Translate

Sabtu, 26 Desember 2015

Penjelasan Tentang Keutamaan Makkah

Dari Abdulloh bin Adi bin Hamro rodhiyallohu ‘anhu, ia berkata:

رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاقِفًا عَلَى الْحَزْوَرَةِ، فَقَالَ: وَاللَّهِ إِنَّكِ لَخَيْرُ أَرْضِ اللَّهِ، وَأَحَبُّ أَرْضِ اللَّهِ إِلَى اللَّهِ، وَلَوْلاَ أَنِّي أُخْرِجْتُ مِنْكِ مَا خَرَجْتُ.

“Saya melihat Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam berdiri di Hazwaroh (salah satu daerah di Mekkah), lalu beliau bersabda, “Demi Alloh, sesungguhnya engkau sebaik-baik bumi Alloh, dan negeri Alloh yang paling dicintai Alloh, kalau bukan lantaran aku dikeluarkan darimu, niscaya aku tidak keluar.” (HR. Tirmidzi dan ia menshohihkannya, Nasa’i dalam Sunan al-Kubro, Ibnu Majah, al-Hakim dalamal-Mustadrok dan ia menshohihkannya.)

Mekah, namanya berasal dari kata: imtakka yang artinya mendesak atau mendorong. Kota ini disebut Mekah karena manusia berdesakan di sana (Mu’jam al-Buldan, kata: Mekah).

Dalam Alquran Allah menyebutnya dengan Bakkah. Allah berfirman,

إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِينَ

“Sesungguhnya rumah yang pertama kali di dibangun (di bumi) untuk (tempat beribadah) manusia adalah Baitullah di Bakkah (Mekah) yang memiliki berkah dan petunjuk bagi seluruh alam.” (QS. Ali Imran: 96).

Kota Mekah disebut Bakkah dari kata bakka –yabukku, artinya menekan. Karena Mekah menekan leher-leher orang yang sombong (Tafsir Jalalainuntuk QS. Ali Imran: 96).

Kota Mekah juga memiliki nama lain, diantaranya:

1. Ummul Qura (pusat kota), Allah berfirman,

وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لِتُنْذِرَ أُمَّ الْقُرَى وَمَنْ حَوْلَهَا

“Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Al Quran dalam bahasa Arab, supaya kamu memberi peringatan kepada ummul Qura (penduduk Mekah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya.” (QS. As Syura: 7)

Kota Mekah disebut Ummul Qura karena menjadi kota yang paling padat kegiatannya.

2. Al-Balad al-Amin (kota yang aman), Allah berfirman,

وَهَذَا الْبَلَدِ الْأَمِينِ

“Demi al-Balad al-Amin ini (Mekkah).” (QS. At Tin: 3).

3. Ma’ad (tempat kembali), Allah berfirman,

إِنَّ الَّذِي فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لَرَادُّكَ إِلَى مَعَادٍ

“Sesungguhnya Dzat yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al Quran, benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali.” (QS. Al Qashas: 85).

Sebagian ahli tafsir mengatakan, yang dimaksud tempat kembali adalah Mekkah. (Tafsir Jalalain, untuk QS. Al Qashas: 85)

4. Al-Baitul Haram, Allah berfirman,

وَإِذْ بَوَّأْنَا لِإِبْرَاهِيمَ مَكَانَ الْبَيْتِ أَنْ لَا تُشْرِكْ بِي شَيْئًا وَطَهِّرْ بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْقَائِمِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ

“(ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan): “Janganlah kamu memperserikatkan sesuatupun dengan Aku dan sucikanlah rumahKu ini bagi orang-orang yang thawaf…” (QS. Al Haj: 26).

Sebagian ahli tafsir menjelaskan bahwa Baitullah adalah Mekkah (Mekkah fil Qur’an wa as-Sunnah, Hal. 6


DI ANTARA KEUTAMAAN KOTA MEKKAH

Alloh Ta’ala memuliakan penduduk kota Mekkah dengan adanya Baitulloh al-Harom rumah peribadatan pertama kali di muka bumi.

Sebagaimana Allah menyebutkan mengenai do’a Nabi Allah –kholilullah (kekasih Allah)- Ibrahim ‘alaihis salam,

رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ

“Ya Rabb kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Rabb kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (QS. Ibrahim: 37).

Alloh Ta’ala berfirman:

٩٦. إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكاً وَهُدًى لِّلْعَالَمِينَ

“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitulloh yang di Bakkah (Mekkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.” (QS. Ali Imron: 96)

Dan baitullah inilah yang dijadikan tempat berhaji sebagaimana disebutkan dalam ayat,
وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا

“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah” (QS. Ali Imran: 97).
Haji ini dijadikan sebagai amalan penghapus dosa yang telah lalu Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa ia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ حَجَّ لِلَّهِ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ

“Siapa yang berhaji ke Ka’bah lalu tidak berkata-kata seronok dan tidak berbuat kefasikan maka dia pulang ke negerinya sebagaimana ketika dilahirkan oleh ibunya.” (Muttafaqun ‘alaih).

Sebagaimana shalat di baitullah juga dilipatgandakan. Dari Jabir, Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

صَلاَةٌ فِى مَسْجِدِى أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلاَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ وَصَلاَةٌ فِى الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَفْضَلُ مِنْ مِائَةِ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ

“Shalat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih utama daripada 1000 shalat di masjid lainnya selain Masjidil Harom. Shalat di Masjidil Harom lebih utama daripada 100.000 shalat di masjid lainnya.” (HR. Ahmad 3/343 dan Ibnu Majah no. 1406, dari Jabir bin ‘Abdillah. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 1173).

Baitulloh al-Harom adalah tempat seorang muslim diperbolehkan bepergian mengunjungi masjid dengan tujuan beribadah.


Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anhu, dari Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam:

لاَ تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلاَّ إِلَى ثَلاَثَةِ مَسَاجِدَ؛ مَسْجِدِي هَذَا وَالْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَالْمَسْجِدِ اْلأَقْصَى.

“Tidak ada keutamaan  bepergian (ke suatu masjid) kecuali bepergian mengunjungi tiga masjid, (yaitu) masjidku ini (Masjid Nabawwi di Madinah), Masjidil Harom (Mekkah), dan Masjidil Aqsho (Palestina).” (HR. Bukhori dan Muslim)

Tanah haram dijadikan tempat yang penuh rasa aman

Inilah berkat do’a Nabi Ibrahim ‘alaihis salam,

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَدًا آَمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آَمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ قَالَ وَمَنْ كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُ قَلِيلًا ثُمَّ أَضْطَرُّهُ إِلَى عَذَابِ النَّارِ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ

“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: “Ya Rabbku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: “Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali“.” (QS. Al Baqarah: 126).

Begitu pula disebutkan dalam ayat lainnya,

وَمَنْ دَخَلَهُ كَانَ آَمِنًا

“Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia” (QS. Ali Imran: 97).

Kaum Quraisy di masa silam juga merasakan rasa aman ketika safar mereka,

الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآَمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ

“Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan” (QS. Quraisy: 4)


Alloh Ta’ala menjaga Mekkah dari penguasa yang lalim dan mencegah mereka dari melanggar kehormatannya.

Alloh Ta’ala berfirman:

١. أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَابِ الْفِيلِ
٢. أَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِي تَضْلِيلٍ
٣. وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْراً أَبَابِيلَ
٤. تَرْمِيهِم بِحِجَارَةٍ مِّن سِجِّيلٍ
٥. فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَّأْكُولٍ

“Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah. Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka’bah) itu sia-sia? Dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar, lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).” (QS. al-Fiil: 1-5)

Dari ‘Aisyah rodhiyallohu ‘anha, ia berkata bahwa Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:

يَغْزُو جَيْشُ الْكَعْبَةَ فَإِذَا كاَنُوْا بِبَيْدَاءَ مِنَ الأَرْضِ يُخْسَفُ بِأَوَّلِهِمْ وَآخِرِهِمْ. قاَلَتْ : قُلْتُ : ياَ رَسُوْلَ اللهِ، كَيْفَ يُخْسَفُ بِأَوَّلِهِمْ وَآخِرِهِمْ وَفِيْهِمْ أَسْوَاقُهُمْ ، وَمَنْ لَيْسَ مِنْهُمْ ؟ قاَلَ : يُخْسَفُ بِأَوَّلِهِمْ وَآخِرِهِمْ ، ثُمَّ يُبْعَثُوْنَ عَلىَ نِيَّاتِهِمْ.

“Akan ada pasukan yang menyerbu Ka’bah, saat mereka berada di sebuah tempat, seluruh pasukan itu dari yang awal hingga akhir dimusnahkan.” ‘Aisyah berkata, “Akupun bertanya, ‘Wahai Rosululloh, bagaimana dimusnahkan dari awal hingga akhir sedangkan di antara mereka ada orang selain mereka?” Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam menjawab, “Dimusnahkan dari yang awal hingga akhir, lalu mereka dibangkitkan berdasarkan niat mereka.” (HR. al-Bukhori)


Alloh Ta’ala memuliakan penduduknya dan mengaruniai mereka dengan tujuh hal.

Dari az-Zubair bin al-Awwam rodhiyallohu ‘anhu, ia berkata bahwa Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:

فَضَّلَ اللهُ قُرَيْشًا بِسَبْعِ خِصَالٍ، فَضَّلَهُمْ بِأَنَّهُمْ عَبَدُوا اللهَ عَشَرَ سِنِيْنَ ، لاَ يَعْبُدُ اللهَ إِلاَّ قُرَيْشٍ، وَفَضَّلَهُمْ بِأَنَّهُمْ نَصَرَهُمْ يَوْمَ اْلفِيْلِ وَهُمْ مُشْرِكُوْنَ، وَفَضَّلَهُمْ بِأَنَّهُ نَزَلَتْ فِيْهِمْ سُوْرَةٌ مِنَ اْلقُرْآنِ الْكَرِيْمِ تَحْمِلُ اسْمَهُمْ، لَمْ يَدْخُلْ فِيْهَا أَحَدٌ مِنَ اْلعَالَمِيْنَ وَهِيَ: “ِلإِيْلاَفِ قُرَيْشٍ” وَفَضَّلَهُمْ بِأَنَّ فِيْهِمْ النُبُوَّةَ، وَالْخِلاَفَةَ، وَالْحِجَابَةَ، وَالسِّقَايَةَ.

“Alloh Ta’ala mengutamakan suku Quroisy dengan tujuh hal: (Pertama) Alloh mengutamakan mereka di mana mereka beribadah kepada Alloh selama sepuluh tahun, tidak ada yang menyembah Alloh kecuali Quroisy. (Kedua) Alloh Ta’ala mengutamakan mereka dengan menolong mereka pada hari pasukan bergajah menyerbu Ka’bah dan saat itu mereka dalam keadaan musyrik. (Ketiga) Alloh Ta’alamemberikan keutamaan pada mereka di mana turun surat dalam al-Qur’an yang menyebut nama Quroisy, tidak ada di dunia ini yang seperti mereka, yaitu surat (لِإِيلَافِ قُرَيْشٍ) “Karena kebiasaan orang-orang Quroisy” (QS. al-Fiil: 1). (Keempat) Alloh Ta’ala mengutamakan dari mereka terdapat seorang Nabi. (Kelima) Kholifah. (Keenam) Hak pengelolaan pemegang kunci Ka’bah. (Ketujuh) Hak pelayanan memberikan air minum bagi haji.” (Shohih al-Jami’ 4208)

Alloh menjaga Mekkah sebagai tempat yang suci dengan Islam, di kota-kota seluruh dunia ada agama yang bermacam-macam yang dianut penduduknya, kecuali Mekkah dan Madinah.

Alloh Ta’ala berfirman:

٢٨. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ إِنَّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ فَلاَ يَقْرَبُواْ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ بَعْدَ عَامِهِمْ هَـذَا وَإِنْ خِفْتُمْ عَيْلَةً فَسَوْفَ يُغْنِيكُمُ اللّهُ مِن فَضْلِهِ إِن شَاء إِنَّ اللّهَ عَلِيمٌ حَكِيمٌ

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidil Harom sesudah tahun ini. Dan jika kamu khawatir menjadi miskin, maka Alloh nanti akan memberimu kekayaan kepadamu dari karuniaNya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. at-Taubah: 28)

Kota Mekkah tidak akan dimasuki Dajjal.

Dajjal akan muncul dari Ashbahan dan akan menelusuri muka bumi. Tidak ada satu negeri pun melainkan Dajjal akan mampir di tempat tersebut. Yang dikecualikan di sini adalah Makkah dan Madinah karena malaikat akan menjaga dua kota tersebut. Dajjal tidak akan memasuki kedunya hingga akhir zaman. 

Dalam hadits Fathimah binti  Qois radhiyallahu ‘anha disebutkan bahwa Dajjal mengatakan,

فَأَخْرُجَ فَأَسِيرَ فِى الأَرْضِ فَلاَ أَدَعَ قَرْيَةً إِلاَّ هَبَطْتُهَا فِى أَرْبَعِينَ لَيْلَةً غَيْرَ مَكَّةَ وَطَيْبَةَ فَهُمَا مُحَرَّمَتَانِ عَلَىَّ كِلْتَاهُمَا كُلَّمَا أَرَدْتُ أَنْ أَدْخُلَ وَاحِدَةً أَوْ وَاحِدًا مِنْهُمَا اسْتَقْبَلَنِى مَلَكٌ بِيَدِهِ السَّيْفُ صَلْتًا يَصُدُّنِى عَنْهَا وَإِنَّ عَلَى كُلِّ نَقْبٍ مِنْهَا مَلاَئِكَةً يَحْرُسُونَهَا

“Aku akan keluar dan menelusuri muka bumi. Tidaklah aku membiarkan suatu daerah kecuali pasti aku singgahi dalam masa empat puluh malam selain Makkah dan Thoybah (Madinah Nabawiyyah). Kedua kota tersebut diharamkan bagiku. Tatkala aku ingin memasuki salah satu dari dua kota tersebut, malaikat menemuiku dan menghadangku dengan pedangnya yang mengkilap. Dan di setiap jalan bukit ada malaikat yang menjaganya.” (HR. Muslim no. 2942)

Dan Dajjal tidak akan memasuki empat masjid. Dalam hadits disebutkan tentang Dajjal,

لاَ يَأْتِى أَرْبَعَةَ مَسَاجِدَ الْكَعْبَةَ وَمَسْجِدَ الرَّسُولِ والْمَسْجِدَ الأَقْصَى وَالطُّورَ

“Dajjal tidak akan memasuki empat masjid: masjid Ka’bah (masjidil Haram), masjid Rasul (masjid Nabawi), masjid Al Aqsho’, dan masjid Ath Thur.” (HR. Ahmad 5: 364. Kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth, sanad hadits ini shahih)

Dalam sebuah hadits yang panjang dari Abu Umamah rodhiyallohu ‘anhu, ia berkata bahwa Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:

ياَ أَيُّهَا الناَّسُ ! إِنَّهَا لَمْ تَكُنْ فِتْنَةٌ عَلىَ وَجْهِ اْلأَرْضِ ، مُنْذُ ذَرَأَ اللهُ ذُرِّيَّةَ آدَمٍ أَعْظَمَ مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ، وَإِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ لَمْ يَبْعَثْ نَبِيًّا إِلاَّ حَذَّرَ أُمَّتَهُ الدَّجَّالَ… إِلَى أَنْ قَالَ: وَإِنَّهُ لاَ يَبْقَى شَيْئٌ مِنَ اْلأَرْضِ إِلاَّ وَطِئَهُ، إِلاَّ مَكَّةَ وَالْمَدِيْنَةَ، لاَيَأْتِيْهَا مِنْ نَقْبٍ مِنْ أَنْقَابِهَا إِلاَّ لَقِيَتْهُ الْمَلاَئِكَةُ بِالسُّيُوْفِ صَلْتَةً.

“Wahai manusia, sesungguhnya tidak ada fitnah di muka bumi ini semenjak Alloh menciptakan keturunan Adam yang lebih besar daripada fitnah ad-Dajjal. Dan sungguh tidaklah Alloh mengutus seorang Nabi melainkan dia memberi peringatan kepada umatnya tentang ad-Dajjal …. (hingga sabda beliau): Dan tidak ada suatu tempat yang tersisa di muka bumi ini melainkan akan dikunjungi ad-Dajjal kecuali Mekkah dan Madinah, segala penjuru kotanya dijaga para malaikat yang menghunus pedang.” (Shohih al-Jami’ 7875)

Para Nabi semenjak dahulu menunaikan haji di Mekkah.

Alloh Ta’ala berfirman:

٢٦. وَإِذْ بَوَّأْنَا لِإِبْرَاهِيمَ مَكَانَ الْبَيْتِ أَن لَّا تُشْرِكْ بِي شَيْئاً وَطَهِّرْ بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْقَائِمِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ

“Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrohim di tempat Baitulloh (dengan mengatakan): “Janganlah kamu mempersekutukan sesuatupun dengan Aku dan sucikanlah rumahKu ini bagi orang-orang yang thowaf, bagi orang-orang yang beribadah, orang-orang yang ruku’, dan sujud.” (QS. al-Hajj: 26)

Diriwayatkan dari sahabat Ibnu Abbas rodhiyallohu ‘anhuma:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ بِوَادِي الأَزْرَقِ ، فَقَالَ: (أَيُّ وَادٍ هَذَا؟). فَقَالُوا: وَادِي الأَزْرَقِ. قَالَ: (كَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَى مُوسَى عَلَيْهِ السَّلاَمُ هاَبِطًا مِنَ الثَّنِيَّةِ وَ لَهُ جُؤَارٌ إِلَى اللَّهِ بِالتَّلْبِيَةِ). ثُمَّ أَتَى عَلَى ثَنِيَّةِ هَرْشَى، فَقَالَ: (أَيُّ ثَنِيَّةٍ هَذِهِ ؟) قَالُوا : ثَنِيَّةُ هَرْشَى.

“Bahwasanya Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam melalui lembah al-Arzaq, lalu beliau bertanya, “Lembah apa ini?” Para sahabat menjawab, “Lembah al-Arzaq.” Beliau bersabda, “Seolah-olah aku melihat Musa ‘alaihis salam turun dari tempat yang tinggi, ia mempunyai suara keras mengucapkan talbiyah kepada Alloh.” Lalu beliau melalui tsaniyyatul harsya.[3] Kemudian beliau shollallohu ‘alaihi wasallam bertanya, “Lembah apa ini?” “Tsaniyyatul Harsya,” jawab para sahabat. Kemudian beliau bersabda, “Seolah-olah aku melihat Yunus bin Matta ‘alaihis salam duduk di atas unta kekar, mengenakan jubah yang terbuat dari wol, tali kendali untanya terbuat dari serabut, dan ia sedang mengucapkan kalimat talbiyah.” (HR. Muslim 166)

Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَيُهِلَّنَّ ابْنُ مَرْيَمَ بِفَجِّ الرَّوْحَاءِ حَاجاًّ أَوْ مُعْتَمِراً، أَوْ لَيَثْنِيَنَّهُمَا.

“Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, Ibnu Maryam akan bertalbiyah di Fajj ar-Rouhah (tempat antara Mekkah dan Madinah), dia menunaikan haji atau umroh, atau mengiringi antara haji dan umroh.” (HR. Muslim 3020)

Mekkah adalah kiblat muslimin yang mendirikan sholat di seluruh penjuru dunia.

Alloh Ta’ala berfirman:

١٤٤. قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاء فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُ مَا كُنتُمْ فَوَلُّواْ وُجُوِهَكُمْ شَطْرَهُ وَإِنَّ الَّذِينَ أُوْتُواْ الْكِتَابَ لَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِن رَّبِّهِمْ وَمَا اللّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ

“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Harom. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya.” (QS. al-Baqoroh: 144)

Wajib memperhatikan waktu dan jaman saat memasuki kota Mekkah dalam rangka menunaikan haji dan umroh, yang demikian itu untuk ihrom dan talbiyah.

Alloh Ta’ala berfirman:

١٨٩. يَسْأَلُونَكَ عَنِ الأهِلَّةِ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ وَلَيْسَ الْبِرُّ بِأَنْ تَأْتُوْاْ الْبُيُوتَ مِن ظُهُورِهَا وَلَـكِنَّ الْبِرَّ مَنِ اتَّقَى وَأْتُواْ الْبُيُوتَ مِنْ أَبْوَابِهَا وَاتَّقُواْ اللّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: “Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji.” (QS. al-Baqoroh: 189)

Adapun miqot haji dan umroh adalah sebagaimana diriwayatkan dari Abdulloh bin Abbas rodhiyallohu ‘anhuma, ia berkata:

إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَّتَ ِلأَهْلِ الْمَدِينَةِ ذَا الْحُلَيْفَةِ، وَ ِلأَهْلِ الشَّأْمِ الْجُحْفَةَ، وَ ِلأَهْلِ نَجْدٍ قَرْنَ الْمَنَازِلِ، وَ ِلأَهْلِ الْيَمَنِ يَلَمْلَمَ، وَقَالَ: هُنَّ لَهُنَّ وَلِمَنْ أَتَى عَلَيْهِنَّ مِنْ غَيْرِهِنَّ مِمَّنْ أَرَادَ الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ وَمَنْ كَانَ دُوْنَ ذَلِكَ فَمِنْ حَيْثُ أَنْشَأَ حَتَّى أَهْلُ مَكَّةَ مِنْ مَكَّةَ.

“Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam menetapkan miqot untuk penduduk Madinah adalah Dzulhulaifah, bagi penduduk Syam adalah al-Juhfah, bagi penduduk Najd adalah Qornulmanazil, bagi penduduk Yaman adalah Yalamlam. Dan beliau shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda, “Itulah ketentuan masing-masing bagi setiap penduduk negeri-negeri tersebut dan juga bagi mereka yang bukan penduduk negeri-negeri tersebut jika hendak melakukan ibadah haji dan umroh. Sedangkan mereka selain itu, maka dia memulai dari kediamannya, dan bagi penduduk Mekkah, mereka memulainya dari di Mekkah.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Di Mekkah terdapat air Zamzam.

عَنْ أَبِي ذَرٍّ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ كَانَ يُحَدِّثُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهٌ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : فُرِجَ سَقْفِي وَأَنَا بِمَكَّةَ، فَنَزَلَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلاَم فَفَرَجَ صَدْرِي، ثُمَّ غَسَلَهُ بِمَاءِ زَمْزَمَ، ثُمَّ جَاءَ بِطَسْتٍ مِنْ ذَهَبٍ مُمْتَلِئٍ حِكْمَةً وَإِيمَانًا، فَأَفْرَغَهَا فِي صَدْرِي، ثُمَّ أَطْبَقَهُ، ثُمَّ أَخَذَ بِيَدِي فَعَرَجَ بِيْ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا ….. الحديث.

أخرجه البخاري كتاب الحج

Dari Abu Dzar radhiyallahuanhu ia bercerita bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam   bersabda : atap rumahku terbuka sedang waktu itu aku di Makkah, lalu turunlah Jibril alaihissalam, kemudian ia membelah dadaku, kemudian mencucinya dengan air zamzam, lalu ia mengambil baskom yang terbuat dari emas penuh dengan hikmah dan iman, lalu ia menuangkannya dalam dadaku, setelah itu ia menutup kembali dadaku, kemudian ia memegang tanganku dan naik bersamaku ke-langit dunia …..” (HR.Bukhori)

 أَبِي ذَرٍّ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ – في خبر إسلامه – قال : قال لي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهٌ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَتىَ كُنْتَ هَاهُنَا؟

 قَالَ : قُلْتُ : قَدْ كُنْتُ هَاهُنَا مُنْذُ ثَلاَثِينَ – بَيْنَ لَيْلَةٍ وَيَوْمٍ _.

قَالَ : فَمَنْ كَانَ يُطْعِمُكَ ؟

قَالَ : قُلْتُ : مَا كَانَ لِي طَعَامٌ إِلاَّ مَاءُ زَمْزَمَ .

فَسَمِنْتُ حَتَّى تَكَسَّرَتْ عُكَنُ بَطْنِي وَمَا أَجِدُ عَلَى كَبِدِي سُخْفَةَ جُوعٍ.

قَالَ : إِنَّهَا مُبَارَكَةٌ، إِنَّهَا طَعَامُ طُعْمٍ.

أخرجه المسلم

Dari Abu Dzar radhiyallahuanhu – dalam kisahnya tatkala memeluk Islam – ia berkata : Rasulullah shallallahu alaihi wasallam   berkata kepadaku : Kapan kamu di sini? Abu Dzar menjawab : saya berada di sini sejak tiga puluh hari yang lalu. Nabi shallallahu alaihi wasallam  bertanya lagi : siapa yang memberimu makan? Abu Dzar menjawab : Aku tidak mempunyai makanan kecuali hanya minum air zamzam, maka aku menjadi gemuk sampai-sampai perutku buncit (karena banyaknya lemak dan ada lipatan-lipatannya), dan aku tidak merasakan rasa lapar dan lemah. Rasulullah menjawab : Sesungguhnya air zam-zam itu berbarakah, sesungguhnya ia adalah makanan yang penuh gizi.” (HR. Muslim) 


Dari Anas rodhiyallohu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:

يَرْحَمُ اللهُ أُمَّ إِسْمَاعِيْلَ ! لَوْلاَ أَنَّهَا عَجِلَتْ لَكاَنَ زَمْزَمَ عَيْنًا مَعِيْناً

“Semoga Alloh merahmati Ummu Ismail, andai saja dia tidak terburu-buru , tentulah Zamzam akan menjadi mata air yang mengalir di atas bumi.” (HR. al-Bukhori 3362)

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِي اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : خَيْرُ مَاءٍ عَلىَ وَجْهِ اْلأَرْضِ مَاءُ زَمْزَمَ، فِيْهِ طَعَامٌ مِنَ الطُّعْمِ، وَشِفَاءٌ مِنَ السُّقْمِ.

أخرجه الطبراني في الكبير، وصححه الألباني

Dari Ibnu Abbas radhiyallahuanhuma ia berkata : Rasulullah shallallahu alaihi wasallam   bersabda : “Sebaik-baik air di muka bumi adalah air zamzam, air itu mengenyangkan peminumnya sebagaimana makanan mengenyangkan orang yang makan, dan terdapat obat dari penyakit.” (HR. Thobroni dalam al-Kabiir dan dishohihkan oleh al-Albani dalam Silsilah Hadits no. 3585.)

Di kota Mekkah terdapat buah-buahan beraneka macam, padahal kota itu kota yang tandus, hal ini adalah dari doa Nabi Ibrohim ‘alaihis salam yang dikabulkan Alloh Ta’ala.

Alloh Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

٣٧. رَّبَّنَا إِنِّي أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُواْ الصَّلاَةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُم مِّنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ

“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitulloh) yang dihormati. Ya Tuhan kami, (yang demikian itu) agar mereka mendirikan sholat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rejekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (QS. Ibrohim: 37)

Alloh Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

٥٧. وَقَالُوا إِن نَّتَّبِعِ الْهُدَى مَعَكَ نُتَخَطَّفْ مِنْ أَرْضِنَا أَوَلَمْ نُمَكِّن لَّهُمْ حَرَماً آمِناً يُجْبَى إِلَيْهِ ثَمَرَاتُ كُلِّ شَيْءٍ رِزْقاً مِن لَّدُنَّا وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ

“Dan mereka berkata, “Jika kami mengikuti petunjuk bersama kamu, niscaya kami akan diusir dari negeri kami.” Dan apakah Kami tidak meneguhkan kedudukan mereka dalam daerah Harom (tanah suci) yang aman, yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam (tumbuh-tumbuhan) untuk menjadi rejeki (bagimu) dari sisi Kami? Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (QS. al-Qoshosh: 57)

Alloh Subhanahu Wa Ta’ala juga berfirman:



“Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah. Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka’bah) itu sia-sia? Dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar, lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).” (QS. al-Fiil: 1-5)


Mekkah adalah negeri Harom (suci) dan aman, semenjak jaman Jahiliyah, ataupun masa Islam, tidak tertumpahkan darah di kota ini.

Alloh Ta’ala berfirman:

٦٧. أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّا جَعَلْنَا حَرَماً آمِناً وَيُتَخَطَّفُ النَّاسُ مِنْ حَوْلِهِمْ أَفَبِالْبَاطِلِ يُؤْمِنُونَ وَبِنِعْمَةِ اللَّهِ يَكْفُرُونَ

“Dan apakah mereka tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Kami telah menjadikan (negeri mereka) tanah suci yang aman, sedang manusia sekitarnya rampok-merampok. Maka mengapa (sesudah nyata kebenaran) mereka masih percaya kepada yang bathil dan ingkar kepada nikmat Alloh?” (QS. al-Ankabut: 67)

Alloh Ta’ala berfirman:

٩١. إِنَّمَا أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ رَبَّ هَذِهِ الْبَلْدَةِ الَّذِي حَرَّمَهَا وَلَهُ كُلُّ شَيْءٍ وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْمُسْلِمِينَ

“Aku hanya diperintahkan untuk menyembah Tuhan negeri ini (Mekkah). Yang telah menjadikannya suci (harom) dan kepunyaanNyalah segala sesuatu, dan aku diperintahkan supaya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (QS. an-Naml: 91)

Alloh Ta’ala menjadikan Mekkah sebagai Bilad al-Harom (negeri yang suci) semenjak hari penciptaan langit dan bumi.

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِي اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ : قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ  افْتَتَحَ مَكَّةَ : لاَ هِجْرَةَ، وَلَكِنْ جِهَادٌ وَنِيَّةٌ، وَإِذَا اسْتُنْفِرْتُمْ فَانْفِرُوا، فَإِنَّ هَذَا الْبَلَدَ حَرَّمَهُ اللَّهُ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ، وَهُوَ حَرَامٌ بِحُرْمَةِ اللَّهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَإِنَّهُ لَمْ يَحِلَّ الْقِتَالُ فِيهِ لأَحَدٍ قَبْلِي، وَلَمْ يَحِلَّ لِي إِلاَّ سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ، فَهُوَ حَرَامٌ بِحُرْمَةِ اللَّهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، لاَ يُعْضَدُ شَوْكُهُ، وَلاَ يُنَفَّرُ صَيْدُهُ، وَلاَ يُلْتَقَطُ لُقَطَتُهُ، إِلاَّ مَنْ عَرَّفَهَا، وَلاَ يُخْتَلَى خَلاَهَا). قَالَ الْعَبَّاسُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِلاَّ الإِذْخِرَ، فَإِنَّهُ لِقَيْنِهِمْ وَلِبُيُوتِهِمْ. قَالَ : ( إِلاَّ الإِذْخِرَ ).

أخرجه البخاري  ومسلم

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma ia berkata : Nabi shallallahu alaihi wasallam   bersabda di hari penaklukkan kota Makkah : “Tidak ada hijrah lagi‎, akan tetapi yang ada adalah jihad dan niat‎, jika kalian diperintah (ulil amri) pergi berjihad maka berangkatlah, sesungguhnya negeri ini Allah telah mengharamkannya pada hari Dia menciptakan langit dan bumi, maka sejak itu haram dengan keharaman Allah hingga hari kiamat, sesungguhnya tidak diperbolehkan berperang di dalamnya kepada seorangpun sebelumku, dan juga tidak dihalalkan bagiku kecuali sesaat di siang hari‎, maka sejak itu (negeri Makkah) haram dengan keharaman Allah hingga hari kiamat, duri-durinya tidak boleh dipatahkan, binatang buruannya tidak boleh di usir (diganggu), barang yang jatuh di Makkah tidak boleh diambil, kecuali untuk mencari (pemiliknya), ‎tumbuh-tumbuhannya tidak boleh ditebang”.

Ibnu Abbas bertanya : Wahai Rasulullah, kecuali tumbuhan al-idhir (sejenis tumbuhan-tumbuhan yang harum baunya)? Sesungguhnya tumbuhan itu digunakan oleh tukang besi atau tukang emas/perak mereka, dan digunakan untuk rumah-rumah mereka?

Beliau bersabda : “Kecuali al-idhir”.  (HR. Muttafaqun 'Alaih)

Demikianlah keutamaan kota Mekkah yang disebutkan dalam hadits-hadits Nabi. Setelah mengetahui tentang keutamaan kota Mekkah maka sepatutnya bagi seorang muslim yang menunaikan umroh dan haji untuk mawas diri dan berakhlak Islam serta menetapi adab-adabnya saat berkunjung di tempat yang paling dicintai Alloh, dengan cara memperhatikan kemuliaan dan mengagungkan syiar-syiar Alloh di Baitulloh, lalu berendah hati pada kebenaran dengan mengikutinya. Dan sepatutnya dia menjaga anggota tubuhnya, janganlah melakukan sesuatu yang menodai kesucian kota Mekkah. Hendaknya dia merasa diawasi Alloh Ta’ala saat sepi maupun ramai.

Semoga Alloh Ta’ala menyempurnakan nikmatNya kepada kita semua, dhohir maupun batin, menolong kita dalam bersyukur padaNya, menjaga negeri Mekkah dan seluruh negeri-negeri Islam dari makar manusia yang ingin merusaknya. Dan semoga Alloh menerima ibadah haji dan umroh dari kita yang menunaikannya, sesungguhnya Dia adalah Maha Kuasa atas semua ini.

Wallohul Muwaffiq Ila Aqwamith Thoriq

1 komentar:


  1. Segenap Manajemen Bolavita Mengucapkan Selamat Merayakan Tahun Baru Imlek 2570

    Kongzili Semoga Di Tahun Babi Tanah Diberikan Rejeki Lebih Banyak
    Dibandingkan Tahun Sebelumnya

    WA : +62812-2222-995

    BalasHapus