Sebagai Umat Islam kita mengetahui bahwa Iman adalah membenarkan dalam hati secara pasti atas segala yang telah dibawa dan disampaikan oleh nabi Muhammad SAW,yang terkadang dalam pengakuan secara lisan dan dibenarkan oleh hati serta diaktualisasikan dalam pelaksanaan dengan segala rukun – rukun yang tercakup didalamnya juga tercakup didalam pengucapan dua kalimat syahadat (syahadatain) dan keyakinan secara pasti didalam hati disertai ketaatan dan selalu menjauhkan diri dengan segala yang diharamkan Allah. Adapun rukun iman itu ada enam yaitu iman kepada Allah, malaikat-malaikat Allah, kitab-kitab Allah, utusan-utusan Allah, hari kiamat dan qodho dan qodar.
Iman kepada malaikat adalah bagian dari Rukun Iman. Iman kepada malaikat maksudnya adalah meyakini adanya malaikat, Walaupun kita tidak dapat melihat mereka, dan bahwa mereka adalah salah satu makhluk ciptaan Allah. Allah menciptakan mereka dari cahaya. Mereka menyembah Allah dan selalu taat kepada-Nya, mereka tidak pernah berdosa. Tak seorang pun mengetahui jumlah pasti malaikat, hanya Allah saja yang mengetahui jumlahnya.
Walaupun manusia tidak dapat melihat malaikat tetapi jika Allah berkehendak maka malaikat dapat dilihat oleh manusia, yang biasanya terjadi pada para Nabi dan Rasul. Malaikat selalu menampakan diri dalam wujud laki-laki kepada para nabi dan rasul. Seperti terjadi kepada Nabi Ibrahim.
Malaikat adalah makhluk ghaib yang diciptakan Allah dari cahaya, senantiasa menyembah Allah, tidak pernah mendurhakai perintah Allah serta senantiasa melakukan apa yang diperintahkan kepada mereka.
Malaikat diciptakan oleh Allah SWT. dari cahaya, seperti yang dijelaskan oleh Rasulullah SAW.:
خُلِقَتْ الْمَلَائِكَةُ مِنْ نُورٍ وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُم
Artinya: “Malaikat itu diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari apa yang telah diterangkan kepada mu semua.” (H.R. Muslim, Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Malaikat Itu Laki-Laki atau Perempuan
Ada beberapa nash dalam Al-Qur’an yang berkaitan dengan masalah ini, yaitu :
وَيَجْعَلُونَ لِلَّهِ الْبَنَاتِ سُبْحَانَهُ وَلَهُمْ مَا يَشْتَهُونَ
“Dan mereka menetapkan bagi Allah anak-anak perempuan. Maha Suci Allah, sedang untuk mereka sendiri (mereka tetapkan) apa yang mereka sukai (yaitu anak-anak laki-laki)” [QS. An-Nahl : 57].
أَفَأَصْفَاكُمْ رَبُّكُمْ بِالْبَنِينَ وَاتَّخَذَ مِنَ الْمَلائِكَةِ إِنَاثًا إِنَّكُمْ لَتَقُولُونَ قَوْلا عَظِيمًا
“Maka apakah patut Tuhan memilihkan bagimu anak-anak laki-laki sedang Dia sendiri mengambil anak-anak perempuan di antara para malaikat? Sesungguhnya kamu benar-benar mengucapkan kata-kata yang besar (dosanya)” [QS. Al-Israa’ : 40].
فَاسْتَفْتِهِمْ أَلِرَبِّكَ الْبَنَاتُ وَلَهُمُ الْبَنُونَ * أَمْ خَلَقْنَا الْمَلائِكَةَ إِنَاثًا وَهُمْ شَاهِدُونَ * أَلا إِنَّهُمْ مِنْ إِفْكِهِمْ لَيَقُولُونَ * وَلَدَ اللَّهُ وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ * أَصْطَفَى الْبَنَاتِ عَلَى الْبَنِينَ
“Tanyakanlah (ya Muhammad) kepada mereka (orang-orang kafir Mekah): "Apakah untuk Tuhanmu anak-anak perempuan dan untuk mereka anak laki-laki, atau apakah Kami menciptakan malaikat-malaikat berupa perempuan dan mereka menyaksikan (nya)?. Ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka dengan kebohongannya benar-benar mengatakan: "Allah beranak". Dan sesungguhnya mereka benar-benar orang yang berdusta. Apakah Tuhan memilih (mengutamakan) anak-anak perempuan daripada anak laki-laki?” [QS. Ash-Shaaffat : 149-153].
وَجَعَلُوا الْمَلائِكَةَ الَّذِينَ هُمْ عِبَادُ الرَّحْمَنِ إِنَاثًا أَشَهِدُوا خَلْقَهُمْ سَتُكْتَبُ شَهَادَتُهُمْ وَيُسْأَلُونَ
“Dan mereka menjadikan malaikat-malaikat yang mereka itu adalah hamba-hamba Allah Yang Maha Pemurah sebagai orang-orang perempuan. Apakah mereka menyaksikan penciptaan malaikat-malaikat itu? Kelak akan dituliskan persaksian mereka dan mereka akan dimintai pertanggungjawaban” [QS. Az-Zukhruf : 19].
إِنَّ الَّذِينَ لا يُؤْمِنُونَ بِالآخِرَةِ لَيُسَمُّونَ الْمَلائِكَةَ تَسْمِيَةَ الأنْثَى * وَمَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلا الظَّنَّ وَإِنَّ الظَّنَّ لا يُغْنِي مِنَ الْحَقِّ شَيْئًا
“Sesungguhnya orang-orang yang tiada beriman kepada kehidupan akhirat, mereka benar-benar menamakan malaikat itu dengan nama perempuan. Dan mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuan pun tentang itu. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan sedang sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaedah sedikit pun terhadap kebenaran” [QS. An-Najm : 27-28].
Selain itu ada satu riwayat yang disebutkan Ath-Thabariy dari Abu Mijlaaz rahimahullah (w. 106 H) – seorang taabi’iy – yang menyatakan malaikat adalah laki-laki :
حَدَّثَنَا ابْنُ عَبْدِ الأَعْلَى، قَالَ: ثنا الْمُعْتَمِرُ، قَالَ: سَمِعْتُ عِمْرَانَ، قَالَ: قُلْتُ لأَبِي مِجْلَزٍ: يَقُولُ اللَّهُ: وَعَلَى الأَعْرَافِ رِجَالٌ، وَتَزْعُمُ أَنْتَ أَنَّهُمُ الْمَلائِكَةُ؟ قَالَ: فَقَالَ: إِنَّهُمْ ذُكُورٌ وَلَيْسُوا بِإِنَاثٍ
Telah menceritakan kepada kami (Muhammad) Ibnu ‘Abdil-A’laa, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Al-Mu’tamir (bin Sulaimaan), ia berkata : Aku mendengar ‘Imraan (bin Hudair) berkata : Aku berkata kepada Abu Mijlaz : “Allah berfirman : ‘dan di atas A'raaf itu ada laki-laki (rijaal)’ (QS. Al-A’raaf : 46), sedangkan engkau mengatakan mereka adalah malaikat ?”. Ia berkata : “Sesungguhnya mereka (malaikat) adalah laki-laki, bukan wanita” [Jaami’ul-Bayaan, 12/459; shahih].
Al-Qurthubiy rahimahullah ketika memberikan penjelasan QS. Ar-Ra’d ayat 11 berkata :
قوله تعالى: "له معقبات" أي لله ملائكة يتعاقبون بالليل والنهار؛ فإذا صعدت ملائكة الليل أعقبتها ملائكة النهار. وقال: "معقبات" والملائكة ذكران لأنه جمع معقبة
“Firman-Nya ta’ala : ‘Baginya ada mu’aqqibaat’(QS. Ar-Ra’d : 13), yaitu Allah mempunyai malaikat yang silih berganti mengawasi (manusia) sepanjang malam dan siang. Apabila malaikat malam naik, akan diganti oleh malaikat siang. Dan Allah berfirman : ‘mu’aqqibaat’. Malaikat adalah laki-laki karena kata mu’aqqibaat merupakan bentuk plural dari kata mu’aqqibah” [Tafsiir Al-Qurthubiy, 9/291].
Akan tetapi, sebagian ulama lain mengkritik pendalilan dengan ayat-ayat di atas. Mafhum mukhalafah tidak bisa diterapkan, karena malaikat termasuk makhluk ghaib yang tidak disifati melainkan dengan dalil. Menerapkan mafhum mukhalafah mengkonsekuensikan adanya pengqiyasan malaikat dengan manusia (yang terbagi menjadi jenis : laki-laki dan perempuan). Padahal, banyak dalil yang menyebutkan adanya perbedaan antara malaikat dan manusia.
Oleh karena itu, mereka berpendapat tidak diperbolehkan mensifati malaikat dengan laki-laki atau perempuan, karena tidak ada dalil shahih dan shariih (jelas) menjelaskan permasalahan tersebut.
Asy-Syaikh Dr. ‘Umar bin Sulaimaan Al-Asyqar rahimahullah berkata :
لا يوصفون بالذكورة والأنوثة.......
“Tidak (boleh) mensifati mereka (malaikat) dengan laki-laki dan perempuan....” [‘Aalamul-Malaaikah Al-Abraar, hal. 13].
Asy-Syaikh ‘Abdullah bin ‘Abdil-Hamiid Al-Atsariy hafidhahullah berkata :
وهم مقربون من الله ومكرمون، لا يوصفون بالذكورة والأنوثة ولا يتناكحون ولا يتناسلون
“Dan mereka (malaikat) adalah makhluk yang dekat kepada Allah dan dimuliakan, tidak disifati dengan laki-laki dan perempuan. Tidak pula menikah dan berketurunan...” [Al-Wajiiz fii ‘Aqiidatis-Salafish-Shaalih]
Asy-Syaikh Dr. Muhammad bin ‘Abdirrahmaan Al-Khumais hafidhahullah berkata :
ونقول إن من قال بأنهم إناث فقد كفر لمخالفته كتاب الله ، ولا يقال إنهم ذكور، إذ لم يرد في ذلك نص صحيح
“Dan kami mengatakan barangsiapa yang mengatakan mereka (para malaikat) adalah perempuan, sungguh ia telah kafir karena penyelisihannya terhadap Kitabullah. Dan tidak pula dikatakan bahwa mereka adalah laki-laki, karena tidak ada keterangan tentangnya dalam nash yang shahih” [I’tiqaad Ahlis-Sunnah].
Pendapat terakhir inilah yang lebih kuat, wallaahu a’lam.
Sifat – sifat Malaikat
Sifat-sifat malaikat yang diyakini oleh umat Islam adalah sebagai berikut :
1. Selalu bertasbih siang dan malam tidak pernah berhenti.
2. Suci dari sifat-sifat manusia dan jin, seperti hawa nafsu, lapar, sakit, makan, tidur, bercanda, berdebat, dan lainnya.
3. Selalu takut dan taat kepada Allah.
4. Tidak pernah maksiat dan selalu mengamalkan apa saja yang diperintahkan-Nya.
5. Mempunyai sifat malu.
6. Bisa terganggu dengan bau tidak sedap, anjing dan patung.
7. Tidak makan dan minum.
8. Mampu mengubah wujudnya.
9. Memiliki kekuatan dan kecepatan cahaya.
HADITS TENTANG MALAIKAT ALLAH
Allah menciptakan makhluk yang esensial hanya 3 macam yakni manusia, jin dan malaikat. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits bersumber dari Muhammad ibn Rafi‟ dari Abd Razak :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ وَعَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ قَالَ عَبْدٌ أَخْبَرَنَا و قَالَ ابْنُ رَافِعٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ : قالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اَللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خُلِقَتْ الْمَلَائِكَةُ مِنْ نُورٍ وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ (رواه مسلم عن محمد بن رافع عن عبد الرزاق)
Artinya: “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: “Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari api yang menyala, dan Adam diciptakan dari apa yang kalian sifati (tanah)” (HR. Muslim).
Wujud mereka benar-benar ada, tidak sebagaimana keyakinan orang-orang yang sesat. Mereka mengingkari tentang keberadaan malaikat sebagai makhluk (mereka mengingkari jism malaikat). Mereka mengatakan bahwa malaikat hanyalah kiasan dari kekuatan maknawi berupa kekuatan baik yang tersembunyi dalam diri para makhluk. Mengenai wujud Malaikat, ditemukan berbagai penjelasan tetapi ada beberapa yang bisa kita temui pada sabda Rasulullah, beberapa diantaranya :
Di dalam Shahih Bukhari disebutkan, dari Abu Hurairah dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Jika Allah mencintai seorang hamba, maka Dia memanggil Jibril dan berfirman bahwasanya Allah mencintai fulan maka cintailah fulan, dan Jibril pun mencintainya. Kemudian Jibril pun mengumumkan kepada penghuni langit bahwasanya Allah mencintai fulan, maka cintailah ia, dan para penghuni langit pun mencintai fulan. Kemudian dikabulkanlah permohonanya di dunia” (H.R. Bukhori)
و حَدَّثَنِي أَبُو الرَّبِيعِ الزَّهْرَانِيُّ حَدَّثَنَا عَبَّادٌ وَهُوَ ابْنُ الْعَوَّامِ حَدَّثَنَا الشَّيْبَانِيُّ قَالَ سَأَلْتُ زِرَّ بْنَ حُبَيْشٍ عَنْ قَوْلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ { فَكَانَ قَابَ قَوْسَيْنِ أَوْ أَدْنَى } قَالَ أَخْبَرَنِي ابْنُ مَسْعُودٍ : أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى جِبْرِيلَ لَهُ سِتُّ مِائَةِ جَنَاحٍ
Artinya : Dari Mas’ud berkata : “Sesungguhya Rasulullah SAW melihat Malaikat Jibril, Dia mempunyai 600 sayap.” (HR. Muslim)
و حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ حَدَّثَنَا زَكَرِيَّاءُ عَنْ ابْنِ أَشْوَعَ عَنْ عَامِرٍ عَنْ مَسْرُوقٍ قَالَ قُلْتُ لِعَائِشَةَ فَأَيْنَ قَوْله{ ثُمَّ دَنَا فَتَدَلَّى فَكَانَ قَابَ قَوْسَيْنِ أَوْ أَدْنَى فَأَوْحَى إِلَى عَبْدِهِ مَا أَوْحَى } قَالَتْ إِنَّمَا ذَاكَ جِبْرِيلُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَأْتِيهِ فِي صُورَةِ الرِّجَالِ وَإِنَّهُ أَتَاهُ فِي هَذِهِ الْمَرَّةِ فِي صُورَتِهِ الَّتِي هِيَ صُورَتُهُ فَسَدَّ أُفُقَ السَّمَاءِ
Artinya : Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya Jibril telah datang kepadanya (Rasululllah SAW) datang kepadanya dalam bentuk laki-laki dan ia datang kepadanya saat ini dalam gambar-Nya yang merupakan gambar cakrawala manja nya.” (HR. Muslim)
Dalil-dalil di atas menjelaskan bahwa malaikat itu makhluk yang diciptakan Allah (berjism) dan bukanlah kekuatan maknawi sebagaiamana anggapan orang-orang sesat, dan kaum muslimin telah ijma’ (bersepakat) berdasarkan dalil-dalil tersebut.
Dalam sebuah hadis yang panjang yang diriwayatkan Mua’adz bin Jabal, Rasulullah SAW bersabda, “Sebelum menciptakan langit dan bumi, Allah telah menciptakan 7 malaikat. Pada setiap langit terdapat malaikat yang menjaga pintunya. Setiap pintu langit dijaga oleh seorang malaikat, menurut derajat pintu itu dan keagunganya.
Dengan demikian malaikat itu pula-lah yang memelihara amal si hamba. Suatu saat sang Malaikat pencatat membawa amal sang hamba ke langit dengan kemilau cahaya bak matahari.
Sesampainya pada langit tingkat pertama, Malaikat Hafadzoh memuji amalan-amalan itu. Tapi setibanya pada pintu lagit pertama, malaikat penjaga berkata pada Malaikat Hafadzah, “Tamparkan amal ini ke muka pemiliknya. Aku adalah penjaga orang-orang yang suka mengumpat. Aku diperintahkan agar menolak amalan orang yang suka mengumpat. Aku tidak mengidzinkan ia melewatiku untuk mencapai langit berikutnya!”
Keesokan harinya, kembali malaikat hafadzah naik ke langit membawa amal saleh yang berkilau, yang menurut malaikat hafadzah sangat banyak dan terpuji.
Sesampainya di langit ke dua (ia lolos dari langit pertama sebab pemiliknya bukan pengumpat), penjaga langit kedua berkata, ‘berhenti dan tamparkan amalan itu ke muka pemiliknya. Sebab ia beramal dengan mengharap dunia. Allah memeritahkan aku agar amalan ini tidak sampai ke langit berikutnya. Maka para malaikat pun melaknat orang itu.’
Dan begitu seterusnya sehingga Nabi saw. Menerangkan, “kemudian malaikat Hafadzah naik ke langit membawa amal dan ibadah seorang hamba berupa sholat, puasa, haji, umrah, akhlak mulia, pendiam, suka berdzikir kepada Allah. Dengan diiringi para malaikat, malaikat Hafadzah sampai ke langit ke tujuh hingga menembus hijab-hijab (tabir) dan sampailah di hadapan Allah. Semua malaikat menyaksikan amal ibadah itu shahih dan diikhlaskan karena Allah.
Malaikat Mampu Untuk Berwujud Manusia
Hadits
خلقت الملآئكت من نور وخلق الجان من مارج من نار وخلق ادم مما وصف لكم ( رواه البخاري )
“Malaikat itu diciptakan dari cahaya sedangkan jin dari nyala api dan adam diciptakan dari apa yang telah diterangkan pada kamu semua”. (dari tanah). (H.R. Muslim dan Aisyah).
Allah subhanahu wa ta’ala- telah menciptakan manusia dari tanah, dan menciptakan jin dari api, dan malaikat dari cahaya, dan telah ditetapkan melalui nash yang qath’i (dalil yang baku) bahwa tidak mungkin manusia mampu melihat jin, kecuali mereka berubah wujud dengan wujud yang lain, seperti; manusia, hewan. Malaikat pun pada dasarnya sesuai dengan penciptaannya tidak bisa dilihat oleh kebanyakan manusia, kecuali jika mereka berubah wujud kepada wujud manusia.
Dan mustahil bagi manusia secara umum mampu melihat malaikat pada wujud aslinya, hal itu tidak pernah terjadi pada umat ini kecuali pada diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Adapun berubah wujudnya malaikat kepada wujud manusia telah ditetapkan oleh al Qur’an dan Sunnah yang shahih, jika malaikat berwujud manusia maka semua orang baik laki-laki ataupun perempuan, tua maupun muda memungkinkan untuk melihatnya. Namun, seseorang juga tidak bisa mengklaim bahwa sosok yang dilihatnya pada wujud manusia itu adalah malaikat; karena penetapan sosok tersebut malaikat atau bukan adalah melalui wahyu dari Allah subhanahu wa ta’ala. Pertanyaannya, bagaimana itu bisa terjadi setelah Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- wafat !?. Pada masa lalu, malaikat pernah berwujud manusia mendatangi Nabi Ibrohim dan Nabi Luth ‘alaihimas salam-, kedua Nabi tersebut tidak mengenali siapa sosok manusia tersebut sebenarnya kecuali setelah diberitahu bahwa keduanya adalah malaikat, bagaimana dengan kebanyakan manusia yang lain, mereka pasti lebih tidak mengetahui…
Beberapa dalil tentang berubahnya wujud malaikat, dan memungkinkan untuk dilihat:
قال تعالى : ( وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ مَرْيَمَ إِذِ انْتَبَذَتْ مِنْ أَهْلِهَا مَكَانًا شَرْقِيًّا . فَاتَّخَذَتْ مِنْ دُونِهِمْ حِجَابًا فَأَرْسَلْنَا إِلَيْهَا رُوحَنَا فَتَمَثَّلَ لَهَا بَشَرًا سَوِيًّا . قَالَتْ إِنِّي أَعُوذُ بِالرَّحْمَنِ مِنْكَ إِنْ كُنْتَ تَقِيًّا . قَالَ إِنَّمَا أَنَا رَسُولُ رَبِّكِ لِأَهَبَ لَكِ غُلَامًا زَكِيًّا ) مريم/16-19 .
“Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al Qur'an, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur, maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna. Maryam berkata: "Sesungguhnya aku berlindung daripadamu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa". Ia (Jibril) berkata: "Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci". (QS. Maryam: 16-19)
وقال تعالى : ( هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ ضَيْفِ إِبْرَاهِيمَ الْمُكْرَمِينَ . إِذْ دَخَلُوا عَلَيْهِ فَقَالُوا سَلَامًا قَالَ سَلَامٌ قَوْمٌ مُنْكَرُونَ . فَرَاغَ إِلَى أَهْلِهِ فَجَاءَ بِعِجْلٍ سَمِينٍ . فَقَرَّبَهُ إِلَيْهِمْ قَالَ أَلَا تَأْكُلُونَ . فَأَوْجَسَ مِنْهُمْ خِيفَةً قَالُوا لَا تَخَفْ وَبَشَّرُوهُ بِغُلَامٍ عَلِيمٍ ) الذاريات/24-28 .
“Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tamu Ibrahim (malaikat-malaikat) yang dimuliakan? (Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan: "Salaaman", Ibrahim menjawab: "Salaamun" (kamu) adalah orang-orang yang tidak dikenal. Maka dia pergi dengan diam-diam menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk (yang dibakar), lalu dihidangkannya kepada mereka. Ibrahim berkata: "Silakan kamu makan". (Tetapi mereka tidak mau makan), karena itu Ibrahim merasa takut terhadap mereka. Mereka berkata: "Janganlah kamu takut," dan mereka memberi kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang alim (Ishaq)”. (QS. Adz Dzariyat: 24-28)
. وقال تعالى : ( وَلَمَّا جَاءَتْ رُسُلُنَا لُوطًا سِيءَ بِهِمْ وَضَاقَ بِهِمْ ذَرْعًا وَقَالَ هَذَا يَوْمٌ عَصِيبٌ ) هود/77 .
“Dan tatkala datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada Luth, dia merasa susah dan merasa sempit dadanya karena kedatangan mereka, dan dia berkata: "Ini adalah hari yang amat sulit." (QS. Huud: 77)
عن عُمَر بْن الْخَطَّابِ قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيدُ سَوَادِ الشَّعَرِ لَا يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلَا يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِي عَنْ الْإِسْلَامِ ... قَالَ : ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا ، ثُمَّ قَالَ لِي : يَا عُمَرُ أَتَدْرِي مَنْ السَّائِلُ ؟ قُلْتُ : اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ ، قَالَ : فَإِنَّهُ جِبْرِيلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِينَكُمْ .رواه البخاري ( 8 ) .
“Dari Umar bin Khatab –radhiyallahu ‘anhu- berkata: “Ketika kami pada suatu hari bersama Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam-, tiba-tiba seseorang datang menghampiri kami, dengan pakaian putih bersih, sangat hitam rambutnya, tidak ada tanda-tanda dari perjalanan jauh, kami semua tidak menganalinya, seraya mendekat kepada Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- lau duduk dengan merapatkan kedua lututnya kepada kedua lutut Rasulullah, dan meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua paha Rasulullah dan berkata: “Wahai Muhammad, kabarkan kepadaku apa itu Islam ?....... lalu pergi. Saya masih bersama Rasulullah beberapa saat, seraya Rasulullah bertanya: “Wahai Umar, apakah kamu tahu siapa yang tadi bertanya?, saya menjawab: “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui. Beliau bersabda: “Dia adalah Jibril mendatangi kalian untuk mengajarkan agama kalian”. (HR. Bukhori, 8)
Riwayat tentang tiga orang Bani Israil yang diuji dengan penyakit belang, botak dan buta. Allah mengutus malaikat yang berwujud manusia untuk memberitahukan kepada mereka. (HR. Bukhori 3277, dan Muslim 2964)
6. عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ رَجُلًا زَارَ أَخًا لَهُ فِي قَرْيَةٍ أُخْرَى فَأَرْصَدَ اللَّهُ لَهُ عَلَى مَدْرَجَتِهِ مَلَكًا فَلَمَّا أَتَى عَلَيْهِ قَالَ أَيْنَ تُرِيدُ قَالَ أُرِيدُ أَخًا لِي فِي هَذِهِ الْقَرْيَةِ قَالَ هَلْ لَكَ عَلَيْهِ مِنْ نِعْمَةٍ تَرُبُّهَا قَالَ لَا غَيْرَ أَنِّي أَحْبَبْتُهُ فِي اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ فَإِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكَ بِأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَبَّكَ كَمَا أَحْبَبْتَهُ فِيهِ . رواه مسلم ( 2567 ) .
Dari Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu- dari Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bahwasanya ada seseorang mengunjungi saudaranya di sebuah desa, maka Allah mengawasinya dengan mengutus malaikat untuk mengikutinya dan bertanya kepadanya: “Kamu mau kemana ?”, ia menjawab: “Saya mau mengunjungi saudara saya di desa ini”. Malaikat itu berkata: “Apakah anda memiliki hutang budi yang ingin anda membalasnya?”, ia menjawab: “Tidak, saya mengunjunginya karena saya mencintainya karena Allah. Malaikat berkata: “Saya adalah utusan Allah kepadamu untuk memberitahu bahwa Allah telah mencintaimu sebagaimana engkau mencintai saudaramu karena Allah”. (HR. Muslim 2567)
Dan masih banyak lagi dalil-dalil shahih lainnya, yang menunjukkan kepada kita bahwa memungkinkan bagi malaikat yang berwujud manusia atau berwujud seperti yang diperintahkan Allah untuk bisa dilihat oleh mereka yang Allah berikan kemampuan untuk melihatnya.
Barang siapa yang mengaku melihat malaikat pada wujud sebenarnya, maka ia adalah dusta atau penghayal. Rasulullah pernah melihat malaikat Jibril pada wujud sebenarnya dengan memenuhi ufuk dan memiliki 600 sayap. Siapakah gerangan yang mengklaim dirinya telah melihat Jibril pada saat itu….!?. Yang jelas, tidak satu pun dari umat ini yang mampu melihat malaikat pada wujud sebenarnya kecuali Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam-, adapun anak-anak maka sama dengan mayoritas manusia yang lain tidak mungkin melihat malaikat kecuali setelah mereka berubah wujud.
Syeikh Islam Ibnu Taimiyah –rahimahullah- berkata:
“….Oleh karenanya, manusia tidak mampu melihat malaikat pada wujud sebenarnya, kecuali yang Allah izinkan. Sebagaimana Allah telah mengizinkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam-. Allah Ta’ala- berfirman:
( وقالوا لولا أُنزل عليه ملَك ولو أنزلنا ملَكاً لقضي الأمر ثم لا ينظرون . ولو جعلناه ملَكا لجعلناه رجلاً وللبسنا عليهم ما يلبسون ) الأنعام/8،9
“Dan mereka berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) seorang malaikat?" dan kalau Kami turunkan (kepadanya) seorang malaikat, tentu selesailah urusan itu, kemudian mereka tidak diberi tangguh (sedikitpun). Dan kalau Kami jadikan rasul itu (dari) malaikat, tentulah Kami jadikan dia berupa laki-laki dan (jika Kami jadikan dia berupa laki-Iaki), Kami pun akan jadikan mereka tetap ragu sebagaimana kini mereka ragu”. (QS. Al An’am: 8-9)
Banyak ulama Salaf mengatakan: “Mereka tidak akan mampu melihat malaikat pada wujud sebenarnya. Jikalau Kami turunkan malaikat kepada mereka, maka kami turunkan malaikat pada wujud manusia, hingga ada kemiripan dengan mereka, apakah sosok tersebut malaikat atau manusia. Mereka tidak akan mendapatkan manfaat apapun dengan diutusnya malaikat (pada wujud sebenarnya), maka Kami utus kepada mereka sosok manusia dari jenis mereka sendiri, yang memungkinkan untuk dilihat, dan talaqqy kepadanya, ini merupakan bentuk ihsan dan kasih sayang kepada makhluk”. (Minhaj Sunnah Nabawiyah: 2/333)
Dari Penjelasan dan Hadits-hadits mengenai malaikat tersebut, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa malaikat adalah makhluk ghaib ciptaan Allah yang sangat patuh terhadap-Nya. Karena sebagai dasar untuk berperilaku terhadap sesama manusia, baik individu atau bermasyarakat.
Hadits-hadits tentang sifat-sifat malaikat diantaranya adalah hadits menghindari sifat hasud, berlaku jujur, tidak melakukan aniaya, dan menahan amarah. Hadits mengenai pendidikan akhlaq ini dapat kita gunakan sebagai dasar untuk bertingkah laku. Jika kita dapat belajar dari beberapa hadits ini ataupun dapat menerapkan dari hadits-hadits ini tentulah kita mempunyai sikap atau perilaku yang terpuji.
Buah Keimanan Kepada Malaikat
Keimanan seorang mukmin yang benar terhadap malaikat akan membuahkan hal-hal berikut ini :
a. Menambah ilmu tentang keagungan, kekuatan, dan kekuasaan Allah Ta’ala. Karena keagungan makhluk (malaikat, ed) menujukkan keagungan penciptanya.
b. Bersyukur kepada Allah terhadap penjagaan-Nya terhadap manusia, karena di antara malaikat ada yang bertugas menjaga mereka, mencatat amal-amal mereka, serta memberikan maslahat-maslahat (manfaat) yang lainnya bagi mereka.
c. Muncul kecintaan kepada malaikat disebabkan ketaatan mereka beribadah kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
Kata Penutup
Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis berharap para pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan lain. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca pada umumnya.
Wallohu A'lam Bimurodihi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar