Translate

Senin, 16 Mei 2016

Penjelasan Tentang Persaksian ALLOH Akan Ke-Esa-an Nya

Pembenaran ilmu pengetahuan modern terhadap Al-Quran seharusnya menjadikan kita, pertama semakin meyakini kebenaran Islam dan kekuasaan Allah SWT secara mutlak (tanpa keraguan sedikitpun), kedua, meyakini kebenaran akan seluruh perkataan, janji-janji Allah yang terkandung dalam Al-Quran. Ketika Allah SWT menunjukan sebagian tanda kebesaran-Nya dan kebenaran firman-Nya, secara otomatis semua janji serta perkataan Allah dalam Al-Quran yang lain, yang belum tampak (Ghoib) adalah sebuah kepastian yang akan berlaku, terjadi. Janji akan hari pembalasan, azab kubur dan jannah adalah sesuatu kebenaran mutlak yang harus diyakini, yang tentunya akan menambah keimanan kepada Allah SWT.

Kendati-pun demikian, kesibukan urusan dunia menutup mata hati manusia untuk berpikir akan kebesaran Allah, sehingga suhu keimanan selalu saja menurun. Siang dan malam manusia disibukan mencari nafkah dalam rangka memenuhi hasrat kebutuhan materi, sehingga tanda-tanda kebesaran Allah berlalu begitu saja tanpa makna.

Mahasiswa kebanyakan kuliah tiada lain untuk mencari pekerjaan yang lebih menjanjikan, sekedar mencari ijasah dalam meningkatkan pendapatannya kelak. Inilah yang dimaknai sebagai investasi bidang pendidikan, apapun dilakukan dalam rangka meraih nilai indeks prestasi yang memuaskan sehingga investasi tidak akan gagal (bekerja ditempat yang bonafit).

Bagi yang berotak jenius, tiada hari tanpa melakukan kajian keilmuan dunia. Dari pagi sampai malam ilmu dunia dikaji dan dipelajari tiada hentinya, dia tidak rela kalau indeks prestasinya anjlok, namun tidak perduli keimanan-Nya sedang dalam batas paling bawah. Kesibukan dalam belajar urusan dunia, mengeliminir pentingnya ilmu agama, fenomena ketauhidan tidak bermakna baginya, jadilah ia orang yang masa bodoh dengan urusan keislaman dan berbagai persoalannya.

Justru kejeniusannya menjadikan dia terkadang mengolok-olok perilaku syariat, sifat ketauhidan yang baginya tidak sesuai dengan akal sehat (logika) dan primitif. Sholat, puasa dan Zakat baginya cukup sebagai bekal kehidupan kelak.

Parahnya lagi, bagi yang berotak pas-pasan, sudah keilmuan dunia malas-malasan apalagi ilmu agama (dien), kebodohannya menggiring untuk berprilaku jauh dari nilai-nilai moral kemasyarakatan lebih-lebih moral keagamaan. Kehidupannya penuh dengan kemalasan, suram masa depan bahkan dikhawatirkan kelak akan menjadi pembela kekufuran digaris depan. Na'udzubillah.

Kegemerlapan dunia memang menjadikan manusia berlomba-lomba mencari dan menikmati kesenangan hidup. Perilaku-perilaku orang kaffir dianggap sebagai cerminan mode masa kini, baik penampilan berpakaian, budaya kemaksiatan semuanya semakin merajalela dikalangan kaum muslimin.

Media televisi sebagai corong kapitalisme dengan gencarnya mempromosikan gaya hidup mewah-mewahan dan perilaku kemaksiatan tersebut. Bahkan hampir seratus persen tampilan televisi jauh dari nilai-nilai syariat, khusunya dalam berpenampilan (berpakaian). Dengan demikian, perenungan akan kebesaran Allah direduksi oleh perilaku memburu kenikmatan dunia dan perjuangan meraihnya. Jadilah dia orang yang pekak dan tuli dalam urusan dien, 

Alloh Subhanahu Wata'ala Berfirman;

شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ وَالْمَلائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (18) إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الإسْلامُ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ وَمَنْ يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ (19) فَإِنْ حَاجُّوكَ فَقُلْ أَسْلَمْتُ وَجْهِيَ لِلَّهِ وَمَنِ اتَّبَعَنِ وَقُلْ لِلَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَالأمِّيِّينَ أَأَسْلَمْتُمْ فَإِنْ أَسْلَمُوا فَقَدِ اهْتَدَوْا وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلاغُ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ (20) 

Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah, "Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku." Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al-Kitab dan kepada orang-orang yang ummi, "Apakah kalian (mau) masuk Islam?" Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (QS Ali Imron Ayat; 18-20)

Allah memberikan pernyataan-Nya, dan cukuplah Allah sebagai saksi. Dia adalah saksi Yang Mahabenar lagi Mahaadil, dan Mahabenar firman-Nya.

أَنَّهُ لَا إِلهَ إِلَّا هُوَ
bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia. (Ali Imran: 18)
Artinya, hanya Dialah Tuhan semua makhluk, dan bahwa semua makhluk  adalah hamba-hamba-Nya  dan  merupakan  ciptaan-Nya; semua makhluk berhajat kepada-Nya, sedangkan Dia Mahakaya terhadap semuanya selain Dia sendiri. Perihalnya sama dengan yang diungkapkan oleh Allah Swt. dalam firman lainnya, yaitu:

لكِنِ اللَّهُ يَشْهَدُ بِما أَنْزَلَ إِلَيْكَ

tetapi Allah mengakui Al-Qur'an yang diturunkan-Nya kepadamu. (An-Nisa: 166), hingga akhir ayat.

Kemudian Allah mengiringi pernyataan-Nya itu dengan kesaksian para malaikat dan orang-orang yang berilmu, yang disertakan dengan kesaksian (pernyataan)-Nya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan melainkan Dia (begitu pula) para malaikat dan orang-orang yang berilmu. (Ali Imran: 18)
Hal ini merupakan suatu keistimewaan yang besar bagi para ulama dalam kedudukan tersebut.

قائِماً بِالْقِسْطِ

Yang menegakkan keadilan. (Ali Imran: 18)
Lafaz qa-iman di-nasab-kan sebagai hal. Dengan kata lain, Allah Swt. senantiasa menegakkan keadilan dalam semua keadaan.

لَا إِلهَ إِلَّا هُوَ

Tidak ada Tuhan melainkan Dia. (Ali Imran: 18)
Kalimat ayat ini berkedudukan sebagai taukid atau yang mengukuhkan kalimat sebelumnya.

الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Ali Imran: 18)

Al-Aziz Yang Mahaperkasa, Yang keagungan dan kebesaran-Nya tidak dapat dibatasi, lagi Mahabijaksana dalam semua ucapan, perbuatan, syariat, dan takdir-Nya.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ عَبْدِ رَبِّهِ، حَدَّثَنَا بَقِيَّة بْنُ الْوَلِيدِ، حَدَّثَنِي جُبَيْرُ بْنُ عَمْرو الْقُرَشِيُّ، حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيد الْأَنْصَارِيُّ، عَنْ أَبِي يَحْيَى مَوْلَى آلِ الزُّبَيْرِ بْنِ الْعَوَّامِ، عَنِ الزُّبَيْرِ بْنِ الْعَوَّامِ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ بعرفةَ يَقْرَأُ هَذِهِ الْآيَةَ: {شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ وَالْمَلائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ} "وأَنَا عَلَى ذلِكَ مِنَ الشَّاهِدِينَ يَا رَبِّ"

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Abdu Rabbih, telah menceritakan kepada kami Baqiyyah ibnul Walid, telah menceritakan kepadaku Jubair ibnu Amr Al-Qurasyi, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Ansari, dari Abu Yahya maula keluarga Az-Zubair ibnul Awwam, dari Az-Zubair ibnul Awwam yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar Nabi Saw. di Arafah membaca ayat berikut, yaitu firman-Nya: Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Ali Imran: 18); Sesudah itu beliau Saw. mengucapkan: Dan aku termasuk salah seorang yang mempersaksikan hal tersebut, ya Tuhanku.

Ibnu Abu Hatim meriwayatkan melalui jalur lain. Untuk itu ia mengatakan: 

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُسَيْنٍ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُتَوَكِّلِ الْعَسْقَلَانِيُّ، حَدَّثَنَا عُمَر بْنُ حَفْصِ بْنِ ثَابِتٍ أَبُو سَعِيدٍ الْأَنْصَارِيُّ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ يَحْيَى بْنِ عَبَّادِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ، عَنِ الزُّبَيْرِ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ قَرَأَ هَذِهِ الْآيَةَ: {شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ وَالْمَلائِكَةُ} قال: "وأَنَا أشْهَدُ أيْ رَبِّ"

telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Husain, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Mutawakkil Al-Asqalani, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Hafs ibnu Sabit Abu Sa'id Al-Ansari, telah menceritakan kepada kami Abdul Malik ibnu Yahya ibnu Abbad ibnu Abdullah ibnuz Zubair, dari ayahnya, dari kakeknya, dari Az-Zubair yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. ketika membacakan ayat ini: Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan melainkan Dia, begitu pula para malaikat. (Ali Imran: 18); Lalu beliau mengucapkan: Dan aku ikut bersaksi, ya Tuhanku.

Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani mengatakan di dalam kitab Mu'jamul Kabir:

حَدَّثَنَا عَبْدَانُ بْنُ أَحْمَدَ وَعَلِيُّ بْنُ سَعِيدٍ الرَّازِيُّ قَالَا حَدَّثَنَا عَمَّار بْنُ عُمَرَ بْنِ الْمُخْتَارِ، حَدَّثَنِي أَبِي، حَدَّثَنِي غَالِبٌ الْقَطَّانُ قَالَ: أَتَيْتُ الْكُوفَةَ فِي تِجَارَةٍ، فَنَزَلْتُ قَرِيبًا مِنَ الْأَعْمَشِ، فَلَمَّا كَانَتْ لَيْلَةٌ أردتُ أَنْ أنْحَدِرَ قَامَ فَتَهَجَّدَ مِنَ اللَّيْلِ، فَمَرَّ بِهَذِهِ الآية: {شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ وَالْمَلائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ. إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الإسْلامُ} ثُمَّ قَالَ الْأَعْمَشُ: وَأَنَا أَشْهَدُ بِمَا شَهِدَ اللَّهُ بِهِ، وَأَسْتَوْدِعُ اللَّهَ هَذِهِ الشَّهَادَةَ، وَهِيَ لِي عِنْدَ اللَّهِ وَدِيعَةٌ: {إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الإسْلامُ} قَالَهَا مِرَارًا. قُلْتُ: لَقَدْ سَمِعَ فِيهَا شَيْئًا، فَغَدَوْتُ إِلَيْهِ فَوَدَّعْتُهُ، ثُمَّ قُلْتُ: يَا أَبَا مُحَمَّدٍ، إِنِّي سمعتك تردد هذه الآية. قال: أو ما بَلَغَكَ مَا فِيهَا؟ قُلْتُ: أَنَا عِنْدَكَ مُنْذُ شَهْرٍ لَمْ تُحَدِّثْنِي. قَالَ: وَاللَّهِ لَا أُحَدِّثُكَ بِهَا إِلَى سَنَةٍ. فَأَقَمْتُ سَنَةً فَكُنْتُ عَلَى بَابِهِ، فَلَمَّا مَضَتِ السَّنَةُ قُلْتُ: يَا أَبَا مُحَمَّدٍ، قَدْ مَضَتِ السَّنَةُ. قَالَ: حَدَّثَنِي أَبُو وَائِلٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يُجَاءُ بِصَاحِبِهَا يَوْمَ القِيامَةِ، فَيَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: عَبْدِي عَهِدَ إلَيَّ، وأنَا أحَقُّ مَن وَفَّى بالْعَهْدِ، أدْخِلُوا عَبْدِي الْجَنَّةَ"

telah menceritakan kepada kami Abdan ibnu Ahmad dan Ali ibnu Sa'id; keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ammar ibnu Umar Al-Mukhtar, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepadaku Galib Al-Qattan, bahwa ia datang ke Kufah dalam salah satu misi dagangnya, lalu tinggal di dekat rumah Al-A'masy. Pada suatu malam ketika aku hendak turun, Al-A'masy melakukan salat tahajud di malam hari, lalu bacaannya sampai pada ayat berikut, yaitu firman-Nya: Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam. (Ali Imran: 18-19) Kemudian Al-A'masy mengatakan, "Dan aku pun mempersaksikan apa yang telah dinyatakan oleh Allah, dan aku titipkan kepada Allah persaksianku ini, yang mana hal ini merupakan titipan bagiku di sisi Allah." Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam. (Ali Imran: 19) Kalimat dan ayat ini diucapkannya berkali-kali oleh Al-A'masy. Galib Al-Qattan melanjutkan kisahnya, bahwa lalu aku berkata kepada diriku sendiri, "Sesungguhnya dia (Al-A'masy) telah mendengar suatu hadis mengenai masalah ini." Maka aku pada pagi harinya menuju kepadanya untuk berpamitan, kemudian aku berkata, "Hai Abu Muhammad, sesungguhnya aku telah mendengarmu mengulang-ulang bacaan ayat ini." Al-A'masy berkata, "Tidakkah telah sampai kepadamu suatu hadis mengenainya?" Aku menjawab, "Aku berada di dekatmu selama satu bulan, tetapi engkau belum menceritakannya kepadaku." Al-A'masy mengatakan, "Demi Allah, aku tidak akan menceritakannya kepadamu sebelum satu tahun." Maka aku tinggal selama satu tahun dan tinggal di depan pintunya. Setelah lewat masa satu tahun, aku berkata, "Hai Abu Muhammad, sekarang telah berlalu masa satu tahun." Al-A'masy menjawab bahwa telah menceritakan kepadaku Abu Wail, dari Abdullah yang menceritakan bahwa Rasillullah Saw. pernah bersabda: Kelak di hari kiamat pelakunya akan didatangkan, lalu Allah Swt. berfirman, "Hamba-Ku telah berjanji kepada-Ku, dan Aku adalah Tuhan Maha memenuhi janji-Nya, maka masukkanlah oleh kalian (para malaikat) hamba-Ku ini ke dalam surga."

Firman Allah Swt.:

إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلامُ

Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam. (Ali Imran: 19)

Sebagai berita dari Allah Swt. yang menyatakan bahwa tidak ada agama yang diterima dari seseorang di sisi-Nya selain Islam, yaitu mengikuti para rasul yang diutus oleh Allah Swt. di setiap masa, hingga diakhiri dengan Nabi Muhammad Saw. yang membawa agama yang menutup semua jalan lain kecuali hanya jalan yang telah ditem-puhnya. Karena itu, barang siapa yang menghadap kepada Allah —sesudah Nabi Muhammad Saw. diutus— dengan membawa agama yang bukan syariatnya, maka hal itu tidak diterima oleh Allah. Seperti yang disebutkan di dalam firman lainnya, yaitu:

وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلامِ دِيناً فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ

Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya. (Ali Imran: 85), hingga akhir ayat.

Dalam ayat ini Allah memberitakan terbatasnya agama yang diterima oleh Allah hanya pada agama Islam, yaitu: Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam. (Ali Imran: 19)

Ibnu Jarir meriwayatkan bahwa Ibnu Abbas membaca firman-Nya: Allah menyatakan sesungguhnya tiada Tuhan selain Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Bahwasanya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam. (Ali Imran: 18-19) Dengan innahu yang di-kasrah-kan dan anna yang di-fathah-kan, artinya 'Allah telah menyatakan —begitu pula para malaikat dan orang-orang yang berilmu— bahwa agama yang diridai di sisi Allah adalah Islam'. 

Sedangkan menurut jumhur ulama, mereka membacanya kasrah' innad dina 'sebagai kalimat berita. Bacaan tersebut kedua-duanya benar, tetapi menurut bacaan jumhur ulama lebih kuat.

Kemudian Allah Swt. memberitakan bahwa orang-orang yang telah diberikan Al-Kitab kepada mereka di masa-masa yang lalu, mereka berselisih pendapat hanya setelah hujah ditegakkan atas mereka, yakni sesudah para rasul diutus kepada mereka dan kitab-kitab samawi diturunkan buat mereka. Untuk itu Allah Swt. berfirman:

وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتابَ إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْياً بَيْنَهُمْ

Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali setelah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. (Ali Imran: 19)

Yakni karena sebagian dari mereka merasa dengki terhadap sebagian yang lainnya, lalu mereka berselisih pendapat dalam perkara kebenaran. Hal tersebut terjadi karena terdorong oleh rasa dengki, benci, dan saling menjatuhkan, hingga sebagian dari mereka berusaha menjatuhkan sebagian yang lain dengan menentangnya dalam semua ucapan dan perbuatannya, sekalipun benar. 
Kemudian Allah Swt. berfirman:

 وَمَنْ يَكْفُرْ بِآياتِ اللَّهِ

Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah.(Ali Imran: 19)


Yakni barang siapa yang ingkar kepada apa yang diturunkan oleh Allah di dalam kitab-Nya. 

فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسابِ

maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (Ali Imran: 19)

Artinya,   sesungguhnya   Allah   akan  membalas   perbuatannya  dan melakukan perhitungan terhadapnya atas kedustaannya itu, dan akan menghukurnnya akibat ia menentang Kitab-Nya. Kemudian Allah Swt. berfirman:

فَإِنْ حَاجُّوكَ

Kemudian jika mereka mendebat kamu. (Ali Imran: 20)

Yaitu mendebatmu tentang masalah tauhid.

فَقُلْ أَسْلَمْتُ وَجْهِيَ لِلَّهِ وَمَنِ اتَّبَعَنِ

maka katakanlah, "Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku." (Ali Imran: 20)

Yakni katakanlah bahwa aku memurnikan ibadahku hanya kepada Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, tidak ada tandingan bagi-Nya, tidak beranak, dan tidak beristri.

Yang dimaksud dengan 'orang-orang yang mengikutiku' ialah orang-orang yang berada dalam agamaku akan mengatakan hal yang sama dengan ucapanku ini. Seperti yang disebutkan di dalam ayat lainnya, yaitu firman-Nya:


قُلْ هذِهِ سَبِيلِي أَدْعُوا إِلَى اللَّهِ عَلى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي

Katakanlah, "Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kalian) kepada Allah dengan hujah yang nyata." (Yusuf: 108), hingga akhir ayat.

Kemudian Allah Swt. memerintahkan kepada hamba dan rasul-Nya (yaitu Nabi Muhammad Saw.) untuk menyeru orang-orang Ahli Kitab dari kalangan dua agama (Yahudi dan Nasrani) serta orang-orang ummi (buta huruf) dari kalangan kaum musyrik, agar mereka mengikuti jalannya, memasuki agamanya, serta mengamalkan syariatnya dan apa yang diturunkan oleh Allah kepadanya. 

Untuk itu Allah Swt. berfirman:


{وَقُلْ لِلَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَالأمِّيِّينَ أَأَسْلَمْتُمْ فَإِنْ أَسْلَمُوا فَقَدِ اهْتَدَوْا وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلاغُ}

Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al-Kitab dan kepada orang-orang yang ummi, "Apakah kalian (mau) masuk Islam?" Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). (Ali Imran: 20)

Yakni Allah-lah yang menghisab mereka karena hanya kepada-Nyalah mereka kembali. Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya, dan hanya milik-Nyalah hikmah yang tepat dan hujah yang benar. Karena itu, dalam akhir ayat ini Allah Swt. berfirman: 

وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبادِ

Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.(Ali Imran: 20)

Yaitu Allah Maha Mengetahui siapa yang berhak mendapat hidayah dan siapa yang berhak mendapat kesesatan. Dia berhak untuk melakukan itu, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:

لا يُسْئَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْئَلُونَ

Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, dan merekalah yang akan ditanyai. (Al-Anbiya: 23)

Hal tersebut tiada lain karena hikmah dan rahmat-Nya. Ayat ini dan yang semisal dengannya merupakan dalil yang paling jelas yang menunjukkan keumuman risalah Nabi Muhammad Saw. kepada semua makhluk, seperti yang telah dimaklumi dari pokok-pokok agamanya, dan seperti apa yang telah ditunjukkan oleh dalil Al-Qur'an dan sunnah dalam banyak ayat dan hadis. Antara lain ialah firman-Nya:

قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعاً

Katakanlah, "Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian semua." (Al-A'raf: 158)

Firman Allah Swt.:

تَبارَكَ الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقانَ عَلى عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعالَمِينَ نَذِيراً

Mahasuci Allah yang telah menurunkan Al-Furqan (Al-Qur'an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam. (Al-Furqan: 1)

Di dalam hadis Sahihain dan lain-lainnya disebutkan melalui hadis yang mutawatir dalam berbagai peristiwa, bahwa Nabi Saw. mengirimkan surat-suratnya kepada semua raja dan pemimpin kabilah, baik yang Arab maupun yang 'ajam, baik mereka yang mengerti baca dan tulis maupun yang ummi, sebagai pengamalan dari perintah Allah Swt. Beliau Saw. dalam surat-suratnya itu mengajak mereka untuk menyembah kepada Allah Swt.

Abdur Razzaq meriwayatkan dari Ma'mar, dari Hammam, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. yang bersabda: 


«وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ: يَهُودِيٌّ وَلَا نَصْرَانِيٌّ وَمَاتَ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ إِلَّا كَانَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ»

Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, tiada seorang pun yang telah mendengarku dari kalangan umat ini, baik yang Yahudi ataupun yang Nasrani, lalu ia mati dalam keadaan tidak beriman kepada risalah yang aku bawa, melainkan ia termasuk ahli neraka. (Riwayat Imam Muslim)

Nabi Saw. telah bersabda:


«بُعِثْتُ إِلَى الْأَحْمَرِ وَالْأَسْوَدِ»

Aku diutus untuk kulit merah dan kulit hitam. 
Dan Nabi Saw. telah bersabda pula:


«كَانَ النَّبِيُّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ عَامَّةً»

Dahulu seorang nabi diutus khusus untuk umatnya, sedangkan aku diutus untuk umat manusia seluruhnya.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُؤَمِّل، حَدَّثَنَا حَمَّاد، حَدَّثَنَا ثَابِتٌ عَنْ أَنَسٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: أَنَّ غُلَامًا يَهُودِيًّا كَانَ يَضع لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَضُوءه وَيُنَاوِلُهُ نَعْلَيْهِ، فَمَرِضَ، فَأَتَاهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَدَخَلَ عَلَيْهِ وَأَبُوهُ قَاعِدٌ عِنْدَ رَأْسِهِ فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا فُلانُ، قُلْ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ" فَنَظَرَ إلَى أَبِيهِ، فَسَكَتَ أَبُوهُ، فأعَادَ عَلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَنَظَرَ إلَى أَبيهِ، فَقَالَ أبُوهُ: أطِعْ أَبَا الْقَاسِم، فَقَالَ الْغُلامُ:: أشْهَدُ أن لَا إلَهَ إِلَّا اللَّهُ وأَنَّكَ رَسُولُ اللهِ، فَخَرَجَ النَّبَيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَقُولُ: "الْحَمْدُ للهِ الَّذِي أخْرَجَهُ بِي مِنِ النَّارِ"

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muammal, telah menceritakan kepada kami Hammad, telah menceritakan kepada kami Sabit, dari Anas r.a. yang mengatakan bahwa ada seorang anak Yahudi yang biasa menyuguhkan air wudu buat Nabi Saw. dan mempersiapkan sepasang terompahnya. Lalu anak itu sakit keras, dan Nabi Saw. datang kepadanya, lalu masuk menemuinya, sedangkan kedua orang tua si anak berada di dekat kepalanya. Maka Nabi Saw. bersabda kepadanya:Hai Fulan, katakanlah, "Tidak ada Tuhan selain Allah!" Lalu anak itu memandang kepada ayahnya, dan si ayah diam. Lalu Nabi Saw. mengulangi perintahnya itu, dan si anak kembali memandang kepada ayahnya. Akhirnya si ayah berkata, "Turutilah kemauan Abul Qasim!" Maka si anak berkata: Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan engkau adalah utusan Allah. Maka Nabi Saw. keluar seraya bersabda: Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkannya dari neraka melalui aku.

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari di dalam kitab sahihnya. Masih banyak ayat serta hadis yang menunjukkan bahwa Rasulullah Saw. diutus untuk segenap umat manusia.

Begitu juga hadits Nabi Muhammad SAW yang berbunyi sebagai berikut,

أُعْطِيْتُ خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ أَحَدٌ مِنَ الْأَنْبِيَاءِ قَبْلِيْ: نُصِرْتُ بِالرُّعْبِ مَسِيْرَةَ شَهْرٍ, وَجُعِلَتْ لِي الْأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُوْرًا, فَأَيُّمَا رَجُلٌ مِنْ أُمَّتِيْ أَدْرَكَتْهُ الصَّلَاةُ فَلْيُصَلِّ, وَأُحِلَّتْ لِي الْغَنَائِمُ وَلَمْ تَحِلَّ لِأَحَدٍ مِنْ قَبْلِيْ, وَأُعْطِيْتُ الشَّفَاعَةَ, وَكَانَ النَّبِيُّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً وَبُعِثْتُ إِلَى النِّاسِ كَافَّةً)). رواه البخاري ومسلم 

"Aku telah diberi 5 keistimewaan yang tidak diberikan kepada seorang pun dari para nabi sebelumku. Pertama, Aku diberi pertolongan dengan rasa takut yang ditanamkan dalam musuh dalam jangka sebulan (sebelum berperang). Kedua, bumi dijadikan masjid dan suci bagiku. Siapa pun ketika masuk waktu shalat dapat menjalankannya di mana saja. Ketiga, ghanimah (harta rampasan perang) dihalalkan untukku. Sedangkanghanimah tidak pernah dihalalkan untuk seorang nabi pun sebelumku. Keempat, Aku diberikan syafa'at. Kelima seorang nabi hanya diutus terbatas untuk kaumnya, sedangkan aku diutus untuk semua umat manusia.  HR Bukhari-Muslim.

Bahkan sebagian ulama berpendapat akan keumuman ayat dan hadits di atas yang menyatakan Nabi Muhammad SAW diutus untuk seluruh manusia, bahkan termasuk umat-umat terdahulu dan nabi-nabi mereka. Penjelasan ini bisa ditarik dari sebuah ayat yang menyatakan bahwa Allah SWT telah mengambil janji saat pengutusan Nabi Muhammad SAW. Allah meminta para nabi untuk beriman kepadanya seperti dijelaskan dalam ayat berikut,

وَإِذْ أَخَذَ اللهُ مِيْثَاقَ النَّبِيِّيْنَ لَمَا أَتَيْتُكُمْ مِنْ كِتَابٍ وَحِكْمَةٍ ثُمَّ جَاءَكُمْ رَسُوْلٌ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ وَلَتَنْصُرَنَّهُ قَالَ أَأَقْرَرْتُمْ  وَأَخَذْتُمْ عَلَى ذَلِكَ إِصْرِيْ قَالُوْا أَقْرَرْنَا قَالَ فَاشْهَدُوْا وَأَنَا مَعَكُمْ مِنَ الشَّاهِدِيْنَ. (آل عمران : 81).

Ketika Allah mengambil janji para nabi terhadap apa yang Aku datangkan baik dari kitab maupun hikmah, kemudian datang seorang rasul (Nabi Muhammad SAW) yang membenarkan apa yang kalian bawa, kalian akan beriman kepadanya serta menolongnya. Allah berfirman, “Apakah kalian mengikrarkan dan akan mengambil janji-Ku?” Mereka (para nabi) menjawab, “Kami berikrar.” Allah berfirman, “Saksikanlah. Aku bersama kalian menjadi saksi."  (QS. Ali Imran : 81)

Risalah yang diemban Rasulullah SAW adalah rahmat bagi semesta Alam. Orang-orang yang beriman pada risalahnya akan selamat di dunia dan akhirat. Sedangkan mereka yang mengingkarinya akan ditimpakan azab yang menyedihkan.

Firman Allah Swt.:

{وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ}

Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam. (Al-Anbiya: 107)

Melalui ayat ini Allah Swt. memberitahukan bahwa Dia menjadikan Muhammad Saw. sebagai rahmat buat semesta alam. Dengan kata lain, Dia mengutusnya sebagai rahmat buat mereka. Maka barang siapa yang menerima rahmat ini dan mensyukurinya, berbahagialah ia di dunia dan akhiratnya. Dan barang siapa yang menolak serta mengingkarinya, maka merugilah ia di dunia dan akhiratnya, seperti yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:

{أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ جَهَنَّمَ يَصْلَوْنَهَا وَبِئْسَ الْقَرَارُ}

Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan, yaitu neraka Jahanam; mereka masuk ke dalamnya; dan itulah seburuk-buruknya tempat kediaman. (Ibrahim: 28-29)

Dan Allah Swt. telah berfirman sehubungan dengan sifat Al-Qur'an:

{قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ وَالَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ فِي آذَانِهِمْ وَقْرٌ وَهُوَ عَلَيْهِمْ عَمًى أُولَئِكَ يُنَادَوْنَ مِنْ مَكَانٍ بَعِيدٍ}

Katakanlah, "Al-Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedangkan Al-Qur’an itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah(seperti) orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh.” (Fushshilat: 44)

قَالَ مُسْلِمٌ فِي صَحِيحِهِ: حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ، حَدَّثَنَا مَرْوَانُ الفَزَاريّ، عَنْ يَزِيدَ بْنِ كَيْسَان، عَنِ ابْنِ أَبِي حَازِمٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، ادْعُ عَلَى الْمُشْرِكِينَ، قَالَ: "إِنِّي لَمْ أبعَثْ لَعَّانًا، وَإِنَّمَا بُعثْتُ رَحْمَةً"

Imam Muslim mengatakan di dalam kitab sahihnya, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Umar, telah menceritakan kepada kami Marwan Al-Fazzari, dari Yazid ibnu Kaisan, dari Ibnu Abu Hazim, dari Abu Hurairah yang mengatakan, bahwa pernah dikatakan kepada Rasulullah Saw, "Wahai Rasulullah, berdoalah untuk kebinasaan orang-orang musyrik." Maka Rasulullah Saw. menjawab: Sesungguhnya aku diutus bukan sebagai pelaknat, melainkan aku diutus sebagai pembawa rahmat.
Hadis ini diriwayatkan secara tunggal oleh Imam Muslim.

Di dalam hadis lainnya disebutkan:

"إِنَّمَا أَنَا رَحْمَةٌ مُهْدَاةٌ"

Sesungguhnya aku adalah rahmat yang dihadiahkan (kepada kalian).

Abdullah ibnu Abu Uwwanah dan lain-lainnya meriwayatkan hadis ini melalui Waki', dari Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah secaramarfu'.
 

Ibrahim Al-Harbi mengatakan, telah diriwayatkan pula hadis ini oleh lainnya dari Waki', tetapi tidak disebutkan dari Abu Hurairah.

Hal yang sama telah dikatakan oleh Imam Bukhari ketika ditanya mengenai hadis ini, lalu ia menjawab bahwa hadis ini ada pada Hafs ibnu Gayyas secara mursal.

Al-Hafiz Ibnu Asakir mengatakan bahwa hadis ini telah diriwayatkan oleh Malik ibnu Sa'id ibnul Khams, dari Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah secara marfu'.

Kemudian ia mengetengahkannya melalui jalur Abu Bakar ibnul Muqri dan Abu Ahmad Al-Hakim, keduanya dari Bakar ibnu Muhammad ibnu Ibrahim As-Sufi.

Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Sa'id Al-Jauhari, dari Abu Usamah, dari Ismail ibnu Abu Khalid, dari Qais ibnu Abu Hazm, dari Abu Hurairah yang mengatakan, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

"إِنَّمَا أَنَا رَحْمَةٌ مُهْدَاةٌ"

Sesungguhnya aku adalah rahmat yang dihadiahkan.

Kemudian ia mengetengahkannya pula melalui jalur As-Silt ibnu Mas'ud, dari Sufyan ibnu Uyaynah, dari Mis'ar, dari Sa'id ibnu Khalid, dari seorang lelaki, dari Ibnu Umar yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

"إِنَّ اللَّهَ بَعَثَنِي رَحْمَةً مُهْدَاةً، بُعثْتُ بِرَفْعِ قَوْمٍ وَخَفْضِ آخَرِينَ"

Sesungguhnya Allah mengutusku sebagai pembawa rahmat yang dihadiahkan, aku diutus untuk mengangkat (derajat) suatu kaum dan merendahkan yang lainnya.

Abul Qasim Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Muhammad ibnu Nafi' At-Tahhan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Saleh yang mengatakan bahwa ia menjumpai sebuah kitab di Madinah berasal dari Abdul Aziz Ad-Darawardi dan Ibrahim ibnu Muhammad ibnu Umar ibnu Abdur Rahman ibnu Abdul Aziz ibnu Amr ibnu Auf, dari Muhammad ibnu Saleh At-Tammar, dari Ibnu Syihab, dari Muhammad ibnu Jubair ibnu Mut'im, dari ayahnya yang telah menceritakan bahwa Abu Jahal sesudah kembali ke Mekah dari jamuan minum khamarnya mengatakan, "Hai golongan kaum Quraisy, sesungguhnya Muhammad kini tinggal di Yasrib dan telah mengirimkan mata-matanya. Sesungguhnya dia tiada lain menginginkan agar mendapat sesuatu jarahan dari kalian. Maka berhati-hatilah kalian, jangan sampai kalian melalui jalannya atau mendekatinya. Sesungguhnya dia bagaikan harimau yang ganas. Sesungguhnya dia dendam terhadap kalian karena kalian telah mengusirnya sebagaimana mengusir kera-kera dari tempat yang ramai. Demi Allah, sesungguhnya dia mempunyai ilmu sihir yang tidak pernah saya lihat sebelumnya seampuh itu. Dan sesungguhnya tiada seorang pun dari kalangan sahabatnya, melainkan saya lihat mereka selalu ditemani oleh setan-setan. Sesungguhnya kalian telah mengetahui permusuhan (kita dan) Bani Qailah (yakni kabilah Aus dan kabilah Khazraj), dia (Muhammad) adalah musuh yang meminta bantuan kepada musuh (kita)."

Mut'im ibnu Addi menjawabnya.”Hai Abul Hakam (nama sebutan Abu Jahal), demi Allah, saya tidak pernah melihat seseorang yang berlisan lebih jujur dan tidak pula seseorang yang lebih menepati janjinya selain dari saudara kalian yang telah kalian usir itu (yakni Nabi Saw.). Bilamana kalian telah terlanjur melakukannya, maka sekarang.sudah sepantasnya bagi kalian menebus kesalahan kalian itu dengan menjadi orang-orang yang membelanya."

Abu Sufyan ibnul Haris mengatakan, "Jadilah kalian orang yang lebih keras daripada sikap kalian yang sekarang ini. Sesungguhnya Bani Qailah itu jika mereka berhasil mengalahkan kalian, tentulah mereka tidak memelihara hubungan kekerabatan terhadap kalian dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian. Jika kalian menuruti saranku, aku akan menempatkan kalian di kalangan mereka sebagai orang-orang Bani Kinanah yang terbaik, atau kalian harus mengusir Muhammad dari kalangan mereka agar dia terusir dalam keadaan sendirian. Mengenai kedua anak Qailah (yakni Aus dan Khazraj), demi Allah, tiadalah mereka berdua dan budak-budak kalian melainkan sama hinanya; aku sendirian mampu mencegah mereka tanpa kalian." 

Lalu Abu Sufyan ibnul Haris mengucapkan bait-bait syairnya yang antara lain mengatakan

سَأمْنَحُ جَانبًا مِنِّي غَليظًا ... عَلَى مَا كَانَ مِنْ قُرب وَبُعْد ...
رجَالُ الخَزْرَجيَّة أهْلُ ذُل ... إِذَا مَا كَانَ هَزْل بَعْدَ جَدِّ ...

"Aku akan memberikan sisi lambungku yang keras lebih dari sebelumnya terhadap semua orang yang dekat maupun yang jauh dari kalangan kabilah Khazraj.
Mereka adalah orang-orang yang hina, bilamana sesudah sungguhan tidak ada basa-basi lagi."

Ketika berita itu terdengar oleh Rasulullah Saw, maka beliau bersabda:

"وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَأَقْتُلَنَّهُمْ ولأصلبَنَّهم وَلَأَهْدِيَنَّهُمْ وَهُمْ كَارِهُونَ، إِنِّي رَحْمَةٌ بَعَثَنِي اللَّهُ، وَلَا يَتَوفَّاني حَتَّى يُظْهِرَ اللَّهُ دِينَهُ، لِي خَمْسَةُ أَسْمَاءٍ: أَنَا مُحَمَّدٌ، وَأَحْمَدُ، وَأَنَا الْمَاحِي الَّذِي يَمْحِي اللَّهُ بِيَ الْكُفْرَ، وَأَنَا الْحَاشِرُ الَّذِي يُحْشَرُ النَّاسُ عَلَى قَدَمِي، وَأَنَا الْعَاقِبُ"

Demi Zat yang jiwaku berada di dalam genggaman-­Nya, sungguh aku benar-benar akan membunuh mereka, menyalib mereka, atau akan memberi petunjuk kepada mereka, sedangkan mereka tidak menyukainya. Sesungguhnya aku ini adalah pembawa rahmat yang diutus oleh Allah. Allah tidak akan mewafatkan diriku sebelum Dia memenangkan agama-Nya. Aku mempunyai lima buah nama, akulah Muhammad dan Ahmad, dan aku adalah Al-Mahi yang dengan melaluiku Allah menghapus kekufuran, dan akulah Al-Hasyir yang semua orang (kelak di hari kiamat) digiring di bawah telapak kakiku, dan aku adalah Al-'Aqib.
Ahmad ibnu Saleh mengatakan bahwa saya berharap semoga hadis ini berpredikat sahih.

قَالَ الإمامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ عَمْرٍو، حَدَّثَنَا زَائِدَةُ، حَدَّثَنِي عَمْرو بْنُ قَيس، عَنْ عَمْرِو بْنِ أَبِي قُرّة الكِنْديّ قَالَ: كَانَ حُذيفةُ بِالْمَدَائِنِ، فَكَانَ يَذْكُرُ أَشْيَاءَ قَالَهَا رسولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَجَاءَ حذيفةُ إِلَى سَلْمان فَقَالَ سَلْمَانُ: يَا حذيفةَ، أن رسولَ الله صلى الله عليه وسلم [كَانَ يَغْضَبُ فَيَقُولُ، وَيَرْضَى فَيَقُولُ: لَقَدْ عَلِمْتُ أن رسول الله صلى الله عليه وسلم] خطَب فَقَالَ: "أَيُّمَا رَجُلٍ مِنْ أُمَّتِي سَبَبتُه [سَبَّةً] فِي غَضَبي أَوْ لَعَنْتُهُ لَعْنَةً، فَإِنَّمَا أَنَا رَجُلٌ مِنْ وَلَدِ آدَمَ، أَغْضَبُ كَمَا يَغْضَبُونَ، وَإِنَّمَا بَعَثَنِي رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ، فَاجْعَلْهَا صَلَاةً عَلَيْهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ".

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Mu'awiyah ibnu Amr, telah menceritakan kepada kami Zaidah, telah menceritakan kepadaku Amr ibnu Qais, dari Amr ibnu Abu Qurrah Al-Kindi yang mengatakan bahwa Huzaifah tinggal di Madaln, dia sering memberikan banyak penyuluhan kepada orang-orang dengan hadis-hadis yang dikatakan oleh Rasulullah Saw. Lalu Huzaifah datang kepada Salman. Maka Salman berkata kepadanya, bahwa sesungguhnya Rasulullah Saw. pernah bersabda: Siapa pun orangnya yang pernah aku maki atau aku laknat saat aku sedang marah, maka sesungguhnya diriku ini tiada lain seorang lelaki dari anak Adam(manusia) yang juga marah sama dengan kalian bila marah. Tetapi sesungguhnya aku diutus oleh Allah sebagai pembawa rahmat buat semesta alam, maka aku akan menjadikan marah dan laknatku itu sebagai rahmat buatnya kelak di hari kiamat.

Imam Abu Daud meriwayatkannya dari Ahmad ibnu Yunus, dari Zaidah. Jika dikatakan, "Rahmat apakah yang dapat diperoleh oleh orang yang kafir kepadanya?" Sebagai jawabannya ialah apa yang diriwayatkan oleh Abu Ja'far ibnu Jarir yang mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Syahin, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Al-Azraq, dari Al-Mas'udi, dari seorang lelaki yang dikenal dengan nama Sa'id, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan tiadalah Kami mengutus kamu melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (Al-Anbiya: 107) Bahwa yang dimaksud ialah rahmat bagi orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian dengan dipastikan-Nya rahmat baginya di dunia dan akhirat; sedangkan bagi orang yang tidak beriman kepada Allah dan rasul-Nya, terbebaskan dari azab yang pernah dialami oleh umat-umat sebelumnya yang durhaka.

Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan hal yang sama melalui hadis Al-Mas'udi, dari Abu Sa'd alias Sa'id ibnul Mirzaban Al-Baqqal, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas.

Abul Qasim At-Tabrani telah meriwayatkannya dari Abdan ibnu Ahmad, dari Isa ibnu Yunus Ar-Ramli, dari Ayyub ibnu Suwaid, dari Al-Mas'udi, dari Habib ibnu Abu Sabit, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:Dan tiadalah Kami mengutus kamu melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (Al-Anbiya: 107) Ibnu Abbas mengatakan bahwa orang-orang yang mengikutinya beroleh rahmat di dunia ini dan di akhirat kelak. Sedangkan orang-orang yang tidak mengikutinya dapat terhindar dari cobaan berupa ditenggelamkan ke bumi, dikutuk, dan ditimpa azab yang pernah dialami oleh umat-umat lain sebelum mereka.

Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar