Translate

Minggu, 11 Agustus 2019

Ciri-ciri Orang Berilmu

Berilmu atau tidaknya seseorang dalam kacamata Islam tidak dilihat dari segi banyak atau luas wawasan, tapi dilihat dari sifat atau tingkah lakunya. Apakah ilmu yang dimilikinya sesuai degan akhlaknya? Sudahkan ilmu yang digandrunginya mampu mengubah dirinya menjadi pribadi ahli ilmu?

Jika seseorang memiliki ilmu pengetahuan yang sangat luas, tapi akhlak dan budi pekertinya masih seperti orang tidak berilmu, atau bahkan lebih dari itu, maka orang seperti itu belum dikategorikan dalam gologan orang berilmu. Berikut ini sifat yang semestinya dimiliki oleh orang yang berilmu.

1. Bertanggung Jawab

Tanggung jawab yang dimaksud adalah menjaga ilmu yang sudah dianugerahkan sesuai dengan ketentuan syari’at. Salah satu tanggung jawab yang dibebankan syari’at adalah menjaga ilmu yang telah dimiliki agar tidak hilang. Yaitu dengan cara megulang-ngulang dan mengamalkannya.

2. Tidak Menyembunyikan Ilmu

Menyembunyikan ilmu bemakna tidak mau mentransfer ilmu tersebut kepada orang yang membutuhkan. Menyembunyikan sesuatu dengan menutup-nutupinya, menghilangkannya, atau meletakkan objek lain pada sesuatu yang dihilangkannya itu.

Menyembunyikan ilmu terealisasi ketika seseorang datang kepada kita untuk menanyakan sebuah hukum atau sebuah solusi dari sebuah permasalahan, tapi kita tidak melayani orang tersebut. Ataupun pura-pura tidak tahu solusi atau jawabannya.

إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَىٰ مِنْ بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ ۙ أُولَٰئِكَ يَلْعَنُهُمُ اللَّهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللَّاعِنُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang elah kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah kami menerangkkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka dilaknan Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati. (QS. Al-Baqarah [2]: 159).

Islam melarang penyembunyian ilmu sebab akan menjadi musibah bagi diri sendiri dan musibah bagi orang lain.

3. Tawadu

Tawadu (rendah hati) adalah sifat yang sangat terpuji, Al-Qur’an sendiri telah mengangkat derajat orang-orang yang berlaku tawadu, sebagaimana dalam firman Allah Swt.;

وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ

“dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman.” (QS. As-Syu’ara’ [26]:215)

Menurut Imam Nawawi, orang tawadu akan diangkat derajatnya pada dua tempat. Yaitu dunia dan akhirat. Derajat yang diangkat di dunia adalah didirikan dalam hatinya takhta sehingga ia jadi mulia di hadapan manusia. Sedangkan di akhirat mereka akan memetik pahala terhadap tanaman tawadu yang disemaikan di dunia`

Berbahagialah orang-orang yang tawadu karena derajatnya selalu ditinggikan. Berbahagialah bagi orang-orang yang menafkahkan harta bendanya bukan pada jalan kemaksiatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar