Translate

Minggu, 23 April 2017

JANGAN MUDAH TERPEDAYA OLEH BANGSA JIN YANG BISA MENYAMAR

Asal pembentukan kalimat "jin" dari huruf 'jim' dan 'nun' menunjukkan makna tertutup, sebagaimana firman Allah SWT:

فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَى كَوْكَباً قَالَ هَـذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لا أُحِبُّ الآفِلِينَ

"Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Robbku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata:"Saya tidak suka kepada yang tenggelam." (QS.Al-An'am [6]: 76).

Bekata Syaikhul Islam Rahimahullah: "Ia dinamakan jin karena ketertutupannya dari pandangan manusia."

Para jin melihat manusia sedangkan manusia tidak dapat melihat mereka. Allah SWT berfirman:


يَا بَنِي آدَمَ لاَ يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُم مِّنَ الْجَنَّةِ يَنزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْءَاتِهِمَا إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ تَرَوْنَهُمْ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاء لِلَّذِينَ لاَ يُؤْمِنُونَ

"Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya 'auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpim bagi orang-orang yang tidak beriman." (QS.Al-A-rof [7]: 27)

Maksud dari ayat ini adalah: Sesungguhnya manusia tidak dapat melihat jin sesuai dengan bentuk kejadiannya yang hakiki, tetapi terkadang mereka bisa dilihat dengan bentuk yang lain semisal hewan. (Lihat Fath al-Haq al-Mubin: 28 oleh Abdullah bin Muhammad bin Ahmad ath-Thoyar)

JIN DICIPTAKAN SEBELUM MANUSIA

Jin diciptakan sebelum manusia berdasarkan nash al-Qur'an QS Al-Hijr [15]"27-28)

وَالْجَآنَّ خَلَقْنَاهُ مِن قَبْلُ مِن نَّارِ السَّمُومِوَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلاَئِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَراً مِّن صَلْصَالٍ مِّنْ حَمَإٍ مَّسْنُونٍ

"Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas. Dan (ingatlah) , ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk."

ASAL PENCIPTAAN JIN

Allah menciptakan jin dari api. Hal ini sesuai dengan apa yang disebutkan oleh Allah SWT dalam surat Al-Hijr [15]: 27;

وَالْجَآنَّ خَلَقْنَاهُ مِن قَبْلُ مِن نَّارِ السَّمُومِ

"Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas." Dan juga dalam surat Ar-Rohman [55]: 15;

وَخَلَقَ الْجَانَّ مِن مَّارِجٍ مِّن نَّارٍ

"Dan Dia menciptakan jin dari nyala api."

Dan Rasulullah SAW bersabda: "Malaikat diciptakan dari nur (cahaya). Jin diciptakan dari marij (api). Dan Adam diciptakan dari apa yang disifatkan kepada kalian. (yaitu dari tanah)" (HR Muslim: 2512)

Allah ta’ala telah berfirman :

وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ الْإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِّنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقاً

“Dan bahwasannya ada beberapa orang laki-laki diantara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki diantara jin, maka jin-jin itu itu menambah dosa bagi mereka” [QS. Al-Jin : 6].

Ibnu Katsir rahimahullah berkata :

أي كنا نرى أن لنا فضلاً على الإنس لأنهم كانوا يعوذون بنا ، أي إذا نزلوا وادياً أو مكاناً موحشاً من البراري وغيرها كما كانت عادة العرب في جاهليتها يعوذون بعظيم ذلك المكان من الجان أن يصيبهم بشئ يسوءهم ، كما كان أحدهم يدخل بلاد أعدائه في جوار رجل كبير وذمامه وخفارته ، فلما رأت الجن أن الإنس يعوذون بهم من خوفهم منهم زادوهم رهقاً ، أي خوفاً وإرهاباً وذعراً ، حتى يبقوا أشد منهم مخافة وأكثر تعوذاً بهم

“Maksudnya, kami (jin) berpendapat bahwa kami mempunyai keutamaan atas manusia, karena mereka berlindung kepada kami. Yaitu, ketika mereka turun ke lembah atau tempat angker di daratan atau tempat lainnya, seperti kebiasaan orang Arab pada jaman Jahiliyyah, sebagian mereka meminta perlindungan kepada penguasa tempat itu yang berupa jin agar tidak tertimpa sesuatu yang membahayakan mereka. Seperti salah seorang dari mereka memasuki negeri musuhnya di bawah perlindungan, kekuasaan, dan penjagaan orang besar. Ketika jin telah mengetahui bahwa manusia berlindung kepadanya lantaran ketakutan mereka kepada jin, maka jin-jin itu membuatnya semakin takut. Maksudnya : takut, rasa terancam, dan bingung, sehingga mereka terus semakin takut dan semakin berlindung kepada mereka” [selesai].

Itulah yang dilakukan oleh jin kafir yang senantiasa berusaha menjerumuskan manusia kepada kesyirikan. Jika manusia meminta bantuan kepada jin, maka hal itu akan membuat jin semakin sombong. Mereka beranggapan bahwasannya bangsa jin lebih tinggi kedudukannya dibandingkan manusia, sama seperti anggapan iblis kepada Adam di awal penciptaan. Padahal kenyataannya adalah tidak demikian.

Allah telah memerintahkan manusia untuk hanya berlindung kepada-Nya. Tidak kepada selain-Nya. Banyak ayat Al-Qur’an yang memerintahkan kepada kita ber-isti’adzah (meminta perlindungan) hanya kepada Allah semata. Diantaranya adalah :

وَإِمَّا يَنزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

“Dan jika syaithan mengganggumu dengan satu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” [QS.Fushshilat : 36].

قُلْ أَعُوذُ بِرَبّ الْفَلَقِ

Katakanlah : “Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai shubuh” [QS. Al-Falaq : 1].

قُلْ أَعُوذُ بِرَبّ النّاسِ

Katakanlah : “Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia” [QS. An-Naas : 1].

Tidak ada satupun maslahat ataupun mudlarat yang terjadi di dunia melainkan atas ijin dan kehendak Allah. Oleh karena itu, sudah semestinyalah kita meminta maslahat dan berlindung dari mudlarat hanya kepada Allah. Adapun makhluk-makhluk lainnya, seperti juga jin, maka ia adalah lemah. Tidaklah ia dapat memberikan sesuatu kecuali atas ijin dan kehendak Allah. Maka tidaklah patut kita meminta sesuatu kepada makhluk yang tidak kuasa memberikannya.

Mulla Ali Al-Qari rahimahullah berkata :

لا يجوز الاستعاذة بالجن . فقد ذم الله الكافرين على ذلك وذكر الآية وقال : قال تعالى '6: 128' " ويوم يحشرهم جميعا يا معشر الجن قد استكثرتم من الإنس وقال أولياؤهم من الإنس ربنا استمتع بعضنا ببعض وبلغنا أجلنا الذي أجلت لنا قال النار مثواكم خالدين فيها إلا ما شاء الله إن ربك حكيم عليم " فاستمتاع الإنسى بالجني في قضاء حوائجه وامتثال أوامره وإخباره بشئ من المغيبات ، واستمتاع الجنى بالإنسى تعظيمه إياه ، وإستعاذته به وخضوعه له . انتهى ملخصاً .

“Tidak boleh ber-isti’adzah (meminta perlindungan) kepada jin. Allah telah mencela orang-orang kafir karenanya. Allah ta’ala telah berfirman : ‘Dan (ingatlah) hari di waktu Allah menghimpun mereka semuanya, (dan Allah berfirman) : “Hai segolongan jin (syetan), sesungguhnya kamu telah banyak (menyesatkan manusia”. Lalu berkatalah kawan-kawan mereka dari golongan manusia : “Ya Tuhan kami, sesungguhnya sebagian dari kami telah mendapat kesenangan dari sebagian (yang lain) dan kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami”. Allah berfirman : “Neraka itulah tempat kediaman kamu, sedang kamu kekal di dalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui’ (QS. Al-An’aam : 128). Kesenangan manusia dari jin adalah karena tercapai hajatnya, terlaksana perintah-perintahnya, dan pemberitaan jin untuknya tentang sesuatu yang ghaib. Kesenangan jin dari manusia adalah karena manusia mengagungkannya, berlindung, dan tunduk kepadanya”. Selesai perkataannya dengan cara diringkas.

Tempat Tinggal Jin

Berdasarkan pengamatan penulis terhadap hadits-hadits shahih, bahwa di antara tempat tinggal jin itu adalah sebagai berikut:

1. Di tempat-tempat kotor seperti Toilet dan tempat sampah.

عَنْ زَيْدِ بْنِ أَرْقَمَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ :« إِنَّ هَذِهِ الْحُشُوشَ مُحْتَضَرَةٌ ، فَإِذَا أَتَى أَحَدُكُمُ الْخَلاَءَ فَلْيَقُلْ أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ »

Artinya: "Dari Zaid bin Arqam, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya toilet-toilet itu dihuni oleh Jin. Oleh karena itu, apabila seseorang di antara kalian masuk WC, maka katakanlah: Allahumma inni audzubika minal khubutsi wal khabaits (Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari gangguan jin laki-laki dan jin perempuan" (HR. Abu Dawud, Nasa'i, Ibnu Majah dan Ahmad).

Kata muhtadhirah dalam hadits di atas maksudnya adalah dihadiri atau ditempati oleh jin (yahdiruhal jinn). Hanya saja, jin yang tinggal di tempat-tempat kotor seperti WC itu hanyalah jin kafir. Adapun jin muslim mereka tinggal di tempat-tempat bersih dan wangi.Oleh karena itu, setiap muslim disunnahkan setiap kali memasuki toilet atau WC untuk berdo'a: "bismillahirrahmanirrahim allahumma inni audzubika minal khubutsi wal khabaits", karena dengan berdoa demikian, jin kafir itu tidak akan mengganggu kita sekaligus tidak akan dapat melihat aurat kita ketika mandi. Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah Saw dalam salah satu haditsnya:

عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : سَتْرُ مَا بَيْنَ أَعْيُنِ الْجِنِّ وَعَوْرَاتِ بَنِي آدَمَ إِذَا دَخَلَ أَحَدُهُمُ الْخَلاءَ أَنْ يَقُولَ : بِسْمِ اللَّهِ

Artinya: "Dari Ali, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila seseorang masuk WC kemudian berdoa: " bismillahirrahmanirrahim ", maka mata jin akan tertutup dan tidak akan dapat melihat aurat keturunan Adam" (HR. Ahmad, Turmudzi dan Ibnu Majah).

2. Di tempat-tempat kosong seperti rumah kosong atau gurun dan padang pasir.

كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- ذَاتَ لَيْلَةٍ فَفَقَدْنَاهُ فَالْتَمَسْنَاهُ فِى الأَوْدِيَةِ وَالشِّعَابِ فَقُلْنَا اسْتُطِيرَ أَوِ اغْتِيلَ - قَالَ - فَبِتْنَا بِشَرِّ لَيْلَةٍ بَاتَ بِهَا قَوْمٌ فَلَمَّا أَصْبَحْنَا إِذَا هُوَ جَاءٍ مِنْ قِبَلِ حِرَاءٍ - قَالَ - فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَدْنَاكَ فَطَلَبْنَاكَ فَلَمْ نَجِدْكَ فَبِتْنَا بِشَرِّ لَيْلَةٍ بَاتَ بِهَا قَوْمٌ. فَقَالَ « أَتَانِى دَاعِى الْجِنِّ فَذَهَبْتُ مَعَهُ فَقَرَأْتُ عَلَيْهِمُ الْقُرْآنَ ». قَالَ فَانْطَلَقَ بِنَا فَأَرَانَا آثَارَهُمْ وَآثَارَ نِيرَانِهِمْ وَسَأَلُوهُ الزَّادَ فَقَالَ « لَكُمْ كُلُّ عَظْمٍ ذُكِرَ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ يَقَعُ فِى أَيْدِيكُمْ أَوْفَرَ مَا يَكُونُ لَحْمًا وَكُلُّ بَعَرَةٍ عَلَفٌ لِدَوَابِّكُمْ ». فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « فَلاَ تَسْتَنْجُوا بِهِمَا فَإِنَّهُمَا طَعَامُ إِخْوَانِكُمْ ».

Artinya: "Dari Ibnu Mas'ud ra berkata: "Suatu hari kami (para sahabat) berkumpul bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tiba-tiba kami kehilangan beliau, lalu kami cari-cari di lembah-lembah dan kampung-kampung (akan tetapi kami tidak mendapatkannya). Kami lalu berkata: "Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah diculik dan disandera". Pada malam itu, tidur kami betul-betul tidak menyenangkan. Ketika pagi hari tiba, tampak Rasulullah Saw sedang bergegas menuju kami dari arah sebuah gua yang berada di tengah padang pasir. Kami lalu berkata: "Ya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, malam tadi kami betul-betul kehilangan Anda, lalu kami cari-cari kesana kemari akan tetapi kami tidak menemukan anda. Lalu kami tidur dengan sangat tidak menyenangkan". RasulullahShallallahu ‘Alaihi wa Sallamkemudian bersabda: "Malam tadi saya didatangi oleh utusan dari kelompok Jin, ia membawa saya pergi menemui kaumnya untuk mengajarkan al-Qur'an". Ibnu Mas'ud kemudian berkata kembali: "Lalu kami diajak oleh Rasulullah untuk melihat bekas-bekas tempat dan perapian mereka (kelompok jin)". Para jin itu kemudian bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengenai makanan mereka. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab: "Makanan kalian itu (wahai golongan jin) adalah setiap tulang yang masih ada sisa-sisa dagingnya yang berada di tangan kalian dan ketika memakannya disebutkan nama Allah serta semua tahi (kotoran) binatang ternak kalian". Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kemudian melanjutkan sabdanya: "Oleh karena itu, janganlah kalian (para sahabat) beristinja (membersihkan najis seperti habis buang air kecil atau besar dengan menggunakan batu atau benda lainnya selain air) dengan keduanya (tulang dan kotoran binatang), karena keduanya itu adalah makanan sudara kalian (golongan jin)" (HR. Muslim).

3. Di lobang-lobang.

عبد الله بن سرجس - رضي الله عنه - : «أن النبيَّ - صلى الله عليه وسلم- نهى أن يُبالَ في الجُحْرِ ، قالوا لقتادة : ما يُكرهُ من البول في الجُحْرِ ؟ قال : كان يُقال : إنها مَسَاكِنُ الجِنِّ».

Artinya: "Dari Abdullah bin Sarjas, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Janganlah seseorang di antara kalian kencing di lobang". Mereka bertanya kepada Qatadah: "Mengapa tidak boleh kencing di lobang?" Qatadah menjawab: "Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan karena lobang itu adalah tempat tinggalnya golongan jin" (HR. Abu Dawud, Nasai dan Ahmad).

4. Di rumah-rumah

Jin juga tinggal di atas rumah (atap) manusia. Hanya saja, jin yang tingal di atas atap rumah orang-orang beriman hanyalah jin muslim. Dalilnya adalah hadits berikut ini:

ما من أهل بيت من المسلمين إلا وفي سقف بيتهم من الجن من المسلمين إذا وضع غذائهم نزلوا فتغدوا معهم وإذا وضعوا عشاءهم نزلوا فتعشوا معهم يدفع الله بهم عنهم

Artinya: "Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallambersabda: "Tidak ada satu rumah orang muslim pun kecuali di atap rumahnya terdapat jin muslim. Apabila ia menghidangkan makanan pagi, mereka (jin) pun ikut makan pagi bersama mereka. Apabila makan sore dihidangkan, mereka (jin) juga ikut makan sore bersama orang-orang muslim. Hanya saja, Allah menjaga dan menghalangi orang-orang muslim itu dari gangguan jin-jin tersebut" (HR. Abu Bakar sebagaimana ditulis oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari).

5. Di pasar-pasar (Mall)

Selain di rumah, Jin juga ada yang tinggal di pasar atau Mall. Hal ini sebagaimana disebutkan alam sebuah riwayat dimana Salman al-Farisi pernah berwasiat kepada para sahabat yang lain:

عن سلمان قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم * لا تكن أول من يدخل السوق ولا آخر من يخرج منها فإنها معركة أو قال مربض الشيطان وبها رايته

"Kalau bisa, janganlah kalian menjadi orang yang pertama kali masuk ke pasar atau menjadi orang yang paling akhir keluar dari pasar, karena pasar itu merupakan tempat berseterunya para syaithan. Dan di pasarlah syaithan menancapkan benderanya" (HR. Muslim).

6. Di kandang unta

لا تصلوا فى مبارك الإبل فإنها من الشياطين وصلوا فى مرابض الغنم فإنها بركة

Artinya: "Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Janganlah kalian shalat di kandang-kandang unta karena di sana terdapat syaithan, shalatlah di kandang domba karena dia itu membawa berkah" (HR. Muslim, Abu Dawud dan Ibnu Majah).

Waktu berkeliarannya Jin

Dalam sebuah hadits shahih riwayat Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda bahwasannya waktu berkeliarannya setan adalah pada waktu matahari terbenam (sareupna=sunda) yakni sekitar sebelum dan setalah Maghrib sedikit. Untuk itu, Rasulullah menganjurkan, apabila waktu menjelang malam tiba, hendaklah anak-anak segera disuruh masuk ke dalam rumah. Hadits dimaksud berbunyi:

إذا كان جُنْحُ الليلِ أو أمسيتم فَكُفُّوا صبيانَكم فإنَّ الشياطينَ تنتشرُ حِينَئِذٍ فإذا ذهبتْ ساعةٌ من الليلِ فَحُلُّوهُمْ وأغلقوا الأبوابَ واذكروا اسمَ اللهِ فإنَّ الشيطانَ لا يفتحُ بابا مُغْلَقا وَأَوْكُوا قِرَبَكُمْ واذكروا اسمَ اللهِ وَخَمِّرُوا آنِيَتَكُمْ واذكروا اسمَ اللهِ ولو أن تَعْرُضُوا عليه شيئا وأطفِئُوا مصابيحَكم

Artinya: "Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila sore hari menjelang malam tiba, tahanlah (di dalam rumah) anak-anak kecil kalian, karena pada saat itu setan berkeliaran. Apabila permulaan malam sudah tiba, diamkanlah anak-anak kalian di dalam rumah, tutuplah pintu-pintu (termasuk jendela) kalian dengan terlebih dahulu menyebut nama Allah karena setan tidak akan dapat membuka pintu yang terkunci dengan menyebut nama Allah sebelumnya, dan ikatlah kendi-kendi air kalian (qirab adalah jama dari qurbah yakni tempat air yang terbuat dari kulit dan di ujungnya biasa diikat dengan tali untuk menghalangi kotoran masuk) sambil menyebut nama Allah, tutuplah bejana-bejana atau wadah-wadah kalian sambil menyebut nama Allah meskipun hanya ditutup dengan sesuatu alakadarnya dan matikanlah lampu-lampu kalian (kalau mau tidur)" (HR.Bukhari Muslim).

Dalam hadits di atas Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menganjurkan lima hal ketika sore hari menjelang malam tiba.

menyuruh masuk dan diam anak-anak,menutup pintu, karena dengan demikian, setan tidak akan mengganggu anak tersebut juga setan tidak akan bisa masuk ke dalam rumah yang sudah terkunci dengan menyebut nama Allah sebelumnya, mengikat tempat air,menutup bejana dan wadah-wadah, karena setan juga tidak akan bisa membuka tempat air dan bijana yang disebutkan nama Allah sebelumnya, dan matikanlah lampu apabila menjelang tidur.matikan lampu sebelum tidur karena dengan demikian, kita akan terhindar dari bahaya kebakaran yang seringkali dilakukan setan. Setan seringkali bermaksud untuk membakar rumah dan penghuninya dengan jalan menyerupai seekor tikus lalu menubruk tempat lampu tersebut sehingga api bisa menjalar. Untuk itu Rasulullah menganjurkan agar lampu dimatikan sebelum tidur. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits berikut:

عن بن عباس قال * جاءت فأرة فأخذت تجر الفتيلة فجاءت بها فألقتها بين يدي رسول الله صلى الله عليه وسلم على الخمرة التي كان قاعدا عليها فأحرقت منها مثل موضع الدرهم فقال إذا نمتم فأطفئوا سرجكم فإن الشيطان يدل مثل هذه على هذا فتحرقكم

Artinya: "Ibnu Abbas berkata: "Suatu hari seekor tikus datang menyeret kain yang dipintal kemudian dilemparkan ke hadapan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang sedang duduk di atas tikar.Kemudian kain dipintal yang dibawa tikus tadi terbakar persis sebesar uang dirham. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam Kemudian bersabda: "Apabila kalian tidur, matikanlah lampunya, karena syaithan seringkali berwujud seekor tikus yang membawa sesuatu (yang mudah dibakar) yang ditujukkan ke lampu tersebut sehingga dapat membakar kalian" (HR. Abu Dawud dengan sanad shahih).

Dalam hadits lain juga dikatakan:

عَنْ جَابِرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- :« لاَ تُرْسِلُوا فَوَاشِيَكُمْ وَصِبْيَانَكُمْ إِذَا غَابَتِ الشَّمْسُ حَتَّى تَذْهَبَ فَحْمَةُ الْعِشَاءِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يُبْعَثُ إِذَا غَابَتِ الشَّمْسُ حَتَّى تَذْهَبَ فَحْمَةُ الْعِشَاءِ

Artinya: "Dari Jabir, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Janganlah kalian melepaskan binatang peliharaan dan anak-anak kalian ketika matahari terbenam sehingga hitam legammnya sore hari (sunda=layung) betul- betul hilang, karena setan-setan berkeliaran ketika matahari terbenam sampai saat dimana hitam legamnya sore hilang (sampai waktu malam tiba)" (HR. Muslim).

Mengapa setan berkeliaran pada waktu menjelang malam? Menurut Ibn al-Jauzi, karena gerak gerik setan pada waktu malam jauh lebih gesit dan kuat dari pada waktu siang. Karena waktu gelap bagi setan adalah waktu yang lebihfresh dan lebih menguatkannya, di samping memang kegelapan dan warna hitam adalah kesukaan setan. Karena itulah, dalam salah satu hadits Rasulullah Saw mengatakan: "Anjing hitam itu adalah setan". (lihat juga dalam Fathul Bari, VI/342).

Jin Bisa Melakukan Penyamaran dan Penyerupaan

Dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu, ia berkata :

وكلني رسول الله صلى الله عليه وسلم بحفظ زكاة رمضان، فأتاني آت، فجعل يحثو من الطعام، فأخذته وقلت: والله لأرفعنك إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم، قال: إني محتاج وعلي عيال ولي حاجة شديدة، قال: فخليت عنه، فأصبحت فقال النبي صلى الله عليه وسلم: (يا أبا هريرة ما فعل أسيرك البارحة). قال: قلت: يا رسول الله، شكا حاجة شديدة، وعيالا فرحمته فخليت سبيله، قال: (أما إنه قد كذبك، وسيعود). فعرفت أنه سيعود، لقول رسول الله صلى الله عليه وسلم: (إنه سيعود). فرصدته، فجاء يحثو من الطعام، فأخذته فقلت: لأرفعنك إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم، قال: دعني فإني محتاج وعلي عيال، لا أعود، فرحمته فخليت سبيله، فأصبحت فقال لي رسول الله صلى الله عليه وسلم: (يا أباهريرة ما فعل أسيرك). قلت: يا رسول الله شكا حاجة شديدة وعيالا، فرحمته فخليت سبيله، قال: (أما إنه كذبك، وسيعود). فرصدته الثالثة، فجاء يحثو من الطعام، فأخذته فقلت: لأرفعنك إلى رسول الله، وهذا آخر ثلاث مرات تزعم لا تعود، ثم تعود، قال: دعني أعلمك كلمات ينفعك الله بها، قلت ما هو؟ قال: إذا أويت إلى فراشك، فاقرأ آية الكرسي: {الله لا إله إلا هو الحي القيوم}. حتى تختم الآية، فإنك لن يزال عليك من الله حافظ، ولا يقربنك شيطان حتى تصبح، فخليت سبيله فأصبحت، فقال لي رسول الله صلى الله عليه وسلم: (ما فعل أسيرك البارحة). قلت: يا رسول الله، زعم أنه يعلمني كلمات ينفعني الله بها فخليت سبيله، قال: (ما هي). قلت: قال لي: إذا أويت إلى فراشك، فاقرأ آية الكرسي من أولها حتى تختم: {الله لا إله إلا هو الحي القيوم}. وقال لي: لن يزال عليك من الله حافظ، ولا يقربك شيطان حتى تصبح - وكانوا أحرص شيء على الخير - فقال النبي صلى الله عليه وسلم: (أما إنه قد صدقك وهو كذوب، تعلم من تخاطب منذ ثلاث ليال يا أبا هريرة). قال: لا، قال: (ذاك شيطان).

“Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah menugaskan aku untuk menjaga harta zakat di bulan Ramadlan. Lalu seorang pendatang mendekatiku dan mengais-ngais makanan. Aku pun menangkapnya dan berkata kepadanya : “Demi Allah, sungguh aku akan hadapkan kamu kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam”. Ia berkata : “Sesungguhnya aku adalah orang yang membutuhkan. Aku mempunyai keluarga yang mempunyai kebutuhan mendesak”. Akupun melepaskan orang itu. Pada pagi harinya, Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallamberkata : “Wahai Abu Hurairah, apa yang dilakukan tawananmu tadi malam ?”. Aku berkata : “Wahai Rasulullah, ia mengeluh bahwa ia mempunyai kebutuhan yang mendesak dan tanggungan keluarga. Aku merasa kasihan padanya dan kemudian kulepaskan”. Beliau bersabda :“Sesungguhnya ia telah mendustaimu dan ia akan kembali lagi. Ketahuilah, ia akan kembali lagi”. Berdasarkan sabda beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bahwa ia akan kembali lagi, maka akupun mengintainya. (Ternyata benar), orang itu kembali lagi dan mengais-ngais makanan. Akupun menangkapnya. Aku berkata : “Akan aku hadapkan engkau kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam”. Ia berkata : “Lepaskan aku, sesunguhnya aku orang yang membutuhkan dan mempunyai tanggungan keluarga. Aku berjanji untuk tidak kembali lagi”. Aku pun merasa kasihan kepadanya dan kulepaskanlah ia. Pada pagi harinya, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Wahai Abu Hurairah, apa yang telah dilakukan oleh tawananmu ?”. Aku berkata : “Wahai Rasulullah, ia mengeluh bahwa ia mempunyai kebutuhan yang mendesak dan mempunyai tanggungan keluarga. Akupun merasa kasihan kepadanya dan kemudian kulepaskan”. Beliau bersabda :“Sesungguhnya ia telah mendustaimu, dan ia akan kembali lagi”. Aku pun kembali mengintainya untuk yang ketiga kalinya,(dan ternyata benar) ia datang mengais-ngais makanan. Aku pun menangkapnya. Aku berkata : “Sungguh aku akan menghadapkanmu kepada Rasulullahshallallaahu ‘alaihi wa sallam. Sudah tiga kali, dan ini yang terakhir. Kamu telah berjanji untuk tidak kembali, namun ternyata kamu masih kembali”. Ia berkata : “Lepaskanlah aku ! Aku akan mengajarimu beberapa kalimat yang Allah akan memberikan manfaat kepadamu dengannya”. Aku berkata : “Apa itu ?”. Ia berkata : “Apabila engkau beranjak menuju tempat tidurmu, maka bacalah ayat Kursiy Allaahu laa ilaaha illaa huwal-hayyul-qayyuum, hingga akhir ayat. Sesungguhnya dengan membaca itu, kamu senantiasa dalam perlindungan Allah. Syaithan tidak akan mendekatimu hingga waktu shubuh”. Maka kulepaskan dia.

Pada pagi harinya, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallambersabda : “Apa yang dilakukan tawananmu semalam ?”. Aku berkata : “Wahai Rasulullah, ia mengaku telah mengajari yang Allah akan memberikan manfaat kepadaku dengannya”. Maka akupun melepaskannya. Beliau bertanya : “Apa itu ?”. Aku berkata : “Ia berkata kepada kepadaku bahwa apabila aku beranjak menuju tempat tidurku, hendaknya aku membaca ayat Kursiy dari awal hingga akhir : Allaahu laa ilaaha illaa huwal-hayyul-qayyuum. Ia berkata kepadaku : ‘Kamu akan senantiasa berada dalam lindungan Allah dan syaithan tidak akan mendekatimu hingga waktu shubuh – mereka (para shahabat) paling menginginkan kebaikan - . Maka Nabishallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya ia telah jujur kepadamu kali ini, padahal ia seorang pendusta. Tahukah siapa yang telah engkau ajak bicara semenjak tiga hari ini wahai Abu Hurairah ?”. Abu Hurairah menjawab : “Tidak”. Beliau bersabda : “Ia adalah syaithan”.[Diriwayatkan oleh Al-Bukhari (4/487), (6/335), (9/55 –Fath) secara mu’allaq dengan lafadh jazm.]

Al-Haafidh berkata :

وفي الحديث أبي بن كعب عند النسائي : إنه كان له جرن تمر وإنه كان يتعاهده فوجده ينقص فإذا هو بدابة شبه الغلام المحتلم فقلت له : أجني أم إنسي ؟. قال : بل جني. وفيه أنه قال له : بلغنا أنك تحب الصدقة وأحببنا أن نصيب من طعامك، قال : فما الذي يجيرنا منكم ؟ قال : هذه الآية آية الكرسي فذكر ذلك للنبي صلى الله عليه وسلم فقال : ((صدق الخبيث)). هــ.

“Pada hadits Ubay bin Ka’b pada riwayat An-Nasa’iy : ‘Bahwasannya ia mempunyai tempat pengeringan kurma yang di dalamnya berisi kurma yang sedang dijaganya. Ia kemudian mendapati kurma tersebut berkurang. Tiba-tiba ada seekor binatang sebesar anak yang baru baligh. Kukatakan padanya : “Apakah engkau jin atau manusia ?”. Ia menjawab : “Aku adalah jin”. Dalam riwayat ini jin tersebut mengatakan padanya : “Telah sampai khabar kepada kami bahwasanya engkau ingin bershadaqah, dan aku ingin mendapat bagian dari makanan yang hendak engkau shadaqahkan itu”. Ia (shahabat itu) berkata : “Apakah yang dapat melindungi kami dari gangguanmu ?”. Jin itu berkata : “Ayat ini, yaitu ayat kursi”. Disampaikanlah apa yang dikatakan jin tersebut kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Maka beliau bersabda : “Jin itu benar”.

Kemudian Al-Haafidh berdalil dengan hadits Abu Sa’iid yang terdahulu bahwasannya syaithan bisa menyerupai bentuk, menyamar, dan dilihat. Adapun firman Allahta’aalaa :

إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ (الأعراف : ٢٨)

“Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka”[QS. Al-A’raaf : 27].

Di bagian lain Al-Haafidh berkata :

وروى البيهقي في ((مناقب الشافعي)) بإسناده عن الربيع سمعت الشافعي يقول : من زعم أنه يرى الجن أبطلنا شهادته إلا أن يكون نبيّاً.

“Al-Baihaqiy meriwayatkan dalam Manaaqibusy-Syaafi’iydengan sanadnya dari Ar-Rabii’ : Aku mendengar Asy-Syaafi’iy berkata : ‘Barangsiapa yang mengaku bahwa ia telah melihat jin, maka kami batalkan persaksiannya, kecuali jika ia seorang Nabi”.

Al-Haafidh juga berkata :

وهذا محمول على من يدعي رؤيتهم على صورهم التي خلقوا عليها، وأما من ادعى أنه يرى شيئًا منهم بعد أن يتصور على صور شتى من الحيوانات فلا يقدح فيه، وقد تواردت الأخبار بتطورهم في الصور.هــ.

“(Perkataan Asy-Syaafi’iy) ini berlaku pada orang yang mendakwakan dirinya pernah melihat jin pada bentuk aslinya. Adapun orang yang mendakwakan bahwa ia pernah melihat sesuatu dari jin/syaithan setelah menyerupai bentuk binatang, maka tidak ada celaan di dalamnya. Hal itu disebabkan telah banyak khabar (hadits) yang menjelaskan penyerupaan mereka dalam beberapa bentuk”.

Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam tekah bersabda :

الحيات مسخ الجن كما مسخت القردة والخنازير من بني إسرائيل

“Ular adalah jejadian jin sebagaimana kera-kera dan babi-babi adalah jejadian Bani Israaiil”.[Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban, Ath-Thabaraniy dalam Al-Kabiir, dan Ibnu Abi Haatim dalam Al-‘Ilal; dishahihkan oleh Al-Albaniy dalam Ash-Shahiihah (4/439 no. 1824)].

Dari Abu Hurairah radliyallaahu ;anhu : Bahwasannya Nabishallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

على ذروة كل بعير شيطان فامتهنوهن بالركوب فإنما يحمل الله تعالى

“Di atas punggung (punuk) setiap onta terdapat syaithan, maka hinakanlah menungganginya. Allah ta’ala menciptakannya hanyalah untuk membawa beban”.[Diriwayatkan oleh Al-Haakim, dan dishahihkan oleh Al-Albaniy dalam Shahiihul-Jaami’ (4/38)].

Dari Abu Qilaabah radliyallaahu ‘anhu, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda :

لولا أن الكلاب أمة لأمرت بقتلها، ولكن خفت أن أبيد أمة، فاقتلوا منها كل أسود بهيم فإنه جنّها أو من جنّها.

“Apabila anjing itu bukan termasuk satu umat, niscaya akan aku perintahkan untuk membunuhnya. Namun aku takut jika aku melakukannya akan memusnahkan satu umat. Maka, bunuhlah di antara anjing-anjing itu yang berwarna hitam. Karena ia termasuk jinnya atau dari jinnya”.[Diriwayatkan oleh Muslim dalam Kitaabul-Musaaqaah, hadits no. 47].

Dalam Shahih Muslim dari Abu Dzarr radliyallaahu ‘anhu ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam :

إذا قام أحدكم يصلي فإنه يستره إذا كان بين يديه مثل آخرة الرحل فإذا لم يكن بين يديه مثل آخرة الرحل فإنه يقطع صلاته : الحمار والمرأة والكلب الأسود. قلت : يا أبا ذر ما بال الكلب الأسود من الكلب الأحمر من الكلب الأصفر ؟. قال : يا بن أخي سألت رسول الله صلى الله عليه وسلم كما سألتني فقال : الكلب الأسود شيطان.

“Apabila salah seorang di antara kalian berdiri melakukan shalat, hendaknya ia membuat batas (sutrah) di depannya dengan sesuatu seukuran pelana kuda. Jika di depannya tidak ada pembatas seukuran pelana kuda, maka batal shalatnya (apabila dilewati) oleh : keledai, wanita, dan anjing hitam”. Aku (perawi) berkata : “Wahai Abu Dzarr, apa bedanya antara anjing hitam dengan anjing merah atau anjing kuning ?”. Abu Dzarr berkata : “Wahai anak saudaraku, aku telah bertanya kepada Rasulullahshallallaahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana yang engkau tanyakan kepadaku tadi. Beliau menjawab : ‘Anjing hitam adalah syaithan”.[Diriwayatkan oleh Muslim (4/226 dengan Syarh An-Nawawi), An-Nasaa’iy (2/64), Ibnu Maajah (1/306) dan Ad-Daarimiy (1/329)].

Yang menjadi syaahid dari hadits di atas adalah perkataan beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Anjing hitam adalah syaithan”.

Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata :

الكلب الأسود شيطان الكلاب، والجن تنصور بصورته كثيرًا، وكذلك بصورة القط الأسود، لأن السواد أجمع للقوى الشيطانية من غيره وفيه قوة الحرارة.هــ.

“Anjing hitam adalah syaithannya anjing. Jin yang menyerupai bentuk anjing adalah banyak. Begitu pula dengan kucing yang berwarna hitam, sebab warna hitam dapat menghimpun kekuatan syaithaniyyah dibanding warna lain. Dan juga karena warna hitam menyimpan daya panas”.

Iblis pernah menyamar dalam wujud Suraqah bin Maalik, pembesar Bani Mudlij, pada waktu perang Badr. Ia datang bersama kaum musyrikin sebagai pasukannya. Ia berkata kepada kaum musyrikin pada waktu itu : “Kalian tidak akan dikalahkan oleh mereka pada hari ini karena aku adalah pelindung kalian”. Ketika pasukan telah berbaris, maka Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam mengambil segenggam tanah yang beliau lemparkan ke ajah-wajah kaummusyrikin sehingga mereka mundur ke belakang. Maka Jibril ‘alaihis-salaam pun datang kepada Iblis. Ketika Iblis melihat Jibril, maka ia pun melepaskan tangannya yang saat itu sedang memegang tangan seorang laki-laki kalangan musyrikin, dan kemudian ia dan pasukannya lari meninggalkan pertempuran. Seorang laki-laki berkata : “Wahai Suraqah, engkau telah mengatakan bahwasannya engkau adalah pelindung bagi kami”. Ia berkata : “Sesungguhnya aku telah melihat apa yang tidak engkau lihat. Dan sesungguhnya aku takut kepada Allah yang mempunyai siksa yang sangat pedih”. Demikianlah ketika Iblis melihat malaikat – selesai - . Riwayat ini dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas radliyallaahu ‘anhuma.

Syaikhul-Islaam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata :

والجن يتصورون في صور الإنس والبهائم فيتصورون في صور الحيات والعقارب وغيرها وفي صور الإبل والبقر والغنم والخيل والبغال والحمير وفي صور الطير وفي صور بني آدم. هــ.

“Jin bisa menyerupai wujud manusia dan binatang seperti ular, kalajengking, onta, sapi, kambing, kuda, bighal, keledai, burung, ataupun anak Adam (manusia)”.

Bagaimana Jin Dapat Melakukan Penyerupaan/Penyamaran ?

Al-Qaadliy Abu Ya’la Muhammad bin Al-Husain bin Al-Farraa’ berkata :

ولا قدرة للشيطان على تغيير خلقهم والانتقال في الصور، وإنما يجوز أن يعلمهم الله تعالى كلمات وضروبًا من ضروب الأفعال إذا فعله وتكلم به نقله الله تعالى من صورة إلى صورة، فيقال : إنه قادر على التصوير والتخييل على معنى إنه قادر على قول إذا قاله وفعله نقله الله تعالى عن صورته إلى صورة أخرى بجري العادة وأما إنه يصور نفسه فذلك محال، لأن انتقالها عن صورة إلى صورة إنما يكون بنقض البنية وتفريق الأجزاء وإذا انتقضت  بَطَلَت الحياة. هــ.

“Tidak ada kemampuan bagi syaithan untuk mengubah penciptaan mereka dan berubah bentuk. Namun Allah bisa saja mengajarkan kepada mereka beberapa kalimat dan perbuatan dimana jika ia mengucapkan kalimat tersebut atau melakukan perbuatan-perbuatan tersebut Allah ta’alaakan mengubahnya dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Dikatakan : Syaithan mampu untuk mengubah bentuk dan membuat khayalan dengan pengertian bahwa ia mampu untuk satu perkataan yang jika ia mengatakannya atau melakukannya maka Allah akan mengubahnya dari satu bentuk ke bentuk yang lain sesuai dengan kebiasaan yang berlaku. Adapun jika ia mengubah dirinya sendiri, maka hal itu mustahil, karena berubahnya dirinya dari satu bentuk ke bentuk yang lainnya akan menguraikan struktur dan merombak bagian-bagiannya. Apabila hal itu terjadi, maka musnahlah kehidupan”.

Aku katakan : Ini adalah perkataan yang bagus, namun memerlukan landasan dalil. Dan kemungkinan yang dapat digunakan sebagai dalil adalah apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah :

إن الغيلان ذكروا عند عمر بن الخطاب، فقال : إن أحدًا لا يستطيع أن يتحول عن صورته التي خلقه الله عليها ولكن لهم سحرة كسحرتكم، فإذا رأيتم ذلك فأذِّنوا

“Sesungguhnya hantu pernah mereka sebutkan di sisi ‘Umar bin Al-Khaththaab. Maka ia berkata : ‘Bahwasannya tidak ada yang mampu untuk merubah bentuk aslinya sebagaimana diciptakan Allah ta’ala mula-mula. Namun mereka mempunyai tukang sihir sebagaimana tukang sihir yang ada di antara kalian. Apabila kalian melihat hal itu, maka ucapkanlah adzan pada mereka”.

Al-Haafidh berkata : “Isnadnya shahih”.

Aku katakan : “Diriwayatkan juga oleh Ibnu Abid-Dun-yaa dengan sanad hasan”.

Adapun yang diriwayatkan oleh Ibnu Abid-Dun-yaa dari Jaabir, ia berkata : Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang hantu, maka beliau bersabda :

هم سحرة الجن

“Mereka adalah tukang sihir dari kalangan jin”.

Sanad riwayat ini adalah sangat lemah (dla’if jiddan), di dalamnya terdapat tiga buah cacat yang di sini bukan tempat yang tepat untuk menjelaskannya.

Hal ini tidaklah menafikkan apa yang diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahih-nya dari Jaabir : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda :

لا عدوى ولا طيرة ولا غول

“Tidak ada wabah penyakit, kesialan, dan hantu”.

Hadits di atas tidaklah menafikkan wujud/keberadaan hantu, karena yang dinafikkan hanyalah anggapan sebagian masyarakat ‘Arab bahwa hantu mampu menyesatkan manusia.

An-Nawawi rahimahullah berkata :

قال جمهور العلماء كانت العرب تزعم أن الغيلان في الفلوات، وهي جنس من الشياطين فتتراءى للناس وتتغول تغولًا أي تتلون تلونًا، فتضلهم عن الطريق فتهلكهم فأبطل النبي صلى الله عليه وسلم ذلك.

وقال آخرون : ليس المراد بالحديث نفي وجود الغيلان , وإنما معناه إبطال ما تزعمه العرب من تلون الغول بالصور المختلفة , واغتيالها . قالوا : ومعنى ( لَا غُول ) أي لا تستطيع أن تضل أحدا , ويشهد له حديث آخر ( لَا غُول وَلَكِنَّ السَّعَالِي ) , قال العلماء : السعالي بالسين المفتوحة والعين المهملتين , وهم سحرة الجن , أي ولكن في الجن سحرة لهم تلبيس وتخيل .

“Jumhur ulama berkata bahwa orang-orang ‘Arab meyakini hantu berada pada anak-anak keledai. Ia merupakan salah jenis syaithan yang menampakkan diri kepada manusia untuk menakut-nakuti dengan mewarnai diri mereka dengan aneka macam warna, sehingga mereka menyesatkan dan mencelakakan mereka (manusia) dari jalan. Oleh karena itu, Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam membatalkan anggapan mereka tersebut.

Dan yang lain berkata : Maksud hadits tersebut bukan untuk menafikkan wujud hantu, karena makna membatalkan hanyalah pada anggapan/keyakinan orang-orang ‘Arab berubahnya rupa hantu pada bentuk yang lain. Mereka berkata : “Tidak ada hantu” (laa ghuula), yaitu tidak dapat menyesatkan seseorang. Dan hal itu dikuatkan oleh hadits yang lain : “Tidak ada hantu, namun ia adalah as-sa’aaliy (tukang-tukang sihir jin)”. Para ulama berkata : as-sa’aaliy adalah tukang sihir dari kalangan jin, yaitu kalangan jin mempunyai tukang sihir yang dapat mengelabuhi dan membuat khayalan/halusinasi”.

Peringatan : Tidak ada hujjah bagi orang yang men-dla’if-kan hadits Jaabir dengan alasan ia diriwayatkan dari jalan Abuz-Zubair, dari Jaabir; dimana Abuz-Zubair ini seorang mudallis.

Benar bahwasannya Abuz-Zubair seorang mudallis, namun ia telah menjelaskan penyimakannya pada jalan Ar-Raabi’ah dalam riwayat Muslim. Maka hal itu telah menafikkan kemungkinan tadliis-nya, sehingga hadits tersebut adalah shahih, alhamdulillah.

Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya : Dari Abus-Saaib maula Hisyaam bin Zahrah :

دخلت على أبي سعيد الخدري. فوجدته يصلي. فجلست أنتظره حتى يقضي صلاته. فسمعت تحريكا في عراجين في ناحية البيت. فالتفت فإذا حية. فوثبت لأقتلها. فأشار إلى: أن اجلس. فجلست. فلما انصرف أشار إلى بيت في الدار. فقال أترى هذا البيت؟ فقلت: نعم. فقال: كان فيه فتى منا حديث عهد بعرس. قال فخرجنا مع رسول الله صلى الله عليه وسلم إلى الخندق. فكان ذلك الفتى يستأذن رسول الله صلى الله عليه وسلم بأنصاف النهار فيرجع إلى أهله. فاستأذنه يوما. فقال له رسول الله صلى الله عليه وسلم "خذ عليك سلاحك. فإني أخشى عليك قريظة" فأخذ الرجل سلاحه. ثم رجع فإذا امرأته بين البابين قائمة. فأهوى إليها الرمح ليطعنها به. وأصابته غيرة. فقالت له: اكفف عليك رمحك، وادخل البيت حتى تنظر ما الذي أخرجني. فدخل فإذا بحية عظيمة منطوية على الفراش. فأهوى إليها بالرمح فانتظمها به. ثم خرج فركزه في الدار. فَضطربت الحية في رأس الرمح. وخر الفتى ميتًا. فما يدري أيهما كان أسرع موتا. الحية أم الفتى؟ قال فجئنا إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم فذكرنا له. وقلنا: ادع الله يحييه لنا. فقال "استغفروا لصاحبكم" ثم قال "إن بالمدينة جنا قد أسلموا. فإذا رأيتم منهم شيئا فآذنوه ثلاثة أيام. فإن بدا لكم بعد ذلك فاقتلوه. فإنما هو شيطان".

“Aku pernah masuk menemui Abu Sa’id Al-Khudriy di rumahnya yang ketika itu ia sedang melaksanakan shalat. Akupun duduk menunggu hingga ia menyelesaikan shalatnya. Lalu aku mendengar bunyi gerakan di di pelepah kurma di sudut rumah, kemudian aku menoleh. Ternyata ada seekor ular, maka aku melompat untuk membunuhnya. Akan tetapi, Abu Sa’id Al-Khudriy memberi isyarat kepadaku agar aku duduk. Maka akupun duduk kembali. Setelah Abu Sa’id selesai shalat, ia menunjuk ke sebuah rumah di perkampungan itu, lalu ia bertanya : “Kamu lihat rumah itu ?”. Aku menjawab : “Ya”. Abu Sa’id berkata : “Di rumah itu ada seorang pemuda dari keluarga kami yang baru saja menjadi pengantin baru”. Abu Sa’id melanjutkan : “Kami berangkat bersama Rasulullahshallallaahu ‘alaihi wa sallam menuju peperangan Khandaq. Ketika itu pemuda tersebut memohon ijin kepada Rasulullah di tengah hari untuk pulang menemui istrinya. Maka ia pun meminta ijin di hari itu. Beliau bersabda kepadanya : “Bawalah senjatamu, karena aku khawatir orang-orang Yahudi Quraidhah menyerangmu”. Laki-laki itu mengambil senjatanya, lalu ia pulang. Tiba-tiba didapatinya istrinya sedang berdiri di tengah pintu, lalu ia arahkan tombaknya untuk menikam istrinya (karena cemburu). Namun istrinya mengatakan kepadanya : “Tahanlah tombakmu dan masuklah ke rumah agar kau tahu mengapa aku keluar”. Laki-laki itu masuk. Ternyata ada seekor ular besar melingkar di atas tempat tidur, maka ia menikam ular tersebut dengan tombak. Kemudian ia bergembira dengannya dan menancapkannya di pekarangan. Kemudian ular itu menggeliat di ujung tombak dan mematuk si pemuda hingga ia mati. Tidak diketahui mana yang lebih dahulu mati, ular itu atau si pemuda. Maka kejadian itupun dilaporkan kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda :“Sesungguhnya di Madinah ini ada jin yang telahmasuk Islam. Apabila kalian melihat sebagian dari mereka, maka berilah ia ijin untuk tinggal selama tiga hari (untuk menjauh/keluar). Jika ia masih terlihat setelah itu, maka bunuhlah karena ia adalah syaithan”.[Diriwayatkan oleh Muslim (14/235 – dengan Syarh An-Nawawi)].

Apakah dari Kalangan Jin dan Syaithan itu Mempunyai Kelamin Laki-Laki dan Perempuan ?

Dalam Shahihain dari Anas radliyallaahu ‘anhu, ia berkata :

كان النبي صلى الله عليه وسلم إذا دخل الخلاء قال : ((اللهم إنى أعوذ بل من الخبث والخبائث)).

“Adalah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam apabila masuk ke WC, beliau berdoa : ‘Allaahumma innii a’uudzubika minal-khubutsi wal-khabaaits’ (Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari kejahatan syaithan laki-laki dan perempuan)”.[Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy (1/242 – Al-Fath) dan Muslim (4/70 – dengan Syarh An-Nawawi)].

Al-Bukhari berkata : Telah berkata Sa’id bin Zaid : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdul-‘Aziz : “Apabila seseorang ingin masuk”. Ibnul-Atsir berkata :

الخبث بضم الباء جمع الخبيث والخبائث جمع الخبيثة، يريد ذكور الشياطين وإناثهم.

“Al-khubutsi, merupakan bentuk jamak (plural) dari al-khabiits, dan al-khabaaits merupakan bentuk jamak dari al-khabiitsah. Maksudnya dari kedua kata tersebut adalah syaithan laki-laki dan syaithan perempuan”.

Sebagaimana telah lewat hadits Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu tentang keutamaan ayat Kursi, maka berkata Al-Haafidh (Ibnu Hajar) dalam penjelasannya terhadap kalimat di akhir hadits tersebut : ‘apabila engkau membacanya, maka syaithan tidak akan mendekatimu hingga waktu shubuh’ :

وفي رواية أبي المتوكل ((إذا قلتهن لا يقربك ذكر ولا أنثى من الجن)) قال وفي رواية ابن الضريس من هذا الوجه ((لا يقربك من الجن ذكر وأنثى صغير ولا كبير)).

“Dalam riwayat lain dari Abul-Mutawakkil : “apabila engkau membacanya, maka syaithan laki-laki maupun perempuan tidak akan mendekatimu”. Dan dalam riwayat Ibnul-Dlariis dari jalan ini : “Tidak dapat mendekatimu dari jenis jin laki-laki maupun perempuan, baik kecil maupun besar”.

Aku berkata : Dari sini dapat dipahami bahwa jin itu ada yang laki-laki dan perempuan. Wallaahu a’lam bish-shawaab.

Apakah Jin itu Juga Dibebani Syari’at (Mukallaf) ?

Benar, jin itu termasuk mukallaf yang dibebani syari’at seperti halnya manusia yang sempurna.

Telah berkata Ibnu ‘Abdil-Barr rahimahullah :

الجن عند الجماعة مكلفون مخاطبون لقوله تعَلى : (يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالإنْسِ أَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِنْكُمْ يَقُصُّونَ عَلَيْكُمْ آيَاتِي وَيُنْذِرُونَكُمْ لِقَاءَ يَوْمِكُمْ هَذَا ) ولقوله تعالى : (فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ). هــ.

“Jin menurut Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah termasukmukallaf sebagaimana ia menjadi objek pembicaraan dalam firman Allah ta’ala : “Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu rasul-rasul dari golongan kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayat Ku dan memberi peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari ini?” (QS. Al-An’aam : 130). Dan juga firman-Nya : “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar-Rahmaan : 32)”.

Telah berkata Fakhruddin Ar-Raaziy rahimahullah :

أطبق الكج على أن الجن كلهم مكلفون. هــ.

“Seluruh ulama sependapat bahwa seluruh jin itu termasukmukallaf yang dibebani syari’at”.

Telah berkata Al-Qaadliy ‘Abdul-Jabbar rahimahullah :

لا نعلم خلافًَا بين أهل النظر أن الجن مكلفون.  هــ.

“Kami tidak mengetahui adanya perselisihan di antara ulama bahwasannya jin itu termasuk mukallaf”.

Telah berkata As-Subkiy dalam Fataawaa-nya :

فإن قلت : إنهم مكلفون بشريعته صلى الله عليه وسلم في أصل الإيمان، أو في كل شيء ؟ بل في كل شيء؛ لأنه إذا ثبت أنه - أي رسول الله صلى الله عليه وسلم مرسل إليهم كما هو مرسل إلى الإنس، والدعوة عامة، والشريعة عامة - لزمهم جميع التكاليف التي توجد أسبابها فيهم إلا أن يقوم دليل على تخصيص بعضها.
فنقول : إنهم يجب عليهم الصلاة والزكاة إن ملكوا نصابًا بشرطه، والحج وصوم رمضان وغيرها من الواجبات ويحرم عليهم كل حرام في الشريعة.  هــ  بإختصار.

“Apabila engkau bertanya : ‘Sesungguhnya mereka itu dibebani syari’at Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam ashlul-iman atau dalam segala hal ? (Kami jawab) : Bahkan dalam segala hal ! Karena jika telah tetap bahwasannya beliau – yaitu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam diutus kepada mereka sebagaimana beliau juga terutus bagi manusia, maka dakwah dan syari’at beliau itu bersifat umum – yang mewajibkan semua beban syari’at yang sebab-sebabnya ada pada diri mereka, kecuali adadalil yang mengkhususkan sebagian darinya.

Kami katakan : Mereka (jin) wajib untuk melaksanakan shalat, zakat jika telah mencapai nishab (atas harta mereka) dengan syart-syaratnya, berhaji, berpuasa di bulan Ramadlan, dan yang lainnya dari perkara-perkara yang diwajibkan. Dan diharamkan pula bagi mereka setiap yang diharamkan oleh syari’at” [selesai dengan peringkasan].

‘Aqidah dan Agama Jin

Jin itu seperti halnya manusia semourna dalam permasalahan ini. Di antara mereka ada yang Muslim, Nashara, atau Yahudi. Bahkan, jika ada yang muslim, maka ia seperti muslimnya manusia juga – yaitu ada yang berpaham Qadariyyah, Syi’ah, Ahlus-Sunnah, Ahlul-Bid’ah, dan yang lainnya. Ada yang taat, ada pula yang berbuat maksiat. Ada yang taqwa, ada pula yang jahat.

Allah ta’ala telah mengkhabarkan tentang hal itu bahwasannya mereka (para jin) berkata :

وَأَنَّا مِنَّا الصَّالِحُونَ وَمِنَّا دُونَ ذَلِكَ كُنَّا طَرَائِقَ قِدَدًا

“Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang saleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda”[QS. Jin : 11].

Ibnu ‘Abbas radliyallaahu ‘anhma berkata tentang firman Allah : ‘Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda’ ; yaitu : Diantara kami ada yang mukmin (beriman) ada pula yang kafir.

Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata :

أي مذاهب شتى مسلمون وكفار وأهل السنة وأهل البدعة. هــ

“Yaitu berbagai madzhab, seperti : Muslim, Kafir, Ahlus-Sunnah, dan Ahlul-Bid’ah”.

Apakah Seorang Jin yang Mukmin Akan Dimasukkan ke Surga ?

Para ulama salaf dan khalaftelah sepakat bahwa jin kafir akan dimasukkan neraka. Namun mereka berselisih pendapat mengenai jin mukmin, apakah ia dimasukkan ke surga atau tidak ?

Telah berkata Al-Haafidh :

على أربعة أقوال : (أحدهما) نعم وهو قول الأكثر. (وثانيها) يكونون في ربض الجنة وهو منقول عن مالك وطائفة. (وثالثها) أنهم أصحاب الأعراف. (ورابعها) التوقف عن الجواب في هذا. هــ.

“(Dalam permasalahan ini) terbagi menjadi empat pendapat. Pertama, dimasukkan ke dalam surga – dan ini merupakan pendapat kebanyakan ulama. Kedua, ia ditempatkan di halaman surga – ini merupakan pendapat Malik dan sebagian ulama lain. Ketiga, mereka termasukAshhaabul-A’raaf (tempat antara surga dan neraka).Keempat, tawaquf (abstain) atas permasalahan ini”.

Ibnu Katsir rahimahullah berkata :

والحق أن مؤمنيهم كمؤمني الإنس يدخلون الجنة كما هو مذهب جماعة من السلف، وقد استدل بعضهم لهذا بقوله عز وجل (لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنْسٌ قَبْلَهُمْ وَلا جَانٌّ) وفي هذا الاستدلال نظر وأحسن منه قوله جل وعلا : (وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ * فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ) فقد امتن تعالى على الثقلين بأن جعل جزاء محسنهم الجنة وقد قابلت الجن هذه الآية بالشكر القولي أبلغ من الإنس فقالوا ((ولا بشيء من آلائك ربنا نكذب فلك الحمد)) فلم يكن تعالى ليمتن عليهم بجزاء لا يحصل لهم

“Yang benar, bahwasannya orang-orang yang beriman di antara mereka adalah seperti orang-orang beriman dari kalangan manusia yang akan dimasukkan ke dalam surga. Ini merupakan madzhab jama’ah dari ulama salaf. Sebagian dari mereka berdalil atas pendapat ini dengan firman Allah ‘azza wa jalla : “Mereka tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin” (QS. Ar-Rahmaan : 74). Namun pendalilan ini kurang pas. Dalil yang paling baik atas pendapat ini adalah firman-Nya jalla wa ‘alaa : “Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar-Rahmaan : 46-47). Allah ta’ala telah mengkaruniai ats-tsaqalain (golongan jin dan manusia) bahwasannya mereka akan mendapatkan balasan atas amal kebaikan mereka dengan surga. Golongan jin telah menerima ayat ini dengan ungkapan rasa syukur yang lebih jelas dibandingkan manusia, dimana mereka (para jn) berkata : ‘Kami sama sekali tidak mendustakan segala nikmat Rabb kami, maka bagi-Mu segala pujian’. Allah ta’ala tidak akan mengkaruniakan kepada mereka dengan satu balasan yang tidak terjadi pada mereka”.

Aku berkata : Beliau (Ibnu Katsiir) mengisyaratkan pada riwayat yang dibawakan oleh At-Tirmidziy dari Jaabir radliyallaahu ‘anhu, ia berkata :

قرأ رسول الله صلى الله عليه وسلم سورة الرحمن حتى ختمها ثم قال : ((مالي أراكم سكوتًَا، للجن كانوا أحسن منكم ردًَا ما قرأت عليهم هذه الآية من مرة {فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ} إلا قالوا : ولا بشيء من آلائك ربنا نكذب فلك الحمد)).

“Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam membaca surat Ar-Rahmaan hingga merampungkannya. Lalu beliau bersabda : ‘Mengapa aku melihat kalian terdiam. Sungguh jin lebih baik daripada kalian dimana setiap kali aku membacakan kepada mereka ayat : ‘Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan ?’ ; mereka selalu menjawab : ‘Tidak ada satupun nikmat-nikmat itu, wahai Rabb kami, yang kami dustakan. Dan bagi-Mu segala puji”.

Ibnu Taimiyyah rahimahullahu ta’ala berkata :

وكافرهم - أي الجن - معذب في الآخرة باتفاق العلماء، وأما مؤمنهم فجمهور العلماء على أنه في الجنة.

“Dan golongan yang kafir mereka – yaitu jin – akan diadzab di akhirat dengan kesepakatan para ulama. Adapun golongan beriman mereka, maka jumhur ulama berpendapat bahwa mereka berada di surga”.

Lalu beliau melanjutkan :

وقد روي أنهم يكونون في ربض الجنة - يراهم الإنس من حيث لا يرونهم، وهذا القول مأثور عن مالك والشافعي وأحمد وأبي يوسف ومحمد.
وقيل : إن ثوابهم النجاة من النار وهو مأثور عن أبي حنيفة. ١هــ.

“Dan telah diriwayatkan bahwa mereka berada di halaman surga dimana manusia akan melihat mereka, namun mereka tidak melihat manusia. Pendapat ini ma’tsur dari Maalik, Asy-Syaafi’iy, Ahmad, Abu Yuusuf, dan Muhammad. Dikatakan pula : Sesungguhnya balasan bagi mereka adalah keselamatan dari siksa api neraka. Pendapat ini ma’tsur dari Abu Haniifah”.

Jin Takut kepada Manusia

Diriwayatkan oleh Ibnu Abid-Dun-yaa dari Mujaahid, ia berkata :

بينا أنا ذات ليلة أصلي إذ قام مثل الغلام بين يدي قال : فشددت عليه لآخذه فقام فوثب خلف الحائط حتى سمعت وقعته فما عاد إليَّ بعد ذلك.

“Ketika aku melakukan shalat di satu malam, tiba-tiba berdirilah makhluk seperti anak-anak di hadapanku. Lalu aku mengejar untuk menangkapnya. Ia pun berdiri dan melompat ke balik dinding hingga aku mendengar bunyi jatuhnya. Ia tidak kembali lagi setelah kejadian itu”.

Mujaahid berkata :

إنهم يَهَابونكم كما تهابونكم.

“Sesungguhnya mereka takut kepada kalian sebagaimana kalian pun takut kepada mereka”.

Dan diriwayatkan juga dari Mujaahid, ia berkata :

الشيطان أشد فَرَقًَا - أي خوفًَا - من أحدكم منه فإن تعرض لكم فلا تَفْرقوا منه فيركبكم ولكن شدوا عليه فإنه يذهب.

“Syaithan itu lebih takut daripada salah seorang di antara kalian. Apabila ia menampakkan diri kepada kalian, maka janganlah kalian takut sehingga akan menguasai kalian. Akan tetapi bersikap keras/beranilah kalian kepadanya, niscaya ia akan pergi”.

Al-Haafidh Abu Bakr Muhammad bin Muhammad bin Sulaimaan Al-Baaghandiy berkata : Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Bakkaar bin Abi Maimuunah : Telah menceritakan kepada kami Ghiyaats, dari Hushain, dari Mujaahid, ia berkata :

كان الشيطان لا يزال يتزيا لي إذا قمت إلى الصلاة في صورة ابن عباس. قال فذكرت قول ابن عباس فجعلت عندي سكينًَا فتزيا لي فجعلت عليه فطعنته فوقع وله وجبة فلم أره بعد ذلك.

“Syaithan senantiasa menampakkan diri kepadaku saat aku berdiri melaksanakan shalat dalam bentuk/rupa Ibnu ‘Abbaas. Lalu aku ingat perkataan Ibnu ‘Abbaas sehingga selalu mempersiapkan pisau di sisiku. Satu saat, ia (syaithan) kembali menampakkan diri kepadaku, lalu aku serang dan aku tusuk ia sehingga mengenainya. Ia pun jatuh tersungkur. Setelah itu, aku tidak pernah melihatnya lagi”.

Mengenai Al-Haafidh Al-Baaghandiy, Ibnu Hajar berkomentar tentangnya : “Terkenal sering melakukan tadlis, namun ia jujur dan amanah”.

Aku berkata : “Di sini ia telah menjelaskan lafadh tahdits-nya, sehingga aman dari tadlisnya”.

WALLOHUL WALIYYUT TAUFIQ ILA SABILUL HUDA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar