Translate

Rabu, 14 Juni 2017

Filsafat Tahapan Manusia Dalam Tembang Mocopat

Sebagai mana banyak kebiasaan dan adat jawa yang mengandung filosofi,.. maka macapat juga banyak mengandung filosofi kehidupan,… yang kalau kita renungi mengandung nilai yang amat dalam serta sarat akan  khasanah-khasanah kearifan. Di tengah gempuran budaya barat dan timur yang menggempur kita tak henti-henti, barat yang menawarkan liberalis dan hidup tanpa aturan serta unggah ungguh, dan budaya timur yang tak menerima perbedaan, yang selalu mengajak kekerasan untuk menentang perbedaan, ada baiknya kita kembali ke filosofi budaya sendiri yang amat luhur dan jelas sesuai dengan kehidupan kita yang beragam, yang mengajarkan kearifan dan kehalusan budi, tatakrama yang agung, serta keharmonisan di tengah perbedaan.

Tanah Jawa kaya akan budaya adiluhung, budaya yang mengajarkan budi pekerti tinggi, yang luhur. Budaya Jawa seperti pertunjukan wayang kulit, ular-ular, cerita-cerita kuno, lagu-lagu atau tembang Jawa sebenarnya sarat dengan filsafat hidup, misalnya mengenai filsafat ilmu politik, filsafat kepemimpinan, dan juga filsafat perjalanan hidup manusia. Tulisan ini akan membahas mengenai tembang Macapat sebagai filsafat perjalanan hidup manusia.

Tembang Macapat memiliki arti yang luas dan beragam. Semuanya merupakan hasil penafsiran yang berbeda-beda, yang kemungkinan besar tergantung dari kemampuan daya tafsir dari masing-masing penafsirnya. Wallahu a’lam.

Berdasarkan sumber-sumber referensi yang penulis baca, berbagai penafsiran mengenai tembang Macapat dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Macapat konon berasal dari kata “mocone papat-papat”(membacanya empat-empat)

2. Buku Baoesastra (Bausastra: ejaan sekarang)

a. Macapat berarti kiblat papat (empat kiblat)

b. Macapat rekaan dari kata “moco–mat” (membaca nikmat), enak didengar saat dilantunkan/ ditembangkan

c. Macapat berarti membaca dengan irama, netrum.

d. Macapat berdasarkan etimologinya “ma+capat”, ada kaitannya dengan lupa-lupa ingat, karena kadang hafal kadang tidak, sehingga “capat” berarti “cepat”

3. Buku Poezie in Indonesia (Slamet Mulyana)

Macapat berasal dari kata “macakepan” (membaca lontar), berdasarkan buku Kalangwan (Zoct Mulder), lontar disebut cakepan (Bali). Macapat identik dengan kata “ma–capak”, “capak” menjadi “cakep”, sehingga “macakepan” berarti “membaca rontal”.

Menurut Wikipedia (2008), tembang Macapat dibagi ke dalam tiga kelompok besar, yaitu: tembang alit (kecil), tembangtengahan (sedang), dan tembang ageng/ gedhe (besar). Tembang alit terdiri dari Mijil, Sinom, Dhandhanggula, Kinanthi, Asmarandhana, Durma, Pangkur, Maskumambang, dan Pucung. Tembang tengahan terdiri dari Jurudemung, Wirangrong, Balabak, Gambuh, dan Megatruh. Tembang yang termasuk tembang ageng/ gedhe adalah Girisa.

Ada pula yang berpendapat bahwa tembang Macapat terdiri dari 11 tembang, yaitu: Mijil, Maskumambang, Kinanthi, Sinom, Dhandhanggula, Asmarandhana, Durma, Gambuh, Pangkur, Megatruh, dan Pucung. Tembang-tembang selain yang termasuk tembang Macapat (yaitu Wirangrong, Jurudemung, Balabak, dan Girisa), termasuk ke dalam kelompok tembang tengahan dan tembang ageng/ gedhe. Pendapat lainnya adalah bahwa tembang tengahan dan tembang ageng/ gedhedi masukkan ke dalam kelompok tembang Macapat. Mengenai adanya perbedaan ini, penulis cenderung lebih setuju pada pendapat kedua, tanpa mengabaikan pendapat lainnya tentu saja.

Dengan demikian, tembang-tembang yang termasuk kategori tembang Macapat ada 11, yang jika diurutkan akan menggambarkan perjalanan hidup seorang manusia, yaitu: Mijil, Maskumambang, Kinanthi, Sinom, Dhandhanggula, Asmarandhana, Durma, Gambuh, Pangkur, Megatruh, dan Pucung.

Salah satunya Macapat,.. yang kandungan filosofi amat dalam, bisa dijelaskan sbb:

1. Maskumambang

Gambarke jabang bayi kang isih ana ning rahim ibu. Durung bisa dimangerteni lanang utawa wadon. “Mas” ateges urung weruh lanang utawa wadon. “kumambang” ateges uripe jabang bayi mau ngambang sakjroning wetenge ibu.

[mendiskripsikan atau menggambarkan keadaan bayi yang masih ada di dalam rahim ibu. Belum bisa ditebak pria atau wanita (jenis kelaminnya). “Mas” maknanya belum diketahui pria atau wanita (jenis kelaminnya). “kumambang” maknanya hidupnya bayi itu mengambang dalam perut ibunya.]

Adalah gambaran dimana manusia masih di alam ruh, yang kemudian ditanamkan dalam rahim/ gua garba ibu kita. Dimana pada waktu di alam ruh ini Allah SWT telah bertanya pada ruh-ruh kita: “Alastu Bi Robbikum”, “Bukankah AKU ini Tuhanmu”, dan pada waktu itu ruh-ruh kita telah menjawabnya: “Qoolu Balaa Sahidna”, “Benar (Yaa Allah Engkau adalah Tuhan kami) dan kami semua menjadi saksinya”.

Maskumambang mempunyai beberapa penafsiran baik secara etimologi maupun maknanya.

a. Maskumambang berasal dari kata mas dankumambang. Mas dari kata premas yaitu punggawa dalam upacara Shaministis. Kumambang dari katakambang dengan sisipan – um. Kambang dari kata ka- dan ambang. Kambang selain berarti “terapung”, juga berarti “kamwang” atau “kembang”. Ambang berkaitan dengan ambangse yang berarti “menembang”. Dengan demikian, Maskumambang berarti “punggawa yang melaksanakan upacara Shamanistis, mengucap mantra atau lafal dengan menembang disertai sajian bunga”. Dalam Serat Purwaukara, Maskumambang diartikan sebagai Ulam Toya yang berarti “ikan air tawar”, sehingga kadang-kadang diisyaratkan dengan lukisan atau ikan berenang.

b. Maskumambang artinya “emas yang mengapung diatas air”, ditafsirkan sebagai “air mata”. Air mata dapat keluar karena suka ataupun duka sehingga dapat dikatakan bahwa irama tembang Maskumambang itu mengharukan.

2. Mijil

Ateges wis lair lan jelas priya utawa wanita

[bermakna sudah lahir dan jelas jenis kelaminnya pria atau wanita. “mijil” berarti sudah lahir atau keluar.]

Merupakan ilustrasi dari proses kelahiran manusia, mijil/mbrojol/mencolot dan keluarlah jabang bayi bernama manusia. Ada yang mbrojol di India, ada yang di China, di Afrika, di Eropa, di Amerika dst. Maka beruntunglah kita lahir di bumi pertiwi yang konon katanya Gemah Ripah Loh Jinawi Tata Tentrem Karta Raharjo Lir Saka Sambikala. Dan bukan terlahir di Somalia, Etiopia atau negara-negara bergizi buruk lainnya.

3. Kinanthi

Asalae saka tembung “kanthi” utawa tuntun kang mengku ateges dituntun supaya bisa mlaku. Dadi pralambang uripe bocah cilik utawa bayi kang perlu tuntunan lair lan bathine supaya bisa lumaku ana ing samudra urip ngalam donya.

[Berasal dari kata “kanthi” atau tuntun yang maksudnya dituntun supaya bisa berjalan. Menjadi lamban hidupnya anak kecil atau bayi yang perlu tuntunan lahir dan batin supaya bisa berjalan di dalam samudra alam dunia.]

Kinanti berasal dari kata kanthi atau tuntun yang bermakna bahwa kita membutuhkan tuntunan atau jalan yang benar agar cita-cita kita bisa terwujud. Misalnya belajar dan menuntut ilmu secara sungguh-sungguh.”Apa yang akan kita petik esok hari adalah apa yang kita tanam hari ini”.

4.Sinom

Duweni ateges kanoman. Sinom bisa dijabarke dadi tembung “sinoman” kang mengku teges wong kang isih enom. Manungsa kang isih anom iku penting ana ing babakan uripe, amarga perlu akeh ngangsu kawruh kanggo nyiapake lelumbayan bebrayan, yaiku duweni sisihan.

[memiliki makna pemuda. “sinom” bisa dijabarkan menjadi “sinoman” yang berarti orang yang berusia muda. Manusia yang masih muda itu memiliki arti penting dalam babak kehidupannya. Karena itu perlu banyak belajar untuk mempersiapkan diri hidup berumah tangga.]

Sinom mempunyai beberapa penafsiran:

a. Sinom berasal dari kata asal kata si dan enom sehingga Sinom berarti “muda/ remaja”.

b. Sinom berasal dari kata kanoman yang berarti “kemudaan/ usia muda” sehingga Sinom menggambarkan bahwa waktu luang pada masa muda adalah untuk menimba ilmu sebanyak-banyaknya.

c. Sinom berhubungan dengan kata sinoman, yaitu perkumpulan para pemuda untuk membantu orang punya hajat.

d. Sinom berkaitan dengan upacara-upacara bagi anak-anak muda zaman dahulu. Dalam Serat Purwaukara, Sinom berarti “seskaring rambut” yang berarti “anak rambut”. Sinom juga dapat diartikan “daun muda” sehingga kadang diberi isyarat dengan lukisan daun muda.

5. Asmarandana

Tegese rasa tresna. Kang dimaksud tresna ana ing kene duweni rasa tresna marang liyan. Kabeh wus dadi kodrating Gusti Ingkang Murbeng Dumadi. Rasa tresna kiwi njalari kanggo mbangun balewisma.

[Bermakna rasa saling mencintai. Maksud mencintai di sini memiliki rasa suka pada lain jenis. Semua itu sudah menjadi kehendak Sang Khalik. Tumbuhnya rasa mencintai itu menjadi awal untuk membangun kehidupan rumah tangga.]

Menggambarkan masa-masa dirundung asmara, dimabuk cinta, ditenggelamkan dalam lautan kasih. Asmara artinya cinta, dan Cinta adalah ketulusan hati.
Cinta adalah anugerah terindah dari Gusti Allah dan bagian dari tanda-tanda keAgungan-Nya.

Asmarandhana mempunyai beberapa penafsiran:

a. Asmarandhana berasal dari kata asmara dan dahana.Asmara berarti “cinta” dan dahana berarti “api”. Dengan demikian, Asmarandhana berarti “api cinta” sehingga dapat juga berarti perasaan asmara/ cinta, perasaan saling menyukai (perasaan lelaki dan perempuan) yang sudah menjadi kodrat Illahi.

b. Asmarandhana berasal dari kata asmara dan dhana.Asmara adalah nama dewa percintaan. Dhana berasal dari kata dahana yang berarti “api”. Nama Asmarandhana berkaitan dengan peristiwa hangusnya dewa Asmara oleh sorot mata ketiga dewa Siwa seperti disebutkan dalam kakawin Smaradhana karya Mpu Darmaja. Dalam Serat Purwaukara, Smarandhana berarti “remen ing paweweh” (suka memberi).

6. Gambuh

Saka tembung “jumbuh” kang ateges cocok. Yen wis jumbuh utawa pada cocoke antara pria kalawan wanita sing didasari tresna sak dhurunge, diteruske mbangun keluwarga.

[berasal dari kata “jumbuh” yang bermakna cocok. Jika sudah cocok antara pria dan wanita yang didasari cinta sebelumnya, dilanjutkan membangun kehidupan keluarga.]

Awal kata gambuh adalah jumbuh / bersatu yang artinya komitmen untuk menyatukan cinta dalam satu biduk rumah tangga. Dan inti dari kehidupan berumah tangga itu adalah saling melengkapi dan bersinergi secara harmonis.

Lumrahnya fungsi pakaian adalah untuk menutupi aurat, untuk melindungi dari panas dan dingin.Dalam berumah tangga seharusnya saling menjaga, melindungi dan mengayomi satu sama lain, agar biduk rumah tangga menjadi harmonis dan sakinah dalam naungan Ridlo-Nya.

Gambuh mempunyai beberapa penafsiran:

a. Gambuh berarti “ronggeng, tahu, terbiasa”. Oleh karena itu, tembang Gambuh berwatak atau biasa digunakan dalam suasana tidak ragu-ragu.

b. Gambuh berasal dari kata jumbuh/ sarujuk yang berarti“cocok” sehingga Gambuh menggambarkan sepasang pria dan wanita yang sudah cocok kemudian dipertemukanlah keduanya yang sudah memiliki perasaan asmara agar menuju ke sebuah pernikahan.

c. Gambuh berasal dari kata gampang nambuh yang berarti “cuek atau acuh tak acuh”.

7. Dhandhanggula

Nggambarake uripe wong kang lagi seneng amarga apa kang dadi panggayuh katurutan. Kelakon duwe sisihan, duwe anak, duwe papan panggonan, ora kurang sandang lan pangan. Iku mau ndadekke rasa bungah.

[menggambarkan hidupnya orang yang sedang senang karena apa yang menjadi keinggunannya terkabul. Terlaksana punya istri, punya anak, punya rumah, tidak kurang sandang dan pangan. Itu semua menjadikan rasa bahagia.]

Gambaran dari kehidupan yang telah mencapai tahap kemapanan sosial, kesejahteraan telah tercapai, cukup sandang, papan dan pangan (serta tentunya terbebas dari hutang piutang). Kurangi Keinginan Agar Terjauh dari hutang. Hidup bahagia itu kuncinya adalah rasa syukur, yakni selalu bersyukur atas rezeki yang di anugerahkan Allah SWT kepada kita.

Dhandhanggula mempunyai beberapa penafsiran:

a. Dhandhanggula berasal dari kata dhandhang dan gula .Dhandhang berarti “angan-angan” dan gula berarti “manis”. Dengan demikian, Dhandhanggula berarti “angan-angan yang manis”.

b. Dhandhanggula diambil dari nama raja Kediri, Prabu Dhandhanggendis yang terkenal sesudah Prabu Jayabaya. Dalam Serat Purwaukara, Dhandhanggula berarti “ngajeng-ajeng kasaean” (menanti-nanti kebaikan) sehingga Dhandhanggula menggambarkan hidup orang tersebut sedang merasa senang-senangnya, apa yang dicita-citakan bisa tercapai, bisa memiliki keluarga, mempunyai keturunan, hidup berkecukupan untuk sekeluarga.

8. Durma

Asale saka tembung “darma” utawa berbakti. Manungsa kang wis kacukupan uripe kudu mulat sak kiwa tengene utawa nonton kahanan sedelure lan tanggane kang ora duweni urip kepenak. Banjur sih pitulungan marang sapadha-padha.

[berasal dari kata “darma” atau berbakti. Manusia jika sudah hidup kecukupan harus melihat kanan kirinya, melihat keadaan saudaranya dan tetangga yang masih dalam kesengsaraan. Lalu member pertolongan pada sesamanya.]

Sebagai wujud dari rasa syukur kita kepada Allah maka kita harus sering berderma, durma berasal dari kata darma / sedekah berbagi kepada sesama. Dengan berderma kita tingkatkan empati sosial kita kepada saudara-saudara kita yang kekurangan, mengulurkan tangan berbagi kebahagiaan, dan meningkatkan kepekaan jiwa dan kepedulian kita terhadap kondisi-kondisi masyarakat disekitar kita.
“Barangsiapa mau meringankan beban penderitaan saudaranya sewaktu didunia, maka Allah akan meringankan bebannya sewaktu di Akirat kelak”.

Durma mempunyai beberapa penafsiran:

a. Durma berasal dari kata nundur tata krama yang berarti “tidak beretika, kurang mengenal sopan santun”.

b. Durma berasal dari kata Jawa Klasik yang berarti “harimau” sehingga sesuai artinya, tembang Durma berwatak atau biasa digunakan dalam suasana seram.

c. Durma berasal dari kata darma/ weweh yang berarti “berdarma/ memberikan sumbangan”. Bila seseorang sudah merasa berkecukupan maka akan timbul rasa kasih sayang kepada sesama yang sedang tertimpa masalah/ musibah, karena pada dasarnya manusia ingin selalu berderma yang mencerminkan rasa kasih sayang di hatinya.

9. Pangkur

Saka tembung “mungkur” kang ateges nyingkiri hawa nepsu angkara murka. Kang dipikir tansah kepengin weweh  marang sapadha-padha.

Dari kata “mungkur” yang artinya menghindari sifat angkara murka. Selalu memikirkan dan melaksanakan niat berbuat baik untuk sesama.]

Pangkur atau mungkur artinya menyingkirkan hawa nafsu angkara murka, nafsu negatif yang menggerogoti jiwa kita. Menyingkirkan nafsu-nafsu angkara murka, memerlukan riyadhah / upaya yang sungguh-sungguh, dan khususnya di bulan Ramadhan ini mari kita gembleng hati kita agar bisa meminimalisasi serta mereduksi nafsu-nafsu angkara yang telah mengotori dinding-dinding kalbu kita.

Pangkur mempunyai beberapa penafsiran:

a. Pangkur berasal dari kata mungkur atau mundur yang berarti sudah memundurkan semua hawa nafsunya, yang dipikirkan hanya berdarma kepada sesama makhluk.

b. Pangkur berasal dari pengertian ngepange pikir arep mangkur yang berarti “pikiran yang bercabang karena usia tua”.

c. Pangkur berasal dari nama punggawa dalam kalangan kependetaan seperti tercantum dalam piagam-piagam berbahasa Jawa Kuno. Dalam Serat Purwaukara, Pangkur berarti “buntut atau ekor”. Oleh karena itu, Pangkur kadang-kadang diberi sasmita atau isyarat tut pungkur yang berarti “mengekor” dan tut wuntat yang berarti “mengikuti”.


10. Megatruh

Saka tembung “megat ruh” utawa pisah ruhe saka raga. Yen wis titi wancine manungsa ora bisa ngelak saka takdire Pangeran ya kuwi mati.

[dari kata “megat-ruh” atau berpisahnya ruh dengan jasad. Jika sudah waktunya manusia tidak bisa mengelak dari takdir Tuhan, yaitu kematian.

Megatruh atau megat roh berarti terpisahnya nyawa dari jasad kita, terlepasnya Ruh / Nyawa menuju keabadian (entah itu keabadian yang Indah di Surga, atau keabadian yang Celaka yaitu di Neraka).
“ Kullu Nafsin Dzaaiqotul Maut “, “ Setiap Jiwa Pasti Akan Mati “.
“ Kullu Man Alaiha Faan “, “ Setiap Manusia Pasti Binasa “.
Akankah kita akan menjumpai Kematian Yang Indah (Husnul Qootimah) ataukah sebaliknya ?

Megatruh mempunyai beberapa penafsiran:

a. Megatruh berasal dari kata megat dan ruh. Megat berarti “memisahkan” dan ruh berarti “sukma, roh” sehingga Megatruh berarti berpisahnya sukma dan raga (yaitu meninggal). Dengan demikian, nyawa sudah lepas dari jasadnya sebab sudah waktunya kembali ke tempat yang telah digariskan oleh Tuhan.

b. Megatruh berasal dari awalan am-, kata pegat dan ruh.Pegat berarti “putus, tamat, pisah, cerai” dan ruh berarti “roh”. Dalam Serat Purwaukara, Megatruh berarti mbucal kan sarwa ala yang berarti “membuang yang serba jelek”. Pegat ada hubungannya dengan pegetyang berarti “istana, tempat tinggal”. Pameget atau pamegat yang berarti “jabatan”.  Samgat atau samgetberarti “jabatan ahli, guru agama”. Dengan demikian, Megatruh berarti petugas yang ahli dalam kerohanian yang selalu menghindari perbuatan jahat.

11. Pocung (Pocong / dibungkus kain mori putih)

Manungsa iku yen wis mati dibungkus mori putih utawa diistilahake dipocung.

[manusia jika sudah mati dibungkus kain mori putih atau istilahnya dipocung –tentu saja cara ini berdasarkan syariat Islam.]

Manakala yang tertinggal hanyalah jasad belaka, dibungkus dalam balutan kain kafan / mori putih, diusung dipanggul laksana raja-raja, itulah prosesi penguburan jasad kita menuju liang lahat, rumah terakhir kita didunia.
“ Innaka Mayyitun Wainnahum Mayyituuna “, “ Sesungguhnya kamu itu akan mati dan mereka juga akan mati”.

Pucung mempunyai beberapa penafsiran:

a. Pucung adalah nama biji kepayang, yang dalam bahasa latin disebut Pengium edule. Dalam Serat Purwaukara, Pucung berarti kudhuping gegodhongan (kuncup dedaunan) yang biasanya tampak segar. Ucapan cungdalam Pucung cenderung mengacu pada hal-hal yang bersifat lucu yang menimbulkan kesegaran, misalnya kucung dan kacung sehingga tembang Pucung berwatak atau biasa digunakan dalam suasana santai.

b. Pucung diartikan pocong yaitu orang meninggal dibungkus kain putih, mengandung pengertian jikasudah menjadi lelayon/ mayat maka jasad dipocong kemudian dikubur.

Jika kita lihat falsafah hidup yang secara tersirat dalam tembang-tembang macapat, maka kita sendiri dapat mengira-ngira kita ini sampai pada tahap yang mana. Namun demikian bukan berarti mutlak bahwa jalan hidup manusia mesti seperti itu karena tentunya setiap pribadi memiliki kesadaran hidup sendiri-sendiri. Kita bisa melihat bahwa tarikan bumi lebih dominan sampai manusia berkeluarga dan kecukupan (dandanggula). Lantas setelah itu tahap kesadaran mengenai hal kelangitan baru menjadi inti selepasnya. Ya, normalnya memang demikian.

Akan tetapi ironisnya dewasa ini tidaklah demikian yang terjadi. Walau umur sudah tua, banyak dari kita masih didominasi oleh tarikan bumi (nafsu harta, tahta, wanita, kekuasaan dll.) Alhasil apa yang dialami bangsa kita sekarang ini adalah buah dari perbuatan kita sendiri. Selepas dandanggula kesadarannya tak meningkat malah makin sekarat. Hm….. hm…. Hm….

Demikian luhurnya filososfi yang terkandung dalam setiap tembang Macapat,.. dimulai dari kita berbentuk roh sampai kita berpisah dengan roh kita, itulah tingkat kehidupan dan pencapaian2 yang ingin digambarkan dalam setiap tembang macapat. Bahwa kehidupan ini tak ada yang instan, untuk sampai pada tujuan tertentu selalu ada tahapan atau tingkatan yang dilalui untuk jadi pribadi yang sempurna. Dan setiap tahapan pasti mengajarkan nilai kehidupan.

Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda

1 komentar:

  1. Terimakasih banyak AKI karna melalui jalan togel ini saya sekarang sudah bisa melunasi semua hutang2 orang tua saya bahkan saya juga sudah punya warung makan sendiri hi itu semua berkat bantuan AKI JAYA yang telah membarikan angka 4D nya menang 275 jt kepada saya dan ALHAMDULILLAH berhasil,kini saya sangat bangga pada diri saya sendiri karna melalui jalan togel ini saya sudah bisa membahagiakan orang tua saya..jika anda ingin sukses seperti saya hubungi no hp O85-244-015-689 AKI JAYA,angka ritual AKI JAYA meman selalu tepat dan terbukti..silahkan anda buktikan sendiri. 2D 3D 4D 5D 6D

    BalasHapus