinya dengan memanfaatkan kemampuan dari hewan.

Hewan yang paling peka terhadap keberadaan mahluk ghaib adalah ayam. Terutama ayam yang memiliki anak. Induk ayam sangat peka terhadap ancaman sekecil apapun yang datang. Ketika ada sesuatu yang di anggap mengancam keselamatan anak-anaknya, maka induk ayam akan langsung bereaksi.

Untuk menayuh Keris, caranya cukup mudah, yaitu dengan mencari ayam yang sedang mencari makan bersama anak-anaknya. Kemudian lemparkan Keris di ke arah induk ayam tadi. Jika induk ayam bereaksi/marah atau hanya diam saja, maka bisa dipastikan jika Keris tersebut kosong (suwung). Tapi jika induk ayam lari tungang langgang ketakutan, atau terdiam kemudian berbunyi kruuk-kruuk-kruuk, berarti Keris tersebut ada isinya.

Reaksi induk ayam dengan bersuara kruk-kruk-kruk merupakan gambaran akan hadirnya sosok mahluk lain yang tidak sama dengan Manusia.

Bisa juga dengan cara meletakkan Keris diwadah yang disekitarnya ditaburi beberapa butir beras atau pakan hewan lainnya. Hewan yang dapat melihat keberadaan khodam Keris adalah ayam, burung, kucing dan anjing.

Setelah itu tunggu reaksi dari hewan yang dipancing dengan makanan tersebut. Jika mendekat dan berebut makan, berarti Keris tersebut kosong (suwung). Tapi jika hewan malah berbalik menjauhi makanan, berarti Keris tersebut ada isi/khodamnya.

Jika Anjing atau kucing bereaksi akan menerkam, berarti Keris tersebut masih ada khodamnya, tapi kekuatanya sudah lemah. Tapi jika anjing atau kucing lari tunggang langgang, berarti khodam Keris tersebut sangat kuat.

• Menayuh Keris lewat mimpi

Cara ini biasa dilakukan oleh orang yang awam tentang dunia supranatural. Cara ini sangat mudah dilakukan dan bisa dilakukan oleh siapa saja.

Caranya sebelum tidur kita harus mensucikan diri dulu dengan berwudlu. Kemudian keluarkan Keris dari sarungnya dan letakkan didepan wajah kita. Ajaklah berkomunikasi agar diberikan petunjuk tentang tuah Keris tersebut melalui mimpi. Setelah itu letakkan Keris dibawah bantal yang digunakan untuk tidur.

Jika Keris tersebut cocok dengan pemiliknya, maka mimpi yang muncul biasanya tidak menyeramkan, misalnya saja: mimpi bertemu wanita cantik yang minta di jadikan istri, bertemu anak kecil yang mau ikut dan minta dirawat, atau bertemu orang tua yang menitipkan bayi kepada kita.

Tapi jika Keris tersebut tidak cocok dengan pemiliknya, maka mimpi yang akan muncul biasanya menyeramkan, misalnya: dikejar-kejar macan, dikeroyok orang, kecelakaan dan mimpi-mimpi menyeramkan lainnya.

Menyelaraskan Keris Dengan Pemiliknya

 

Agar Keris dapat berfungsi dan memberikan tuahnya, maka antara Keris dan pemiliknya harus terjalin ikatan batin yang selaras. Ghaib Keris harus mengenal pemiliknya dan merasa simpati sehingga mau menjadi pendampingnya, dan juga agar Keris tersebut benar-benar dapat menjadi pusaka atau sipat kandel, tidak hanya menjadi Keris koleksi/pajangan saja.

Pada jaman sekarang banyak Keris yang hawa aura mistisnya sudah redup, sudah dingin/adem/anyeb, seperti Keris kosong yang tidak ada isi ghaibnya. Jika sudah seperti itu, maka Keris tersebut sudah tidak aktif lagi, dan tidak dapat memberikan tuahnya.

Hilangnya aura ghaib Keris disebabkan karena pengaruh perkembangan jaman dimana keberadaan Keris sudah tidak di anggap sebagai benda pusaka dan mulai diabaikan keberadaannya.

Aura ghaib Keris akan terasa ketika sudah menyatu dengan pemiliknya dan selama masih ada jarak antara kebatinan Manusia dengan Kerisnya, maka keberadaan Keris tidak akan banyak berarti karena Keris tersebut tidak akan dapat dirasakan tuahnya.

Oleh karena itu, jika ingin memiliki atau menyimpan Keris sebaiknya kita sudah memiliki pengetahuan tentang tatacara dan etika penggunaan Keris, perawatan Keris, dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan Keris. Jangan hanya sekedar memiliki, menyimpan atau memakainya agar tidak terpengaruh cerita-cerita mistis tentang Keris atau bahkan mengagungkan keghaiban Keris.

Karena dari cerita-cerita dan mitos-mitos yang keliru serta cara memperlakukan Keris yang menyimpang, akibatnya bagi orang-orang yang tidak memahami tentang sejatinya Keris akan menjauhinya dan menganggap sirik jika memiliki Keris.

Pada dasarnya Keris adalah sebuah filosofi tentang kehidupan dan mengandung nilai-nilai spiritual yang dalam. Tapi dijaman sekarang ini hampir bisa dipastikan sudah sangat jarang ada orang yang mampu memahami ajaran-ajaran pada sebilah Keris yang sejatinya tidak ada sama sekali unsur-unsur sirik didalamnya, dan justru sangat kental dengan unsur-unsur spiritual.

Tapi secara pengetahuan umum, Keris dibuat dengan tujuan agar menyatu dan mendampingi pemiliknya. Tuah dan kekuatan ghaibnya juga sudah disesuaikan dengan pemiliknya (pemilik pertama).

Sifat kejiwaan Keris bisa dikatakan seperti orang tua yang memomong dan menjaga anaknya. Jika Manusia sebagai pihak yang di emong mampu peka rasa, bisa mendengarkan bisikan-bisikan ghaib dari Kerisnya yang berupa ide dan ilham serta firasat (mimpi), maka orang itu akan dituntun kepada jalan/perbuatan yang dapat mengantarkannya pada kesuksesan sesuai dengan tujuan atau jenis tuah Kerisnya masing-masing, dan juga menjauhkannya dari kesulitan.

Karakter seperti itu tidak dimiliki benda-benda pusaka lain. Umumnya orang-orang Jawa jaman dulu memiliki kepekaan rasa dan batin, sehingga bisa menyatukan batinnya dengan Keris miliknya. Itulah sebabnya leluhur masyarakat Jawa jaman dulu yang peka rasa dan mendalami ajaran Kejawen, pasti lebih memilih Keris sebagai agemannya daripada benda-benda ghaib lainnya.

Oleh karena itu sebaiknya harus dipahami, jika kita memiliki sebilah Keris, apapun jenis dan tuahnya, supaya bisa mendapatkan keghaibannya secara maksimal dibutuhkan adanya penyatuan kebatinan dengan Kerisnya (ada interaksi batin), dan bukan hanya sekedar memiliki dan menyimpannya saja.

Jika kita merasa tidak bisa peka rasa dan firasat, atau tidak bisa menyatukan diri dengan Keris, sebaiknya jangan memiliki atau menyimpan Keris. Lebih baik menyimpan atau memiliki benda-benda pusaka lain sebagai jimat atau pegangan.

Sebaiknya kita memiliki sedikit pengetahuan tentang Keris agar tidak memilih Keris yang tidak mau menyatu dengan kita, karena tanpa adanya penyatuan batin, Keris tersebut tidak akan dapat dirasakan tuahnya.

Banyak sekali Keris yang sama sekali tidak mau menyatu dan tidak mau memberikan tuahnya kepada pemiliknya. Kondisi tersebut bisa terjadi karena beberapa sebab, antara lain:

• Ada Keris-Keris tertentu yang tidak cocok dimiliki oleh sembarang orang seperti Keris-Keris luk 5 yang tidak cocok dimiliki orang yang bukan keturunan ningrat/bangsawan.

Keris-Keris luk 5 atau Keris-Keris keningratan lainnya, biasanya hanya akan diam saja (pasif) dan tidak akan menyatu serta tidak akan memberikan tuahnya jika dimiliki oleh orang yang bukan keturunan ningrat.

Sifat/karakter tersebut menjadikan Keris-Keris luk 5 dan Keris-Keris keningratan lainnya tergolong sebagai Keris khusus (pemilih) yang tidak bisa cocok dimiliki semua orang.

• Sebab lainnya bisa karena ada masalah dalam etika dan cara mendapatkan Keris tersebut, misalnya Keris tersebut didapat dengan cara mencuri, memaksa, merampas, atau ada rekayasa pembodohan, penipuan/tipu muslihat dan atau penggelapan dalam proses pemindah-tanganan atau dalam proses tawar-menawar mahar Keris.

Oleh karena itu, jika kita berkenan/berminat memiliki sebilah Keris sebaiknya dalam proses tawar-menawar mahar Keris jangan menawar sampai semurah-murahnya yang menimbulkan kesan jika Keris tersebut barang murahan yang tidak cukup berharga untuk dimiliki. Tingkat penghargaan kita pada sebilah Keris, dan perlakuan sehari-hari dalam merawatnya dapat berpengaruh pada tingkat penyatuan Keris dan kadar tuah yang akan diberikan oleh Keris tersebut kepada kita.

Jika ghaib Keris merasa disepelekan/direndahkan atau sampai merasa terhina dengan perlakuan kita, maka bisa jadi Keris tersebut kemudian akan menjadi pasif, dan tidak menunjukkan penyatuannya dengan kita karena ghaib Keris menjadi tidak bersimpati kepada kita sebagai pemiliknya.

Kondisi Keris yang tidak mau memberikan tuahnya kepada pemiliknya karena sebab-sebab di atas biasanya tidak dapat diperbaiki/di akali dengan pemberian sesaji, atau dengan cara yang lain. Jika kondisinya sudah seperti itu sebaiknya Keris tersebut dipindah-tangankan kepada orang lain, dan sebagai gantinya carilah Keris lain yang cocok dan mau menyatu dengan kita agar dapat dirasakan tuahnya.

• Jika Keris tidak mau memberikan tuahnya karena ada kesalahan atau perbuatan pemiliknya yang membuat ghaib Keris tidak berkenan, misalnya karena pemberian sesaji yang tidak disukai oleh ghaib Keris, hal itu bisa diperbaiki dengan memberikan sesaji minyak cendana merah yang dioleskan pada bilah Keris atau memberikan sesaji lain yang di inginkan oleh ghaib Keris.

• Sebab lainnya bisa karena proses penjamasan yang membuat ghaib Keris merasa tidak senang dengan cara kerja si penjamas Keris, hal itu bisa diperbaiki dengan melakukan penjamasan pada tahun berikutnya kepada penjamas Keris lain yang lebih berpengalaman.

• Penggantian bagian komponen kelengkapan Keris, seperti deder (gagang Keris), warangka (sarung Keris), mendak, pendok atau komponen lainnya yang membuat ghaib Keris tidak berkenan, hal itu bisa diupayakan dengan memasang kembali komponen-komponen aslinya atau mengganti dengan komponen lain yang kira-kira bisa membuat ghaib Keris berkenan.

Tetapi jika kesalahan itu terjadi karena pemiliknya dengan sengaja mengganti komponen utama Keris, seperti "gonjo" atau "pesi", biasanya kesalahan itu tidak dapat diperbaiki karena sudah menyebabkan ghaib Keris marah dan sakit hati, walaupun sudah diupayakan dengan memasang kembali komponen aslinya atau mengganti dengan komponen lain yang kira-kira ghaib Keris berkenan.

Oleh karena itulah sebaiknya kita harus berhati-hati, terutama ketika berminat membeli Keris yang ada hiasan emas pada bagian gonjo atau bilahnya karena harus benar-benar di amati dulu apakah hiasan emas itu asli atau susulan/tambahan, karena ditakutkan jika ternyata ghaib Kerisnya tidak berkenan dengan pemasangan/penambahan emas tersebut.

• Kesalahan lain yang tidak dapat diperbaiki adalah jika kita mengampelas/mengikis/menghaluskan bilah Kerisnya, atau mengukir ulang bagian bilah, luk atau ricikan lainnya.

Jika kebetulan kita memiliki Keris yang bagian pesinya sudah sangat aus (keropos) atau tipis karena termakan karat, bisa diperbaiki dengan memasangkan pipa bekas antena televisi atau pipa lain yang ukurannya pas dengan ukuran pesi Keris dengan cara dipasang menyelubungi pesi tersebut. Jika terlalu longgar bisa ditambah lilitan benang wol hitam pada pesi Keris supaya lebih kencang.

Usahakan ukuran pipa yang digunakan pas dengan lubang pada deder Keris (jika terlalu longgar bisa ditambah lilitan benang wol hitam).

Tetapi jika pesi Keris tersebut sudah patah pada bagian pangkalnya, sehingga tidak dapat diperbaiki dengan penggunaan pipa antena dan terpaksa harus diganti agar bisa dipasang pada gagangnya, maka bisa diupayakan dengan menggantinya dengan cara di las (disrumbung) menggunakan gagang besi lain dengan terlebih dulu menyampaikan niat kita sebagai pemberitahuan awal kepada ghaib Keris.

• Jika kita merubah bentuk Keris atau mengganti komponen utamanya karena kita menganggap Keris itu bentuknya jelek atau kurang bagus, maka bisa dipastikan jika ghaib Keris akan marah dan sakit hati, sehingga tidak akan memberikan tuahnya kepada kita sebagai pemiliknya. Jika sudah begitu maka Keris tersebut tidak akan berfungsi lagi sebagai Keris tayuhan.

Tapi jika kita merubah bentuk Keris atau mengganti komponen utamanya bukan karena kita menganggap Keris itu jelek, tetapi kita melakukannya karena merasa sayang ada bagian yang rusak, mungkin hal itu bisa dimaklumi atau bisa diterima karena sosok ghaib Keris mengerti bahwa maksud dan tujuan kita tidak untuk merusak atau menganggap Keris itu jelek, tapi untuk memperbaiki.

Atau jika kita ingin mengganti komponen kelengkapan Keris, seperti gagang (deder), sarung (warangka), mendak atau selut Keris, sebaiknya ditanyakan dulu apakah Kerisnya berkenan atau tidak, misalnya dengan cara menayuh Keris dan menyampaikan maksud kita kepada Keris dengan menggambarkan dipikiran kita mengenai benda yang akan menjadi penggantinya.

Jadi apapun yang akan kita lakukan terhadap fisik Keris, sebaiknya dilakukan dengan menyampaikan terlebih dahulu niat kita itu sebagai pemberitahuan awal kepada ghaib Keris.

Dari semua uraian di atas maka dapat dipahami bahwa Keris tidak sama dengan benda pusaka lainnya, karena Keris memiliki jiwa yang akan aktif berinteraksi dengan pemiliknya, karena sejak awal tujuan dibuatnya sebilah Keris adalah untuk menjadi “pendamping” bagi Manusia.

Oleh karena itu jika kita memiliki sebilah Keris, perlakukanlah seolah-olah Keris itu seperti Manusia yang memiliki perasaan dan pikiran serta bisa diajak bertukar pikiran (komunikasi) seperti kita memiliki teman dari alam lain. Semua itu tergantung kemampuan kita untuk berkomunikasi/berinteraksi dengan sosok ghaibnya, karena Keris dapat mengikuti jalan hidup Manusia pemiliknya.

Tetapi jika kita hanya menginginkan tuah dari sebuah benda ghaib (pusaka), sebaiknya jangan memiliki Keris, lebih baik memilih jenis benda pusaka lain sebagai jimat untuk keberuntungan, kesuksesan, keselamatan, kesaktian, kewibawaan, atau lainnya.

Faktor lain yang menghalangi menyatunya Keris dengan pemiliknya yaitu jika pemilik Keris ternyata memiliki khodam pendamping yang berasal dari golongan hitam, karena mahluk ghaib golongan putih tidak akan mau bergaul/berkomunitas dengan mahluk ghaib golongan hitam.

Bukan hanya khodam Keris Jawa saja, tapi juga khodam batu akik atau mustika dan juga khodam ilmu/khodam pendamping. Bahkan bisa jadi semua benda ghaib yang di miliki atau yang dipakai seperti cincin batu akik dan mustika juga akan menjadi kosong karena ditinggalkan oleh isi ghaibnya.

Penyebabnya karena selain mahluk halus dari golongan putih akan menyingkir atau tidak mau bergaul dengan golongan hitam, juga karena mahluk ghaib dari golongan hitam tersebut akan mengambil alih semua peranan dari khodam-khodam yang lain, sehingga Manusia pemiliknya akan menjadi bergantung hanya kepada khodam dari golongan hitam itu.

Mahluk ghaib golongan hitam bisa juga terpanggil datang karena kita melakukan wirid, mantra atau do'a-do'a tertentu. Karena tujuan kedatangan mahluk tersebut tidak untuk mengganggu, tetapi datang untuk menjadi pendamping kita, maka sekalipun sebelumnya kita telah memiliki khodam-khodam penjaga, tapi khodam-khodam penjaga yang kita miliki itu tidak akan melarangnya.

Tapi yang terjadi kemudian, khodam-khodam penjaga yang kita miliki sebelumnya akan menyingkir semua dan tidak mau lagi mendampingi kita karena mereka tidak mau bergaul/bercampur dengan mahluk ghaib golongan hitam.

Oleh karena itu, jika kita sudah memiliki benda pusaka atau khodam pendamping, sebaiknya kodham-kodham tersebut juga disugestikan untuk mengusir semua mahluk ghaib golongan hitam yang datang, apapun tujuan kedatangan mereka.

Demikian sedikit informasi tentang proses menyatunya ghaib Keris dengan pemiliknya yang dapat kami sampaikan pada artikel kali ini.

Cara Sederhana Dalam Menayuh Keris

 

Bagi para pecinta Tosan Aji tentu sudah tidak asing dengan istilah Keris Tayuhan, yaitu Keris yang di utamakan tuahnya. Keris Tayuhan memang sengaja dibuat dengan mengutamakan tuah atau isoterinya daripada keindahan garap dan pamornya.

Keris Tayuhan biasanya memiliki kesan wingit, angker, memancarkan perbawa yang sangat kuat dan kadang terkesan menakutkan. Meskipun kebanyakan Keris Tayuhan tidak mementingkan sisi keindahan fisiknya, tapi untuk Keris Tayuhan yang dibuat oleh seorang Empu berpengalaman tetap akan terlihat indah dan luwes.

Keris Tayuhan biasanya juga berdhapur sederhana dan kebanyakan adalah dhapur Keris lurus dan Keris luk yang tidak memiliki banyak ricikan. Jarang sekali Keris Tayuhan yang berdhapur mewah dan umumnya berpamor tiban.

Doa atau mantra-mantra yang disematkan oleh sang Empu pada Keris Tayuhan jauh lebih kuat dan lebih spesifik karena konsentrasi sang Empu hanya terfokus untuk menggarap isi dari Keris tersebut, tidak terbagi untuk memikirkan sisi keindahan fisik Keris sehingga karakter dan getaran energi Keris Tayuhan bisa dirasakan bahkan oleh orang awam sekalipun.

Keris Tayuhan yang sudah menyatu dengan pemiliknya akan berlaku sebagai pendamping dan penjaga bagi pemiliknya. Misalnya saja ketika ada sesuatu yang mengancam keselamatan pemiliknya maka Keris Tayuhan bisa memberi tanda secara langsung seperti bergerak sendiri atau keluar dari warangkanya sebagai bentuk peringatan agar pemiliknya lebih waspada. Dari sisi isoteri, khodam dari Keris Tayuhan juga akan berlaku sebagai khodam pendamping yang selalu siap sedia membantu pemilik Keris dalam berbagai hal. 

Oleh karena itulah biasanya pemilik Keris Tayuhan tidak akan memperlihatkan Kerisnya kepada orang lain, apalagi dengan tujuan untuk dipamerkan. Keris Tayuhan biasanya hanya disimpan didalam kamar pribadi atau tempat khusus yang terpisah dari Keris atau pusaka koleksi lainnya dan hanya akan dikeluarkan ketika akan dibersihkan atau diwarangi saja.

Selain Keris Tayuhan, tentu kita juga sering mendengar istilahTayuh atau menayuh Keris. Istilah ini sangat akrab dikalangan pecinta Tosan Aji, terutama bagi mereka yang mementingkan isoteri Keris karena memang di anjurkan ketika baru mendapatkan sebilah Keris sebaiknya ditayuh dulu untuk mengetahui cocok atau tidaknya Keris tersebut dengan pemiliknya.

Tayuh adalah sejenis ilmu tradisional atau suatu cara yang digunakan untuk mengetahui apakah sebilah Keris cocok dimiliki oleh seseorang atau tidak. Ilmu tayuh berguna untuk meningkatkan kepekaan seseorang agar dapat menangkap kesan atau karakter dari sebilah Keris sehingga bisa menyesuaikannya dengan karakter dari calon pemiliknya.

Karakter dari Keris sendiri terbentuk dari perpaduan antara karakter bawaan material yang digunakan, bentuk dhapur, tampilan pamor, ukuran/dimensi fisik, proses pembuatan, dan doa/harapan yang disematkan oleh sang Empu pada saat membabarnya. Karakter dari sebilah Keris akan disesuaikan dengan karakter dan profesi dari pemesannya.

Contohnya: Keris dengan karakter yang Keras dan galak tidak cocok dimiliki oleh orang yang memiliki karakter panasan (mudah marah) karena akan membuatnya semakin brangasan dan emosinya semakin tidak terkontrol. Jadi, untuk orang yang berkarakter keras dan emosional sebaiknya dipilihkan Keris yang berkarakter lembut dan dingin. Keris yang tuahnya untuk wibawa kepemimpinan tidak cocok dimiliki oleh orang yang profesinya sebagai buruh atau karyawan karena energinya tidak akan bisa selaras.

Pada prinsipnya, ilmu Tayuh tidak hanya berlaku untuk Keris saja, tapi bisa juga diterapkan untuk semua jenis Tosan Aji atau bahkan untuk benda-benda pusaka lainnya. Untuk menayuh Keris sebaiknya dilakukan oleh sipemilik Keris sendiri agar terjalin ikatan batin dengan Kerisnya dan bisa mengetahui secara langsung hal-hal yang berhubungan dengan Kerisnya karena menayuh Keris sebetulnya adalah bentuk komunikasi batin yang bersifat personal antara sipenayuh dengan Keris yang ditayuh.

Niat ketika menayuh Keris juga harus spesifik, apakah hanya untuk mengetahui kecocokan Keris tersebut atau untuk mengetahui segala hal yang berhubungan dengan Keris sampai sejarah dan silsilahnya. Inti dari tujuan menayuh Keris adalah meminta petunjuk kepada TUHAN untuk bisa mengetahui tentang Keris yang akan ditayuh.

Menayuh Keris kadang juga perlu dilakukan beberapa kali dalam rentang waktu yang agak lama agar kita bisa mendapatkan informasi yang sama atau serupa dari penayuhan yang kita lakukan untuk lebih memastikan apakah petunjuk-petunjuk yang didapatkan ketika menayuh Keris tersebut merupakan petunjuk yang benar.

Cara yang paling umum dan paling mudah dilakukan untuk mengetahui cocok tidaknya sebilah Keris yaitu dengan diletakkan dibawah bantal atau langsung dibawah tengkuk saat tidur. Cara ini juga tertulis didalam buku primbon Jawa dan bisa dilakukan oleh siapa saja tanpa perlu memiliki kemampuan khusus. Tapi untuk keamanan sebaiknya Keris yang akan ditayuh di ikat dengan warangkanya agar bilahnya tidak terlepas karena bisa melukai pemiliknya.

Berikut ini cara menayuh Keris seperti yang tertulis didalam buku primbon Jawa:

1. Buatlah garis silang di atas tanah dari arah utara ke selatan dan dari arah barat ke timur dengan mengucapkan mantra "yahoa".

2. Setelah itu keluarkan Keris dari warangkanya dengan mengucapkan mantra betikut ini:

"Iman sari sukmo mulyo, tinampanan podho sukmo, telek erang araning wesi, ter putih araning wojo, mani roso araning cahyo. Wesi pulosani aku njaluk weruh gelem melu aku opo ora"

3. Kemudian Keris di asapi kemenyan madu dan diberi kembang telon dengan mengucapkan mantra berikut ini:

"Wesi pulosani diaturi dhahar sego putih gondo arum"

4. Setelah itu Keris diletakkan diatas tanah yang tadi sudah digaris silang dengan arah membujur ke utara lalu tanah tersebut ditaburi kembang telon.

5. Setelah beberapa saat diletakkan di atas tanah, sarungkan kembali Keris kedalam warangkanya.

6. Pada malam harinya ketika akan tidur letakan Keris dibawah bantal atau dibawah tengkuk agar diberikan petunjuk melalui mimpi.

Tujuan dari cara menayuh Keris seperti ini adalah untuk mendapatkan petunjuk mengenai Keris tersebut melalui mimpi. Tapi cara ini tidak selalu berhasil, terkadang harus di ulangi sampai beberapa kali karena seringkali mimpi yang diharapkan tidak juga muncul atau kalaupun muncul terkadang saat bangun tidur sudah lupa dengan isi dari mimpinya.

Cara ini sebaiknya dilakukan beberapa kali sampai didapatkan beberapa kali mimpi yang maksudnya sama dan jelas. Jika mimpi yang muncul masih samar-samar dan berbeda-beda, berarti proses menayuh Keris masih belum berhasil.

Cara menayuh Keris dengan meletakkannya dibawah bantal atau tengkuk sebetulnya cukup riskan karena bisa mengakibatkan Keris menjadi bengkok atau warangkanya patah, atau yang lebih fatal lagi Keris bisa terlepas dari warangkanya dan melukai pemiliknya.

Agar lebih aman sebaiknya Keris yang akan ditayuh diletakkan agak jauh atau diletakkan didinding didekat tempat tidur yang penting ruangan untuk menayuh Keris tertutup dan gelap maka komunikasi antara pemilik Keris dan Keris yang ditayuh masih bisa terjadi.

Petunjuk yang didapatkan melalui mimpi ketika menayuh Keris biasanya bersifat tersirat, seperti kebiasaan orang-orang jaman dulu yang sering menggunakan simbol-simbol yang tersirat. Hal itu sesuai dengan tata krama yang berlaku, jika memberikan nasehat atau petunjuk biasanya tidak dikatakan secara gamblang/langsung, tetapi dalam bentuk kiasan atau simbol yang memiliki maksud atau makna tertentu yang harus dimengerti sendiri arti/maknanya. Seperti halnya bentuk dan ricikan Keris yang syarat akan makna.

Jika Keris yang ditayuh tersebut tidak cocok atau tidak berjodoh dengan pemiliknya, maka biasanya firasat yang didapat melalui mimpi adalah kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan, misalnya saja bertemu dengan sosok menyeramkan yang tidak bersahabat, marah, memusuhi, menyerang, mengejar-ngejar, mengancam atau  mimpi-mimpi menyeramkan lainnya.

Mimpi yang seperti itu merupakan sebuah isyarat bahwa Keris tersebut tidak cocok dengan pemiliknya atau tidak mau dirawat. Jadi sebaiknya jangan memaksakan untuk tetap merawat atau menyimpan Keris tersebut karena Keris tersebut tidak akan memberikan tuahnya.

Tapi jika Keris tersebut cocok atau berjodoh dengan pemiliknya, maka ketika ditayuh akan memberikan isyarat melalui mimpi dalam wujud sebagai sosok yang bersahabat atau sosok yang menyenangkan, contohnya:

- Bermimpi menemukan bayi atau dititipi bayi oleh seseorang untuk dirawat.

- Bermimpi bertemu anak kecil yang minta ikut atau minta di angkat sebagai anak.

- Bermimpi bertemu seorang wanita cantik yang minta diperistri atau mimpi bercinta.

- Bermimpi bertemu orang tua yang menyatakan diri untuk mendampingi atau menyertai perjalanan kita, atau mimpi-mimpi lainnya yang sifatnya bersahabat, menyenangkan dan baik.

Mimpi-mimpi tersebut merupakan isyarat bahwa Keris tersebut berkenan untuk dirawat atau cocok dengan pemiliknya.

Berikut ini adalah perkiraan arti mimpi yang berupa simbol ketika menayuh Keris:

- Bertemu anak-anak

Artinya: Keris tersebut akan mengikuti dan menuruti apa yang menjadi keinginan pemiliknya dan membuat bahagia pemiliknya.

- Bertemu wanita, bercinta, atau ada perempuan yang minta diperistri

Artinya: Keris tersebut akan mendampingi kehidupan pemiliknya (seperti seorang istri). Seringkali tuahnya bisa untuk apa saja menyesuaikan kebutuhan dan kehidupan pemiliknya.

- Bertemu seorang ksatria muda

Artinya: Keris tersebut sangat aktif dan bisa mengikuti semua aktivitas pemiliknya, tuahnya bisa untuk penjagaan ghaib, kekuatan, kewibawaan, atau yang lainnya sesuai aktivitas pemiliknya.

- Bertemu sosok orang tua (bapak-bapak atau ibu-ibu)

Artinya: Selain dapat memberikan tuah tertentu, Keris tersebut juga bersifat mengayomi (ngemong) dan juga akan memberikan peringatan-peringatan dan nasehat seperti sifat orang tua, baik melalui ilham atau mimpi.

- Bertemu sosok macan atau naga yang tidak menyerang (bersahabat)

Artinya: Keris tersebut memiliki tuah untuk penjagaan ghaib, untuk kekuatan, untuk keberanian, untuk kekuasaan dan kewibawaan. Tapi jika sosok macan atau ular naga tersebut menyerang, berarti Keris tersebut tidak cocok dengan pemiliknya.

- Bertemu sosok Manusia tinggi besar

Artinya: Keris tersebut memiliki tuah untuk penjagaan ghaib, kesaktian/kekuatan dan untuk kewibawaan.

- Bertemu dengan beberapa orang sekaligus

Biasanya mimpi tersebut sering di alami oleh seseorang yang memiliki beberapa Keris Tayuhan. Jika orang-orang yang muncul dalam mimpinya itu menunjukkan sikap bersahabat dan hormat, berarti semua Kerisnya memiliki aura positif dan bersama-sama  akan mendampingi pemiliknya. Tapi jika ada di antara sosok-sosok tersebut yang perilakunya tidak simpatik atau tidak hormat, berarti ada di antara Keris-Kerisnya yang tidak cocok. Jadi sebaiknya cari tahu Keris mana yang tidak cocok dan segera dilepas atau dipindah tangankan agar tidak membawa dampak buruk bagi pemilik dan keluarganya.

- Bertemu dengan seseorang yang ingin mendampingi/menemani dalam perjalanan

Artinya: Keris tersebut akan mendampingi dan akan membantu semua aktivitas keseharian pemiliknya, termasuk untuk penjagaan ghaib dan menjaga keselamatan pemiliknya.

- Bertemu seseorang yang menolong ketika kita berada dalam kesulitan/bahaya

Artinya: Keris tersebut akan membantu menjaga keselamatan pemiliknya atau untuk penjagaan ghaib.

Menayuh Keris juga bisa dilakukan dengan cara duduk bersila sambil memejamkan mata dan memusatkan konsentrasi pikiran dan batin. Keris yang akan ditayuh diletakkan dipangkuan atau didekap didada dengan niat memohon kepada TUHAN untuk bisa mengetahui hal-hal yang ingin diketahui tentang Keris tersebut. Tapi untuk melakukan cara ini diperlukan kepekaan batin yang tinggi dan ketahanan untuk duduk bersila selama beberapa lama sampai mendapatkan isyarat atau petunjuk yang diharapkan.

Tempat atau ruangan yang digunakan untuk menayuh Keris juga harus bersih dari najis dan sebaiknya tubuh juga suci dari hadast (berwudhu). Ketika menayuh Keris sebaiknya dilakukan sendirian tanpa ada orang lain didalam kamar atau ruangan yang digunakan agar bisa lebih konsentrasi dan juga untuk menghindari hal-hal yang tidak di inginkan.

Agar lebih mudah konsentrasi dan mempercepat koneksi, ruangan tempat untuk menayuh Keris juga perlu diberikan aroma wewangian seperti kembang, minyak wangi atau dupa. Semakin sering seseorang berlatih menayuh Keris maka akan semakin mudah untuk mendapatkan informasi yang benar ketika menayuh Keris.

Demikian sedikit informasi tentang pengertian Keris Tayuhan dan cara menayuh Keris yang dapat kami sampaikan pada artikel kali ini.

Mengenal Watak Condong Lelahnya Keris

 

Bagi para pecinta Tosan Aji, terutama Keris tentunya sudah tidak asing lagi dengan istilah Condong Leleh, yaitu istilah untuk menyebut derajat kemiringan sebilah Keris jika dilihat dari garis horisontal bilah paling bawah yang berbatasan dengan gonjo.

Condong Leleh juga bisa merupakan suatu ciri tangguh tertentu dan juga menggambarkan watak/karakter dari sebilah Keris Pusaka sehingga bisa digunakan sebagai acuan untuk membantu dalam penangguhan sebilah Keris dan memahami sifat/karakter Pusaka.

Jika ditinjau dari penggambaran sifat Pusaka, Condong Leleh terbagi menjadi 4 Sifat/Watak, yaitu:
• Suryo: Cenderung tegak
• Candro: Agak condong
• Kartiko: Lebih condong
• Bantolo: Condong sekali

• Watak Suryo/Matahari (Hambeging Suryo)

Matahari bersifat menerangi. Seseorang yang berwatak matahari akan selalu menjadi penerang bagi sesamanya sebagaimana watak Bathara Surya yang mampu menerangi kegelapan dalam kehidupan dengan sinarnya. Kapanpun dan di manapun dia akan selalu memberikan pencerahan pada orang lain.

Matahari juga menghidupi segala makhluk hidup di bumi, baik tumbuhan, hewan dan juga Manusia. Sinar matahari menjadi penghangat suhu sehingga kehidupan bisa berlangsung di bumi dan tidak terjadi kemusnahan massal di muka bumi akibat kegelapan dan kedinginan.

Seseorang yang berwatak matahari bisa menjadi sumber pencerahan bagi kehidupan Manusia, serta mampu berperan sebagai penuntun, guru, pelindung sekaligus menjalankan dinamika kehidupan Manusia ke arah kemajuan peradaban yang lebih baik.

Sikap dan prinsip hidup orang yang berwatak matahari akan selalu konsisten, teguh dalam memegang amanat, "ora kagetan" (tidak mudah kaget), "ora gumunan" (tidak gampang heran dengan hal-hal yang baru dan asing).

Seseorang yang memiliki watak matahari ibarat perjalanan matahari yang berjalan pelan dalam arti hati-hati dan tidak terburu-buru (kemrungsung) tapi dengan langkah yang pasti dan konsisten pada orbit yang telah dikodratkan Tuhan (istikomah).

Lakuning srengenge (matahari), seseorang harus teguh dalam menjaga tanggung jawabnya terhadap sesama yang merupakan titah dari TUHAN, yakni menetapkan segala perbuatan dan tingkah laku diri ke dalam "sifat" TUHAN.

Karena TUHAN Maha Mengetahui, maka kita sebagai titah TUHAN hendaknya terus-menerus berusaha mencari ilmu pengetahuan yang seluas-luasnya dan setinggi-tingginya agar ilmu tersebut bermanfaat untuk kemajuan peradaban Manusia, menciptakan kebaikan-kebaikan yang konstruktif untuk kemaslahatan sesama dan alam.

Tuah Keris Condong Leleh Suryo:

Keris dengan Condong Leleh Suryo dipercaya memiliki tuah yang baik untuk memangku kekuasaan, untuk kehormatan dan kepemimpinan.

• Watak Condro/Rembulan (Hambeging Condro)

Condro (rembulan), berwatak memberikan penerang kepada siapapun yang sedang mengalami kegelapan budi, serta memberikan suasana tenteram pada sesama.

Rembulan membuat terang tanpa membuat panas suasana (dapat ikannya tanpa membuat keruh airnya). Langkah rembulan selalu membuat sejuk suasana pergaulan dan tidak merasa diburu-buru oleh keinginannya sendiri (rahsaning karep).

Watak rembulan menggambarkan nuansa keindahan spiritual yang mendalam. Selalu eling lan waspodo, selalu mengarahkan perhatian batinnya, senantiasa berpegang pada harmonisasi dan keselarasan terhadap hukum alam.

Lakuning wulan (rembulan), seseorang mampu "nggayuh kawicaksananing Gusti", artinya mampu memahami apa yang menjadi kehendak (kebijaksanaan) Sang Pencipta.

Setelah memahami, lalu kita ikuti kehendak TUHAN menjadi sebuah "laku topo ngeli", artinya kita hanyutkan diri pada kehendak Illahi. Witing klopo saglugune wong Jowo, dhasar nyoto laku kang prasojo.

Orang yang berwatak rembulan selalu mengagumi keindahan ciptaan TUHAN yang tampak dalam berbagai bahasa alam sebagai pertanda kebesaran TUHAN.

Bulan purnama menjadi bahasa kebesaran TUHAN yang begitu indah. Orang-orang tua dan anak-anak kecil jaman dahulu selalu bersuka ria saat datang malam bulan purnama. Karena menyaksikan keindahan malam bulan purnama bagaikan membaca ayat-ayat TUHAN, mampu menggugah kesadaran batin dan akal-budi Manusia akan keagungan TUHAN.

Saat ini kebiasaan itu sudah dianggap kuno, tergerus hiburan modern yang kaya akan tawaran-tawaran hedonis. Bahkan secara agama, kebiasaan merayakan "padhang mbulan" oleh orang-orang tertentu dianggap sebagai tradisi yang sia-sia karena tidak menimbulkan pahala. Padahal bulan purnama memiliki khasiat lain sebagai media terapi lahir dan batin di saat terjadi berbagai kegelisahan jiwa.

Sinar bulan purnama sangat baik untuk mengobati segala macam penyakit dengan cara menjemur diri di bawah sinar bulan purnama. Apalagi disertai dengan semedi sebagai wahana olah raga dan olah rasa. Itulah mengapa para leluhur kita jaman dahulu sering melakukan semedi pada saat datangnya malam bulan purnama.

Tuah Keris Condong Leleh Condro:

Keris dengan Condong Leleh Condro dipercaya memiliki tuah yang baik untuk kerejekian dan kemapanan.

• Watak Kartiko/Bintang (Hambeging Kartiko)

Kartiko (bintang) berwatak selalu mapan dan tangguh, walaupun di hempas angin prahara (sindhung riwut) namun tetap teguh dan tidak terombang-ambing. Sebagaimana watak Bathara Ismaya, dalam menghadapi persoalan-persoalan besar tidak akan mundur selangkahpun bagaikan langkah Pandawa Lima.

Sifat Bethara Ismaya adalah tertata, teratur, dan tertib. Mampu menghibur yang sedang sedih, dan menuntun orang yang sedang mengalami kebingungan, serta menjadi penerang di antara kegelapan.

Seseorang yang mengadopsi perilaku bintang akan memiliki cita-cita, harapan dan target yang tinggi untuk kemakmuran dan kesejahteraan, bahkan tidak hanya untuk dirinya sendiri tapi juga untuk orang banyak. Maka "bintang" selalu dikiaskan dengan suatu pencapaian prestasi yang tinggi.

Posisi bintang akan memperindah kegelapan langit di malam hari. Orang yang berwatak bagai bintang akan selalu menunjukkan kualitas dirinya dalam menghadapi berbagai macam persoalan kehidupan.

Tuah Keris Condong Leleh Kartiko:

Keris dengan Condong Leleh Kartiko dipercaya memiliki tuah yang baik untuk mencapai harapan dan cita-cita yang tinggi.

• Watak Bantolo/Bumi (Hambeging Kismo)

Digambarkan watak Bethara Wisnu sebagai karakter bumi yang memiliki sifat kaya akan segalanya dan suka berdherma. Pemimpin yang mengikuti sifat bumi adalah seseorang yang memiliki sifat kaya hati.

Dalam terminologi Jawa, kaya hati disebut sabar drono, ati jembar, legowo dan lembah manah. Rela menghidupi dan menjadi sumber penghidupan bagi seluruh makhluk hidup.

Bumi secara alamiah juga berwatak melayani segala yang hidup. Bumi dengan unsur tanahnya bersifat dingin "ora kagetan lan ora gumunan", tapi bersifat luwes (fleksibel) mudah beradaptasi dengan segala macam situasi dan kondisi tanpa harus merubah unsur-unsur tanahnya. Maknanya, meskipun seseorang bersifat mudah beradaptasi atau fleksibel namun tidak mudah dihasut, tidak mudah diprovokasi karena berbekal ketenangan pikiran, kebersihan hati, dan kejernihan batin dalam menghadapi berbagai macam persoalan dan perubahan.

Bumi juga selalu menempatkan diri berada di bawah menjadi alas pijakan bagi seluruh mahluk. Artinya seseorang yang bersifat bumi akan bersifat rendah hati, namun mampu menjadi tumpuan dan harapan bagi orang banyak.

Sifat tanah berlawanan dengan sifat negatif api. Maka tanahlah yang memiliki kemampuan efektif untuk memadamkan api. Api atau nar, merupakan ke-aku-an yang sejatinya adalah sifat "iblis", yaitu nafsu angkara dalam diri Manusia. Seseorang yang bersifat bumi atau tanah tidak akan mudah lepas kendali dan mengikuti hawa nafsu angkaranya.

Bumi dalam hukum adi kodrati memiliki prinsip keseimbangan dan pola-pola hubungan yang harmonis dan sinergis dengan kekuatan manapun. Namun demikian, pada saat tertentu bumi dapat berubah karakter menjadi tegas, lugas dan berwibawa.

Bumi dapat melibas kekuatan apapun yang bertentangan dengan hukum-hukum keseimbangan alam. Seseorang yang memiliki watak bumi dapat juga bersikap sangat tegas dan mampu menunjukkan kewibawaannya di hadapan para musuh dan lawan-lawannya yang akan mencelakai dirinya. Akan tetapi, bumi tidak pernah melakukan tindakan indisipliner yang bersifat aksioner dan sepihak meskipun sebetulnya dia mampu melakukannya. Karena ketegasan bumi hanya sebagai bentuk akibat (reaksi) atas segala perilaku yang tidak selaras dan semestinya.

Tuah Keris Condong Leleh Bantolo:

Keris dengan Condong Leleh Bantolo dipercaya memiliki tuah yang baik untuk ketentraman dan pengayoman.