Translate

Minggu, 02 Oktober 2016

Hikayat Datu Sanggul

Orang banyak mungkin tidak begitu mengenalnya bahkan mungkin jadi tidak mengenal sama sekali,dan mungkin generasi sekarang tidak mengetahui kehidupan Datu Sanggul ini,seorang tokoh panutan dijamannya,ketulusan hatinya dalam melaksanakan ibadah dan ketaqwaannya dalam menegakkan kalimat Allah serta kedigjayaannya membuat terkenal sampai kepelosok negri,ketekunan beliau dalam menuntut ilmu membawanya melanglang buana dari daerah asalnya dipalembang sumatera kedaerah kalimantan,dalam salah satu riwayat nama Datu sanggul adalah Syekh Muhammad Abdush Shamad atau dlm riwayat lainnya mengatakan nama beliau adalah Ahmad Sirajul Huda,beliau hidup sekitar abad ke 18 m bertepatan dengan jaman nya Syekh Muhammad Arsyad Albanjari atau lebih dulu sedikit.

Penyebab beliau berguru kepada Datu Suban gurunya para datu muning yang ada di borneo karena adanya "tanda atau isyarat" yang diperoleh beliau ketika tidur,dikisahkan ketika beliau tidur beliau bermimpi bertemu dengan orang tua yang menjabat tangannya seraya berkata " kalau kamu ingin memperoleh ilmu sejati maka hendaklah kamu mencari dan mempelajarinya kepada Datu Suban yang tinggal dipulau kalimantan dikampung muning pantai jati munggu tayuh tiwadak gumpa didaerah tatakan (daerah rantau kabupaten tapin kalsel)"  setelah mendengar kata kata orang tersebut beliau tersentak dari tidurnya seraya berkata kepada ibundanya yang saat itu berada didekatnya "ibunda dimana orang tua tadi" "sedari tadi tidak ada orang selain ibu dan ananda" jawab ibundanya, kemudian beliau menceritakan mimpinya kepada ibundanya,karena kecintaan beliau kepada ilmu beliau lalu meminta ijin kepada. ibundanya untuk merantau kembali mencari ilmu seperti yang dikatakan orang tua didalam mimpinya tersebut,akhirnya walaupun dengan berat hati ibundanya memberikan ijin dan mendoakannya agar semua yang dicita citakan beliau tercapai.

Datu Sanggul, begitu masyarakat lebih mengenalnya. Seorang tokoh panutan di zamannya, sekitar abad ke-18 Masehi, satu zaman dengan Maulana Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Ketulusan hatinya dalam melaksanakan ibadah, dan ketaqwaannya dalam menegakkan kalimat-kalimat Allah, serta keramat yang diberikan Allah kepadanya, membuat ia terkenal sampai ke pelosok negeri.

Satu hal yang amat tergambar dalam sosok Datu Sanggul, adalah ketekunannya dalam menuntut dan menyempurnakan ilmu. Semangat menuntut ilmu itu jualah yang kemudian membuatnya sampai ke Bumi Kalimantan, khususnya Desa Tatakan, Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan. Yaitu berguru dengan Datu Suban. Di Desa Tatakan pula beliau kemudian dimakamkan yang sampai sekarang makamnya terus diziarahi masyarakat.

Riwayat Syekh Muhammad Abdussamad (Datu Sanggul)

Dalam salah satu riwayat diceritakan, Datu Sanggul disebutkan bernama asli Syekh Muhammad Abdussamad. Dalam riwayat lainnya, disebutkan bahwa nama beliau adalah ‎Ahmad Sirajul Huda. Beliau berasal dari Palembang, kemudian melanglang buana ke berbagai penjuru untuk menuntut ilmu.

Mengapa digelari Datu Sanggul? Salah satu riwayat menceritakan, hal tersebut karena ketekunan beliau dalam dalam mentaati perintah gurunya di dalam ‘khalwat khusus’ yang sama artinya dengan ‘menyanggul’ atau menunggu (turunnya) ilmu dari Allah SWT.

Ada juga yang mengatakan beliau sering menyanggul atau menghadang pasukan tentara Belanda di perbatasan Kampung Muning, sehingga tentara Belanda pun kocar-kacir dibuatnya. Versi lainnya lagi menyebutkan, gelar Datu Sanggul itu karena kegemaran beliau menyanggul (menunggu) binatang buruan. Ada juga yang mengatakan rambut beliau yang panjang dan selalu disanggul (digelung). Wallahu a'alam.

Singkat cerita akhirnya berangkatlah Syekh Abdush Shamad muda menuju pulau kalimantan dengan menumpang kapal perahu layar,ternyata setelah sampai dikampung muning tatakan rantau,beliau sudah disambut oleh Datu Taming Karsa yang disuruh oleh gurunya yaitu Datu Suban yang mengatakan bahwa hari itu akan datang seorang pemuda dari sumatera yang nantinya akan menjadi muridnya,mereka kemudian berjalan menuju rumah Datu Suban guru sekalian Datu Muning,dan ternyata beliau sudah ditunggu oleh Datu Suban beserta murid murid beliau,beliau kemudian langsung mengangkat Datu Suban sebagai guru sekaligus orang tuanya dan juga mengangkat murid murid Datu Suban yang lainnya sebagai saudara-saudaranya,maksud baik Syekh Abdush Shamad muda diterima Datu Suban dengan senang hati,dan mulai saat itu belajarlah beliau kepada Datu Suban,dan diceritakan karena kecerdasan dan ketekunannya dalam belajar dan ketaatannya kepada gurunya dengan persetujuan murid murid Datu Suban terdahulu akhirnya Datu Suban berkenan memberikan Al-Qur'an segi delapan dan sebuah kitab yang dikenal sekarang dengan Kitab Barencong (baca kisah Datu Sanggul dan Syekh Muhammad Arsyad)

Adapun penamaan Datu Sanggul salah satu riwayat menceritakan karena ketekunan datu sanggul dalam mentaati perintah gurunya dalam Khalwat khusus yang sama artinya dengan "menyanggul" atau menunggu  (turunnya ) ilmu dari Allah SWt ,ada juga yang mengatakan beliau sering menyanggul atau menghadang pasukan tentara belanda diperbatasan kampung muning dan tentara belanda sering kucar kacir dibuatnya,adapun versi lain karena kegemaran beliau menyanggul (menunggu) binatang buruan,ada juga yang mengatakan rambut beliau yang panjang dan selalu disanggul (digelung)..wallahu a'alam...dan mulai saat itu nama beliau dipanggil Datu Sanggul.

Berkat mengamalkan ilmu yang beliau peroleh baik dari guru beliau ataupun dari Kitab Barencong tadi banyaklah beliau mendapatkan kelebihan kelebihan dari Allah SWT,diantaranya beliau kalau sholat jum'ad selalu di Mesjid Al-Haram,dan karna itulah beliau bertemu dengan Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari yang pada saat itu sedang menuntut ilmu di Mekah dan Syekh Muhammad Arsyad mengangkat saudara dengan beliau,selain itu beliau juga bertemu dengan Datu Daha yang juga mengangkatnya menjadi orang tua sekaligus guru (insyaallah nanti diriwayat Datu Daha kita kisahkan)

Pada waktu itu dikerajaan Banjar masyarakatnya yang sangat menjunjung tinggi nilai agama diwajibkan bagi masyarakat laki laki yang sudah aqil balik atau sudah dewasa pada hari jum'ad diwajibkan untuk melaksanakan sholat jum'ad dimesjid mesjid dikampung masing masing,dan kalau tidak melaksanakan kewajiban tersebut akan didenda, dikarenakan setiap jum'ad beliau selau sholat dimesjid Al-Haram maka setiap minggu beliau harus membayar denda kepada kerajaan sampai habis harta beliau dan yang tertinggal cuma kuantan dan landai (alat untuk memasak nasi dan sayuran)  akhirnya setelah didesak oleh istri beliau karena tidak ada lagi barang yang bisa dipakai untuk membayar denda, beliau akhirnya berjanji untuk melaksanakan sholat jum'at dimesjid kampungnya,pada saat itu sungai dikampung beliau airnya sedang meluap dan hampir terjadi banjir dikarenakan pada malam harinya hujan sangat lebatnya,disaat para jamaah sedang ber wudhu dipinggir kali,tiba tiba datang Datu Sanggul dan langsung terjun kesungai yang sedang meluap tersebut lengkap dengan pakaiannya,orang orang berteriak dan menjadi gempar , ditengah kegemparan masyarakat tiba tiba muncul Datu Sanggul dari tengah sungai dan berjalan diatas air dengan tenangnya,yang lebih mengherankan pakaian beliau tidak basah sama sekali cuma anggota wudhu beliau saja yang basah, setelah keluar dari sungai beliau langsung menuju mesjid dengan tatap mata keheranan dari masyarakat,masyarakat makin terkejut pada saat imam mesjid mengumandangkan takbir dan diikuti jamaah jum'ad lainnya beliau hanya berpantun

   "Riau riau padang sibundan
    disana padang sitamu tamu
    rindu dendam tengadah bulan
   dihadapan Allah kita bertemu ...ALLAHU AKBAR....

setelah berkata demikian perlahan lahan kaki beliau terangkat dari lantai mesjid dan tubuh beliau berada diawang awang,setelah imam mengucapkan salam perlahan lahan kaki beliau kembali menjejakkan lantai mesjid,kemudian beliau berkata kepada jamaah jum'ad "saya tadi baru saja shalat diMasjidil Haram Mekkah dan kebetulan tadi ada yang mengadakan selamatan dan saya meminta kepada yang selamatan sedikit barakat(makanan yang dibagikan saat undangan pulang dan mari kita bersama sama mencicipinya, jangan ada yang tidak ikut mencicipinya walaupun sedikit "diceritakan bahwa nasi tersebut masih panas menandakan bahwa perjalanan beliau cuma sekejab saja, sejak kejadian tsb barulah masyarakat tahu bahwa beliau adalah termasuk golongan Wali Allah, sehingga pembayaran denda baik yang berupa uang maupun benda dikembalikan kepada beliau.

Diceritakan sebelum Datu Kalampayan atau Syekh Muhammad Arsyad sampai kekampung muning untuk mengambil sambungan kitab barencong dari Datu Sanggul, Datu Sanggul meminta para muridnya untuk bertahan sejenak karena ada yang mau disampaikan,beliau meminta para muridnya dan masyarakat untuk bergotong ruyung mempersiapkan menyambut kedatangan tamu dari jauh (Datu Kalampayan),kemudian masyarakat bergotong ruyung mempersiapkan segalanya
hari itu hari jum'ad beliau berkata kepada istrinya
"duhai adinda tercinta kakanda akan tidur,tolong kakanda jangan diganggu dan jangan pula membuka kelambu”.

baik kanda tapi kakanda apabila ada yang ingin bertemu dengan kakanda dengan keperluan yang sangat penting apakah dinda boleh membangunkan kakanda "kata istrinya bertanya
"kalau ada keperluan sangat penting silahkan saja "jawab beliau
setelah sekian lama beliau masuk kedalam kelambu dan tidak keluar keluar padahal hari itu hari jum'ad, istri beliau memanggil manggil sampai tiga kali,karena waktu sholat jum'ad makin dekat, beliau menjadi bimbang disisi satu suami beliau sudah berwasiat supaya jangan diganggu,disisi lainnya sholat jum'ad adalah kewajiban,akhirnya istrinya memberanikan diri membuka kelambu, namun apa yang terjadi suami yang dicintainya tidak ditemukan didalam kelambu, namun yang terlihat adalah setetes air yang sangat bening dan putih berkilauan diatas kain putih,setelah melihat kejadian tersebut dengan rasa heran bercampur kagum,kelambu itu ditutup kembali oleh istrinya,tak lama setelah itu datanglah Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari , setelah memperkenalkan diri Syekh Muhammad Arsyad lalu mengatakan ingin bertemu dengan Datu Sanggul, dan ternyata setelah kelambu tsb dibuka kembali oleh istri beliau Datu Sanggul sudah kembali kewujud semula tapi dalam keadaan sudah meninggal dunia... Innalillahi wa inna ilaihi raaji'uun....Syekh Muhammad Arsyad menyerahkan kain putih 5 lembar yang dipesan oleh Datu Sanggul waktu mereka terakhir bertemu dulu, dan ternyata kain putih tsb akan dipakai untuk kain kapan beliau.

Kemudian diberitahukan kepada murid murid beliau dan masyarakat,maka berdatanganlah orang orang untuk menolong dan melaksanakan fardu kifayah hingga selesai dan beliau dimakamkan di kampung muning benua nyiur tatakan Rantau,setelah selesai pemakaman Datu Sanggul kemudian Syekh Muhammad Arsyad menceritakan pertemuan beliau dengan istri Datu Sanggul dan menyampaikan pesan pesan beliau termasuk pesan untuk mengambil sambungan Kitab Barencong,istri Datu Sanggul memakluminya karena sebelum beliau meninggal sudah memberikan wasiat kepada istrinya untuk menyerahkan kitab tsb tapi terlebih dahulu beliau menyampaikan hal tersebut kepada murid murid Datu Sanggul, setelah itu baru kitab tsb di serahkan kepada Syekh Muhammad Arsyad atau Datu Kalampayan.

Datu Sanggul sangat terkenal pula dengan syair-syairnya yang begitu puitis dan penuh makna. Salah satu syair yang sangat terkenal adalah syair pantun “Saraba Ampat”. Syair tersebut berbahasa Banjar yang sarat dengan pelajaran tasawuf. Diantara petikan syair tersebut berbunyi: 

“Allah jadikan saraba ampat.
Syariat tharikat hakikat ma'rifat.
Menjadi satu di dalam khalwat.
Rasa nyamannya tiada tersurat”.

Huruf ALLAH ampat banyaknya
Alif i'tibar dari pada Zat-NYA
Lam awal dan akhir Sifat dan Asma-NYA
Ha isyarat dari Af'alnya

Jibril Mikail Malaikat mulia
Isyarat  sifat Jalal  dan Jamal
Izrail Israfil rupa pasangannya
I'tibar sifat Qahar dan Kamal

Jabar ail asal katanya
Bahasa Suryani asal mulanya
Kebesaran ALLAh itu artinya
Jalalullah bahasa Arabnya

Nur Muhammad bermula nyata
Asal jadi alam semesta
seumpama api dengan panasnya
itulah Muhammad dengan Tuhannya

Api dan banyu tanah dan hawa
itulah dia alam dunia
menjadi awak barupa rupa
tulang sungsum daging dan darah

Manusia lahir ke Alam Insan
di Alam Ajsam ampat bakawan
Si Tubaniyah dan Tambuniyah
Uriyah lawan si Camariyah

Rasa dan akal daya dan nafsu
didalam raga nyata basatu
AKU meliputi segala liku
Matan hujung rambut sampai kahujung kuku

Tubuh dan hati nyawa rahasia
Satu yang zahir amat nyatanya
Tiga yang batin pasti adanya
Alam shagir itu sabutnya

Mani Manikam M adi dan Madzi
Titis manitis jadi menjadi
Si anak adam balaksa kati
Hanya yang tahu ALLAHU RABBI

Kaampat ampatnya kada tapisah
datang dan bulik kepada ALLAH
Asalnya awak daripada tanah
Asalpun tanah sudah disarah

Dadalang Simpur barmain wayang
Wayang asalnya sikulit kijang
Agung dan sarun babun dikancang
kaler bapasang diatas gadang

Wayang artinya sibayang bayang
Antara kadap silawan tarang
semua majaz harus dipandang
Simpur balalakun hanya saorang

Samar Bagung si Nalagaring
Sijambulita suaranya nyaring
Ampat isyarat amatlah penting
Siapa nang handak mancari haning

Kemudian, ada lagi syair lain yang berbunyi: 

"Riau-riau padang si bundan.
Di sana padang si tamu-tamu.
Rindu dendam tengadah bulan.
Di hadapan Allah kita bertemu”. 

Syair itu dilantunkan Datu Sanggul saat muncul dari tengah sungai dan berjalan di atas air dengan tenangnya tanpa basah sama sekali terkecuali pada anggota wudhu.

Karomah Syekh Muhammad Abdussamad (Datu Sanggul)

Selalu Shalat Jum'at di Makkah
Beliau mempunyai banyak kelebihan. Selalu shalat Jum'at di Makkah, dan menjadi murid Nabi Khidhir

Pada waktu itu, di kerajaan Banjar yang masyarakatnya sangat menjunjung tinggi nilai agama, mewajibkan bagi laki laki yang sudah aqil baliq atau sudah dewasa untuk melaksanakan shalat Jum’at di masjid kampung masing-masing. Kalau tidak melaksanakan kewajiban tersebut, akan didenda. Dalam riwayat, Datu Sanggul dipercayai memiliki keramat melaksanakan Shalat Jum’at di Masjidil Haram setiap Jum’atnya. Karena itu, setiap hari Jum’at itu pun beliau harus membayar denda kepada kerajaan sampai habis harta beliau, hingga suatu saat yang tertinggal hanya kuantan dan landai (alat untuk memasak nasi dan sayuran).

Dalam kondisi itu, setelah didesak oleh istri beliau karena tidak ada lagi barang yang bisa dipakai untuk membayar denda, Datu Sanggul akhirnya berjanji untuk melaksanakan shalat Jum'at di masjid kampungnya. Kala itu, sungai di kampungnya sedang meluap dan hampir terjadi banjir lantaran hujan yang sangat lebat pada malam harinya.

Di saat para jamaah sedang berwudhu di pinggir sungai, tiba-tiba Datu Sanggul datang dan langsung terjun ke sungai yang sedang meluap tersebut. Beliau bercebur lengkap dengan pakaiannya. Orang-orang berteriak dan menjadi gempar. Dan tiba-tiba lagi, di tengah kegemparan masyarakat itu, Datu Sanggul muncul dari tengah sungai dan berjalan di atas air dengan tenangnya, lalu langsung memasuki masjid. Lebih mengherankan, pakaian beliau tidak basah sama sekali, kecuali anggota wudhunya.

Masyarakat semakin terkejut, tatkala imam mengangkat takbir memulai shalat Jum’at diikuti jamaah lain, Datu Sanggul hanya melantunkan syair tadi; "Riau-riau padang si bundan. Di sana padang si tamu-tamu. Rindu dendam tengadah bulan. Di hadapan Allah kita bertemu… Allahu Akbar”.

Bersamaan ucapan Allahu Akbar itu, tubuh beliau mengawang-awang hingga selesai orang mengerjakan shalat Jum'at. Melihat keadaan Datu Sanggul yang demikian, orang-orang yang berada di masjid semakin keheranan. "Aku tadi shalat di Makkah. Kebetulan di sana ada selamatan dan aku meminta sedikit, mari kita cicipi bersama walau sedikit," kata Datu Sanggul di saat orang-orang masih keheranan.

Sejak saat itulah, masyarakat percaya sepenuhnya bahwa Datu Sanggul adalah seorang Waliyullah. Barang-barang Datu Sanggul yang semula disita pun dikembalikan oleh kerajaan.

Dalam riwayat lagi, keramat Datu Sanggul ini pun dibuktikan Datu Kalampayan, Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Pada suatu hari Jum’at di Kota Mekkah, Datu Kalampayan ada di sana. Sewaktu di Masjid Mekkah untuk melaksanakan shalat Jum’at berjamaah, Datu Kalampayan melihat seseorang sembahyang di dekatnya. Beliau tertarik untuk mengetahui, karena orang itu mengenakan baju palimbangan hitam dan celana hitam serta memakai laung. Datu Kalampayan yakin bahwa itu bukan orang-orang Mekkah, karena orang-orang Mekkah tidak ada yang berpakaian demikian. Pakaian seperti itu hanya dipakai oleh orang Banjar atau orang tanah Jawa. Dan peristiwa itu dilihat Datu Kalampayan selama beberapa kali Jum’at. “Tidak salah lagi, ini pasti orang Banjar,” ujar Datu Kalampayan kala itu.

Lalu, Datu Kalampayan mengulurkan tangannya, kemudian mereka bersalaman. Tak puas bertemu di masjid, Datu Kalampayan membawa orang itu ke rumahnya. Syekh Muhammad Arsyad lalu bertanya dan dijawab orang tersebut bahwa ia bernama Datu Sanggul. Datu Kalampayan bertanya pula: “Saudara ini orang mana, asal negeri mana dan sudah berapa lama tinggal di Mekkah.”

Datu Sanggul menjawab pertanyaan itu dengan senyum. “Saya setiap Jum’at datang ke sini untuk bersembahyang, dan aku berasal dari Banjar. Tempat diamku di Banjar. Jelasnya Tatakan,” ujarnya.

“Jauh juga. Kalau begitu melewati Martapura, Kayu Tangi. Melalui tempat tinggalku. Itu sangat jauh. Jika demikian dengan apa kemari setiap Jum’at?,” ujar Datu Kalampayan bertanya.

Datu Sanggul pun menjawab, “Aku tidak memakai apa-apa. Hanya karena hendak ke mari saja, dan kebetulan Allah SWT memberikan kekuatan kepadaku sehingga aku sampai ke sini.”

Terpikir dalam hati Datu Kalampayan tentang kedatangan Datu Sanggul itu, apakah ia memang masih waras atau orang yang terganggu pikirannya. Jawaban Datu Sanggul tadi dirasanya tak masuk akal sehat. Sebab mungkinkah jarak yang demikian jauhnya antara Tatakan dan Mekkah bisa dicapai hanya dalam waktu begitu singkat, dan bahkan tidak memakai apa-apa. Namun dari dialek bahasanya, Datu Kalampayan yakin bahwa Datu Sanggul adalah berasal dari Banjar.

Untuk menguji ketidakpercayaannya itu, Datu Kalampayan pun kemudian berkata kepada Datu Sanggul. “Kalau betul engkau pulang pergi dari Tatakan ke sini, coba tolong hari Jum’at yang akan datang bawakan aku oleh-oleh dari kampung. Aku sudah sangat lama tidak pulang. Mungkin sudah mencapai waktu 30 tahun. Selama ini aku selalu berada di Mekkah tak pernah ke mana-mana. Nah kira-kira musim buah apa di kampung kita? Bawakan kemari untukku, terutama di Martapura sekarang ini musim apa kiranya,” ujar Datu Kalampayan.

Datu Sanggul lalu berdiri di depan jendela. Tangannya dilambaikannya ke luar jendela. Ketika ia menarik kembali tangannya, ada sebiji durian dan kuini. “Nah, Datu Kayu Tangi ambil durian dan kuini ini. Ini datang dari Sungkai,” kata Datu Sanggul.

Buah itu diterima Datu Kalampayan, dan diperiksa masih ada getah dari tangkai kuini itu. Sama seperti baru dipetik dari samping rumah. Durian dan kuini tersebut masak pula. Segera Datu Kalampayan mengupas dan memakannya. Memang betul durian dan kuini. Di Mekkah kedua buah tersebut tidak ada. Kuini Jawa saja tidak terdapat, kecuali jenis asam-asaman lain. Dan suatu Datu Kalampayan kembali ke Tanah Banjar, ia semakin kaget karena ada buah kuini dari kerajaan Banjar yang tiba-tiba menghilang. Rupanya, buah kuini itulah yang dipetikkan Datu Sanggul untuk Datu Kalampayan.

Sejak pertemuan awal itu, Datu Sanggul dan Datu Kalampayan semakin sering bertemu di setiap shalat Jum’at. Dan karena sering bertemu, maka terjalinlah persahabatan antara keduanya. Sering Datu Sanggul dibawa ke kediaman Syeikh Muhammad Arsyad. Datu Sanggul pun tidak pernah menolak. Dari persahabatan keduanya ini pula kemudian ada satu kitab yang dikenal Kitab Barencong. Yakni, kitab yang dibagi dua secara diagonal. Satu bagian dipegang oleh Datu Kalampayan, dan sebagian lainnya dibawa oleh Datu Sanggul.

Syekh Abdussamad sering membagi daging binatang rusa dan kijang kepada penduduk dusun Muning, Kalimantan Selatan, tempat tinggalnya. Daging itu diperoleh dengan cara menyumpit binatang tersebut yang lewat di bawah pohon tempat dia duduk berjuntai setiap hari. Namun kebiasaan tersebut tidak dilakukan pada hari Jum'at, karena dia pergi ke Makkah untuk melakukan shalat Jum'at.

Pekerjaan menghadang dan mengintip binatang itu disebut menyanggul yang berasal dari kata sanggul. Inilah asal mula Syekh Abdussamad diberi gelar Datu Sanggul, atau Datuk Sanggul.

Datu Sanggul, seperti dikutip dari Riwayat Datu Sanggul, saduran M. Zaini A.D., pada suatu hari diminta Nabi Khidhir untuk mengantar Datu Daha ke Makkah. Datu Daha ingin shalat di sana. Datu Daha adalah anak angkat Nabi Khidhir setelah dia mengalami peristiwa yang luar biasa. Datu Sanggul menyanggupi permintaan itu, dengan syarat Datu Daha harus memegang dirinya erat-erat dengan mata tertutup sampai ada perintah membukanya.

Demikianlah, beberapa saat kemudian Datu Daha diizinkan membuka mata dan ternyata sudah tiba di Makkah. Mereka lalu ke masjid dan menjalankan shalat Jum'at.

Datu Daha kemudian minta kesediaan Datu Sanggul untuk mengantarkan lagi ke Makkah tapi kali itu untuk naik haji. Menanggapi permintaan itu Datu Sanggul minta agar Daha menunggu hari Jum'at. Setelah itu dia lenyap dari depan mata Daha.

Diceburkan ke Laut

Datu Daha adalah orang yang pernah bertemu Nabi Khidhir ketika dia dalam kondisi yang sangat letih setelah diceburkan oleh kapten kapal karena kapal layar yang mereka tumpangi menuju Tanah Suci tiba-tiba berhenti di tengah laut tanpa sebab yang jelas. Untuk mencari kejelasan itu, dengan bantuan paranormal, Daha diceburkan ke dalam laut. "Si Fulan ini harus tinggal di tengah laut," kata si paranormal kepada kapten kapal setelah menghitung-hitung bayangan ghaib.

Begitu tubuh Daha tercebur ke laut, kapal itu pun bergerak melaju seperti semula dan meninggalkan Daha di tengah laut. Setelah 30 jam terombang-ambing di laut, akhirnya Daha terdampar di pantai. Ketika hampir pingsan, dia berdoa kepada Allah mohon keselamatan.

Kemudian dia berjalan menelusuri pantai hingga kelelahan dan jatuh pingsan.

Ketika siuman, dia melihat banyak makam sejauh mata memandang dalam keadaan rapi. Namun dia tidak melihat bangunan rumah. "Pasti kuburan ini ada yang mengurus," pikirnya. "Namun, siapa?"

Karena kelelahan, dia terduduk sambil menoieh kiri-kanan, hingga tampak olehnya sebuah gubuk. Dengan tertatih-tatih dia datangi gubuk itu dan didapatinya seorang lelaki tua sendirian di dalamnya.

"Assalamu'alaikum," ujarnya.

Kemudian terjadilah dialog di antara keduanya.

Singkat kata, orang tua itu adalah Nabi Khidhir, yang mengaku sebagai pengurus pemakaman tersebut, yaitu makam orang-orang yang mati tenggelam di laut, seperti yang dialami Datu Daha. Jawaban itu diberikan setelah Daha menceritakan pengalamannya sendiri. 

Mengetahui bahwa orang tua itu adalah Nabi Khidhir, Daha menyatakan keinginannya untuk pergi haji.

"Kalau Ananda ingin menunaikan ibadah haji, besok aku ikutkan kepada Syekh Abdussamad. Tiap hari Jum'at dia singgah kemari sebelum ke Makkah," jawab Nabi Khidhir.

Begitulah, Datu Daha akhirnya bertemu Datu Sanggul dan dibawa ke Makkah.

Berbulan-bulan kemudian, Datu Daha bertemu para penumpang kapal layar yang ditumpangi dulu. Mereka heran mengetahui Daha telah tiba di Makkah lebih dulu daripada mereka. "Bukankah Anda dulu dilempar ke laut, kok bisa duluan sampai di Makkah? kata salah seorang di antara mereka, keheranan.

"Itu semua kehendak Allah," jawab Datu Daha. Namun dia tidak menceritakan pertemuannya dengan Nabi Khidhir. Dalam keheranan itu, mereka akhirnya berkesimpulan bahwa kemungkinan Datu Daha adalah wali, bukan orang sembarangan.

Ketika ibadah haji selesai, Datu Daha pun diantar pulang oleh Datu Sanggul dengan cara yang sama. Namun dia diturunkan di ujung kampung Daha, Borneo, tempat asal Datu Daha. "Dari sini Anda jalan ke rumah, supaya orang kampung melihat Anda sudah kembali dari Tanah Suci," pesan Datu Sanggul.

Begitulah, dalam sekejap mata, Datu Daha telah melihat kembali kampungnya dan Datu Sanggul lenyap dari depannya.

Hari itu orang-orang kampung Daha terheran-heran melihat Datu Daha telah kembali. Mereka bertanya-tanya, tapi tidak dijawab oleh Daha. "Aku pulang atas kekuasaan, kodrat, dan iradat Allah. Aku tak kuasa menjelaskannya," kata Datu Daha.

Untuk mengetahui jawaban pertanyaan itu, orang-orang kampung menunggu kembalinya para jamaah lainnya sesama penumpang kapal layar. Namun ternyata mereka juga menyatakan keheranannya.

Mereka menceritakan bahwa Datu Daha dibuang ke laut karena ada sesuatu yang aneh ketika kapal tiba-tiba terhenti di tengah laut. Namun ketika sampai di Jeddah, mereka heran melihat Daha juga sudah ada di sana dengan selamat. "Kami terkejut, apa ini benar Datu Daha, atau kami salah lihat," tutur mereka.

Begitu juga ketika ibadah haji selesai. Pada hari Jum'at sorenya dia sudah tidak ada lagi di Makkah, padahal menurut pengakuannya dia tiba pada hari Jum'at sebelum shalat Jum'at.

Cerita itu membuat warga kampung percaya bahwa Datu Daha memang naik haji dan dia adalah wali yang patut dihormati.

Dalam Balutan Asap Putih

Datu Sanggul, atau Syekh Abdussamad, atau Syekh Ahmad Sirajul Huda, berasal dari Palembang. Dia berguru kepada Datu Suban, seorang ulama besar yang ditemuinya dalam mimpi, yang tinggal di Kalimantan Selatan.

Setelah mendapat restu dari ibunya, dia berlayar ke Kalimantan melalui selat Bangka Belitung dan kota Banjarmasin hingga tiba di Kampung Muning, Pantai Munggutayuh Tiwadak Gumpa Rantau Tapin, Kalimantan Selatan, pada tahun 1750 M.

Singkat cerita, Datu Sanggul menjadi murid kesayangan Datu Suban dan diberi sebuah kitab pusaka yang berbentuk segi delapan. Rupanya ketika' kitab itu diserahkan, itulah akhir hayat Datu Suban, karena tak lama kemudian dia wafat dalam balutan asap putih yang mengepul ke udara ketika tengah berjalan meninggalkan tempat upacara penyerahan kitab tersebut.

Setelah mengamalkan ilmu hakikat dan ilmu laduni dari gurunya itu, Datu Sanggul diberi kelebihan oleh Allah, seperti menceburkan diri ke air sungai dan berwudhu tapi badannya tidak basah kecuali yang wajib wudhu. Tiap hari Jum'at bersembahyang Jum'at di Masjidil Haram, Makkah.

Dia juga berteman dengan Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari sejak tahun 1760, yang bertemu setiap shalat Jum'at di Makkah.

Syekh Arsyad ingin mempelajari kitab pusaka Datu Suban yang bersegi delapan. Namun Datu Sanggul meminjamkan hanya sebelah sehingga kitab itu berbetuk rencong dan disebut kitab Barencong, dengan catatan: bila ingin melanjutkan kajian dalam kitab itu, Al-Banjari harus turun ke tanah Jawi dan menemuinya di Kampung Muning sambil membawa kain putih seukuran lima helai kain sarung.

Ternyata ketika tiba saatnya untuk mempelajari kitab itu, Syekh Arsyad Al Banjari tidak berhasil menemui Datu Sanggul di Kampung Muning, karena ia sudah wafat.

Teringat pada pesan agar membawa kain putih berukuran lima kain sarung Syekh Arsyad pun menduga bahwa ketika itu agaknya Datu Sanggul sudah mendapat firasat dari Allah akan meninggal bila belahan kitab Barencong itu diserahkan.

Begitulah. Sungguh teramat banyak lagi cerita-cerita akan keramat Datu Sanggul. Termasuk menjelang akhir hayatnya, Datu Sanggul minta dibawakan kain kafan kepada Datu Kalampayan apabila Datu Kalampayan selesai menuntut ilmu dari Mekkah (pulang ke Tanah Banjar). Dan ternyata, kain kafan itu digunakan untuk mengkafani Datu Sanggul sendiri yang berpulang ke Hadirat Allah bertepatan dengan pulangnya Datu Kalampayan dari Mekkah ke Tanah Banjar.

Sungguh tak terasa, kini sudah 249 tahun kejadian itu berlalu. Di komplek Kubah Datu Sanggul di Desa Tatakan Tapin, dilaksanakan peringatan haul Datu Sanggul setiap tahunnya.

Dikatakan Masrani (penjaga makam Datu Sanggul), Datu Sanggul adalah hamba Allah yang alim dan dikenal luas dianugerahi ilmu ma’rifat. Selain pantun Saraba Ampat dan syair ketika muncul dari air tadi, menurut Masrani ada lagi pantun ma’rifat Datu Sanggul yang masih dikenal para ahli ma’rifat hingga saat ini. Pantun itu berbunyi: 

“Jangan susah mencari billah.
Billah ada di rapun buluh.
Jangan susah mencari Allah.
Allah ada di batang tubuh”.

Kitab Ma'rifat Datu Sanggul yang dikenal denganKitab Barencong.‎

2 komentar:

  1. http://nalurerenewws.blogspot.com/2018/07/taipanqq-7-cara-rumahan-atasi-jerawat.html

    Taipanbiru
    TAIPANBIRU . COM | QQTAIPAN .NET | ASIATAIPAN . COM |
    -KARTU BOLEH BANDING, SERVICE JANGAN TANDING !-
    Jangan Menunda Kemenangan Bermain Anda ! Segera Daftarkan User ID terbaik nya & Mainkan Kartu Bagusnya.
    Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
    1 user ID sudah bisa bermain 8 Permainan.
    BandarQ
    AduQ
    Capsasusun
    Domino99
    Poker
    BandarPoker
    Sakong
    Bandar66

    Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
    Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
    customer service kami yang profesional dan ramah.
    NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
    Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
    Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
    • WA: +62 813 8217 0873
    • BB : E314EED5

    Daftar taipanqq

    Taipanqq

    taipanqq.com

    Agen BandarQ

    Kartu Online

    Taipan1945

    Judi Online

    AgenSakong

    BalasHapus
  2. apakah datu ini lebih tinggi keimanannya dari para sahabat?
    Rasulullah saja tidak bisa peegi sekejap mata. dan peristiwa isra mi'raj saja Rasulullah hanya sekali mengalaminya.
    sungguh heran saya.
    klo bisa teleport gini kan kehidupan para sahabat juga lebih mudah. apalagi jika digunakan saat peperangan membela agama Allah. :)
    ga perlu lari saat diburu kamu Quraisy. cukup teleport.

    BalasHapus