Sungguh, puasa adalah amalan yang sangat utama. Di antara ganjaran puasa disebutkan dalam hadits berikut,
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ. وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi” (HR. Muslim no. 1151).
Adapun puasa sunnah adalah amalan yang dapat melengkapi kekurangan amalan wajib. Selain itu pula puasa sunnah dapat meningkatkan derajat seseorang menjadi wali Allah yang terdepan (as saabiqun al muqorrobun).
Lewat amalan sunnah inilah seseorang akan mudah mendapatkan cinta Allah. Sebagaimana disebutkan dalam hadits qudsi,
وَمَا يَزَالُ عَبْدِى يَتَقَرَّبُ إِلَىَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِى يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ الَّذِى يُبْصِرُ بِهِ ، وَيَدَهُ الَّتِى يَبْطُشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِى يَمْشِى بِهَا ، وَإِنْ سَأَلَنِى لأُعْطِيَنَّهُ ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِى لأُعِيذَنَّهُ
“Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan memberi petunjuk pada pendengaran yang ia gunakan untuk mendengar, memberi petunjuk pada penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, memberi petunjuk pada tangannya yang ia gunakan untuk memegang, memberi petunjuk pada kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan, pasti Aku akan melindunginya” (HR. Bukhari no. 2506).
Puasa mutih atau putih adalah puasa yang dikerjakan pada tanggal 13,14,15 bulan qomariah yang biasa disebut Ayyamul Bidh atau Puasa Bulan Purnama karena pada tanggal itu bulan tampak putih bersinar.. dan pada tiap tiap bulan dianjurkan puasa sunah pada tanggal tersebut yaitu 13,14,15 bagi siapa yang ingin berpuasa.. sebagaimana yang Rasulullah Saw Sabdakan:
عَنْ مُوْسَى بْنِ طَلْحَةَ قَالَ: سَمِعْتُ اَبَا ذَرّ يَقُوْلُ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: يَا اَبَا ذَرّ، اِذَا صُمْتَ مِنَ الشَّهْرِ ثَلاَثَةَ اَيَّامٍ فَصُمْ ثَلاَثَ عَشْرَةَ وَ اَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ. الترمذى 2: 130 ،رقم: 758 ،وحسنه
Dari Musa bin Thalhah , ia berkata : Saya mendengar Abu Dzarr berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Hai Abu Dzarr, kalau engkau mau puasa tiga hari dari satu bulan, maka puasalah pada hari yang ke-13, 14 dan 15". [HR. Tirmidzi juz 2, hal. 130 , no. 758 , dan ia menghasankannya]
Namun demikian puasa tiga hari pada tiap tiap bulan itu tidak harus dikerjakan pada tanggal 13,14,15 karena Rasulullah SAW sendiri berpuasa tidak peduli tanggalnya sebagaimana riwayat berikut
عَنْ مُعَاذَةَ اْلعَدَوِيَّةِ اَنَّهَا سَأَلَتْ عَائِشَةَ زَوْجَ النَّبِيّ ص: اَ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص يَصُوْمُ مِنْ كُلّ شَهْرٍ ثَلاَثَةَ اَيَّامٍ؟ قَالَتْ: نَعَمْ. فَقُلْتُ لَهَا: مِنْ اَيّ اَيَّامِ الشَّهْرِ كَانَ يَصُوْمُ؟ قَالَتْ: لَمْ يَكُنْ يُبَالِى مِنْ أَيّ اَيَّامِ الشَّهْرِ يَصُوْمُ. مسلم 2: 818
Dari Muadzah Al-Adawiyah bahwasanya ia bertanya kepada Aisyah istri Nabi SAW, Apakah Rasulullah SAW berpuasa tiga hari pada setiap bulan ?. Aisyah menjawab, "Ya", Lalu aku bertanya lagi kepadanya, Pada tanggal berapa beliau berpuasa ?. Aisyah menjawab, Beliau tidak peduli tanggal berapa saja berpuasa pada bulan tersebut. [HR. Muslim juz 2, hal. 818 ]
أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ أَوْصَانِى خَلِيْلِى بِثَلاَثٍ لاَ أَدَعُهُنَّ حَتَّى أَمُوْتَ صَوْمِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ، وَصَلاَةِ الضُّحَى ، وَنَوْمٍ عَلَى وِتْرٍ
Dari Abu Hurairah ra berkata : Kekasihku (Rasulullah) memberikan wasiat kepadaku agar melakukan tiga perkara, aku tidak akan meninggalkannya selama aku hidup, yaitu puasa tiga hari pada tiap bulan, shalat dhuha dan aku tidak akan tidur kecuali telah melakukan shalat witir. (H. R. Bukhari no. 1178, Muslim no. 1705 dan lainnya)
عَبْدَ اللهِ بْنَ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ رَضِىَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ لِى النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّكَ لَتَصُوْمُ الدَّهْرَ ، وَتَقُوْمُ اللَّيْلَ. فَقُلْتُ نَعَمْ . قَالَ إِنَّكَ إِذَا فَعَلْتَ ذَلِكَ هَجَمَتْ لَهُ الْعَيْنُ وَنَفِهَتْ لَهُ النَّفْسُ، لاَ صَامَ مَنْ صَامَ الدَّهْرَ ، صَوْمُ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ صَوْمُ الدَّهْرِ كُلِّهِ
Abdullah bin Amru bin Ash ra berkata,, Nabi saw berkata berkata kepadaku : Apakah benar kamu berpuasa dahr (sepanjang masa) dan shalat sepanjang malam? Aku jawab; Benar. Beliau berkata: Jika kamu kerjakan itu nanti matamu akan mengantuk dan fisikmu menjadi lemah. Tidak ada nilai puasa bagi siapa yang mengerjakan puasa sepanjang masa. Puasa tiga hari (dalam sebulan) sama nilainya dengan puasa sepanjang jaman. (H. R. Bukhari no. 1979, Nasa'i no. 2398 dan lainnya)
مُعَاذَةُ الْعَدَوِيَّةُ أَنَّهَا سَأَلَتْ عَائِشَةَ زَوْجَ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَكَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُوْمُ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ قَالَتْ نَعَمْ. فَقُلْتُ لَهَا مِنْ أَىِّ أَيَّامِ الشَّهْرِ كَانَ يَصُوْمُ قَالَتْ لَمْ يَكُنْ يُبَالِى مِنْ أَىِّ أَيَّامِ الشَّهْرِ يَصُوْمُ.
Mu'adzah Al-Adawiyyah, sesungguhnya dia bertanya kepada Aisyah istri Nabi saw: Apakah Rasulullah saw berpuasa tiga hari pada tiap bulan? Aisyah menjawab : Ya, Aku berkata : Pada bulan apakah beliau berpuasa? Aisyah menjawab : Beliau tidak memperdulikan dari bulan apakah beliau berpuasa. (H. R. Muslim no. 2801 dan Abu Daud 2455)
أَبَا ذَرٍّ يَقُوْلُ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا أَبَا ذَرٍّ إِذَا صُمْتَ مِنَ الشَّهْرِ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ فَصُمْ ثَلاَثَ عَشْرَةَ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ
Abu Dzar berkata, Rasulullah saw bersabda : Wahai Abu Dzar, bila kamu berpuasa tiga hari pada tiap bulan, maka berpuasalah pada tanggal tiga belas, empat belas dan lima belas. (H. R. Tirmidzi no. 766 dan Ibnu Khuzaimah no. 1951)
وَكَانَ مِنْ أَصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُنَا بِصِيَامِ أَيَّامِ الْبِيْضِ الثَّلاَثَةِ وَيَقُوْلُ هُنَّ صِيَامُ الدَّهْرِ
Dan sebagian sahabat Rasulullah saw berkata : Adalah Rasulullah saw memerintahkan kami untuk berpuasa pada hari putih (hari di mana bulan menyinari bumi dengan terang benderang) selama tiga hari, beliau bersabda : Puasa tiga hari tiap bulan itu sama dengan puasa setahun. (H. R. Ahmad no. 20857 dan Baihaqi no. 8704).
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يُفْطِرُ أَيَّامَ الْبِيْضِ فِي حَضَرٍ وَلَا سَفَرٍ
Dari Ibnu Abbas, ia berkata : Adalah Rasulullah saw tidak pernah berbuka pada hari putih, baik di waktu mukim atau bepergian. (H. R. Nasa'i no. 2344)
Untuk berpuasa tiga hari setiap bulan ini, harinya bebas. Tapi yang paling afdhal adalah malam-malam purnama. Tepatnya tanggal 13, 14, dan 15. Imam An-Nawawi rahimahullah berkata:
والأفضل صومُها في الأيام البيض وهي الثالثَ عشر والرابعَ عشر والخامسَ عشر، وقِيل : الثاني عشر، والثالِثَ عشر، والرابعَ عشر، والصحيح المشهور هُوَ الأول.
“Yang paling utama untuk puasa tiga hari adalah berpuasa pada ayyamul biidh (hari-hari putih). Yaitu tanggal tiga belas, empat belas, dan lima belas. Ada pula yang mengatakan: tanggal 12, 13, dan 14, tapi yang benar adalah pendapat pertama.” (lihat bab: 230 dari kitab Riyadh Ash-Shalihin)
Berdasarkan hadits
Dan disunnahkan melaksanakannya pada Ayyamul Bidh (hari-hari putih), yaitu tanggal 13, 14, dan 15 dari bulan Hijriyah. Diriwayatkan dari Abi Dzarr Radhiyallahu 'Anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepadaku:
يَا أَبَا ذَرٍّ إِذَا صُمْتَ مِنْ الشَّهْرِ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ فَصُمْ ثَلَاثَ عَشْرَةَ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ
"Wahai Abu Dzarr, jika engkau ingin berpuasa tiga hari dari salah satu bulan, maka berpuasalah pada hari ketiga belas, empat belas, dan lima belas." (HR. At Tirmidzi dan al-Nasai. Hadits ini dihassankan oleh al-Tirmidzi dan disetujui oleh Al-Albani dalam al-Irwa' no. 947)
Dari Jabir bin Abdillah, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda;
صِيَامُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ صِيَامُ الدَّهْرِ وَأَيَّامُ الْبِيضِ صَبِيحَةَ ثَلَاثَ عَشْرَةَ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ
"Puasa tiga hari setiap bulan adalah puasa dahr (puasa setahun). Dan puasa ayyamul bidh (hari-hari putih) adalah hari ketiga belas, empat belas, dan lima belas." (HR. An Nasai dan dishahihkan al Albani)
Selain itu puasa 3 hari tiap bulan memiliki keutamaan yang besar sebagaimana yang Rasulullah Saw Sabdakan:
عَنْ اَبِى ذَرّ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَنْ صَامَ مِنْ كُلّ شَهْرٍ ثَلاَثَةَ اَيَّامٍ فَذلِكَ صِيَامُ الدَّهْرِ. فَاَنْزَلَ اللهُ تَبَارَكَ وَ تَعَالىَ تَصْدِيْقَ ذلِكَ فِى كِتَابِهِ. مَنْ جَاءَ بِاْلحَسَنَةِ فَلَه عَشْرُ اَمْثَالِهَا. اَلْيَوْمُ بِعَشْرَةٍ. الترمذى 2: 131 ،رقم: 759 ، وقال هذا حديث حسن
Dari Abu Dzarr, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, Barangsiapa berpuasa tiga hari setiap bulan, maka yang demikian itu sama dengan puasa sepanjang masa. Kemudian Allah Tabaaraka wa Ta`aalaa menurunkan ayat yang membenarkan hal itu dalam kitab-Nya. (Barangsiapa beramal baik, maka baginya pahala sepuluh kali lipat) [Al-An`aam : 160 ]. Puasa satu hari sama dengan sepuluh hari (pahalanya). [HR. Tirmidzi juz 2, hal. 131 , no. 759 , dan ia berkata : Ini hadits hasan]
Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar