Translate

Selasa, 11 Januari 2022

Kisah Watu Bentul Ponorogo

 Di tepi jalan raya Ponorogo-Jenangan, masuk Kelurahan Setono, ada sebuah batu berukuran sekitar 1,5 Meter yang disebut WATU BENTUL. 

Bentul adalah tanaman sebangsa umbi umbian, dan karena mirip umbi maka batu besar tersebut di sebut Watu Bentul. 


Batu tersebut menjadi saksi salah satu kisah dalam babad Ponorogo antara Bathoro Katong, Kyai Ampok Boyo (Ki Ageng Posong) Pacitan dan Ki Surohandoko dari Trenggalek. 


Berikut kisahnya Bathoro Katong Adipati Ponorogo, setelah berhasil mendirikan pemerintahan Kadipaten Ponorogo teringat bahwa di masa kecilnya saat di Majapahit mempunyai pamong (pengasuh) bernama Ki Surohandoko putra Kyai Ageng Galek. 


Ki Surohandoko ini pada masa surutnya kerajaan majapahit kemudian babad alas di wilayah Trenggalek. 


Karena rindu dan ingin memberikan tanda terima kasih maka Bathoro Katong meminta sahabatnya dari Demak yaitu Kyai Ampog Boyo yang saat itu berada di wilayah Wengker Kidul (Pacitan) untuk menjemput Ki Surohandoko. 


Setiba di Trenggalek, Kyai Ampok Boyo menyampaikan amanat untuk menjemput ki Surohandoko. 


Ki Surohandoko kemudian bercanda mengajak Kyai Ampok Boyo untuk berlomba lari sampai Ponorogo, siapa yang kalah akan memanggil yang menang sebagai kakak (ngakang), yang dijadikan saksi lomba lari ini adalah raden Menak Sopal Cucu angkat Ki Surohandoko. 


Kedua tokoh sakti ini kemudian mengeluarkan ilmu kesaktian masing masing, Kyai Ampok Boyo merapal ilmu Kidang Kencana sedang Ki Surohandoko merapal ilmu Belut Putih, masuk ke dalam tanah melalui terowongan sumur gumuling. 


Ternyata Kyai Ampok Boyo sampai duluan di Ponorogo, kemudian mencegat di pintu sumur gumuling yang berada di dekat sungai Ketegan. 


Kyai Ampok Boyo lalu bercanda, mengambil batu besar untuk menutup lubang sumur gumuling. Ki Surohandoko yang baru tiba melihat pintu keluar sumur gumuling tertutup batu merasa jengkel dan menendang batu tersebut hingga terpental ke tempatnya sekarang. 


Dari Sumur Gumuling Ketegan, Ki Surohandoko berjalan menuju Setono (tempat Bathoro Katong) kurang lebih 2 KM. Setiba di Setono ternyata kyai Ampok Boyo sudah duduk bersama Bathoro Katong. Bathoro Katong kemudian tersenyum mendengar cerita kedua tokoh sakti tersebut. 


Ternyata maksud Bathoro Katong memanggil Ki Surohandoko adalah memberikan anugerah sebagai balas budi di asuh saat kecil, cucu ki Surohandoko yaitu Raden Menak Sopal diberi pangkat Bupati dan menjadi Bupati Trenggalek. 

(Bagi yang belum paham, Ponorogo pada jaman itu adalah Kadipaten, Kadipaten ini tingkatan pemerintahan di atas bupati, semacam gubernur jika di jaman sekarang. Seorang adipati mempunyai hak mengangkat seseorang menjadi bupati).

 Demikian kisah asal mula watu bentul yang tertulis di babad Ponorogo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar