Misteri wali-wali majnun - Jadzab(majdzub) mengajak kita untuk berfikir untuk menambah khasanah keilmuan kita.Dengan adanya kajian tentangnya kita mengerti yang benar dan yang salah.Jadikan memontum ini untuk menguatjan kita.Dan pastikan pula kita selalu mawas diri dalam menghadapi setiap problematik kehidupan kita.Dan selu berhati hati dalam menyikapi segala sesuatunya.
JAZDAB adalah “tampaknya sifat-sifat ilahi”, ketika seseorang mengalami jazdab, maka seseorang akan betul-betul mampu melihat secara nyata sifat-sifat allah, dan mampu merasakannya.
فإن صاحب الخشوع القلبي و الوجل بذكر الله تعالي قد يغيب عقله عن إحترام الناس و إعتبار أهل المجلس فيقوم و يقعد يدور و يتواجد و ربما يسقط علي الأرض علي حسب قوة إستعداده لتحمل الواردات الالهية عليه فهو في طاعة و عبادة من غير شبهة عند كل أحد من الاسلام و الايمان و لا يجوز سوء الظن به (فويل للقاسية قلوبهم من ذكرالله أولئك في ضلال مبين)
Maka sesungguh nya seorang yang khusu’ hati nya dan bergetar hatinya karna menyebut nama Allah SWT terkadang hilang akal nya sampai dia tidak menghormati manusia apalagi orang-rang disekitar majlisnya (tempat dia berdzikir ) maka dia berdiri dan duduk berputar putar dan bergoyang goyang seluruh tubuhnya (seperti kita saksikan di majlis-majlis dzikir) dan terkadang mereka terjatuh di atas tanah (karna hilang akal sehatnya) dengan melihat seberapa kuat dia membawa suatu/ rahasia – rahasia ketuhanan padanya (karna dia yang jadzab/wajad / haroro yang merasakan akan keni’matan itu) maka dia jelas terhitung orang taat (kepada Allah dan Rasullah SAW ) dan beribadah tanpa diragukan lagi menurut semua Ulama’ Islam dan Ahli Iman (kecuali orang-orang yang dengki dan tidak mengerti) maka tidak boleh berprasangka buruk pada mereka (dosa besar). Allah SWT berfirman yang artinya: “Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang hatinya keras untuk mengingat Allâh. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata”.
و في بعض الأثار :
جذبة من جذبات الرحمن توازي عمل الثقلين
Di sebagian Atsar (Hadist):
Jazdab itu sebagian tarikan dari Ar-Rohman (hatinya di getarkan Allah SWT) yaitu menyamai amalannya seluruh manusia dan jin:
و ذكر في مسند الامام احمد بن حنبل عن علي كرم الله وجهه قال : أتيت النبي صلي الله عليه و سلم أنا و جعفر و زيد فقال النبي صلي الله لزيد : أنت مولاي فحجل، فقال لجعفر : أنت اشبهت خلقي و خلقي فحجل ثم قال لي أنت مني فحجلت :
والحجل هو رفع رجل و مشي علي الاخري وهو من نتائج التواجد
Dan disebutkan di dalam Musnad Imam Ahmad Bin Hambal dari Sayyidina Ali Karromallahu Wajhah, berkata : aku mendatangi Nabi SAW, aku dan Jakfar dan Zaid. Maka berkata Nabi SAW kepada Zaid: kamu tuan ku maka bergoyanglah Zaid, maka bersabda kepada Jakfar : kamu menyerupaiku dan akhlakku maka bergoyanglah Jakfar , maka Nabi SAW bersabda kepada ku : kamu bagian dari ku maka aku pun bergoyang (tanpa sadar bukan di sengaja/niat)
Dan adapun arti lafad Hajal yaitu mengangkat kaki satu nya dan berjalan dengan kaki yang lain (yaitu bergetar badannya) karna buah dari wajd/harara/jadzab.
وقد صح عن بعض الصحابة التواجد،فلا يجوز سوء الظن بأهل التواجد لقوله تعالي (ياأيها الذين أمنوا إجتنبوا كثيرا من الظن إن بعض الظن إثم) فإن سوء الظن بالمسلم حرام قطعا و التأويل واجب في أقواله و افعاله
Dan sungguh Sohih riwayat dari sebagian para sahabat tentang tawajud ( harara /jadzab/ wajd ) mereka., maka tidak boleh buruk prasangka pada Ahli Tawajd (harara/jadzab/wajd) karna Firman Allah SWT: “Wahai orang-orang yang beriman jauhilah dari banyak prasangka buruk, sesungguhnya sebagian prasangka buruk itu dosa) maka jelas buruk prasangka kepada seorang muslim itu dosa secara pasti dan adapun ta’wil (baiik prasangka) pada mereka wajib (hukumnya) di dalam ucapannya ahli wajd (harara/jadzab).
وقد يحصل من المريد في حال الجذبة صراخ و تخبط و صرع و بكاء فأدبه في ذلك الوقت أن يسلم نفسه لوارده يتصرف فيه كيف شاء.ولا يمنع نفسه من الصراخ و البكاء لئلا يتضرر
Dan terkadang dari murid (salik) di dalam hal jadzab (harara/wajd) itu menjerit dan kelakuannya tidak jelas dan membantingkan diri dan menangis, maka adabnya seketika itu dia (murid) harus merelakan (pasrahkan) diri nya akan hal-hal yang datang kepada dirinya dengan melakukan dikala (jadzab) itu apa yang mereka inginkan (yaitu menangis atau menjerit atau bergerak tanpa tujuan atau membantingkan diri seperti keterangan diatas) dan tidak pantas (baik) baginya mencegah diri nya untuk menjerit atau menangis karna supaya tidak berbahaya baginya (sebab mereka dikala harara/jadzab/wajad jika di tahan akan mudorot bagi dirinya sendiri)
للمريد الصادق أن بتواجد لطلب الحقيقة بمنزلة التباكي المأمور به لما روي موقوفا علي أبي بكر و ابي موسي و عبد الله بن عمرو : أبكوا فإن لم تبكوا فتباكوا ، رواه أحمد
Bagi murid (salik) yang tulus itu harus berusaha untuk bertawajud ( berusaha untuk harara / wajad/jadzab ) karena mencari kebenaran nyata (tangisan yang tulus) dengan berusaha pura-pura menangis yang di perintahkan (di dalam agama apa lagi kalo memang tangisan nyata bukan pura-pura) karena di riwayatkan secara mauquf kepada Abi Bakar dan Abi Musa dan Abdullah Bin Amr: “Menangislah kalian jika kalian tidak bisa menangis maka pura-pura lah menangis”. (Hadist riwayat Imam Ahmad).
قال بعض العارفين :
إن العينين لا تبكيان حتي يأتي ملك من الله فيمسح القلب بجناحه فتبكي عينا قلبه فيظهر بذلك في عيني رأسه ،
Berkata sebagian orang-orang Arif;
Sesungguh nya kedua mata tidak akan menangis sampai malaikat itu datang karna diperintah Allah, kemudian Malaikat itu mengusap hati (orang yang benar benar berdzikir) dengan sayap nya,maka menangislah kedua mata hatinya maka tampak pula menangis kedua mata kepalanya.
الكشف عن حقيقة الصوفية - (1 / 244)الجذبة هي التجلي الإلهي، وفيها يحصل التحقيق بالأسماء الإلهية، والاستشعار بالاسم الصمد، أو بالألوهيةالفكر الصوفي
Secara global, seluruh istilah-istilah dalam kaum sufi (meskipun berbeda-beda) mempunyai satu orientasi, yaitu wahdatul wujud. Namun menurut Sayid Husen, dua prinsip sufi yaitu antara wahdatul wajud dan insane kamil, memandang bahwa sesuatu apapun akan tampak pada asmaul husna dan sifat-ifat allah. Serta bagi insane kamil akan mampu menggambarkan tuhan dan sesuatu apapun.
الكشف عن حقيقة الصوفية - (1 / 94)يفهمنا هذا النص أن كل العبارات الصوفية المختلفة التي مرت والتي ستمر والتي لن تمر معنا، كلها تشير إلى معنى واحد، (وقد عرفناه، إنه وحدة الوجود يقول سيد حسين نصر مؤكداً وكل ما نستطيعه هو التشديد على أن التعاليم الصوفية تدور حول عقيدتين أساسيتين هما: (وحدة الوجود)، و(الإنسان الكامل). إن جميع الأشياء تجليات للأسماء الحسنى والصفات الِإلهية، فبالِإنسان الكامل يتصور الله بذاته، ويتأمل جميع الأشياء التي جاء بها إلى- حيز الوجود2).:
Jazdab menurut ahli sufi di sebabkan keimanan yang sangat kuat seorang hamba pada tuhanya hingga oleh allah, orang sufi akan di berikan sesuatu yang tidak akan bisa di lihat, tidak bisa di dengar, dan tak akan bisa di rasakan oleh manusia lain, di lain itu , orang yang mengalami jazdab akan senantiasa berdoa pada allah dengan tetap khauf (takut pada azdab allah) dan thoma’ (keinginan untuk masuk surga).
(في ضوء الكتاب والسنة) - (1 / 18)فهؤلاء الذين ادخر الله لهم ما لا عين رأت، ولا أذن سمعت، ولا خطر على قلب بشر لا شك أنهم أكمل الناس إيمانًا وحالًا، ومع ذلك فهم يدعون ربهم خوفًا وطمعًا : خوفًا من عذابه، وطمعًا في جنته . وآيات القرآن في هذا المعنى لا تحصى كثرة
Tanda-tanda jazdab: saat mengalami jazdab, seseorang akan mengalami khudur atau menyatunya jiwa dengan allah yang maha esa (sebagian ulama sufi mendifinisikan keadaan seperti ini dengan istilah fana’).
الكشف عن حقيقة الصوفية - (1 / 93)الحضور: النفس حين تتحد بالواحد في حال الجذب (هذا التعريف هو لأفلوطين، من المعجم الفلسفي الصادر عن مجمع اللغة العربية)، وإذا أردنا أن نصيغ هذه الجملة بالعبارة الصوفية، نقول: الحضور هو الفناء في الذات.
Di samping itu, tanda-tanda jazdab yang lain adalah, secara prilaku dia akan seperti orang gila, namun tidak seperti orang gila, karna sebetulnya orang yang sedang jazdab sedang menyatu, dalam penjelasan ulama, mereka mengatakan bahwa, gila yang di alami para orang yang sedang jazdab adalah karna mereka larut kedalam kecintaan mereka pada Allah
الكشف عن حقيقة الصوفية - (2 / 61)في واقع الأمر، إن ما يحصل للصوفي هو نفس ما يحصل للمجنون من خدر في مراكز الوعي والضبط في الدماغ، مع فارق، أن ما يحصل للصوفي هو شيء شبه مرضي، لا مرضي، ولا يكون مرضياً مثل الجنون تماماً إلا عند الذين يستولي عليهم الجذب، والذين يقولون عنهم إنهم في مقام جمعالجمع وكثيراً ما سمعنا ممن يقول عن مجنون أو معتوه إنه سائح في حب الله
Menurut as-syeh Abdul Aziz bin Muhammad Ad-Dibaghi (1095 H - 1132H), sesungguhnya Allah tidak akan mencintai seorang hamba, sebelum orang tersebut oleh allah di jadikan sebagai manusia yang ma’rifat bi allah, dan ha inilah yang menyebabkan seseorang mengalami jazdab.
الكشف عن حقيقة الصوفية - (1 / 373)ويقول عبد العزيز الدباغ إن الله تعالى لا يحب عبداً حتى يُعرِّفه به، وبالمعرفة يطلع على أسراره تعالى، فيقع له الجذب إلى الله تعال:
Hukum orang yang sedang jazdab: saat seseorang mengalami jazdab,(karna dia seperti orang gila dan hilang kesadaran)menurut Ad- Burhami, tidak terkena taklif dari syariat, maka di tidak berkuwajiban hal-hal yang di perintahkan tuhan atas hambanya. Namun hal ini, di dalam kitab tholai’ul As-sufi di bantah habis-habisan oleh Abu Al- Qosim Al- Amidi. Menurut beliu, hal-hal seperti fana’, wahdatul wujud (termasuk juga jazdab) sudah melenceng dari agama islam, sebab hal itu merupakan kepercayaan-kepercayaan dari agam Hindu, Budha, Zairoster. Disamping itu, menurut Aly Awajiy, hal yang di kemukakan oleh ahli sufi bahwa saat di mengalami jazdab tidak tertaklif, hanya sebuah bentuk kemalasan untuk thoat pada perintah agama, dan hal ini juga di dukung oleh imam sya’roni yang mengatakan bahwa para Wali-Wali ahli sufi pun tetap terkena hokum taklif dari syari’at.
طلائع الصوفية - (1 / 32)لاشك أن ما يدعو إليه الصوفية من الزهد ، والورع والتوبة والرضا ... إنما هي أمور من الإسلام ، وأن الإسلام يحث على التمسك بها والعمل من أجلها ، ولكن الصوفية في ذلك يخالفون ما دعا إليه الإسلام حيث ابتدعوا مفاهيم وسلوكيات لهذه المصطلحات مخالفة لما كان عليه الرسول صلى الله عليه وسلم وصحابته لكن الذي وصل إليه بعضهم من الحلول والاتحاد والفناء ، وسلوك طريق المجاهدات الصعبة ، إنما انحدرت هذه الأمور إليهم من مصادر دخيلة على الإسلام كالهندوسية والجينية والبوذية والأفلاطونية والزرادشتية والمسيحية.فرق معاصرة للعواجي - (3 / 118)وقال أيضاً: "إن الله يفتح للعارف وهو على فراشه ما لا يفتح لغيره وهو قائم يصلي"( )، وهذه دعوى صريحة إلى التكاسل في الطاعات وتعريض بقلة فضل الصلاة وتتضح منزلة التكاليف عند بعض أولياء الصوفية عند الشعراني في تراجمه لكثير من أعلامهم بما لا يدع مجالاً للشك في إلحاد وزندقة هؤلاء الذين يسميهم أولياء ويترضى عنهم أيضاً.
Menyikapi hal ini, Seykh Muhammad bin Sulaiman Al-Bagdadi mengatakan, sesungguhnya jazdab tanpa adanya ketaqwaan atau menjalankan perintah tuhan tak akan ada artinya, begitu pula bila hanya melakukan syariat tampa adanya jadzab, karna tidak akan menghasilkan apapun, kecuali menjadi golongan ulama yang cenderung dhohiriyah atau hanya melihat dhohir saja.
موسوعة الرد على الصوفية - (78 / 241)ويقول محمد بن سليمان البغدادي الحنفي النقشبندي واعلم أن الجذب وحده من غير سلوك في الطريق المستقيم بامتثال أوامر الحق تعالى والاجتناب عن نواهيه لا نتيجة له أصلاً...وكذلك السلوك بامتثال الأوامر واجتناب النواهي من غير جذب إلهي لا نتيجة له غير الدخول من أهل الظاهر في حيز العلماء والعباد
Sebuah kesimpulan kecil : jazdab, fana’, wahdatul wujud, dalam istilah sufi mempunyai tujuan sama, yaitu bagaimana menjadi manusia sempurna di sisi Allah, hingga merasa tidak ada apapun kecuali Allah, tidak ada yang tampak kecuali Allah. Begitu memahami kehambaan diri dan menyadari kebesaran allah melalui sifat dan asma-asmanya, hingga seperti mampu melihat tuhan seperti benda yang wujud.Sedangkan Jazdab dalam istilah sufi adalah,merupakan sebuah fase di mana manusia oleh tuhan di tarik ke alam yang berbeda untuk di jadikan kekasihnya (ma’rifat bil allah) atau Allah akan memperlihatkan kekuasaanya serta rahasia yang tidak di ketahui manusia. Hal itu menjadikan dirinya lupa akan keadaanya (hingga banyak dari tokoh sufi yang seperti orang gila), namun tidak gila karna sakit, tapi karna keimanan yang luar biasa pada Allah atau pula karna dia telah tenggelam dalam kecintaanya pada Allah.Hukum yang berlaku pada orang jazdab tetap seperti orang biasa, yaitu dia masih terkena taklif dari syari’at agama. Karna jika seseorang telah menjadi kekasih allah, pasti orang tersebut tidak akan meninggalkan perintah allah dan meninggalkan laranganya. Namun jika ada orang yang jazdab akan tetapi meninggalkan syari’at, hal itu hanyalah jazdab yang tidak ada faedahnya.
Semua orang yang beriman pasti memiliki mahabbah. Baik sedikit maupun banyak mereka pasti memiliki mahabbah. Dalam Al-Qur'an telah disebutkan :
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آَمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ
(QS. Al Baqarah: 165)
"Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). (QS. Al-Baqarah: 165)
Akan tetapi yang paling banyak, mahabbah mereka wujud untuk khidmah kepada agama Allah (berdakwah, mengajar, dll). Ini juga tak lain karena adanya tajalli dari Allah. Oleh karena itu mahabbah ini tidak akan tertuju kepada selain Allah. Tajalli di sini adalah sebagaimana dalam Al-Qur'an :
وَلَمَّا جَاءَ مُوسَى لِمِيقَاتِنَا وَكَلَّمَهُ رَبُّهُ قَالَ رَبِّ أَرِنِي أَنْظُرْ إِلَيْكَ قَالَ لَنْ تَرَانِي وَلَكِنِ انْظُرْ إِلَى الْجَبَلِ فَإِنِ اسْتَقَرَّ مَكَانَهُ فَسَوْفَ تَرَانِي فَلَمَّا تَجَلَّى رَبُّهُ لِلْجَبَلِ جَعَلَهُ دَكًّا وَخَرَّ مُوسَى صَعِقًا فَلَمَّا أَفَاقَ قَالَ سُبْحَانَكَ تُبْتُ إِلَيْكَ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُؤْمِنِينَ (QS. Al A’raf: 143)
"Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan kami) pada waktu yang Telah kami tentukan dan Tuhan Telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar Aku dapat melihat kepada Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi Lihatlah ke bukit itu, Maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku". Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu*, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, Aku bertaubat kepada Engkau dan Aku orang yang pertama-tama beriman". (QS. Al-A'raf: 143)
*para Mufassirin ada yang mengartikan yang nampak oleh gunung itu ialah kebesaran dan kekuasaan Allah, dan ada pula yang menafsirkan bahwa yang nampak itu hanyalah cahaya Allah. Bagaimanapun juga nampaknya Tuhan itu bukanlah nampak makhluk, hanyalah nampak yang sesuai sifat-sifat Tuhan yang tidak dapat diukur dengan ukuran manusia.
Jadi hati yang lemah seperti ini kalau ada tajalli maka akan jatuh pingsan.
Kita memiliki dan diberi mahabbah sangat sedikit tapi kalau sudah sampai pada derajat wahdatis Syuhud maka semua akan dilupakan sehingga terkadang dia melupakan syari'at. Dia akan seperti orang yang gila bahkan memang benar-benar gila sehingga dia tidak kewajiban shalat dan ibadah lain. Dia tidak sadar dengan apa yang dilakukan. Lalu apa tugas mereka sebagai wali Allah swt dan apa faedahnya?
Memang mereka tidak ditugaskan untuk amar ma'ruf oleh Allah tapi mereka memiliki tugas yang tidak bisa dilihat mata namun atsarnya akan kelihatan. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits :
حَدَّثَنَا أَبُو الْمُغِيرَةِ حَدَّثَنَا صَفْوَانُ حَدَّثَنِي شُرَيْحٌ يَعْنِي ابْنَ عُبَيْدٍ قَالَ
ذُكِرَ أَهْلُ الشَّامِ عِنْدَ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَهُوَ بِالْعِرَاقِ فَقَالُوا الْعَنْهُمْ يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ قَالَ لَا إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ الْأَبْدَالُ يَكُونُونَ بِالشَّامِ وَهُمْ أَرْبَعُونَ رَجُلًا كُلَّمَا مَاتَ رَجُلٌ أَبْدَلَ اللَّهُ مَكَانَهُ رَجُلًا يُسْقَى بِهِمْ الْغَيْثُ وَيُنْتَصَرُ بِهِمْ عَلَى الْأَعْدَاءِ وَيُصْرَفُ عَنْ أَهْلِ الشَّامِ بِهِمْ الْعَذَابُ
Artinya: "Suatu ketika Ahli syam disebut-disebut di hadapan Sayyidina Ali (ketika beliau di Irak) lalu penduduk Irak berkata: laknatlah mereka wahai amirul mukminin. Sayyidina Ali menjawab: tidak, saya pernah mendengar Rasulullah saw bersabda: wali abdal itu berada di syam, mereka ada 40 orang, ketika satu orang meninggal maka Allah mengganti tempatnya dengan orang lain. Karena merekalah penduduk syam diberi hujan, karena mereka penduduk syam ditolong dari musuh dan karena mereka penduduk syam dihindarkan dari siksa"
حَدَّثَنَا أَبُو زُرْعَةَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بن عَمْرٍو الدِّمَشْقِيُّ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بن الْمُبَارَكِ الصُّورِيُّ، حَدَّثَنَا عَمْرُو بن وَاقِدٍ، عَنْ يَزِيدَ بن أَبِي مَالِكٍ، عَنْ شَهْرِ بن حَوْشَبٍ، قَالَ: لَمَّا فُتِحَتْ مِصْرُ، سَبُّوا أَهْلَ الشَّامِ، فَأَخْرَجَ عَوْفُ بن مَالِكٍ رَأْسَهُ مِنْ تُرْسٍ، ثُمَّ قَالَ: يَا أَهْلَ مِصْرَ , أَنَا عَوْفُ بن مَالِكٍ، لا تَسُبُّوا أَهْلَ الشَّامِ فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ:"فِيهِمُ الأَبْدَالُ، وَبِهِمْ تُنْصَرُونَ، وَبِهِمْ تُرْزَقُونَ".
Artinya: "Ketika negara Mesir dikuasai Islam, penduduknya mencaci maki ahli syam, lalu Auf bin Malik mengeluarkan kepalanya dari perisainya dan berkata: wahai penduduk Mesir saya adalah Auf bin Malik, janganlah kalian mencaci maki ahli syam karena saya pernah mendengar Rasulullah saw bersabda: dalam ahli syam ada wali abdal. Karena merekalah ahli syam ditolong dan karena merekalah ahli syam diberi rizki"
Dalam Hadits lain:
Artinya: "Nabi Muhammad saw pernah bersabda: banyak orang yang amburadul rambutnya, berdebu, dan hanya memiliki dua pakaian yang rusak, namun jika mereka bersumpah dengan nama Allah maka Allah pasti akan meluluskan sumpah tersebut"
Jadi tugas mereka tidak kelihatan tapi berkahnya sangat besar bagi manusia. Lalu kenapa Allah menjadikan dua hamba yang berbeda? memang sunatullah dalam menciptakan sesuatu ada yang bervariasi sehingga tidak monoton. Kalau diciptakan seperti kelompok yang pertama maka semua akan amar ma’ruf tapi tidak ada yang bisa menjadikan bumi tenang dan kalau hanya yang seperti kelompok kedua maka tidak akan ada amar ma’ruf.
Ada orang ziarah pada Syekh Ramdhan. Orang ini seperti orang yang gila namun dia dimuliakan oleh Syekh Ramdhan. Ketika ingin pulang Syekh Ramdhan meminta doa agar Allah memuliakannya sebagaimana orang tersebut. Lalu orang tersebut berkata: "Kalau kamu seperti saya nanti siapa yang mengurusi masyarakat". Lalu dengan cerita ini apakah bisa menunjukan bahwa kelompok yang kedua lebih mulia dari pada kelompok yang pertama. Tidak, karena ini semua hanyalah ciptaan dan sunnah Allah. Pada zaman nabi beliau pernah berpesan pada sahabat Umar agar beliau minta doa pada Uwais Al-Qarany.
Lalu bagaimana sikap kita menghadapi dua hamba tersebut?. Hikmah Allah memang sangat besar. Seandainya Allah memperlihatkan walinya maka semua yang tidak menjadi wali pasti akan terlihat jelek, oleh karena itu Allah menutupinya. Dari sini kita harus selalu berkhusnudzon, jangan-jangan orang yang kelihatan jelek adalah wali Allah sehingga kita harus memuliakannya. Lebih baik kita tunduk kepada orang walaupun sebenarnya dia tidak mulia daripada kita sombong pada orang yang benar-benar mulia. Semua hamba tersebut (baik kelompok pertama maupun kedua) dibantu oleh Allah swt sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur'an:
كُلًّا نُمِدُّ هَؤُلَاءِ وَهَؤُلَاءِ مِنْ عَطَاءِ رَبِّكَ وَمَا كَانَ عَطَاءُ رَبِّكَ مَحْظُورًا (QS. Al Isra’: 20)
Artinya: Kepada masing-masing golongan baik golongan ini maupun golongan itu kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu. Dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi. (QS. Al-Isra': 20)
إذا سمعت كلمات من أهل التصوف والكمال ظاهرها ليس موافقا لشريعة الهدى من الضلال توفق فيها واسأل من الله العليم أن يعلمك مالم تعلم ولا تمل إلى الإنكار الموجب للنكال, لأن بعض كلماتهم مرموزة لاتفهم, وهي فى الحقيقة مطابقة لبطن من بطون القرأن الكريم وحديث النبي الرحيم. فهذا الطريق هوالأسلم القويم, والصراط المستقيم. .“
Apabila engkau mendengar beberapa kalimah-perkataan dari ahli Tashawwuf dan kesempurnaan zahirnya tidak sesuai bagisyariatnya Nabi yang menyatakan petunjuk dari segala kesesatan maka bertawaquflah (berdiamlah) engkau padanya dan bermohonlah (berserahlah) kepada Allah Yang Maha Mengetahui agar engkau di beriakan ilmu yang belum engkau mengetahuinya. Janganlah engkau cenderung mengingkarinya yang mengakibatkan kepada natijah yang buruk. Kerana sebagian dari pada kalimah atau perkataan mereka itu adalah isyarat yang tidak mudah difahami. Padahal hakikat-isinya itu sesuai dengan batinnya dari pada isi al Quran al Karim, dan haditsnya Nabi yang penyayang. Maka jalan ini lebih selamat sejahtera, dan jalan yang lurus.”
ومن أصول أهل السنة : التصديق بكرامات الأولياء وما يجري الله على أيديهم من خوارق العادات في أنواع العلوم والمكاشفات وأنواع القدرة والتأثيرات ، كالمأثور عن سالف الأمم في سورة الكهف وغيرها ، وعن صدر هذه الأمة من الصحابة والتابعين وسائر قرون الأمة ،وهي موجودة فيها ] ص: 287 [ إلى يوم القيامة( .] العقيدة الواسطية « شرح العقيدة الواسطية « أصول أهل السنة والجماعة الدين والإيمان قول وعمل « من أصول أهل السنة والجماعة التصديق بكرامات الأولياء[“
Termasuk prinsip ahlu as-Sunnah wa al-Jama’ah adalah membenarkan adanya karomah para wali dan kejadian-kejadian luar biasa yang Allah tunjukkan melalui mereka dalam berbagai bentuk ilmu dan mukasyafah, dalam berbagai jenis qudrat dan pengaruh, seperti yang diriwayatkan dari umat-umat terdahulu dalam (al Qur'an) Surat al-Kahfi dan selainnya, dan dari generasi awal umat ini, para sahabat, tabi’in, serta generasi-generasi umat yang lain. Karomah tetap akan ada di setiap umat sampai hari Kiamat.”[Syarh Aqidatul Waasithiyah ]
Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar