Translate

Senin, 17 Oktober 2016

Orang Hidup Bisa Ketemu Ruh Jika Alloh Menghendaki

Allah berfirman,

اللَّهُ يَتَوَفَّى الْأَنْفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَى عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْأُخْرَى إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) ruh (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; Maka Dia tahanlah ruh (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan ruh yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.” (QS. Az-Zumar : 42)

Ada dua pendapat ahli tafsir tentang ayat ini. Salah satunya, bahwa ruh orang yang ditahan adalah ruh orang yang sudah meninggal, sehingga dia tidak bisa kembali ke jasadnya di dunia. Sedangkan ruh orang yang dilepas adalah ruh orang yang tidur. (Ar-Ruh, Ibnul Qoyim, hlm. 31).

Diriwayatkan dari Said bin Jubair, dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau menjelaskan tafsir ayat tersebut,

إِنَّ أَرْوَاحَ الْأَحْيَاءِ وَالْأَمْوَاتِ تَلْتَقِي فِي الْمَنَامِ فَتَتَعَارَفُ مَا شَاءَ اللَّهُ مِنْهَا، فَإِذَا أَرَادَ جَمِيعُهَا الرُّجُوعَ إِلَى الْأَجْسَادِ أَمْسَكَ اللَّهُ أَرْوَاحَ الْأَمْوَاتِ عِنْدَهُ، وَأَرْسَلَ أَرْوَاحَ الْأَحْيَاءِ إِلَى أَجْسَادِهَا

Sesungguhnya ruh orang yang hidup dan ruh orang mati bertemu dalam mimpi. Mereka saling mengenal sesuai yang Allah kehendaki. Ketika masing-masing hendak kembali ke jasadnya, Allah menahan ruh orang yang sudah mati di sisi-Nya, dan Allah melepaskan ruh orang yang masih hidup ke jasadnya. (Tafsir At-Thabari 21/298, Al-Qurthubi 15/260, An-Nasafi 4/56, Zadul Masir Ibnul Jauzi 4/20, dan beberapa tafsir lainnya).

Allah berfirman :

حَتَّى إِذَا جَاء أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ (99) لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِن وَرَائِهِم بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ (100)

“Sehingga ketika datang kepada mereka sebuah kematian, mereka berkata “Ya Tuhanku, Kembalikanlah aku (ke dunia). Sehingga aku bisa berbuat kebaikan yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak (bisa kembali)". Sesungguhnya itu adalah perkataan yang dia ucapkan saja. Dan di belakang mereka ada dinding besar hingga hari kebangkitan”. (Qs. Al-Mukminun:99-100)

Jadi Al-Quran menyatakan manusia yang sudah meninggal, rohnya tidak dapat kembali ke alam dunia lagi, walaupun pada dasarnya mereka juga berharap kembali. Ini adalah informasi sumbernya dari Al-Quran bukan dari buku manusia manusia.

Kejadian nyata yang dialami para sahabat

Kejadian ini pernah dialami seorang sahabat yang dijamin masuk surga karena kerendahan hatinya. Sahabat Tsabit bin Qois radhiyallahu ‘anhu. Peristiwa ini terjadi ketika perang Yamamah, menyerang nabi palsu Musailamah Al-Kadzab di zaman Abu Bakr. Dalam peperangan itu, Tsabit termasuk sahabat yang mati syahid. Ketika itu, Tsabit memakai baju besi yang bernilai harganya.

Sampai akhirnya lewatlah seseorang dan menemukan jasad Tsabit. Orang ini mengambil baju besi Tsabit dan membawanya pulang. Setelah peristiwa ini, ada salah seorang mukmin bermimpi, dia didatangi Tsabin bin Qois. Tsabit berpesan kepada si Mukmin dalam mimpi itu:

“Saya wasiatkan kepada kamu, dan jangan kamu katakan, ‘Ini hanya mimpi kalut’ kemudian kamu tidak mempedulikannya. Ketika saya mati, ada seseorang yang melewati jenazahku dan mengambil baju besiku. Tinggalnya di paling pojok sana. Di kemahnya ada kuda yang dia gunakan membantu kegiatannya. Dia meletakkan wadah di atas baju besiku, dan diatasnya ada pelana. Datangi Khalid bin Walid, minta beliau untuk menugaskan orang agar mengambil baju besiku. Dan jika kamu bertemu Khalifah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (yaitu Abu Bakr), sampaikan bahwa saya punya tanggungan utang sekian dan punya piutang macet sekian. Sementara budakku fulan, statusnya merdeka. Sekali lagi jangan kamu katakan, ‘Ini hanya mimpi kalut’ kemudian kamu tidak mempedulikannya.”

Setelah bangun, orang inipun menemui Khalid bin Walid radhiyallahu ‘anhu dan menyampaikan kisah mimpinya bertemu Tsabit. Sang panglima, Khalid bin Walid mengutus beberapa orang untuk mengambil baju besi itu, dia memperhatikan kemah yang paling ujung, ternyata ada seekor kuda yang disiapkan. Mereka melihat isi kemah, ternyata tidak ada orangnya. Merekapun masuk, dan langsung menggeser pelana. Ternyata di bawahnya ada wadah. Kemudian mereka mengangkat wadah itu, ketemulah baju besi itu. Merekapun membawa baju besi itu menghadap Khalid bin Walid.

Setelah sampai Madinah, orang itu penyampaikan mimpinya kepada Khalifah Abu Bakr As-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu, dan beliau membolehkan untuk melaksanakan wasiat Tsabit. Para sahabat mengatakan, “Kami tidak pernah mengetahui ada seorangpun yang wasiatnya dilaksanakan, padahal baru disampaikan setelah orangnya meninggal, selain wasiat Tsabit bin Qais. (HR. Al-Baihaqi dalam Dalail An-Nubuwah 2638 dan Al-Bushiri dalam Al-Ittihaf 3010)

Kasus semacam ini juga terjadi pada beberapa ulama. Kisah-kisah mereka banyak disebutkan Ibnul Qoyim dalam bukunya Ar-Ruh (hlm. 30 – 48). Salah satunya adalah kisah sahabat tsabit bin Qois di atas.

Sahabat Ibnu Masud pernah bertanya tentang roh para shuhada yang dikatakan di dalam Al-Quran Surat Ali Imron: 169 itu masih hidup, beliau saw menjawab:

أَرْوَاحُهُمْ فِى جَوْفِ طَيْرٍ خُضْرٍ لَهَا قَنَادِيلُ مُعَلَّقَةٌ بِالْعَرْشِ تَسْرَحُ مِنَ الْجَنَّةِ حَيْثُ شَاءَتْ ثُمَّ تَأْوِى إِلَى تِلْكَ الْقَنَادِيلِ فَاطَّلَعَ إِلَيْهِمْ رَبُّهُمُ اطِّلاَعَةً فَقَالَ هَلْ تَشْتَهُونَ شَيْئًا قَالُوا أَىَّ شَىْءٍ نَشْتَهِى وَنَحْنُ نَسْرَحُ مِنَ الْجَنَّةِ حَيْثُ شِئْنَا فَفَعَلَ ذَلِكَ بِهِمْ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ فَلَمَّا رَأَوْا أَنَّهُمْ لَنْ يُتْرَكُوا مِنْ أَنْ يُسْأَلُوا قَالُوا يَا رَبِّ نُرِيدُ أَنْ تَرُدَّ أَرْوَاحَنَا فِى أَجْسَادِنَا حَتَّى نُقْتَلَ فِى سَبِيلِكَ مَرَّةً أُخْرَى. فَلَمَّا رَأَى أَنْ لَيْسَ لَهُمْ حَاجَةٌ تُرِكُوا

“Ruh-ruh mereka di dalam perut burung hijau, yang sarangnya bergantungan di Ars. Mereka terbang ke surga dengan sekehendaknya kemudian mereka kembali ke sarangnya. Kemudian Allah melihat dan berfirman: apakah kalian menginginkan sesuatu? Mereka menjawab: apalagi yang kami inginkan, sementara kami bisa terbang ke surga ke manapun yang kami kehendaki. Dan pertanyaan itu terulang tiga kali. Dan ketika mereka akan ditanya kembali merka langsung memohon kepada Allah: Ya Allah kami ingin, roh kami dikembalikan ke jasad kami sehingga kami bisa berjihad kembali di jalanMu ya Allah. Ketika diketahui mereka tidak membutuhkan apa-apa mereka ditinggalkan”. (Hr. Muslim:4993)

قَالَ الْإِمَامُ أَبُو الْحُسَيْنِ مُسْلِمُ بْنُ الْحَجَّاجِ الْقُشَيْرِيُّ فِي صَحِيحِهِ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَير، حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، حَدَّثَنَا الأعمَشُ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُرَّةَ، عَنْ مَسْرُوقٍ قَالَ: سَأَلْنَا عَبْدَ اللَّهِ عَنْ هَذِهِ الْآيَةِ: {وَلا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ} فَقَالَ: أَمَا إنَّا قَدْ سَأَلْنَا عَنْ ذَلِكَ فَقَالَ: "أَرْوَاحُهُمْ فِي جَوْفِ طَيْرٍ خُضْرٍ لَهَا قَنَادِيلُ مُعَلَّقَةٌ بِالْعَرْشِ، تَسْرَحُ مِنَ الْجَنَّةِحَيْثُ شَاءَتْ، ثُمَّ تَأْوِي إِلَى تِلْكَ الْقَنَادِيلِ، فَاطَّلَعَ إِلَيْهِمْ رَبُّهُمْ اطِّلاعَةً فَقَالَ: هَلْ تَشْتَهُونَ شَيْئًا؟ فَقَالُوا: أَيَّ شَيْءٍ نَشْتَهِي وَنَحْنُ نَسْرَحُ مِنَ الْجَنَّةِ حَيْثُ شِئْنَا؟ فَفَعَلَ ذَلِكَ بِهِمْ ثَلاثَ مَرَّاتٍ، فَلَمَّا رَأَوْا أَنَّهُمْ لَنْ يُتْرَكُوا مِنْ أَنْ يُسْأَلُوا قَالُوا: يَا رَبِّ، نُرِيدُ أَنْ تَرُدَّ أَرْوَاحَنَا فِي أَجْسَادِنَا حَتَّى نُقْتَلَ فِي سَبِيلِكَ مَرَّةً أُخْرَى، فَلَمَّا رَأَى أَنْ لَيْسَ لَهُمْ حَاجَةٌ تُرِكُوا"

Imam Muslim meriwayatkan di dalam kitab sahihnya, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu Numair, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Abdullah ibnu Murrah, dari Masruq yang menceritakan bahwa sesungguhnya kami pernah menanyakan kepada Abdullah tentang ayat ini, yaitu firman-Nya: Janganlah kalian mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mad, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya de-ngan mendapat rezeki.(Ali Imran: 169) Maka Abdullah menjawab, bahwa sesungguhnya kami pernah menanyakan hal yang sama kepada Rasulullah Saw., lalu beliau bersabda: Arwah mereka (para syuhada) berada di dalam perm burung hijau, baginya terdapat pelita-pelita yang bergantungan di bawah Arasy. ia terbang di bagian surga dengan bebas menurut kehendaknya, kemudian hinggap pada pelita-pelita tersebut. Maka Tuhan mereka menjenguk keadaan mereka sekali kunjungan, lalu berfirman, "Apakah kalian menginginkan sesuatu?" Mereka menjawab, "Apakah yang kami inginkan lagi, bukankah kami terbang dengan bebas di dalam surga ini menurut kehendak kami?" Allah melakukan hal tersebut kepada mereka sebanyak tiga kali. Setelah mereka merasakan bahwa diri mereka tidak dibiarkan oleh Allah melainkan harus meminta, maka berkatalah mereka, "Wahai Tuhan kami, kami menginginkan agar Engkau mengembalikan arwah kami ke jasad kami, hingga kami dapat terbunuh lagi demi membela jalan-Mu sekali lagi." Setelah Allah melihat bahwa mereka tidak mempunyai keperluan lagi, maka barulah mereka ditinggalkan.
Hadis yang semisal diriwayatkan pula melalui hadis Anas dan Abu Sa'id.

Hadis yang lain diriwayatkan oleh Imam Ahmad. 

حَدَّثَنَا عَبْدُ الصَّمَدِ، حَدَّثَنَا حَمَّاد، حَدَّثَنَا ثَابِتٌ عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مَا مِنْ نَفْسٍ تَمُوتُ، لَهَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ، يَسُرُّهَا أَنْ تَرْجِعَ إِلَى الدُّنْيَا إِلا الشَّهِيدُ فَإِنَّهُ يَسُرُّهُ أَنْ يَرْجِعَ إِلَى الدُّنْيَا فَيُقْتَلَ مَرَّةً أُخْرَى لِمَا يَرَى مِنْ فَضْلِ الشَّهَادَةِ".

Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Abdus Samad. telah menceritakan kepada kami Hammad, telah menceritakan kepada kami Sabit, dari Anas, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tiada seorang pun yang meninggal dunia, sedangkan di sisi Allah dia memperoleh kebaikan yang menggembirakannya, lalu ia menginginkan dikembalikan ke dunia, kecuali hanya orang yang mati syahid. Karena sesungguhnya dia sangat gembira bila dikembalikan ke dunia, lalu gugur sekali lagi (di jalan Allah) karena apa yang dirasakannya dari keutamaan mati syahid.
Hadis  ini hanya diriwayatkan oleh Imam Muslim melalui jalur Hammad.

Hadis yang lain diriwayatkan oleh Imam Ahmad. 

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْمَدِينِيُّ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَن مُحَمَّدِ بْنِ عَلِيِّ بْنِ رَبيعة السُّلَمِيِّ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَقِيلٍ، عَنْ جَابِرٍ قَالَ: قَالَ لِي رسولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَمَا عَلِمْتَ أَنَّ اللَّهَ أَحْيَا أَبَاكَ فَقَالَ لَهُ: تَمَنَّ عَلَيَّ، فَقَالَ لَهُ: أُرَدُّ إِلَى الدُّنْيَا، فَأُقْتَلُ مَرَّةً أُخْرَى، فَقَالَ: إِنِّي قَضَيْتُ الْحُكْمَ أَنَّهُمْ إِلَيْهَا لَا يُرْجَعُونَ".

Dikatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Abdullah Al-Madini, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Muhammad ibnu Ali ibnu Rabi'ah As-Sulami, dari Abdullah ibnu Muhammad ibnu Aqil, dari Jabir yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda kepadanya: Aku telah diberi tahu bahwa Allah menghidupkan kembali ayahmu, lalu berfirman kepadanya. ”Mintalah kamu!" Ayahmu berkata kepada-Nya, "Aku ingin dikembalikan ke dunia dan gugur lagi di jalan-Mu sekali lagi." Allah berfirman, "Sesungguhnya Aku telah memutuskan bahwa mereka tidak akan dikembalikan lagi ke dunia."
Ditinjau dari segi ini, hanya Imam Ahmad sendirilah yang meriwayatkannya.

Telah ditetapkan di dalam kitab Sahihain dan lain-lainnya bahwa ayah Jabir (yaitu Abdullah ibnu Amr ibnu Haram Al-Ansari r.a.) gugur dalam Perang Uhud sebagai syuhada.

قَالَ الْبُخَارِيُّ: وَقَالَ أَبُو الْوَلِيدِ، عَنْ شُعْبَةَ عَنِ ابْنِ المُنْكَدِر قَالَ: سَمِعْتُ جَابِرًا قَالَ: لَمَّا قُتِل أَبِي جعلتُ أَبْكِي وأكشفُ الثَّوْبَ عَنْ وَجْهِهِ، فَجَعَلَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم ينْهَوني وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ يَنْه، وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَا تَبْكِهِ  -أَوْ: مَا تَبْكِيهِ  -مَا زَالَتِ الْملائِكَةُ تُظِلُّهُ بِأجْنِحَتِها حَتَّى رُفِعَ".

Imam Bukhari mengatakan bahwa Abul Walid meriwayatkan dari Syu'bah, dari Ibnul Munkadir, bahwa ia pernah mendengar Jabir menceritakan hadis berikut: Ketika ayahku gugur (dalam Perang Uhud), aku menangis dan membuka kain penutup wajahnya. Maka sahabat-sahabat Rasulullah Saw. melarangku berbuat demikian. Tetapi Rasulullah sendiri tidak melarang, melainkan beliau bersabda:Jangan engkau tangisi dia —atau mengapa engkau tangisi dia— para malaikat masih terus menaunginya dengan sayap-sayap mereka hingga ia diangkat (ke langit).

Hadis ini di-musnad-kan (disandarkan) langsung kepada Jabir oleh Imam Bukhari, Imam Muslim, dan Imam Nasai melalui berbagai jalur, dari Syu'bah, dari Muhammad ibnul Munkadir, dari Jabir yang menceritakan, "Ketika ayahku gugur dalam peperangan Uhud, aku membuka kain wajahnya, lalu aku menangisinya," hingga akhir hadis dengan lafaz yang semisal.

Hadis lain diriwayatkan oleh Imam Ahmad. 

حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ، حَدَّثَنَا أَبِي، عَنِ ابْنِ إِسْحَاقَ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ أُمَيَّةَ بْنِ عَمْرو بْنِ سَعِيدٍ، عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ الْمَكِّيِّ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَمَّا أُصِيبَ إخْوَانُكُمْ بِأُحُدٍ جَعَلَ اللهُ أَرْوَاحَهُمْ فِي أَجْوَافِ طَيْرٍ خُضْرٍ، تَرِدُ أَنْهَارَ الْجَنَّةِ، وتَأْكُلُ مِنْ ثِمَارِهَا وَتَأْوِي إِلَى قَنَادِيلَ مِنْ ذَهَبٍ فِي ظِلِّ الْعَرْشِ، فَلَمَّا وَجَدُوا طِيبَ مَشْرَبِهِمْ، وَمَأْكَلِهِمْ، وَحُسْنَ مُنْقَلَبِهِم قَالُوا: يَا لَيْتَ إِخْوَانَنَا يَعْلَمُونَ مَا صَنَعَ اللَّهُ لَنَا، لِئَلا يَزْهَدُوا فِي الْجِهَادِ، وَلا يَنْكُلُوا عَنْ الْحَرْبِ" فَقَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: أَنَا أُبَلِّغُهُمْ عَنْكُمْ. فَأَنزلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَؤُلاءِ الآيَاتِ: {وَلا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ} وَمَا بَعْدَهَا".

Dikatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Ya'qub, telah menceritakan kepada kami ayahku, dari Abu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Umayyah ibnu Amr ibnu sa'id ibnu Abuz Zubair Al-Makki, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Ketika saudara-saudara kalian gugur dalam peperangan Uhud, maka Allah menjadikan arwah mereka di dalam perut burung hijau yang selalu mendatangi sungai-sungai surga dan memakan buah-buahannya, hingga pada lampu-lampu emas yang ada di bawah naungan Arasy. Ketika mereka merasakan makanan dan minuman mereka yang sangat enak dan tempat mereka yang sa-ngat baik itu, maka mereka mengatakan, "Aduhai, sekiranya teman-teman kita mengetahui apa yang dilakukan oleh Allah terhadap kita, agar mereka tidak enggan dalam berjihad dan tidak malas dalam melakukan peperangan." Maka Allah ber-firman, "Akulah Yang akan menyampaikan berita kalian kepada mereka." Maka Allah menurunkan ayat ini, yaitu firman-Nya: Janganlah kalian mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki. (Ali Imran: 169) dan ayat sesudahnya.
Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad.

Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Yunus, dari Ibnu Wahb, dari Ismail ibnu Iyasy, dari Muhammad ibnu Ishaq dengan lafaz yang sama.

Imam Abu Daud dan Imam Hakim di dalam kitab Mustadrak-nya meriwayatkannya melalui hadis Abdullah ibnu Idris, dari Muhammad ibnu Ishaq dengan lafaz yang sama.

Imam Abu Daud dan Imam Hakim meriwayatkannya dari Ismail ibnu Umayyah, dari Abuz Zubair, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a lalu disebutkan hadis yang sama, sanad ini lebih kuat. Hal yang sama diriwayatkan oleh Sufyan As-Sauri. dari Salim Al-Aftas, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas.

Hadis lain diriwayatkan oleh Abu Bakar ibnu Murdawaih. 


حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ جَعْفَرٍ، حَدَّثَنَا هَارُونُ بْنُ سُلَيْمَانَ أَنْبَأَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْمَدِينِيُّ، أَنْبَأَنَا مُوسَى بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ كَثِيرِ بْنِ بَشِيرِ بْنِ الْفَاكِهِ الْأَنْصَارِيُّ، سَمِعْتُ طَلْحَةَ بْنَ خِرَاش بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ خِرَاشِ بْنِ الصِّمَّةِ الْأَنْصَارِيَّ، قَالَ: سَمِعْتُ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: نَظَرَ إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم ذَاتَ يَوْمٍ فَقَالَ: "يَا جَابِرُ، مَا لِي أَرَاكَ مُهْتَما؟ " قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، اسْتُشْهِدَ أَبِي وَتَرَكَ دَينا وَعِيَالًا. قَالَ: فَقَالَ: "أَلَا أُخْبِرُكَ؟ مَا كَلَّمَ اللهُ أَحَدًا قَطُّ إِلَّا مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ، وَإنَّهُ كَلَّمَ أَبَاكَ كِفَاحًا -قَالَ عَلِيٌّ: الكفَاح: الْمُوَاجَهَةُ -فَقَالَ: سَلْني أعْطكَ. قَالَ: أَسْأَلُكَ أنْ أُرَدَّ إلَى الدُّنْيَا فَأُقْتَلَ فِيْكَ ثَانِيَةً فَقَالَ الرَّبُّ عَزَّ وَجَلَّ: إنَّهُ سَبَقَ مِنِّي الْقَوْلُ أنَّهُمْ إلَيْهَا لَا يُرْجَعُونَ. قَالَ: أيْ رَبِّ: فَأَبْلِغْ مَنْ وَرَائِي. فَأَنزلَ اللهُ [عَزَّ وجَلَّ] {وَلا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا} الْآيَةَ

Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Harun ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Abdullah Al-Madini, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Ibrahim ibnu Kasir ibnu Basyir ibnul Fakih Al-Ansari yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Talhah ibnu Khirasy ibnu Abdur Rahman ibnu Khirasy ibnus Sumt Al-Ansari mengatakan bahwa ia pernah mendengar Jabir ibnu Abdullah menceritakan hadis berikut, yaitu: Pada suatu hari Rasulullah Saw. memandang diriku, lalu bertanya, "Mengapa kulihat kamu sedih, hai Jabir?" Aku menjawab, "Wahai Rasulullah, ayahku telah gugur dan meninggalkan utang serta anak-anak yang banyak." Rasulullah Saw. bersabda, "Ingatlah, aku akan menceritakan kepadamu bahwa tiada seorang pun yang berbicara dengan Allah, melainkan di balik hijab (penghalang), dan sesungguhnya ayahmu berbicara secara berhadapan (dengan-Nya)." - Menurut Ali ibnu Abdullah Al-Madini, arti kifahanialah berhadap-hadapan secara langsung tanpa hijab -. Allah berfirman, "Mintalah kepada-Ku, niscaya Aku beri." ia menjawab, "Aku meminta kepada-Mu agar mengembalikan diri-ku ke dunia, lalu aku gugur lagi di jalan-Mu untuk kedua kali-nya." Maka Allah Swt. berfirman, "Sesungguhnya telah ditetapkan oleh-Ku suatu keputusan, bahwa mereka tidak akan dikembalikan lagi kepadanya (ke dunia)." Ia berkata, "Wahai Tuhan-ku, kalau demikian sampaikanlah kepada orang-orang yang ada di belakangku." Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Janganlah kalian mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki. (Ali Imran: 169)

Kemudian Abu Bakar ibnu Murdawaih meriwayatkannya melalui jalur lain dari Muhammad ibnu Sulaiman ibnu Salit Al-Ansari, dari ayahnya, dari Jabir hal yang semisal.

Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Baihaqi di dalam kitab Dalailun Nubuwwah-nya melalui jalur Ali ibnul Madini dengan lafaz yang sama.


وَقَدْ رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ أَيْضًا مِنْ حَدِيثِ أَبِي عُبَادَةَ الْأَنْصَارِيِّ، وَهُوَ عِيسَى بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، إِنْ شَاءَ اللَّهُ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ عُرْوَةَ، عَنْ عَائِشَةَ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا] قَالَتْ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِجَابِرٍ: "يَا جَابِرُ، أَلَّا أُبَشِّرُكَ؟ قَالَ: بَلَى. بَشَّرَكَ اللَّهُ بِالْخَيْرِ. قَالَ شَعَرْتُ أنَّ اللهَ أحْيَا أَبَاكَ فَقَالَ: تَمَنَّ عَلَيَّ عَبْدِي مَا شِئْتَ أُعْطِكَه. قَالَ: يَا رَبِّ، مَا عَبَدْتُكَ حَقَّ عِبَادَتِكَ. أتَمَنَّى عَلَيْكَ أنْ تَرُدَّنِي إلَى الدُّنْيَا فَأُقَاتِلَ مَعَ نَبِيَّكَ، وأُقْتَلَ فِيْكَ مَرَّةً أُخْرَى. قَالَ: إنَّهُ سَلَفَ مِنِّي أنَّهُ إلَيْهَا [لَا] يَرْجعُ"

Imam Baihaqi meriwayatkan melalui hadis Abu Ubadah Al-Ansari, yaitu Isa ibnu Abdullah, insya Allah, dari Az-Zuhri, dari Urwah, dari Siti Aisyah yang menceritakan bahwa Nabi Saw. pernah bersabda kepada Jabir: "Hai Jabir, maukah engkau aku kabarkan berita gembira? Jabir menjawab, "Tentu saja mau, semoga Allah mengabarkan kebaikan kepadamu." Nabi Saw. bersabda, "Aku merasakan bahwa Allah menghidupkan ayahmu, lalu berfirman, 'Mintalah kepada-Ku apa yang kamu inginkan, hai hamba-Ku, niscaya Aku memberikannya kepadamu.' Ayahmu menjawab, "Wahai Tuhanku, aku belum pernah beribadah kepada-Mu dengan ibadah yang sesungguhnya, aku memohon kepada-Mu sudilah kiranya Engkau mengembalikan diriku ke dunia, maka aku akan berperang bersama Nabi-Mu dan gugur dalam membela agama-Mu sekali lagi.' Allah Swt. berfirman, 'Sesungguhnya telah ditetapkan oleh-Ku bahwa tiada seorang pun (yang telah mati) dikembalikan lagi ke dunia'."

Informasi hadis ini juga menyebutkan bahwa roh-roh mereka juga tidak dapat dikembalikan ke dunia lagi, padahal mereka juga berharap dikembalikan. Maka, jelas bahwa apa yang diyakini masyarakat tentang pulangnya roh nenek moyang itu tidak benar menurut informasi dari agama kita, bukan dari kata orang dan kata orang.

Diriwayatkan Dalam Sebuah Hadis 

عَنْ سُفْيَانَ عَمَّنْ سَمِعَ مِنْ اَنَسِ ابْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ يَقُوْلُ قَالَ رَسُوْلُ  اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الْأَعْمَالَ الْأَحْيَاءِ تُعْرَضُ عَلَى عَشَآئِرِهِمْ وَعَلَى آبَآئِهِمْ مِنَ الْأَمْوَاتِ فَإِنْ كَانَ خَيْرًا حَمِدُوا اللهَ تَعَالَى وَاسْتَبْشِرُوْا وَإِنْ يَرَوْا غَيْرَ ذٰلِكَ قَالُوْا : اَللهم لَا تَمُتُّهُمْ حَتَّى تَهْدِيْهِمْ هِدَايَةً فَقَالَ عَلَيْهِ السَّلَامَ يُؤْذِى الْمَيِّتِ فِى قَبْرِهِ كَمَا يُؤْذِى فِى حَيَاتِهِ قِيْلَ مَا اِيْذَاءُ الْمَيِّتِ قَالَ عَلَيْهِ السَّلَامَ اِنَّ الْمَيِّتَ لَايَذْنَبُ وَلَايَتَنَازَعُ وَلَايَخَاصَمُ أَحَدًا وَلَايُؤْذِى جَارًا إِلَّا أَنَّكَ اِنْ نَازَعْتَ أَحَدًا لَابُدَ اَنْ يَسْتَمَكَ وَوَالِدَيْكَ فَيُؤْذِيَانِ عِنْدَ الْاُسَاةِ وَكَذٰالِكَ يَفْرَحَانِ عِنْدَ اْلإِحْسَانِ فِى حَقِّهِمَا.

Dari Sufyan, dia dari seseorang yang pernah mendengar dari Anas bin Malik ra. dia berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Sesungguhnya amal-amal (perbuatan) mereka yang masih hidup itu bisa diperlihatkan kepada keluarga dan ayah-ayahnya yang sudah meninggal dunia. Jika amal tersebut baik maka mereka merasa gembira dan memuji Allah swt. akan tetapi jika amal tersebut buruk, maka mereka (para mayit) berdo’a ‘Ya Allah, janganlah Engkau tutup usianya sebelum Engkau memberi petunjuk kepada mereka’“. Kemudian, Rasulullah saw. bersabda : “Mayit yang ada di dalam kubur itu juga bisa merasakan sakit, apabila dia disakiti sebagaimana halnya saat dia masih hidup”.  ‘Apa yang dapat menyakiti si mayit?’ demikian beliau ditanya. Rasulullah saw. menjawab, “ Jika engkau bersengketa dengan seseorang, kemudian orang tersebut mencacimu dan mencaci kedua orang tuamu (yang sudah meninggal). Maka, si mayit yang sama sekali tidak merasa berdosa, bersengketa dan bersitegang (bermusuhan) kepada orang itu serta tidak merasa menyakiti hati tetangga, akan turut juga terkena cacian dari orang tersebut. Jadi, si mayit akan merasa disakiti hatinya jika dijelek-jelekkan (di caci-maki). Begitu juga sebaliknya, si mayit akan merasa senang hatinya jika dibagus-baguskan (di puji).” (Dinukil dari Kitab ‘Ushfuriyyah)

Allah memperlihatkan keadaan keluarga yang masih hidup kepada beberapa orang yang telah meninggal.

Para ulama menegaskan bahwa mayit bisa mendengar suara orang yang berada di dunia dalam kondisi tertentu. Sebagaimana disebutkan dalam beberapa hadis, diantaranya,

1. Hadis dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إن العبد إذا وضع في قبره، وتولى عنه أصحابه، إنه ليسمع قرع نعالهم..

“Sesungguhnya seorang hamba ketika telah diletakkan di kuburan dan ditinggal pulang orang yang mengantarkannya, dia bisa mendengar suara sandal mereka…” (HR. Muslim 2874)

2. Hadis dari Abu Thalhah, bahwa setelah belalu 3 hari pasca-perang Badr, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi tempat pertempuran bersama para sahabat dan memasukkan mayit orang musyrik ke dalam satu lubang. Selanjutnya beliau bersabda,

يا أبا جهل بن هشام، يا أمية بن خلف، يا عتبة بن ربيعة، يا شيبة بن ربيعة، أليس قد وجدتم ما وعد ربكم حقاً؟ فإني قد وجدت ما وعدني ربي حقاً

Wahai Abu Jahl bin Hisyam, wahai Umayah bin Khalaf, wahai Uthbah bin Rabi’ah, wahai Syaibah bin Rabi’ah, apakah kalian telah mendapatkan kenyataan dari apa yang dijanjikan Rab kalian? Sungguh aku telah mendapatkan kenyataan dari apa yang dijanjikan Rabku.

Spontan Umar bertanya,

“Ya, Rasulullah, bagaimana mereka bisa mendengar? Bagaimana mereka bisa menjawab? Padahal mereka sudah jadi bangkai.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

والذي نفسي بيده! ما أنتم بأسمع لما أقول منهم، ولكنهم لا يقدرون أن يجيبوا

Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya. Kalian tidak lebih mendengar dari apa yang aku ucapkan dari pada mereka. Namun mereka tidak bisa menjawab. (HR. Bukhari 3976)

Bisa jadi yang datang menghantui anak-anak kecil atau mendatangi orang-orang tertentu yang mengaku dapat berinteraksi dengan roh itu adalah jin yang ditugaskan untuk mengikuti manusia tertentu sejak lahir hingga meninggal. Informasi adanya jin yang mengikuti kita ke manapun dan di manapun adalah laporan hadis Ibnu Masud yang menyatakan bahwa :

قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : ما منعكم من أحد إلا وقد وكل به قرين من الجن قالوا : وإياك يا رسول الله ؟ قال : وإياك إلا أن الله أعانني عليه فاسلم فلا يامرني إلا يخير

“Rasul SAW bersabda, tidaklah setiap dari kalian semua itu kecuali pasti terdapat qorin (yang menemani) dari bangsa jin. Para sahabat bertanya: juga Engkau Ya Rasul? Rasul menjawab: Iya saya juga, hanya saja Allah telah menolongku atas jin tersebut sehingga ia menyerah, maka ia tidak membisiki sesuatu kecuali dengan kebaikan”. (Hr. Muslim:5143)

Maka, jin lah dapat dimungkinkan datang dan menyerupai orang yang sudah meninggal itu. Karena kemampuan jin yang dapat berubah bentuk sesuai media yang diinginkan dan juga ia telah mengikutinya sejak lahir sampai meninggal. Ini pasti akan faham betul akan perwatakan almarhum yang sudah meninggal.

Kita yang masih hidup hanya ada kemungkinan bertemu dengan roh orang-orang yang sudah meninggal pada saat tidur dan bermimpi. Hal ini didasarkan oleh informasi tafsir Al-Quran. Allah berfirman :

اللَّهُ يَتَوَفَّى الاَْنفُسَ حِينَ مِوْتِهَا وَالَّتِى لَمْ تَمُتْ فِى مَنَامِهَا فَيُمْسِكُ الَّتِى قَضَى عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الاُْخْرَى إِلَى أَجَلٍ مُّسَمًّى إِنَّ فِى ذَلِكَ لاََيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُون

“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan memegang roh orang yang belum mati pada waktu tidurnya. Maka Allah menahan roh orang yang sudah ditetapkan kematiannya dan Allah melepaskan roh yang lain sehingga waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya hal yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang yang mau berfikir”. (Qs. Az-zumar:42)

Di dalam makna ayat ini terkandung dalil yang menunjukkan bahwa semua roh dikumpulkan di mala-ul a'la, seperti yang disebutkan di dalam hadis marfu' yang diriwayatkan oleh Ibnu Mandah dan lain-lainnya. Di dalam kitab Sahih Bukhari dan ‎Sahih Muslim disebutkan melalui hadis Ubaidillah ibnu Umar, dari Sa'id ibnu Abu Sa'id, dari ayahnya, dari Abu Hurairah r.a. yang telah mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

"إِذَا أَوَى أَحَدُكُمْ إِلَى فِرَاشِهِ فلْينْفُضْه بِدَاخِلَةِ إِزَارِهِ، فَإِنَّهُ لَا يَدْرِي مَا خَلَفَهُ عَلَيْهِ، ثُمَّ لِيَقُلْ: بِاسْمِكَ رَبِّي وَضَعْتُ جَنْبِي، وَبِكَ أَرْفَعُهُ، إِنْ أَمْسَكْتَ نَفْسِي فَارْحَمْهَا، وَإِنْ أَرْسَلْتَهَا فَاحْفَظْهَا بِمَا تَحْفَظُ بِهِ عِبَادَكَ الصَّالِحِينَ"

Apabila seseorang di antara kalian menempati peraduannya, hendaklah terlebih dahulu menyapu tempat tidurnya dengan bagian dalam kainnya, karena sesungguhnya dia tidak mengetahui kotoran apa yang telah ditinggalkannya pada peraduannya itu. Kemudian hendaklah ia mengucapkan doa, "Dengan menyebut nama Engkau, ya Tuhanku, aku letakkan lambungku dan dengan menyebut nama Engkau aku mengangkat(membangunkan)nya. Jika Engkau memegang jiwaku, maka kasihanilah ia; dan jika Engkau melepaskannya, maka peliharalah ia sebagaimana Engkau memelihara hamba-hamba-Mu yang saleh.

Sebagian ulama Salaf mengatakan bahwa arwah orang-orang yang mati dicabut bila mereka mati, begitu pula arwah orang-orang yang hidup dicabut bila mereka tidur, lalu mereka saling kenal menurut apa yang telah dikehendaki oleh Allah Swt.

{فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَى عَلَيْهَا الْمَوْتَ}

maka Dia tahan jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya. (Az-Zumar: 42)

Yakni arwah orang yang telah mati dan melepaskan arwah orang yang hidup sampai waktu yang ditentukan. As-Saddi mengatakan sampai tiba saat ajalnya.

Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa Allah menahan jiwa orang yang telah mati dan melepaskan jiwa orang yang hidup, dan tidak pernah terjadi kekeliruan dalam hal ini.

{إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ}

Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir. (Az-Zumar: 42)

Maka dari pemahaman ayat ini bahwa ada saat-saat di mana roh orang mati dan roh orang tidur itu sama-sama dalam genggaman Allah SWT. Imam at-Tabari menyatakan dalam tafsirnya bahwa:

“Sesungguhnya roh-roh orang hidup dan roh-roh orang mati itu bertemu pada saat tidur, mereka saling mengenal sesuai dengan kehendak Allah. Ketika setiap roh itu ingin kembali ke jasad, Allah menahan roh-roh orang mati di sisiNya dan melepaskan roh-roh orang yang masih hidup kembali ke jasad-jasad mereka”. (Tafsir al-Tabari)

Informasi yang pasti benar adalah pada saat kita tidur, roh kita berada pada genggaman Allah sebagaimana ayat di atas. Namun, apakah kita benar-benar bertemu dengan roh leluhur saat mimpi berlangsung itu adalah pendapat Imam Tabari, bisa jadi benar bisa jadi salah. Allah lah yang Maha Mengetahui Atas Segalanya. 

Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar