Translate

Senin, 22 Februari 2016

Keimanan Terhadap Para Utusan ALLOH

Seorang muslim beriman bahwasanya Allah Ta’ala telah menetapkan manusia pilihan sebagai rasul-rasulNya. Dan Dia telah menurunkan wahyu kepada mereka tentang ajaran-ajaranNya. Lalu mewajibkan rasul-rasulNya tersebut agar menyampaikan wahyu kepada manusia agar tidak ada hujjah (alasan) bagi mereka dihadapan Allah Ta’ala di hari kiamat kelak. Allah Ta’ala mengutus mereka kepada kaumnya dengan diperkuat bukti-bukti dan berbagai mukjizat. Nabi yang diangkat sebagai rasul pertama adalah Nabi Adam, sedangkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah Nabi dan Rasul pungkasan. 

Sekalipun para rasul tersebut merupakan manusia biasa yang berlaku terhadap mereka apa yang berlaku bagi manusia lainnya, seperti makan dan minum, sehat dan sakit, lupa dan ingat, hidup dan mati, akan tetapi seorang muslim meyakini, bahwa mereka adalah manusia-manusia pilihan dan paling sempurna. Mereka adalah manusia paling utama tanpa terkecuali. 

Meyakini bahwasanya tidak akan sempurna iman seseorang kecuali dengan beriman kepada para rasul, secara global maupun secara rinci. Dan jika tidak beriman terhadap kerasulan salah satu dari rasul-rasul tersebut, maka sama artinya ia tidak beriman kepada seluruh rasul, dan berarti ia telah berbuat kekafiran. 

Allah mengisyaratkan dalam al-Quran bahwa banyak Nabi yang diutus ke dunia ini, namun dari sekian banyak Nabi dan Rasul tersebut yang wajib diimani hanya 25 Nabi.
Para Rasul itu satu sama lainnya saling membenarkan mereka semua mentauhidkan Allah . rasul-rasul itu mengakui bahwa sebelum mereka telah ada rasul yang diutus Allah swt. untuk menyampaikan khabar gembira dan peringatan kepada umatnya masing-masing.
Firman Allah swt.
ﻭَﻟَﻘَﺪْ ﺃَﺭْﺳَﻠْﻨَﺎ ﺭُﺳُﻼً ﻣِّﻦْ ﻗَﺒْﻠِﻚَ ﻣِﻨْﻬُﻢْ ﻣَّﻦْ ﻗَﺼَﺼْﻨَﺎ ﻋَﻠَﻴْﻚَ ﻭَﻣْﻨﻬُﻢْ ﻣَّﻦْ ﻟﻢَّْ ْﻧَﻘْﺼُﺺْﻋَﻠَﻴْﻚَ
“Dan sesungguhnya telah kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, diantara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu, dan diantara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu.”... (al-Mukmin : 78)


ﺭُﺳُﻼً ﻣِّﺒَﺸِّﺮِﻳْﻦَ ﻭَﻣُﻨْﺬِﺭِﻳْﻦَ ﻟِﺌَﻼً ﻳَﻜُﻮْﻥُ ﻟِﻠﻨَّﺎﺱِ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﺣُﺠَّﺔٌ ﺑَﻌْﺪَ ﺍﻟﺮُّﺳُﻞِ ﻭَﻛَﺎﻥَ ﺍﻟﻠﻪ ﻋَﺰِﻳْﺰًﺍ ﺣَﻜِﻴْﻤًﺎ
“ (mereka kami utus) salaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu.dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”(Qs.An-Nisa:165)‎

ﺍَﻹِﻳْﻤَﺎﻥُ ﺃَﻥْ ﺗُﺆْﻣِﻦُ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻭَﻣَﻶﺋِﻜَﺔُ ﻭَﻛُﺘُﺒِﻪِ ﻭَﺭَﺳُﻠِﻪِ ﻭَﺑِﺎﻟْﻴَﻮْﻡِ ﺍْﻵﺧِﺮِ ﻭَﺑِﺎﻟْﻘَﺪْﺭِ ﺧَﻴْﺮِﻩِ ﻭَﺷَﺮِّﻩِ
“ iman itu ialah percaya akan adanya Allah SWT. Malaikat-malaikatNya,Kitab-kitabNya,Rasul-rasulNya,hari akhir, serta iman kepada takdir baik dan buruk.(H.R.Muslim).
ﻭَﻣَﻦْ ﻟﻢَ ْﻳُﺆْﻣِﻦُ ﺑِﺎ ﻟﻠﻪِ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟَﻪُ ﻓَﺈِﻧّﺎَﺃَﻋْﺘَﺪْﻧَﺎ ﻟِﻠْﻜَﻔِﺮِﻳْﻦَ ﺳَﻌِﻴْﺮًﺍ
“barangsiapa tidak beriman kepada Allah dan rasulNya,maka sesunguhnya Kami sediakan buat orang –orang kafir itu neraka Sa’ir.”( Qs.al-Fath.48:13)

Iman Kepada Para Rosul Adalah Salahsatu Rukun Iman

Iman kepada para nabi dan rasul Allah, merupakan salah satu rukun iman.Keimanan seseorang itu tidak sah, sampai ia mengimani semua nabi dan rasul Allah dan membenarkan bahwa Allah telah mengutus mereka untuk menunjuki, membimbing dan mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya kebenaran. Ditambah juga keharusan membenarkan bahwa mereka telah menyampaikan apa yang Allah turunkan kepada mereka dengan benar dan sempurna, dan mereka telah berjihad dengan sebenar-benarnya di jalan Allah.

Adapun dalil tentang kewajiban iman kepada para rasul, ialah sebagai berikut:
Allah berfirman:

ءَامَنَ الرَّسُولُ بِمَآأُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ ءَامَنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّن رُّسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ

Rasul telah beriman kepada Al Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Rabb-nya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya dan rasul-rasulNya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasulNya," dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat". (Mereka berdoa): "Ampunilah kami, ya Rabb kami. Dan kepada Engkaulah tempat kembali". [Al Baqarah:285].

لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ ءَامَنَ باِللهِ وَالْيَوْمِ اْلأَخِرِ وَالْمَلَئِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّنَ وَءَاتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقاَمَ الصَّلَوةَ وَءَاتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَآءِ وَالضَّرَّآءِ وَحِينَ الْبَأْسِ أُوْلَئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ 

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah Timur dan Barat itu suatu kebaktian, akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa. [Al Baqarah:177].

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا ءَامِنُوا بِاللهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَى رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنزَلَ مِنْ قَبْلُ وَمَن يَكْفُرْ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ اْلأَخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً بَعِيدًا

Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan RasulNya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada RasulNya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. [An Nisaa’:136].

Dalam ayat-ayat tersebut di atas, Allah memerintahkan kaum mukminin untuk beriman kepada Allah, RasulNya, Al Qur’an dan kitab suci yang diturunkan sebelumnya. Hal ini menunjukkan kewajiban beriman kepada para rasul.

Juga sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits Jibril yang terkenal, ketika ditanya tentang iman, Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab :

أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْقَدَرِ كُلِّهِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ 

Beriman kepada Allah, malaikatNya, kitab-kitab suciNya, para RasulNya dan hari akhirat serta taqdir yang baik dan yang buruk.

Dalam hadits ini, Rasulullah menjadikan iman kepada para rasul termasuk salah satu rukun iman. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Satu keharusan dalam iman, (yaitu) seorang hamba beriman kepada Allah, Malaikat, kitab-kitab suciNya, para RasulNya dan hari akhir. Dia harus beriman kepada seluruh rasul yang diutus dan seluruh kitab suci yang diturunkan.

PERBEDAAN ANTARA NABI DAN RASUL
Para ulama berselisih pendapat dalam mendefinisikan nabi dan rasul. Namun yang rajih (kuat), menyatakan rasul adalah seorang yang mendapatkan wahyu dengan membawa syariat baru. Adapun nabi adalah seorang yang diberi wahyu untuk menetapkan syariat sebelumnya.

Mayoritas ulama menyatakan adanya perbedaan antara nabi dan rasul, sebagaimana pembahasan di atas. Tetapi, mengenai letak perbedaan antara nabi dan rasul, ada beberapa pendapat sebagai berikut.

1. Rasul adalah orang yang diturunkan kepadanya wahyu berupa syariat dan diperintahkan untuk menyampaikan kepada umat manusia. Adapun nabi, mereka adalah orang yang mendapatkan wahyu berupa syariat, namun tidak diperintah untuk menyampaikannya.

2. Rasul adalah orang yang mendapatkan wahyu berupa syariat baru. Adapun nabi diutus dengan membawa syariat rasul sebelumnya. Pendapat kedua ini menyatakan bahwa nabi dan rasul diperintahkan menyampaikan syariat kepada umatnya.

3. Rasul adalah orang yang mendapatkan kitab dan syariat tersendiri (baru). Adapun nabi tidak diturunkan padanya kitab, tetapi menyeru kepada syariat rasul sebelumnya.

Masih ada pendapat lain di kalangan ulama, kita cukupkan tiga pendapat di atas. “Mengenai perbedaan antara nabi dan rasul, yang masyhur (selama ini) bahwa nabi adalah orang yang mendapatkan wahyu berupa syariat dan tidak diperintahkan untuk menyampaikan kepada manusia. Adapun rasul adalah orang yang mendapatkan wahyu berupa syariat dan diperintahkan untuk menyampaikan. Namun, terdapat dalil yang menunjukkan tidak benarnya pendapat ini… Di antaranya firman Allah Subhanahu wata’ala,

إِنَّا أَنزَلْنَا التَّوْرَاةَ فِيهَا هُدًى وَنُورٌ ۚ يَحْكُمُ بِهَا النَّبِيُّونَ الَّذِينَ أَسْلَمُوا

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat. Di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan kitab itudiputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang berserah diri kepada Allah.” (al-Maidah: 44)

Ayat ini menunjukkan bahwa para nabi bani Israil setelah Musa ‘Alaihissalam berhukum dengan Taurat dan menyeru manusia (berpegang dengan) Taurat. Atas dasar (ayat) ini, bisa kita katakan tentang perbedaan antara nabi dan rasul, bahwasanya rasul adalah orang yang mendapatkan wahyu berupa syariat dan diturunkan kepadanya al-Kitab. Adapun nabi, ia adalah orang yang mendapatkan wahyu untuk menyampaikan risalah rasul sebelumnya. Pendapat inilah yang sesuai dengan dalil-dalil….” (diringkas dari Qathfu Jana ad-Dani hlm. 110)

Nabi dan Rasul adalah Laki-Laki Merdeka

Nabi dan rasul semua adalah laki laki merdeka dan bukan budak. Tidak ada seorang nabi pun dari kalangan wanita. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

وَمَا أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ إِلَّا رِجَالًا نُّوحِي إِلَيْهِمْ ۖ فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

“Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad) melainkan orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu jikakamu tiada mengetahui.” (al-Anbiya: 7)

Dalam ayat yang lain, Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ إِلَّا رِجَالًا نُّوحِي إِلَيْهِم مِّنْ أَهْلِ الْقُرَىٰ ۗ

“Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya di antara penduduk negeri.” (Yusuf: 109)

Sebagian manusia beranggapan bahwa Sarah istri Ibrahim, ibu Nabi Musa, dan Maryam binti Imran adalah para nabi. Mereka berdalil bahwasanya malaikat Allah Subhanahu wata’ala memberikan kabar gembira kepada Sarah akan kelahiran Ishaq. Demikian pula malaikat memberikan kabar gembira kepada Maryam akan kelahiran Isa. Mereka berdalil pula dengan firman Allah Subhanahu wata’ala tentang ibu Nabi Musa ‘Alaihissalam,

وَأَوْحَيْنَا إِلَىٰ أُمِّ مُوسَىٰ أَنْ أَرْضِعِيهِ ۖ فَإِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَأَلْقِيهِ فِي الْيَمِّ وَلَا تَخَافِي وَلَا تَحْزَنِي ۖ إِنَّا رَادُّوهُ إِلَيْكِ وَجَاعِلُوهُ مِنَ الْمُرْسَلِينَ

Kami ilhamkan kepada ibu Musa, “Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya, hanyutkanlahdia ke sungai (Nil). Janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) daripara rasul.” (al-Qashash: 7)

Namun, semua dalil tersebut tidak menunjukkan bahwa mereka adalah nabi. Wahyu yang dikatakan dalam kisah ibu Musa adalah ilham, sebagaimana Allah Subhanahu wata’ala memberikan wahyu kepada lebah, yakni ilham. Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Yang diyakini Ahlus Sunnah wal Jamaah, dan ini pula yang dinukilkan oleh asy-Syaikh Abul Hasan ‘Ali bin Isma’il al-Asy’ari, tidak ada seorang nabi pun dari kaum wanita. Yang ada adalahshiddiqah (derajat tertinggi di bawah nabi dan rasul, -pen.). Allah Subhanahu wata’ala mengabarkan tentang Maryam binti Imran dalam firman-Nya,

مَّا الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِهِ الرُّسُلُ وَأُمُّهُ صِدِّيقَةٌ ۖ كَانَا يَأْكُلَانِ الطَّعَامَ ۗ

“Al-Masih putra Maryam hanyalah seorang rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang shiddiqah (yang sangat benar), keduanya biasa memakanmakanan.” (al-Maidah: 75) (Tafsir Ibnu Katsir)‎


Seluruh rasul diselamatkan oleh Allah dari percobaan pembunuhan yang dilakukan oleh kaumnya sedangkan nabi ada yang berhasil dibunuh oleh kaumnya.‎

Seorang Nabi dan Rasul pasti lebih sempurna dari ummatnya dalam sisi kecerdasan, keutamaan, pengetahuan, kesalehan, bersih dari dosa dan maksiat, keberanian, kedermawanan dan kezuhudan. Allah ta'ala berfirman:

)  إن الله اصطفى ءادم ونوحا وءال إبراهيم وءال عمران على العالمين ( (سورة ءال عمران : 33)

Maknanya: ” Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga 'Imran melebihi segala ummat"  (Q.S. Aal 'Imraan : 33)

Allah ta'ala juga berfirman:

] ولقد اخترناهم على علم على العالمين [  ( سورة الدخان : 32 )

Maknanya: "Dan sesungguhnya telah kami pilih mereka dengan pengetahuan kami atas bangsa-bangsa seluruhnya" (Q.S. ad-Dukhaan : 32)

Sebagaimana di sebutkan dalam hadits Nabi:

عن أبي ذر قال دخلت على رسول الله صلى الله عليه وسلم وهو فى المسجد قلت أي الأنبياء أول؟ قال آدم قلت وهل كان نبيا؟ قال نعم نبي مكلم 

Dari abu dzar beliau berkata" Aku menemui Rosululloh Saw di dalam masjid, aku berkata" Siapakah pertama para nabi"? Beliau berkata" Adam" aku berkata" apakah beliau seorang nabi? Beliau menjawab" iya, Nabi mukallam (berdialog langsung dengan Alloh) (HR.Ahmad,ibnu abi syaibah,Nasai)

عن أبي هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم أنا أولى الناس بعيسى ابن مريم فى الأولى والأخرة قالوا وكيف ذاك يارسول الله؟ قال الأنبياء إخوة من علات أمهانهم شتى ودينهم واحد وليس بيننا نبي 

Dari abu hurairah beliau berkata" Rosululloh Saw telah bersabda" Akulah paling utamanya manusia (bersaudara) dengan isa putra maryam di dunia dan akhirat" para sahabat berkata" mengapa demikian ya Rosulalloh"? Beliau bersabda:" Para nabi itu semuanya saudara tiri, ibunya berbeda beda tetapi agamanya satu, tidak ada di antara kami (dengan isa) seorang nabi.
(HR.Muslim,ibnu hibban)


Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:‎

إِنَّا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ كَمَا أَوْحَيْنَا إِلَى نُوحٍ وَالنَّبِيِّينَ مِنْ بَعْدِهِ وَأَوْحَيْنَا إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطِ وَعِيسَى وَأَيُّوبَ وَيُونُسَ وَهَارُونَ وَسُلَيْمَانَ وَآَتَيْنَا دَاوُودَ زَبُورًا [النساء/163]

Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma'il, Ishak, Ya'qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud.

Hal ini dipertegas dengan sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam

صحيح البخاري - (ج 11 / ص 123)

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي دَعْوَةٍ فَرُفِعَ إِلَيْهِ الذِّرَاعُ وَكَانَتْ تُعْجِبُهُ فَنَهَسَ مِنْهَا نَهْسَةً وَقَالَ أَنَا سَيِّدُ الْقَوْمِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ هَلْ تَدْرُونَ بِمَ يَجْمَعُ اللَّهُ الْأَوَّلِينَ وَالْآخِرِينَ فِي صَعِيدٍ وَاحِدٍ فَيُبْصِرُهُمْ النَّاظِرُ وَيُسْمِعُهُمْ الدَّاعِي وَتَدْنُو مِنْهُمْ الشَّمْسُ فَيَقُولُ بَعْضُ النَّاسِ أَلَا تَرَوْنَ إِلَى مَا أَنْتُمْ فِيهِ إِلَى مَا بَلَغَكُمْ أَلَا تَنْظُرُونَ إِلَى مَنْ يَشْفَعُ لَكُمْ إِلَى رَبِّكُمْ فَيَقُولُ بَعْضُ النَّاسِ أَبُوكُمْ آدَمُ فَيَأْتُونَهُ فَيَقُولُونَ يَا آدَمُ أَنْتَ أَبُو الْبَشَرِ خَلَقَكَ اللَّهُ بِيَدِهِ وَنَفَخَ فِيكَ مِنْ رُوحِهِ وَأَمَرَ الْمَلَائِكَةَ فَسَجَدُوا لَكَ وَأَسْكَنَكَ الْجَنَّةَ أَلَا تَشْفَعُ لَنَا إِلَى رَبِّكَ أَلَا تَرَى مَا نَحْنُ فِيهِ وَمَا بَلَغَنَا فَيَقُولُ رَبِّي غَضِبَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ وَلَا يَغْضَبُ بَعْدَهُ مِثْلَهُ وَنَهَانِي عَنْ الشَّجَرَةِ فَعَصَيْتُهُ نَفْسِي نَفْسِي اذْهَبُوا إِلَى غَيْرِي اذْهَبُوا إِلَى نُوحٍ فَيَأْتُونَ نُوحًا فَيَقُولُونَ يَا نُوحُ أَنْتَ أَوَّلُ الرُّسُلِ إِلَى أَهْلِ الْأَرْضِ وَسَمَّاكَ اللَّهُ عَبْدًا شَكُورًا أَمَا تَرَى إِلَى مَا نَحْنُ فِيهِ أَلَا تَرَى إِلَى مَا بَلَغَنَا أَلَا تَشْفَعُ لَنَا إِلَى رَبِّكَ فَيَقُولُ رَبِّي غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ وَلَا يَغْضَبُ بَعْدَهُ مِثْلَهُ نَفْسِي نَفْسِي ائْتُوا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَأْتُونِي فَأَسْجُدُ تَحْتَ الْعَرْشِ فَيُقَالُ يَا مُحَمَّدُ ارْفَعْ رَأْسَكَ وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ وَسَلْ تُعْطَهْ
قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدٍ لَا أَحْفَظُ سَائِرَهُ
Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata; Kami bersama Nabi Shallallahu 'alaihi wa salam dalam jamuan makan walimah (resepsi permikahan) kemudian disodorkan kepada Beliau sepotong paha kambing yang mengundang selera Beliau maka Beliau memakannya dengan cara menggigitnya lalu bersabda: "Aku adalah penghulu kaum (manusia) pada hari qiyamat. Mengertikah kalian tatkala Allah mengumpulkan manusia dari yang pertama (diciptakan) hingga yang terakhir pada satu bukit. Kemudian mereka dijadikan menatap oleh seorang juru pandang dan dijadikan mendengar oleh seorang juru seru dan matahari didekatkan. Kemudian sebagian orang berkata; "Mungkin kalian punya saran karena nasib kalian sekarang?". Tidakkah kalian punya pandangan siapa yang dapat memintakan syafa'at kepada Rabb kalian?". Maka sebagian orang ada yang berkata; "Bapak kalian, Adam 'alaihissalam". Maka mereka menemui Adam Alaihissalam dan berkata; "Wahai Adam, kamu adalah bapak seluruh manusia. Allah menciptakan kamu langsung dengan tangan-Nya dan meniupkan langsung ruh-Nya kepadamu dan memerintahkan para malaikat untuk sujud kepadamu dan menempatkan kamu tinggal di surga, tidakkah sebaiknya kamu memohon syafa'at kepada Rabbmu untuk kami?. Tidakkah kamu melihat apa yang sedang kami hadapi?". Adam Alaihissalam menjawab; "Rabbku pernah marah kepadaku dengan suatu kemarahan yang belum pernah Dia marah seperti itu sebelumnya dan tidak akan pula marah seperti itu sesudahnya. Dia melarang aku mendekati pohon namun aku mendurhakai-Nya. Oh diriku, oh diriku. Pergilah kalian kepada orang selain aku. Pergilah kepada Nuh". Maka mereka menemui Nuh Alaihissalam dan berkata; "Wahai Nuh, kamulah Rasul pertama kepada penduduk bumi ini dan Allah menamakan dirimu sebagai 'Abdan syakuura (hamba yang bersyukur). Tidakkah kamu melihat apa yang sedang kami hadapi?, Tidakkah sebaiknya kamu memohon syafa'at kepada Rabbmu untuk kami?. Maka Nuh Alaihissalam berkata; "Pada suatu hari Rabbku pernah marah kepadaku dengan suatu kemarahan yang belum pernah Dia marah seperti itu sebelumnya dan tidak akan pula marah seperti itu sesudahnya. Oh diriku, oh diriku. Pergilah kalian kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam". Maka mereka menemui aku. Kemudian aku sujud di bawah al-'Arsy lalu dikatakan; "Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu dan mohonkanlah syafa'at serta mintalah karena permintaan kamu akan dikabulkan". Muhammad bin 'Ubaid berkata; "Aku tidak hafal seluruh isi hadits ini". [HR Al Bukhari (3340) dan Muslim (327)]
Adakah Nabi dan Rasul dari Kalangan Jin?

Jumhur ( mayoritas ) ulama berpendapat tidak ada nabi dan rasul dari kalangan jin, semua dari kalangan manusia. Demikian pendapat sahabat Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma. Di antara dalil jumhur adalah firman Allah Subhanahu wata’ala

اللَّهُ يَصْطَفِي مِنَ الْمَلَائِكَةِ رُسُلًا وَمِنَ النَّاسِ

“Allah memilih utusan-utusan (Nya) dari malaikatdan dari manusia….” (al-Hajj: 75)

Demikian pula firman Allah Subhanahu wata’ala tentang Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam,

وَوَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَجَعَلْنَا فِي ذُرِّيَّتِهِ النُّبُوَّةَ وَالْكِتَابَ

“Dan Kami anugerahkan kepada Ibrahim, Ishaq, dan Yaqub, serta Kami jadikan kenabian dan al-Kitab pada keturunannya.” (al-Ankabut: 27)

Ulama mengatakan, berdasarkan ayat ini, semua nabi yang diutus setelah Ibrahim adalah dari keturunan beliau. Telah dimaklumi bahwa jin bukan dari keturunan Ibrahim ‘Alaihissalam. Demikianlah pendapat jumhur dan beberapa dalil yang mereka bawakan. Sebagian ulama berpendapat bahwa bisa jadi ada nabi dan rasul dari kalangan jin. Ada pula sekelompok ulama yang tawaqquf (tidak memberikan pendapat) dalam masalah ini, tidak menetapkan tidak pula meniadakan. Wallahu ta’ala a’lam.

Nah, setelah anda mengetahui perbedaan nabi dan rasul, anda sebagai umat muslim pun diwajibkan untuk mengetahui hanya 25 nabi dan rosul yang sebenarnya jumlahnya pun tidak hanya 25. Sangat disayangkan jika anda pun tidak hafal 25 nama nabi dan rosul yang merupakan orang terpilih. Untuk membantu mempermudah nama nabi dan rosul, anda dapat menggunakan shalawat nabi dan rosul yang biasanya banyak dijarkan di tempat-tempat menuntut ilmu agama, seperti TPA, pondok pesantren dan masih banyak lagi.
AN NUBUWAH (KENABIAN) ADALAH ANUGERAH ILAHI
An nubuwah (kenabian) merupakan perantara antara Sang Pencipta dengan makhlukNya dalam menyampaikan syariatNya. 

Ditinjau dari sisi makhluk, an nubuwah merupakan duta antara Allah dengan hambaNya, serta ajakan Allah kepada makhlukNya untuk mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya kebenaran. Memindahkan makhlukNya dari kesempitan dunia menuju keluasan dunia dan akhirat. Sehingga kenabian merupakan nikmat petunjuk dari Allah kepada hambaNya dan anugerah Ilahi kepada mereka. 

Adapun ditinjau dari diri rasul tersebut, maka kenabian merupakan karunia Allah untuknya, pilihan Allah untuknya dari seluruh manusia dan hadiah yang Allah khususkan kepadanya dari seluruh makhluk.

Dengan begitu, kenabian tidak dapat dicapai dengan ketinggian ilmu, ibadah dan ketaatan. Kenabian juga tidak dapat dicapai dengan semedi, mengosongkan perut, meditasi dan yang lainnya. Namun kenabian merupakan anugerah Ilahi semata, dan pilihan dari Allah, sebagaimana firmanNya:

اللهُ يَصْطَفِي مِنَ الْمَلاَئِكَةِ رُسُلاً وَمِنَ النَّاسِ إِنَّ اللهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ

Allah memilih utusan-utusan(Nya) dari malaikat dan dari manusia; sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. [Al Hajj:75].

وَاللَّهُ يَخْتَصُّ بِرَحْمَتِهِ مَن يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ

Dan Allah menentukan siapa yang dikehendakiNya (untuk diberi) rahmatNya (kenabian); dan Allah mempunyai karunia yang besar. [Al Baqarah:105].

Demikianlah, kenabian adalah kedudukan dan martabat yang tinggi, yang Allah khususkan kepada para nabi, semata-mata karena keutamaanNya, lalu Allah mempersiapkan dan memudahkan mereka mengembannya. Dengan keutamaan dan rahmatNya tanpa bersusah payah, Allah menjaga mereka dari pengaruh syetan dan menjaganya dari kesyirikan. 

أُوْلَئِكَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللهُ عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ مِن ذُرِّيَّةِ ءَادَمَ وَمِمَّنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ وَمِن ذُرِّيَّةِ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْرَاءِيلَ وَمِمَّنْ هَدَيْنَا وَاجْتَبَيْنَا إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ ءَايَاتُ الرَّحْمَـنِ خَرُّوا سُجَّدًا وَبُكِيًّا

Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayt-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis. [Maryam:58].

Allah berfirman kepada Musa:

قَالَ يَامُوسَى إِنِّي اصْطَفَيْتُكَ عَلَى النَّاسِ بِرِسَالاَتِي وَبِكَلاَمِي فَخُذْ مَآءَاتَيْتُكَ وَكُن مِّنَ الشَّاكِرِينَ

Allah berfirman: "Hai Musa, sesungguhnya Aku memilih (melebihkan) kamu dari manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalahKu dan untuk berbicara langsung denganKu, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur". [Al A’raf:144].

Demikian juga Allah menceritakan pernyataan Nabi Ya’qub kepada anaknya :

وَكَذَلِكَ يَجْتَبِيكَ رَبُّكَ وَيُعَلِّمُكَ مِنْ تَأْوِيلِ اْلأَحَادِيثِ وَيُتِمُّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ وَعَلَى ءَالِ يَعْقُوبَ كَمَآأَتَمَّهَا عَلَى أَبَوَيْكَ مِن قَبْلُ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ إِنَّ رَبَّكَ عَلِيمٌ حَكِيمٌ

Dan demikianlah Rabb-mu, memilih kamu (untuk menjadi Nabi) dan diajarkanNya kepadamu sebagian dari tabir mimpi-mimpi dan disempurnakanNya nikmatNya kepadamu dan kepada keluarga Ya'qub, sebagaimana Dia telah menyempurnakan nikmatNya kepada dua orang bapakmu sebelum itu, (yaitu) Ibrahim dan Ishaq. Sesungguhnya Rabb-mu Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. [Yusuf:6].

Ayat-ayat di atas jelas menunjukkan, bahwa kenabian bukanlah sesuatu yang dapat diraih dengan latihan dan pencarian dan angan-angan. Oleh karena itu, ketika kaum musyrikin berkata:

وَقَالُوا لَوْلاَ نُزِّلَ هَذَا الْقُرْءَانُ عَلَى رَجُلٍ مِّنَ الْقَرْيَتَيْنِ عَظِيمٍ

Mengapa Al Qur'an ini tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu dua negeri (Mekkah dan Thaif) ini?” [Az Zukhruf:31]

Maka Allah menjawab dengan firmanNya:

أَهُمْ يَقْسِمُونَ رَحْمَتَ رَبِّكَ نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُم مَّعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِّيَتَّخِذَ بَعْضُهُم بَعْضًا سُخْرِيًّا وَرَحْمُت رَبِّكَ خَيْرٌ مِمَّا يَجَمْعَوُنَ

Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Rabb-mu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebahagian yang lain beberapa derajat, agar sebahagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Rabb-mu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan. [Az Zukhruf:32].

KANDUNGAN IMAN KEPADA PARA NABI DAN RASUL
Pertama : Meyakini dengan benar dan mantap bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul yang mengajak untuk menyembah Allah saja dan mengkufuri sesembahan selainNya. 

Artinya, substansi dakwah para rasul, dari yang pertama sampai yang terakhir sama, yaitu mentauhidkan Allah dalam uluhiyah, rububiyah dan asma’ wa sifat (nama dan sifat Allah), dan meniadakan lawannya atau meniadakan kesempurnaannya. Begitulah, para nabi dan rasul membawa agama satu, yaitu Islam, dan setiap rasul menegaskan kepada kaumnya:

يَاقَوْمِ اعْبُدُوا اللهَ مَالَكُم مِّنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ 

Hai kaumku, sembahlah Allah, (karena) sekali-kali tidak ada ilah bagimu selain Dia. [Al Mu’minun:23]. 

Dan firmanNya:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أَمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ 

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thagut itu. [An Nahl:36].

Seluruh syariat mengajak kepada tauhid. Itulah inti sari dakwah para rasul sejak Nabi Nuh Alaihissallam sampai Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Syaikh Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Inilah agama nabi yang pertama sampai nabi terakhir dan para pengikut mereka, yaitu Islam. Agama Islam itu, intinya ialah beribadah kepada Allah saja yang tidak ada sekutu bagiNya. Ibadah kepada Allah di setiap waktu dan tempat, yaitu dengan mentaati para rasulNya. Sehingga seorang hamba beribadah kepadaNya dengan tidak menyelisihi ajaran para rasul tersebut, sebagaimana orang yang Allah ceritakan dalam firmanNya:

أَمْ لَهُمْ شُرَكَآؤُاْ شَرَعُوا لَهُم مِّنَ الدِّينِ مَالَمْ يَأْذَن بِهِ اللهُ

Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyari'atkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah. [Asy Syura:21].

Tidaklah beriman kepada Allah, kecuali orang yang beribadah kepada Allah dengan mentaati para rasulNya. Dan tidaklah beriman kepada Allah dan beribadah kepadaNya, kecuali orang yang beriman kepada seluruh para rasul dan mentaati mereka. Sehingga setiap rasul ditaati sampai datang rasul berikutnya, lalu ketaatannya diberikan kepada rasul yang tersebut”. 

Kedua : Beriman bahwa para rasul adalah orang yang memberikan petunjuk dakwah dan bimbingan menuju hidayah, sebagaimana firman Allah :

إِنَّمَآأَنتَ مُنذِرٌ وَلِكُلِّ قَوْمٍ هَادٍ

Sesunguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan; dan bagi tiap-tiap kaum ada orang yang memberi petunjuk. [Ar Ra’d:7].

Dan firmanNya.

وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ صِرَاطِ اللهِ

Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (Yaitu) jalan Allah. [Asy Syura:52, 53].

Adapun hidayah taufiq, hanyalah di tangan Allah, Dialah yang membolak-balik hati dan mengatur segala perkara. 

Ketiga : Membenarkan kerasulan dan mengakui kenabian mereka. Meyakini bahwa mereka jujur dan benar dalam menyampaikan semua yang dari Allah. Mereka telah menyampaikan risalah Ilahi, serta menjelaskan kepada semua manusia semua, yang tidak mereka ketahui. Para rasul tidak pernah menyembunyikan satu huruf pun dari risalah Ilahi. Mereka tidak merubah, menambah dan mengurangi dengan sesuatu. Allah berfirman:

فَهَلْ عَلَى الرُّسُلِ إِلاَّ الْبَلاَغُ الْمُبِينُ

Maka tidak ada kewajiban atas para rasul, selain dari menyampaikan (amanat Allah) dengan terang. [An Nahl:35].

Barang siapa yang mengkufuri salah seorang dari mereka, berarti telah mengkufuri seluruh para rasul dan kufur terhadap Allah yang mengutus mereka. Allah berfirman.

ءَامَنَ الرَّسُولُ بِمَآأُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ ءَامَنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّن رُّسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ

Rasul telah beriman kepada Al Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Rabb-nya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya dan rasul-rasulNya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasulNya," dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami ta'at". (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Rabb kami, dan kepada Engkaulah tempat kembali". [Al Baqarah:285].

إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِاللهِ وَرُسُلِهِ وَيُرِيدُونَ أَن يُفَرِّقُوا بَيْنَ اللهِ وَرُسُلِهِ وَيَقُولُونَ نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَنَكْفُرُ بِبَعْضٍ وَيُرِيدُونَ أَن يَتَّخِذُوا بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلاً أُوْلاَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ حَقًّا وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ عَذَابًا مُّهِينًا وَالَّذِينَ ءَامَنُوا بِاللهِ وَرُسُلِهِ وَلَمْ يُفَرِّقُوا بَيْنَ أَحَدٍ مِّنْهُمْ أُوْلاَئِكَ سَوْفُ يُؤْتِيهِمْ أُجُورَهُمْ وَكَانَ اللهُ غَفُورًا رَّحِيمًا

Sesungguhnya orang-orang kafir kepada Allah dan rasul-rasulNya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasulNya, dengan mengatakan: "Kami beriman kepada yang sebahagian dan kafir terhadap sebahagian (yang lain)," serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) diantara yang demikian (iman atau kafir), merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan. Orang-orang yang beriman kepada Allah dan para rasulNya dan tidak membedakan seorangpun diantara mereka, kelak Allah akan memberikan kepada mereka pahalanya. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [An Nisaa:150, 152].

Keempat : Beriman bahwa Allah meninggikan derajat sebagian rasul atas sebagian lainnya. Menjadikan Nabi Ibrahim Alaihissallam dan Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai khalilNya. Berbicara kepada Nabi Musa Alaihissallam, mengangkat Nabi Idris Alaihissallam pada martabat yang tinggi, dan menjadikan Nabi Isa Alaihissallam sebagai hamba dan rasulNya serta Muhammad sebagai penutup para nabi dan rasul, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.

تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ مِّنْهُم مَّن كَلَّمَ اللهُ وَرَفَعَ بَعْضَهُمْ دَرَجَاتٍ وَءَاتَيْنَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ الْبَيِّنَاتِ وَأَيَّدْنَاهُ بِرُوحِ الْقُدُسِ 

Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagian yang lain. Diantara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat. Dan Kami berikan kepada 'Isa putera Maryam beberapa mu'jizat, serta Kami perkuat dia dengan Ruhul Qudus. [Al Baqarah:253].

وَاتَّخَذَ اللهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلاً

Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi khalilNya (kesayanganNya). [An Nisaa:125]

قَالَ يَامُوسَى إِنِّي اصْطَفَيْتُكَ عَلَى النَّاسِ بِرِسَالاَتِي وَبِكَلاَمِي فَخُذْ مَآءَاتَيْتًكَ وَكُن مِّنَ الشَّاكِرِينَ

Allah berfirman: "Hai Musa, sesungguhnya Aku memilih (melebihkan) kamu dari manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalahKu dan untuk berbicara langsung denganKu, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu, dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur". [Al A’raf:144]. 

وَكَلَّمَ اللهُ مُوسَى تَكْلِيمًا

Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung. [An Nisaa:164]

وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِدْرِيسَ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيقًا نَّبِيًّا وَرَفَعْنَاهُ مَكَانًا عَلِيًّا

Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang disebut) di dalam Al Qur'an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi. Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi. [Maryam:56, 57].

Kelima : Beriman kepada para nabi dan rasul secara umum, baik yang telah kita ketahui maupun yang belum kita ketahui. Demikian juga beriman secara khusus kepada setiap nabi dan rasul yang telah Allah sebutkan namanya, dengan berkeyakinan bahwa Allah memiliki para rasul lainnya yang tidak Dia kisahkan. Allah berfirman:

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلاً مِّن قَبْلِكَ مِنْهُم مَّن قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُم مَّن لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ

Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, diantara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. [Al Mu’min:78]

Keenam : Mentaati para nabi dan rasul dengan mengikuti seluruh perintah mereka dan menjauhi seluruh larangannya, serta berjalan di atas manhaj mereka. Karena, mereka telah menyampaikan syari’at dari Allah. Mereka sebagai contoh teladan bagi umat mereka. Allah memberikan kema’suman kepada mereka dalam menyampaikan berita dari Allah dan risalahNya menurut kesepakatan umat. Allah berfirman tentang Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam.

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللهُ غَفُورُُ رَّحِيمُُ قُلْ أَطِيعُوا اللهَ وَالرَّسُولَ فَإِن تَوَلَّوْا فَإِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ الْكَافِرِينَ

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah: "Ta'atilah Allah dan RasulNya; Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir". [Ali Imran:31, 32]

Taat dan ibadah kepada Allah dengan mengikuti dan mencontoh mereka. Sedangkan yang menjadi kewajiban kita adalah beramal dengan syari’at rasul yang diutus kepada kita, yaitu Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, yang menjadi penutup sekalian para nabi dan rasul. Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam diutus untuk segenap umat manusia. Allah berfirman:

فَلاَ وَرَبِّكَ لاَيُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لاَ يَجِدُواْ فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman, hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. [An Nisaa:65]. 

Sedangkan Rasul yang terakhir adalah Muhammad sholallahu ‘alaihi wa salaam. Dalilnya adalah firman Allah ‎Ta’ala.

مَّاكَانَ مُحَمَّدٌ أَبَآ أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَكِن رَّسُولَ اللهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمًا

“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kalian, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup para Nabi. Dia adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS. Al Ahzab:40).

Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa salaam bersabda, “Aku adalah penutup para Nabi, dan beliau berkata :’ Tidak ada Nabi sesudahku”. Hal ini melazimkan berakhirnya diutusnya para Rasul, karena berakhirnya yang lebih umum (yakni diutusnya Nabi) melazimkan berakhirnya yang lebih khusus (yakni diutusnya Rasul). Makna berakhirnya kenabian dengan kenabian Muhammad yakni tidak adanya pensyariatan baru setelah kenabian dan syariat yang dibawa oleh Muhammad shallallahu‘alaihi wa sallam. (Al Irsyaad ilaa Shahiihil I’tiqaad hal 173).

Dalil lainnya adalah hadits Tsauban radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi Muhammad  صلى الله عليه وسلم  bersabda:

كَانَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ تَسُوسُهُمْ الْأَنْبِيَاءُ كُلَّمَا هَلَكَ نَبِيٌّ خَلَفَهُ نَبِيٌّ وَإِنَّهُ لَا نَبِيَّ بَعْدِي

“Dahulu Bani Israil dipimpin oleh para nabi. Setiap wafat satu nabi digantikan oleh nabi yang lain. Sesungguhnya tidak ada lagi nabi setelahku.” [HR Bukhari (3455) Muslim (1842)]‎

Banyak hadits menunjukkan kewajiban beriman kepada beliau, diantaranya:

Hadits Ibnu Umar yang berbunyi:

عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ عَصَمُوا مِنِّي دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلَّا بِحَقِّ الْإِسْلَامِ وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللَّهِ

Dari Ibnu Umar bahwasanya Rasulullohbersabda: Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mengucapkan syahadatain, menegakkan sholat dan menunaikan zakat, apabila mereka kerjakan hal-hal itu maka mereka terpelihara dariku darah dan harta mereka kecuali dengan hak islam dan hisab mereka ditangan Allah. (Muttafaqun 'Alaihi)

Hadits Abu Hurairoh yang berbunyi:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَيُؤْمِنُوا بِي وَبِمَا جِئْتُ بِهِ فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ عَصَمُوا مِنِّي دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلَّا بِحَقِّهَا وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللَّهِ

Dari Abu Hurairoh bahwasanya Rasulullohbersabda: Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mengucapkan syahadat La ilaaha Illa Allah dan beriman kepadaku dan kepada seluruh ajaranku, apabila mereka kerjakan hal-hal itu maka mereka terpelihara dariku darah dan harta mereka kecuali dengan hak islam dan hisab mereka ditangan Allah. (HR Muslim)

Hadits Abu Hurairoh yang berbunyi:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَهُودِيٌّ وَلَا نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ إِلَّا كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ‎

Dari Abu Hurairoh dari rasululloh bahwasanya beliau telah bersabda: Demi Allah Dzat yang jiwa Muhammad ada ditangannya, tidaklah seorangpun dari umat ini baik yahudi ataupun nashroni yang mendengar aku kemudian mati dan tidak beriman kepada ajaran yang aku diutus membawanya kecuali ia menjadi penghuni neraka. (HR Muslim).

Hadits Mu'adz bin Jabal yang berbunyi:

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعَثَ مُعَاذًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ إِلَى الْيَمَنِ فَقَالَ ادْعُهُمْ إِلَى شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنِّي رَسُولُ اللَّهِ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لِذَلِكَ فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لِذَلِكَ فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللَّهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً فِي أَمْوَالِهِمْ تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ وَتُرَدُّ عَلَى فُقَرَائِهِمْ

Dari Ibnu Abas bahwasanya Nabi telah mengutus Mu'adz ke Yaman lalu beliau bersabda: Ajak mereka kepada syahadat La Ilaaha Illa Allah dan sesungguhnya aku adalah rasululloh. Apabila mereka mentaatimu dalam hal ini maka beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan mereka melakukan sholat lima waktu dalam sehari semalam. Apabila mereka mentaatimy dalam hal itu maka beritahukanlah bahwa Allah telah mewajibkan mereka zakat dari harta mereka diambil dari orang-orang kaya mereka dan dikembalikan kepada para fakir miskin mereka. (HR al-Bukhori).

Hadits-hadit diatas menegaskan kewajiban beriman kepada Rasululloh dan seluruh ajarannya. Demikian juga mentaatinya dan itu dengan menghalalkan yang beliau halalkan dan mengharamkan yang beliau haramkan, mewajibkan kewajiban yang beliau wajibkan dan memakruhkan apa yang beliau makruhkan.‎

Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda‎

Tidak ada komentar:

Posting Komentar