Translate

Sabtu, 24 September 2016

Fungsi Bintang Dalam Pandangan Agama

Al-Quran adalah pedoman yang wajib diikuti oleh semua umat muslim di manapun dia berada. Al-Quran adalah sumber hukum bagi orang islam dalam menjalani setiap amal ibadahnya kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Karena dari Al-Quranlah kita dapat memahami apa saja yang diperintahkan Allah untuk dikerjakan dan apa saja yang Allah larang kepada kita untuk dilakukan. Al-Quran juga adalah sebuah bukti keagungan Allah, dengan mukjizat yang Dia turunkan ini maka kita menyadari bahwa sebenarnya tidak mungkin Nabi Muhammad yang membuatnya, karena di dalamnya terdapat hal – hal ghaib dan wawasan yang luar biasa luas yang tidak mungkin seorang dapat mengetahuinya dengan sendirinya.

Al-Qur’an merupakan ayat-ayat yang diturunkan oleh Allah kepada manusia agar manusia mengerti dan tahu terutama tentang alam sekitaranya yang pada waktu itu manusia masih memilki pengetahuan yang minim tentang alam semesta. Pada zaman Nabi dan para sahabat, banyak hal-hal yang masih bersifat misteri tantang ayat-ayat yang diturunkan Allah. Setelah ilmu pengetahuan berkembang, banyak ayat-ayat Al-Quran terbukti berjalan seiringan dengan ilmu pengetahuan. Saat manusia masih buta tentang alamnya, Al-Qur’an datang dengan membawa perubahan.

Salah satu bukti bahwa Al-Quran adalah mukjizat yang agung adalah, dalam Al-Quran kita dapat mendapati fenomena – fenomena keilmuan yang mana fenomena-fenomena tersebut baru dapat diketahui dan dianalisa pada zaman modern ini. Salah satu contoh adalah keajaiban dalam bidang astonomi atau benda-benda langit.‎

Allah Ta’ala berfirman,
الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَوَاتٍ طِبَاقًا مَا تَرَى فِي خَلْقِ الرَّحْمَنِ مِنْ تَفَاوُتٍ فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَى مِنْ فُطُورٍ (3) ثُمَّ ارْجِعِ الْبَصَرَ كَرَّتَيْنِ يَنْقَلِبْ إِلَيْكَ الْبَصَرُ خَاسِئًا وَهُوَ حَسِيرٌ (4) وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيرِ (5)
“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Rabb Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?” Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah. Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar setan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala.” (QS. Al Mulk: 3-5)

Dalam ayat ini, Allah menciptakan langit berlapis-lapis atau bertingkat-tingkat. Kemudian Allah tanyakan, apakah ada sesuatu yang cacat atau retak di langit tersebut?  Jawabannya tentu saja tidak. Kemudian Allah memerintah melihatnya berulang lagi (bahkan berulang kali), apakah ada yang cacat di langit itu? Hasilnya, jika dilihat berulang kali tidak ada cacat sama sekali pada ciptaan Allah tersebut. Namun yang didapat adalah rasa payah karena berulangkalinya menelusuri langit itu.
Syaikh As Sa’di mengatakan bahwa jika sama sekali di langit tersebut tidak ada cacat, maka ini menunjukkan sempurnanya hasil ciptaan Allah. Ciptaan Allah tersebut begitu seimbang dilihat dari berbagai sisi, yaitu dari warna, hakikatnya, dan ketinggiannya. Begitu pula pada ciptaan Allah lainnya seperti matahari, rembulan dan bintang yang bersinar.
Keindahan Langit Ciptaan Allah
Dalam ayat selanjutnya, Allah menjelaskan kebagusan langit ciptaan-Nya. Langit tersebut menjadi indah dan menawan karena dihiasi dengan bintang-bintang. Bintang dalam ayat di atas disebutkan berfungsi untuk melempar setan dan sebagai penghias langit. Namun sebenaranya fungsi bintang masih ada satu lagi. Bintang secara keseluruhan memiliki tiga fungsi.
Fungsi Bintang di Langit
Fungsi pertama: Untuk melempar setan-setan yang akan mencuri berita langit. Hal ini sebagaimana terdapat dalam surat Al Mulk,
وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيرِ
“Dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar setan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala.” (QS. Al Mulk: 5)
Setan mencuri berita langit dari para malaikat langit. Lalu ia akan meneruskannya pada tukang ramal. Akan tetapi, Allah senantiasa menjaga langit dengan percikan api yang lepas dari bintang, maka binasalah para pencuri berita langit tersebut. Apalagi ketika diutus Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, langit terus dilindungi dengan percikan api.  Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
وَأَنَّا كُنَّا نَقْعُدُ مِنْهَا مَقَاعِدَ لِلسَّمْعِ فَمَنْ يَسْتَمِعِ الآنَ يَجِدْ لَهُ شِهَابًا رَصَدًا, وَأَنَّا لا نَدْرِي أَشَرٌّ أُرِيدَ بِمَنْ فِي الأرْضِ أَمْ أَرَادَ بِهِمْ رَبُّهُمْ رَشَدًا
“Dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barang siapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya). Dan sesungguhnya kami tidak mengetahui (dengan adanya penjagaan itu) apakah keburukan yang dikehendaki bagi orang yang di bumi ataukah Tuhan mereka menghendaki kebaikan bagi mereka.” (QS. Al Jin: 9-10). Berita langit yang setan tersebut curi sangat sedikit sekali.
Fungsi kedua: Sebagai penunjuk arah seperti rasi bintang yang menjadi penunjuk bagi nelayan di laut.
وَعَلامَاتٍ وَبِالنَّجْمِ هُمْ يَهْتَدُونَ
“Dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk.” (QS. An Nahl: 16). 

Allah menjadikan bagi para musafir tanda-tanda yang mereka dapat gunakan sebagai petunjuk di bumi dan sebagai tanda-tanda di langit.
Fungsi ketiga: Sebagai penerang dan penghias langit dunia. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah,
وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ
“Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang.” (QS. Al Mulk: 5)
إِنَّا زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِزِينَةٍ الْكَوَاكِبِ
“Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-bintang.” (QS. Ash Shofaat: 6)
Mengenai surat Al Mulk ayat 5, ulama pakar tafsir –Qotadah As Sadusiy- mengatakan,
إن الله جلّ ثناؤه إنما خلق هذه النجوم لثلاث خصال: خلقها زينة للسماء الدنيا، ورجومًا للشياطين، وعلامات يهتدي بها ؛ فمن يتأوّل منها غير ذلك، فقد قال برأيه، وأخطأ حظه، وأضاع نصيبه، وتكلَّف ما لا علم له به.
“Sesungguhnya Allah hanyalah menciptakan bintang untuk tiga tujuan:  [1] sebagai hiasan langit dunia, [2] sebagai pelempar setan, dan [3] sebagai penunjuk arah. Barangsiapa yang meyakini fungsi bintang selain itu, maka ia berarti telah berkata-kata dengan pikirannya semata,  ia telah mendapatkan nasib buruk, menyia-nyiakan agamanya (berkonsekuensi dikafirkan) dan telah menyusah-nyusahkan berbicara yang ia tidak memiliki ilmu sama sekali.” ‎Dari sini Qotadah melarang mempelajari kedudukan bintang, begitu pula Sufyan bin ‘Uyainah tidak memberi keringanan dalam masalah ini.‎

Bintang merupakan benda langit yang memancarkan cahaya. Terdapat dua bintang yaitu: bintang semu dan bintang nyata. Bintang semu adalah bintang yang tidak menghasilkan cahaya sendiri, tetapi memantulkan cahaya yang diterima dari bintang lain,  Sedangkan bintang nyata adalah bintang yang menghasilkan cahaya sendiri. Secara umum sebutan bintang adalah objek luar angkasa yang menghasilkan cahaya sendiri (bintang nyata).‎

Menurut ilmu astronomi bintang ialah Semua benda masif (bermassa antara 0,08 hingga 200 kali massa matahari) yang sedang dan pernah melangsungkan pembangkitan energi melalui reaksi fusi nuklir.‎

Disebutkan Dalam Sebuah Hadis

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ بْنِ أَبَانَ كُلُّهُمْ عَنْ حُسَيْنٍ قَالَ أَبُو بَكْرٍ حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ عَلِيٍّ الْجُعْفِيُّ عَنْ مُجَمَّعِ بْنِ يَحْيَى عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي بُرْدَةَ عَنْ أَبِي بُرْدَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ صَلَّيْنَا الْمَغْرِبَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قُلْنَا لَوْ جَلَسْنَا حَتَّى نُصَلِّيَ مَعَهُ الْعِشَاءَ قَالَ فَجَلَسْنَا فَخَرَجَ عَلَيْنَا فَقَالَ مَا زِلْتُمْ هَاهُنَا قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّيْنَا مَعَكَ الْمَغْرِبَ ثُمَّ قُلْنَا نَجْلِسُ حَتَّى نُصَلِّيَ مَعَكَ الْعِشَاءَ قَالَ أَحْسَنْتُمْ أَوْ أَصَبْتُمْ قَالَ فَرَفَعَ رَأْسَهُ إِلَى السَّمَاءِ وَكَانَ كَثِيرًا مِمَّا يَرْفَعُ رَأْسَهُ إِلَىالسَّمَاءِ فَقَالَ النُّجُومُ أَمَنَةٌ لِلسَّمَاءِ فَإِذَا ذَهَبَتْ النُّجُومُ أَتَى السَّمَاءَ مَا تُوعَدُ وَأَنَا أَمَنَةٌ لِأَصْحَابِي فَإِذَا ذَهَبْتُ أَتَى أَصْحَابِي مَا يُوعَدُونَ وَأَصْحَابِي أَمَنَةٌ لِأُمَّتِي فَإِذَا ذَهَبَ أَصْحَابِي أَتَى أُمَّتِي مَا يُوعَدُونَ .‎

Diriwayatkan dari Abu Bakr bin Abi Syaibah, Ishaq bin Ibrahim, dan Abdullah bin Umar bin Aban; semuanya dari Husain bin Ali Al-Ja’fi, dari Mujammi’ bin Yahya, dari Said bin Abu Burdah, dari Bapaknya, ia mengatakan: “Kami shalat Magrib bersama Rasulullah SAW, kemudian kami katakan: ‘seandainya kita duduk-duduk dan menunggu sampai shalat Isya bersama beliau lagi.’ (si perawi mengatakan) kami pun duduk-duduk (menunggu Isya) . Nabi lantas keluar menemui kami dan berkata: kalian disini ?

Kami menjawab, “ Wahai Rasulullah, kami shalat Magrib bersamamu. Kemudian kami katakan, “Kami tetap duduk-duduk (dimasjid) agar kami bisa shalat Isya’ bersama Anda.”

Beliau menukas: Bagus kalian!atau benar kalian!

Perawi menambahkan: Nabi SAW kemudian menengadahkan kepala ke langit dan beliau memang sering menegadahkan kepala ke langit. Beliau lantas bersabda:

“ Bintang-bintang adalah stabilator bagi langit; jika  bintang mati, maka datanglah pada langit sesuatu yang mengancamnya. Dan aku adalah pengaman bagi sahabatku; jika aku mati,  Maka datanglah kepada para sahabat sesuatu yang mengancam mereka. Sahabatku adalah pengaman Umatku; jika mereka mati, maka datanglah kepada umatku sesuatu yang mengancam mereka.[HR.Muslim]‎

Asbabul Wurud Hadis

Asbabul wurud hadis ini adalah ketika Sahabat Abu musa (Abdullah bin Qais bin Sulaim bin Hadldlor) dan sahabat lain shalat Magrib bersama Rasulullah SAW. kemudian mereka duduk-duduk diluar menunggu sampai shalat Isya untuk shalat bersama Rasulullah lagi. Nabi SAW keluar menemui mereka dan berkata: kalian di sini ?‎
Mereka menjawab, “Wahai Rasulullah, kami shalat Magrib bersamamu. “Kami tetap duduk-duduk (di masjid) ini agar kami bisa shalat Isya’ bersamamu juga.”
Rasullah menukas: Bagus kalian!atau benar kalian!
kemudian Rasulullah menengadahkan kepala ke langit dan menyabdakan hadis tersebut.

Syarah Hadits
Sesungguhnya bintang-bintang ini merupakan stabilisator langit (alat penstabil langit). Apabila bintang-bintang ini hilang, maka langit akan tertimpa apa yang telah dijanjikan”. maksud dari perkataan tersebut bahwasanya Bintang memiliki posisi penting dalam penstabilan tata surya. Selama ia masih ada langit akan tetap stabil, jika bintang telah rusak maka akan datang hari kiamat, atau hari yang telah dijanjikan.
“Aku adalah penentram bagi sahabatku, apabila aku telah pergi, maka akan datang kepada sahabatku apa yang telah dijanjikan”. Maksud apa yang dijanjikan disini adalah peperangan, fitnah dan berbagai perpecahan yang semua itu telah terjadi.
“para sahabatku adalah penentram bagi umatku, apabila mereka telah pergi maka akan datang kepada umatku apa yang telah dijanjikan”. Maksud yang telah dijanjikan disini adalah fitnah, adanya bid’ah, hal-hal yang baru dalam agama, datangnya zaman syaitan (satanisme), dan terkuasainya makkah dan madinah. Pengetahuan ini seluruhnya adalah mu’jizat nabi SAW.

Anlisis: dalam hadits ini ada tiga varibel yang ditekankan; fungsi bintang, Kedudukan Nabi dan Sahabat.

Kedudukan Nabi disana sebagai penentram, dimana apabila beliau sudah wafat maka apa yang dijanjikan telah dijanjikan pada mereka. Dalam hal ini Rasululloh tidak menyebutkan apa yang akan terjadi, namun dalam syarah hadits muslim ini dikatakan bahwa apa yang dijanjikan disini adalah adanya perpecahan dan fitnah. Secara historis hal ini bisa ditelusuri bahwa banyak sekali fenomena peperangan yang terjadi setelah rasulullah wafat yang terjadi pada masa sahabat, sepeti adannya perang antara Muawiyah, Aisyah dengan Ali Bin Abi Thalib.

Adapun kedudukan sahabat disini dikatakan bahwa mereka adalah penentram bagi umat, setelah tiada akan muncul berbagai bid’ah, dan lainnya termasuk persekutuan dengan syetan. Dalam hadits memang tidak disebutkan peristiwa ini, namun secara historis fenomena ini terlihat baik itu pada masa sekarang ataupun pasca sahabat seperti adanya hadits palsu dan lain sebagainya.

Dua hal ini dalam syarah hadits dikatakan sebagai mu’jizat. Namun dalam kecamata ilmu pengetahuan hal ini juga benar, karena bisa dilihat faktanya dari apa yang dibicarakan. Dari hal ini bisa dikatakan bahwa matan hadits tidak mengalami kontradiksi dengan ilmu pengetahuan dan fakta historis, hal ini menandakan bahwa hadits ini tidak mengalami masalah

Hadist tentang teknologi transportasi
ثُمَّ أُتِيتُ بِدَابَّةٍ أَبْيَضَ يُقَالُ لَهُ الْبُرَاقُ فَوْقَ الْحِمَارِ وَدُونَ الْبَغْلِ يَقَعُ خَطْوُهُ عِنْدَ أَقْصَى طَرْفِهِ فَحُمِلْتُ عَلَيْهِ ثُمَّ انْطَلَقْنَا حَتَّى أَتَيْنَا السَّمَاءَ الدُّنْيَا

Artinya : kemudian aku didatangi binatang yang disebut Buroq, yang lebih tinggi dari keledai namun lebih pendek dari Baghol, yang setiap langkah kakinya adalah sejauh batas pandangan mata. Aku diba wa di atasnya, kemudian kami pergi hingga kami mendatangi langit dunia.” ( HR. Ahmad, Al-Bukhori,Muslim dan lain-lain).

Pendapat mengenai hadist diatas: Hadits ini mengisyaratkan akan adanya teknologi transportasi de-ngan kecepatan super, baik kendaraan darat maupun udara, seperti pesawat supersonic, pesawat challenger dan lain-lainnya. Sehingga saat ini banyak bermunculan kendaraan dan alat transportasi yang canggih seiring dengan majunya globalisasi yang ada di dunia ini.

Mempelajari Posisi Benda Langit
Ada dua ilmu yang mempelajari posisi benda langit yaitu ilmu astronomi (ilmu tas-yir) dan ilmu astrologi (ilmu ta’tsir).
Pertama: Ilmu astronomi (ilmu tas-yir)
Astronomi, yang secara etimologi berarti “ilmu bintang” adalah ilmu yang melibatkan pengamatan dan penjelasan kejadian yang terjadi di luar Bumi dan atmosfernya. Ilmu ini mempelajari asal-usul, evolusi, sifat fisik dan kimiawi benda-benda yang bisa dilihat di langit (dan di luar Bumi), juga proses yang melibatkan mereka.
Astronomi adalah salah satu di antara sedikit ilmu pengetahuan di mana amatir masih memainkan peran aktif, khususnya dalam hal penemuan dan pengamatan fenomena sementara. Astronomi jangan dikelirukan dengan astrologi, ilmusemu yang mengasumsikan bahwa takdir manusia dapat dikaitkan dengan letak benda-benda astronomis di langit. Meskipun memiliki asal-muasal yang sama, kedua bidang ini sangat berbeda; astronom menggunakan metode ilmiah, sedangkan astrolog tidak.
Kedua: Ilmu astrologi (ilmu ta’tsir)
Astrologi adalah ilmu yang menghubungkan antara gerakan benda-benda tata surya (planet, bulan dan matahari) dengan nasib manusia. Karena semua planet, matahari dan bulan beredar di sepanjang lingkaran ekliptik, otomatis mereka semua juga beredar di antara zodiak. Ramalan astrologi didasarkan pada kedudukan benda-benda tata surya di dalam zodiak.
Seseorang akan menyandang tanda zodiaknya berdasarkan kedudukan matahari di dalam zodiak pada tanggal kelahirannya. Misalnya, orang yang lahir awal desember akan berzodiak Sagitarius, karena pada tanggal tersebut Matahari berada di wilayah rasi bintang Sagitarius. Kedudukan Matahari sendiri dibedakan antara waktu tropikal dan waktu sideral yang menyebabkan terdapat dua macam zodiak, yaitu zodiak tropikal dan zodiak sideral. Sebagian besar astrologer Barat menggunakan zodiak tropikal.
Di bola langit terdapat garis khayal yang disebut dengan lingkaran ekliptika. Jika diamati dari bumi, semua benda tatasurya (planet, Bulan dan Matahari) beredar di langit mengelilingi lingkaran ekliptika. Keistimewaan dari keduabelas zodiak dibanding rasi bintang lainnya adalah semuanya berada di wilayah langit yang memotong lingkaran ekliptika. Jadi dapat disimpulkan zodiak adalah semua rasi bintang yang berada disepanjang lingkaran ekliptika. Rasi-rasi bintang tersebut adalah:
Capricornus: Kambing laut
Aquarius: Pembawa Air
Pisces: Ikan
Aries: Domba
Taurus: Kerbau
Gemini: Si Kembar
Cancer: Kepiting
Leo: Singa
Virgo: Gadis Perawan
Libra: Timbangan
Scorpius: Kalajengking
Sagitarius : Si Pemanah
Hukum Mempelajari Ilmu Astronomi dan Ilmu Astrologi

Para ulama dalam menilai ilmu yang mempelajari kedudukan bintang ada dua pendapat:
Pendapat pertama: Terlarang mempelajari posisi benda langit. Inilah pendapat Qotadah dan Sufyan bin ‘Uyainah. Alasan mereka melarang hal ini dalam rangka saddu adz dzari’ah yaitu menutup jalan dari hal yang dilarang. Mereka khawatir jika kedudukan bintang tersebut dipelajari, akan diyakini bahwa posisi benda langit tersebut bisa berpengaruh pada takdir seseorang. Dan ini adalah penambahan dari tiga fungsi benda langit sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.
Pendapat kedua: Tidak mengapa mempelajari posisi benda langit. Yang dibolehkan di sini adalah ilmu tas-yir (ilmu astronomi). Inilah pendapat Imam Ahmad, Ishaq bin Rohuyah dan kebanyakan ulama.
Pendapat kedua inilah yang lebih tepat karena berbagai manfaat yang bisa diperoleh dari ilmu astronomi dan tidak termasuk sebab yang dilarang. Ilmu tas-yir (ilmu astronomi) memiliki beberapa manfaat. Di antaranya bisa dipakai untuk kepentingan agama seperti mengetahui arah kiblat dan waktu shalat. Atau untuk urusan dunia seperti mengetahui pergantian musim. Ini semua termasuk ilmu hisab dan dibolehkan.
Sedangkan yang terlarang untuk dipelajari adalah ilmu yang pertama yang disebut dengan ilmu ta’tsir (ilmu astrologi). Dalam ilmu astrologi, ada keyakinan bahwa posisi benda-benda langit berpengaruh pada nasib seseorang.‎Padahal tidak ada kaitan ilmiah antara posisi benda langit dan nasib seseorang. Inilah yang keliru.
Keyakinan Terhadap Zodiak dan Ramalan Bintang
Ada tiga macam keyakinan yang dimaksud dan ketiga-tiganya haram.
Pertama: Keyakinan bahwa posisi benda langit yang menciptakan segala kejadian yang ada di alam semesta dan segala kejadian berasal dari pergerakan benda langit.
Keyakinan semacam ini adalah keyakinan yang dimiliki oleh Ash Shobi-ah. Mereka mengingkari Allah sebagai pencipta. Segala kejadian yang ada diciptakan oleh benda langit. Pergerakan benda langit yang ada dapat diklaim menimbulkan kejadian baik dan buruk di alam semesta. Keyakinan semacam ini adalah keyakinan yang kufur berdasarkan kesepakatan para ulama.
Kedua: Keyakinan bahwa posisi benda langit yang ada hanyalah sebagai sebab (ta’tsir) dan benda tersebut tidak menciptakan segala kejadian yang ada. Yang menciptakan setiap kejadian hanyalah Allah, sedangkan posisi benda langit tersebut hanyalah sebab semata. Keyakinan semacam ini juga tetap keliru dan termasuk syirik ashgor. Karena Allah sendiri tidak pernah menjadikan benda langit tersebut sebagai sebab. Allah pun tidak pernah menganggapnya punya kaitan dengan kejadian yang ada di muka bumi, seperti turunnya hujan dan bertiupnya angin. Semua ini kembali pada pengaturan Allah dan atas izin-Nya, dan sama sekali tidak ada kaitannya dengan kedudukan benda langit yang ada. Allah hanya menciptakan bintang untuk tiga tujuan sebagaimana telah dikemukakan di atas.
Ketiga: Posisi benda langit sebagai petunjuk untuk peristiwa masa akan datang. Keyakinan semacam ini berarti mengaku-ngaku ilmu ghoib. Ini termasuk perdukunan dan sihir. Perbuatan semacam ini termasuk kekufuran berdasarkan kesepakatan para ulama.
Intinya, ketiga keyakinan di atas adalah keyakinan yang keliru, walaupun hanya menganggap sebagai sebab sedangkan yang menciptakan segala peristiwa adalah Allah. Keyakinan semacam inilah yang tersebar luas di tengah-tengah masyarakat muslim dalam majalah, koran, di dunia maya seperti di situs jejaring sosial (Facebook dan Instragram). Sebagian muslim masih saja mempercayai ramalan-ramalan bintang semacam zodiak (Aquarius, Pisces, Sagitarius, dll). Mereka meyakini bahwa pasangan yang cocok untuk dirinya adalah jika memiliki zodiak A, karena berdasarkan ramalan zodiaknya. Jika dia memiliki pasangan dari zodiak C, maka boleh jadi ada ketidakcocokan. Inilah perbuatan dosa yang sudah semakin tersebar luas di masyarakat muslim.

Hadist tentang astronomi

Artinya : “ Belajarlah dari nasabmu apa yang dapat kamu sambung dengannya tali persaudaraanmu kemudian sempurnakanlah dan belajarlah bahasa arab apa yang kamu ucapkannya kitab Allah kemudian sempurnakanlah, kemudian belajarlah dari bintang-bintang apa yang kamu dapatkan petunjuk dengannya didalam kegelapan daratan dan lautan kemudian sempurnakanlah.” (Imam al-baihaqi)

Keterangan: Yang dimaksud ا لنجو م  disini adalah benda-benda bercahaya selain matahari dan bulan, karena itulah yang tampak dan itulah yang biasa dijadikan petunjuk. Pada masa primitive, orang-orang Arab menentukan waktu dengan terbitnya bintang-bintang itu. Mereka memelihara waktu tahun dengan anwa’, yaitu bintang-bintang, manzilah-manzilah

Bagi mereka, pengambilan petunjuk dengan bintang-bintang ada dua macam :
a.    Mengetahui waktu dari malam atau dari tahun
b.    Mengetahui jalan-jalan dan arah-arah

Yang dimaksud dengan kegelapan adalah kegelapan malam, kegelapan bumi atau air, serta dalam arti kesalahan dan kesesatan. Allah-lah yang menjadikan untuk kalian bintang-bintang, sebagai petunjuk di daratan dan di lautan apabila kalian tersesat jalan atau bingung, sehingga diwaktu malam kalian tidak mendapat petunjuk. Dengan bintang-bintang itu kalian mengetahui jalan lalu kalian menempuhnya dan selamat dari kesalahan dan kesesatan di daratan dan di lautan.

Pendapat mengenai hadist diatas: Secara historis, perkembangan astronomi di Indonesia tidak terlepas dari perkembangan sejarah negeri ini. Banyak fenomena astronomi yang menarik dan dapat di manfaatkan untuk keperluan praktis maupun memperluas pengetahuan manusia. Dengan mempelajari astronomi, kita dapat mengetahui beberapa hal antara lain:
a.    Penentuan arah kiblat
b.    Penentuan waktu ibadah sholat
c.    Penanggalan
d.    Penentuan awal bulan hijriyah
e.     Penentuan gerhana

Allah ta’ala mengingatkan kita akan sebagian karunia-Nya dalam menundukkan benda-benda bercahaya yang kita lihat kecil. Setelah mengingatkan kita akan sebagian karunia-Nya di dalam matahari dan bulan yang keduanya terlihat besar oleh mata manusia. Pendapat saya mengenai hadist diatas yaitu . Hadist tersebut membuktikan mengenai pengetahuan astronomi, yang dari dulu hingga sekarang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Ini membuktikan besarnya kuasa Allah swt, selain dalam Al-quran ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat  juga dijelaskan dalam hadist. Dimana hadist  ini diriwayatkan oleh Al Baihaqi.

Menurut saya umat muslim sebagai umat yang besar , harus cerdas  dalam memanfaatkan ilmu pengetahuan. Seperti dalam Al-quran Allah memerintahkan kepada umat untuk menuntut ilmu dan memanfaatkan apa yang ada dilangit dan dibumi. Umat manusia tidak boleh takabur atas semua yang ada dibumi, melainkan harus selalu ingat bahwa semua yang ada dilangit dan dibumi adalah milik Allah Swt, termasuk ia dan akalnya yang digunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Kita sebagai hamba Allah yang baik diharuskan untuk mengamati alam raya, karena dengan mengamati dan mempelajarinya kita dapat memperoleh beberapa manfaat, antara lain :

·         Lebih mangenal fungsi-fungsi benda langit dan manfaat bagi kehidupan kita
·         Mamberi perspektif bagi kita untuk mengenal bagaimana kebesaran Allah dalam menciptakan alam semesta ini. Sehingga dengan memperhatikan dan mengamati alam semesta ini, maka akan semakin kuat ketaqwaannya kepada Allah.

Kaitannya dengan hal tersebut dapat diperhatikan sabda Rasulullah saw sebagai berikut:

ان خيار  عباداللهالذين يراعون الشمس واقمر لذكراله

 “Sesungguhnya hamba-hamba Allah yang baik adalah mereka yang selalu   memperhatikan matahari dan bulan untuk mengingat Allah” (HR.At-Tabrani).

Ali bin Abi Thalib berkata:

من اقبس علما من النجوم من حملة القران ازداد به ايمانا ويقينا

“Barangsiapa mempelajari ilmu pengetahuan tentang bintang-bintang (benda-benda langit), sedangkan ia dari orang yang sudah memahami Al-Qur’an niscaya bertambahlah iman dan keyakinannya”.

 Syekh al-Akhdlari berkata :

واعلم باءن العلم باالنجوم     علم شريف ليس بلمجذمون
لانه يفيد في  الاوقات           كالفجر والاسحاروالساعات
وهكذا يليق  بالعباد              حين قيامهم الئ الاوراد

“Ketahuilah bahwasanya ilmu nujum (ilmu falak) itu ilmu yang mulia, bukan ilmu yang tercela. Karena ilmu falak itu berguna untuk penentuan waktu-waktu fajar, sahur. Begitu pula berguna bagi hamba-hamba Allah, kapan mereka harus bangun untuk melakukan ibadah”.

Berdasarkan uraian Hadits – hadits diatas tentang anjuran untuk mempelajari ilmu falak  posisi hadits juga dikatakan sebagai pembentukan hukum Islam, disini penulis berpendapat bahwa hadits sangat urgen dalam kaitannya dengan ilmu falak. Karena sebagai sumber dan dasar hukum Islam yang kedua setelah al-Qur’an, hadits sangat berperan dalam menetapkan hukum tentang penetapan waktu shalat, penentuan arah kiblat dan penentuan awal Ramadhan atau awal puasa. Seperti contoh hadits sahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang berbunyi:

 ”Berpuasalah karena melihat bulan, dan berbukalah karena melihat bulan”. 
Disini, posisi hadits adalah sebagai dasar yang dijadikan rujukan oleh jumhur Ulama untuk menetapkan awal Ramadhan atau awal puasa itu dengan metode Rukyah. Sehingga dengan contoh ini menjadi jelaslah tentang posisi hadits dalam pembentukan hukum Islam, khususnya dalam menetapkan hukum yang belum pernah disinggung di dalam al-Qur’an yaitu tentang masalah rukyah. Selain rukyah, para ahli hisab juga menggunakan hadits sebagai dalil metode hisab yang mereka sepakati, yaitu ”Berpuasalah kamu karena melihat bulan, dan berbukalah kamu karena melihat bulan, jika ternyata bulan tertutup atasmu, maka kira-kirakanlah.” Jadi, disini penulis tidak sepakat dengan golongan-golongan yang mengikngkari sunnah, karena sudah jelas bahwa hadits sangat dibutuhkan bagi umat Islam khususnya dalam masalah perintah yang berkaitan dengan ibadah mahdlah yaitu awal puasa atau ramadhan. 

Meskipun nanti pada penerapan hadits itu ada penafsiran makna yang berbeda-beda. Misalnya hadits yang dijadikan dalil ahli hisab, kata faqdurulahu bagi ahli hisab dimaknai dengan kira-kirakanlah dengan perhitungan hisab itu sendiri, sedangkan untuk ahli rukyah memaknai faqdurulahu dengan menggenapkan bulan sya’ban menjadi 30 hari. Dengan demikian, jelas sekali anggapan dan pemahaman cukup hanya dengan al-Qur’an tanpa memerlukan hadits adalah sesat, batal dan tidak bisa diterima. Hal ini ditegaskan oleh al-Qur’an. al-Qur’an menyebutkan bahwa Rasulullah adalah penjelas (mubayyin) terhadap apa yang diturunkan Allah.

Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilulul Huda‎

1 komentar:

  1. Assalamualaikum Salam sejahtera untuk kita semua, Sengaja ingin menulis
    sedikit kesaksian untuk berbagi, barangkali ada teman-teman yang sedang
    kesulitan masalah keuangan, Awal mula saya mengamalkan Pesugihan Tanpa
    Tumbal karena usaha saya bangkrut dan saya menanggung hutang sebesar
    1M saya sters hampir bunuh diri tidak tau harus bagaimana agar bisa
    melunasi hutang saya, saya coba buka-buka internet dan saya bertemu
    dengan KYAI SOLEH PATI, awalnya saya ragu dan tidak percaya tapi selama 3 hari
    saya berpikir, saya akhirnya bergabung dan menghubungi KYAI SOLEH PATI
    kata Pak.kyai pesugihan yang cocok untuk saya adalah pesugihan
    penarikan uang gaib 4Milyar dengan tumbal hewan, Semua petunjuk saya ikuti
    dan hanya 1 hari Astagfirullahallazim, Alhamdulilah akhirnya 4M yang saya
    minta benar benar ada di tangan saya semua hutang saya lunas dan sisanya
    buat modal usaha. sekarang rumah sudah punya dan mobil pun sudah ada.
    Maka dari itu, setiap kali ada teman saya yang mengeluhkan nasibnya, saya
    sering menyarankan untuk menghubungi KYAI SOLEH PATI Di Tlp 0852-2589-0869
    agar di berikan arahan. Supaya tidak langsung datang ke jawa timur,
    saya sendiri dulu hanya berkonsultasi jarak jauh. Alhamdulillah, hasilnya sangat baik,
    jika ingin seperti saya coba hubungi KYAI SOLEH PATI pasti akan di bantu Oleh Beliau

    BalasHapus