Translate

Selasa, 02 Juli 2019

Memotong Kuku Dalam Literatur Islam

Memotong kuku adalah salah satu kebiasaan yang sering anda lakukan. Selain untuk menjaga penampilan kuku, memotong kuku juga dilakukan untuk menjaga kebersihan agar kuku tidak menjadi sarang kuman dan penyakit. Hal ini diperkuat dengan dalil yang menyebutkan “jika kebersihan merupakan sebagian dari iman seseorang”. Lantas, bagaimanakan hukum memotong kuku dalam islam?

Dalam beberapa literatur Islam, ada hari-hari yang dianjurkan untuk memotong kuku. Memotong kuku termasuk bagian dari perkara yang dianjurkan dalam Islam. Tidak diperkenankan untuk memanjangkan kuku tangan maupun kaki tanpa dipotong melebihi batas empat puluh hari. Laki-laki maupun perempuan ketika kuku tangan maupun kakinya sudah panjang, maka disunahkan untuk segera dipotong.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْفِطْرَةُ خَمْسٌ الْخِتَانُ وَالِاسْتِحْدَادُ وَقَصُّ الشَّارِبِ وَتَقْلِيمُ الْأَظْفَارِ وَنَتْفُ الْآبَاطِ

“Ada lima macam fitrah , yaitu : khitan, mencukur bulu kemaluan, memotong kumis, memotong kuku, dan mencabut bulu ketiak.” (HR. Bukhari no. 5891 dan Muslim no. 258)

Kalau kuku ini tidak bersih, maka makan pun jadi tidak bersih dikarenakan kotoran yang ada di bawah kuku. Begitu pula dalam bersuci jadi tidak sempurna karena ada bagian kulit yang terhalang oleh kuku yang panjang. Karenanya memanjangkan kuku itu menyelisihi tuntunan dalam agama ini.

Ada riwayat dari Al Baihaqi dan Ath Thobroni bahwa Abu Ayyub Al Azdi berkata,

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَسَأَلَهُ عَنْ خَبَرِ السَّمَاءِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- :« يَسْأَلُ أَحَدُكُمْ عَنْ خَبَرِ السَّمَاءِ ، وَهُوَ يَدَعُ أَظْفَارَهُ كَأَظْفَارِ الطَّيْرِ يَجْمَعُ فِيهَا الْجَنَابَةُ وَالتَّفَثُ ». لَفْظُ الأَسْفَاطِىِّ هَكَذَا رَوَاهُ جَمَاعَةٌ عَنْ قُرَيْشٍ.

“Ada seseorang yang mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia bertanya pada beliau mengenai berita langit. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Ada salah seorang di antara kalian bertanya mengenai berita langit sedangkan kuku-kukunya panjang seperti cakar burung di mana ia mengumpulkan janabah dan kotoran.” (Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan dalam Al Matholib Al ‘Aliyah bahwa hadits tersebut mursal, termasuk hadits dhaif).

Hukum memanjangkan kuku adalah makruh menurut kebanyakan ulama. Jika memanjangkannya lebih dari 40 hari, lebih keras lagi larangannya. Bahkan sebagian ulama menyatakan haramnya. Pendapat terakhir ini dipilih oleh Imam Asy Syaukani dalam Nailul Author. Dasar dari pembatasan 40 hari tadi adalah perkataan Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu.

Anas berkata,

وُقِّتَ لَنَا فِى قَصِّ الشَّارِبِ وَتَقْلِيمِ الأَظْفَارِ وَنَتْفِ الإِبْطِ وَحَلْقِ الْعَانَةِ أَنْ لاَ نَتْرُكَ أَكْثَرَ مِنْ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً

“Kami diberi batasan dalam memendekkan kumis, memotong kuku, mencabut bulu ketika, mencukur bulu kemaluan, yaitu itu semua tidak dibiarkan lebih dari 40 malam.” (HR. Muslim no. 258). Yang dimaksud hadits ini adalah jangan sampai kuku dan rambut-rambut atau bulu-bulu yang disebut dalam hadits dibiarkan panjang lebih dari 40 hari (Lihat Syarh Shahih Muslim, 3: 133).

Imam Nawawi rahimahullah berkata,

وأما التوقيت في تقليم الاظفار فهو معتبر بطولها: فمتى طالت قلمها ويختلف ذلك باختلاف الاشخاص والاحوال: وكذا الضابط في قص الشارب ونتف الابط وحلق العانة:

“Adapun batasan waktu memotong kuku, maka dilihat dari panjangnya kuku tersebut. Ketika telah panjang, maka dipotong. Ini berbeda satu orang dan lainnya, juga dilihat dari kondisi. Hal ini jugalah yang jadi standar dalam menipiskan kumis, mencabut bulu ketiak dan mencabut bulu kemaluan.” (Al Majmu’, 1: 158).

Ketika kita hendak memotong kuku, baik kuku tangan maupun kaki, kita dianjurkan untuk melakukannya di hari Jumat. Dalam riwayat lain disebutkan, dianjurkan pula di hari Kamis. Namun memotong di hari Jumat lebih diutamakan karena Nabi Saw. lebih sering memotong kuku di hari Jumat.

Dalam kitab Al-Sunanul Kubro, Imam Al-baihaqi menyebutkan sebuah riwayat yang menjadi dasar keutamaan dan anjuran memotong kuku di hari Jumat. Riwayat tersebut bersumber dari Abu Ja’far, dia berkata;

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتَحِبُّ أَنْ يَأْخُذَ مِنْ شَارِبِهِ وَأَظَافِرِهِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ

“Nabi SAW. biasa mencukur kumis dan kukunya di hari Jumat.”

Imam Ibnu Qosim al-Ghazi, dalam kitabnya Hasyiyah al-Bajuri menjelaskan bahwa memotong kuku disunnahkan pada hari Jum’at, Senin, dan Kamis. Sebagaimana penjelasan dalam syair berikut;

 :ومثل يوم الجمعة فى سن ذلك يوم الخميس ويوم الاثنين دون بقية الايام

“Seperti hari Jum’at, hari-hari seperti Kamis dan Senin disunnahkan untuk memotong kuku, adapun hari selainnya sebagai berikut;

قَصُّ الْأَظَافِرِ يَوْمَ السَّبْتِ اٰكِلَةٌ # تَبْدُوْ وَفِيْمَا يَلِيْهِ يُذْهِبُ الْبَرَكَهْ

“Memotong kuku hari Sabtu menimbulkan penyakit yang menggerogoti tubuh. Melakukan hal serupa pada hari Ahad menyebabkan hilangnya barokah.”

وَعَالِمٌ فَاضِلٌ يَبْدُوْ بِتَلْوِهِمَا # وَاِنْ يَكُنْ فِي الثُّلَاثَا فَاحْذَرِ الْهَلَكَهْ

“Memotong kuku pada hari senin menjadi orang alim dan mempunyai keutamaan, dan jika dilakukan di hari selasa menyebabkan kebinasaan.”

وَيُوْرِثُ السُّوْءَ فِي الْأَخْلَاقِ رَابِعُهَا # وَفِي الْخَمِيْسِ الْغِنٰى يَأْتِىْ لِمَنْ سَلَكَهْ

“Dan pada hari keempat, yaitu Rabu, memotong kuku dapat menyebabkan buruk akhlak. Dan di hari Kamis, melakukannya mendatangkan kekayaan.”

وَالْعِلْمُ وَالْحِلْمُ زِيْدَا فِىْ عُرُوْبَتِهَا # عَنِ النَّبِيِّ رُوَيْنَا فَاقْتَفُوْا نُسُكَهْ

“Dan menambah ilmu dan sifat santun, jika dilakukannya pada hari Jum’at. Demikianlah kami riwayatkan dari Nabi Saw.”

Namun ada juga riwayat yang mengatakan bahwa memotong kuku tidak dibatasi terhadap hari-hari tertentu saja, tetapi bebas dan baik dilakukan pada semua hari. Hal ini didasarkan pada hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah;

 عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم عَن قَلَّمَ أَظْفَارَهُ يَوْمَ السَّبْتِ خَرَجَ مِنْهُ الدَّاءُ وَدَخَلَ فِيْهِ الشِّفَاءُ وَمَنْ قَلَّمَ أَظْفَارَهُ يَوْمَ الْأَحَدِ خَرَجَتْ مِنْهُ الْفَاقَةُ وَدَخَلَ فِيْهِ الْغِنَاءُ وَمَنْ قَلَّمَ أَظْفَارَهُ يَوْمَ الاثْنَيْنِ خَرَجَتْ مِنْهُ الْعِلَّةُ وَدَخَلَتْ فِيْهِ الصِّحَّةُ وَمَنْ قَلَّمَ أَظْفَارَهُ يَوْمَ الثُّلَاثَاءِ خَرَجَ مِنْهُ الْبَرَصُ وَدَخَلَتْ فِيْهِ الْعَافِيَةُ وَمَنْ قَلَّمَ أَظْفَارَهُ يَوْمَ الأَرْبَعَاءِ خَرَجَ مِنْهُ الْوِسْوَاسُ وَالْخَوْفُ وَدَخَلَ فِيْهِ الْأَمْنُ وَالصِّحَّةُ وَمَنْ قَلَّمَ أَظْفَارَهُ الْخَمِيْسِ خَرَجَ مِنْهُ الْجُذَامُ وَدَخَلَ فِيْهِ الْعَافِيَةُ وَمَنْ قَلَّمَ أَظْفَارَهُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ دَخَلَتْ فِيْهِ الرَّحْمَةُ وَخَرَجَ مِنْهُ الذُّنُوْبُ.

“Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwasanya Rosulullah SAW pernah berkata; Barang siapa memotong kukunya pada hari Sabtu maka akan keluar darinya penyakit dan masuk ke dalamnya obat.Barang siapa memotong kukunya pada hari Ahad maka akan keluar darinya kemiskinan dan masuk ke dalamnya kekayaan. Barang siapa memotong kukunya pada hari Senin maka akan keluar darinya kecacatan dan masuk ke dalamnya kesehatan. Barang siapa memotong kukunya pada hari Selasa maka akan keluar darinya penyakit barosh dan akan masuk ke dalamnya kesembuhan. Barang siapa memotong kukunya pada hari Rabu akan keluar darinya penyakit waswas dan ketakutan dan akan masuk ke dalamnya keamanan dan kesehatan. Barang siapa memotong kukunya pada hari Kamis akan keluar darinya penyakit kusta dan akan masuk ke dalamnya kesembuhan. Barang siapa memotong kukunya pada hari Jumat maka akan masuk ke dalamnya rahmat dan keluar darinya dosa-dosa.” (HR. Ibnul Jauzi di dalam kitab Al-Maudhu’aat III/226, dan Imam As-Suyuthi di dalam Al-La-ali’ Al-Mashnu’ah Fi Al-Ahadits Al-Maudhu’ah II/227).

DERAJAT HADITS

Derajatnya hadis ini  adalah Maudhu‘ (PALSU), karena di dalam sanadnya terdapat dua perawi pemalsu hadits, yaitu Abu ‘Ishmah Nuh bin Maryam dan Hannaad bin Ibrahim. Di antara mereka berdua terdapat beberapa perawi yang majhul (tidak dikenal jati diri dan kredibilitinya) dan perawi yang Dho’if (lemah). (Lihat Al-La-ali’ Al-Mashnu’ah karya imam As-Suyuthi II/227, dan al-Fawa-id al-Majmu’ah, karya imam Asy-Syaukani. I/197).

Imam Asy-Syaukani rahimahullah mengomentar: “Hadits ini PALSU kerana di dalam sanadnya terdapat dua perawi pemalsu hadis dan beberapa perawi yang majhul.” (Lihat al-Fawa-id al-Majmu’ah, I/197).

Imam As-Sakhowi rahimahullah mengomentari : “Tidak ada satu pun hadis yang sahih daripada Nabi shallallahu alaihi wasallam yang menerangkan tentang tatacara dan penetapan hari-hari tertentu untuk memotong kuku.” (Lihat Al-Maqoshid Al-Hasanah hal. 422).

Namun ulama-ulama Syafi’iyah berpendapat bahwa hari yang paling baik untuk memotong kuku adalah hari Jum’at. Dan tidak ada larangan juga untuk selalu memotong kuku selain hari Jum’at, karena untuk membersihkan diri di anjurkan setiap hari dalam Islam, dan tidak terbatas pada hari-hari tertentu.

Imam Baihaqi meriwayatkan dari Nafi’:

أن عبد الله بن عمر كان يقلم أظفاره ويقص شاربه في كل جمعة

“Dahulu Abdullah bin Umar biasa memotong kuku dan memendekkan kumisnya setiap hari Jumat.” (As-Sunan al-Kubro, 3/244)

Al-Hafidz Ibnu Rajab menukilkan di dalam Fathul Bari (5/359) dari Rasyid bin Sa’ad, beliau berkata:

كان أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم يقولون: من اغتسل يوم الجمعة، واستاك، وقلم أظفاره، فقد أوجب

“Dahulu para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa allam berkata:”Barang siapa yang mandi di hari Jumat, bersiwak, dan memotong kuku-kukunya, maka dia pantas mendapatkan pahala”.

Diriwayatkan juga dari ulama salaf dalam bab ini bahwa para ahli fiqih dari kalangan madzhab Syafi’i dan Hanbali berpendapat tentang dianjurkannya memotong kuku setiap hari Jumat.

Imam An-Nawawi rahimahullah berkata:

وقد نص الشافعي والأصحاب رحمهم الله على أنه يستحب تقليم الأظفار والأخذ من هذه الشعور يوم الجمعة

“Imam Syafi’i dan para ulama yang bermadzhab Syafi’i -rahimahumullah- dengan tegas (secara nash) berpendapat akan dianjurkannya memotong kuku dan memotong rambut-rambut ini di hari Jumat.” (Al-Maj’mu, 1/340)

Ini doa yang dianjurkan ketika memotong kuku

بسم الله وبالله وعلى سنة سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد

Bismillaah wa billaah, wa ‘alaa sunnati sayyidinaa Muhammad wa aali sayyidinaa Muhammad.

“Dengan menyebut nama Allah dan dengan pertolongan Allah, serta mengikuti jejak junjungan kami Nabi Muhammad dan keluarganya.”

Apabila mencukur rambut, maka ditambahkan dengan doa ini.

اللهم اعطني بكل شعرة نورا يوم القيامة

Alloohumma a’thinii bi kulli sya’rotin nuuron yaumal qiyaamah.

“Ya Allah, semoga Engkau memberiku cahaya di tiap helai rambut pada Hari Kiamat.”

Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar