Translate

Kamis, 29 Agustus 2019

Hanya Dengan Agama Akal Manusia Bisa Memahami Hal Ghoib

Setiap umat Islam memiliki kewajiban untuk beriman kepada Allah. Tidak hanya itu, beberapa rukun iman yang lainnya juga mewajibkan manusia untuk beriman kepada sesuatu yang gaib, seperti malaikat ataupun takdir. Inilah yang membedakan antara umat muslim dengan orang-orang atheis, yang hanya mempercayai hal-hal yang memuaskan logika mereka.

Ternyata, dengan beriman kepada hal-hal yang gaib atau alam gaib, umat muslim bisa mengambil hikmah dan manfaat tertentu. Salah satunya, kita menjadi tidak mudah berputus asa terhadap kehidupan di dunia, karena kita beriman bahwa akan ada perhitungan yang adil di kehidupan setelah mati yang termasuk alam gaib.

Tentang beriman kepada yang ghaib, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di awal surat Al-Baqarah,

الــم {1} ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ ِفيهِ هُدَى لِلْمُتَّقِينَ {2} الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ  يُنْفِقُونَ {3} وَالَّذِينِ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِاْلآخِرَةِ هُمْ يُوِقنُونَ {4} أُولَـئِكَ عَلَى هُدًى مِن رَبِّهِمْ وَأُولَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“Alif lam mim. Kitab (Alquran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi merek ayng bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan salat, dan menafkahkan sebagian rizki yang kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Alquran) yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka itulah yang tetap mendapat petunuuk dari Rabb mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Baqarah: 1-5)

Di dalam ayat yang mulia ini Allah menegaskan, bahwa salah satu dari sifat seorang mukmin adalah bagaimana dia dapat mengimani hal yang ghaib, yaitu dengan cara membenarkan segala yang telah dikabarkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya mengenai hakikat sifat-sifat Allah Subhanahu wa Ta’alaatau hal-hal yang telah terjadi maupun yang akan terjadi; keadaan akhirat, hari kebangkitan, surga, nereka, shirat, dan hari perhitungan, dan lainnya dari hal-hal ghaib. Begitu juga tentang keberadaan jin; sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Jarir Ath-Thabari dan Ar-Rabi’ bin Anas dan juga Ibnu Mas’ud ketika menafsirkan ayat ini.

Dan termasuk bentuk keimanan terhadap hal yang ghaib, sebagaimana keyakinan dan manhaj Ahlus Sunnah wal Jamaah, adalah meyakini bahwa yang mengetahui yang ghaib hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan ini termasuk sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang paling khusus, yang tidak ada seoarang makhluk pun dapat menyamai-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لاَيَعْلَمُهَآ إِلاَّ هُوَ وَيَعْلَمُ مَافِي الْبَرِّوَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ يَعْلَمُهَا وَلاَحَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ اْلأَرْضِ وَلاَرَطْبٍ وَلاَيَابِسٍ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مًّبِينٍ

“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Al-An’am: 59)

Dan juga Firman-Nya,

قُل لآأَقُولُ لَكُمْ عِندِى خَزَآئِنُ اللهِ وَلآأَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلآأَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ إِنْ أَتَّبِعُ إِلاَّ مَايُوحَى إِلَيَّ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الأَعْمَى وَالْبَصِيرُ أَفَلاَ تَتَفَكَّرُونَ

“Katakanlah (hai Muhammad), ‘Aku tidak mengatakan kepada kalian bahwa perbendaharaan (rahasia) Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib, dan tidaklah aku mengatakan kepada kalian bahwa aku ini malaikat, akut idak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku’.” (QS. Al-An’am: 50)

Ayat-ayat ini sangatlah jelas, bahwa tidak ada yang mengetahui hal ghaib kecuali Allah; tidak para nabi, tidak para malaikat, tidak para wali, dan tidak seorang pun yang bisa mengetahui yang ghaib. Apabila ada hal-hal ghaib yang dikabarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam maka hal itu karena beliau telah diberitahukan Allah, bukan berarti beliau mengetahui yang ghaib.

Ketika manusia menggunakan akalnya untuk menjelajah wilayah filsafat maka lalu lahir seperangkat hukum logika atau konsep ilmu logika, konsep epistemologi, berbagai bentuk teori metafisika serta mazhab filsafat dlsb.karena filsafat menelusur wilayah yang lebih luas dari sekedar wilayah materi yaitu dengan masuk ke wilayah dunia metafisika

Ketika manusia membatasi wilayah jelajah akalnya hanya di sebatas wilayah sains dan menggunakan prinsip metodologi sainstifik sebagai satu satunya parameter kebenaran atau sebagai satu satunya parameter keilmuan maka akal hanya bisa berjalan hanya bila dituntun oleh fakta fakta empiris dan akan mandeg ketika dihadapkan pada problem keilmuan yang tidak menyertakan bukti empiris langsung. Itu sebab problem keilmuan yang bersifat metafisika tak akan bisa diselesaikan oleh prinsip serta metodologi sainstifik

Banyak saintis saintis yang membuat pernyataan pernyataan metafisis semisal Steven hawking yang berbicara tentang Tuhan berangkat dari analisis saintifik, tapi pernyataan nya itu akan ganjil bila tidak melalui-melewati atau menggunakan dalil-metodologi rasionalitas karena dari sains tak bisa langsung meloncat ke dunia metafisika kecuali memakai metodologi rasionalitas. Dengan kata lain, jembatan ilmu pengetahuan itu sebenarnya memiliki tahapan -terstruktur sehingga tak bisa main loncat begitu saja seperti misal pernyataan Hawking.

Apakah persoalan keilmuan yang ditemui manusia melulu selalu yang bersifat lahiriah-material- empirik dan yang selalu bisa diselesaikan oleh prinsip sainstifik ?

Ternyata tidak, dalam kehidupannya manusia selalu berhadapan dengan persoalan keilmuan yang bersifat kompleks, yang bersifat lahiriah maupun batiniah, fisik dan metafisika, jasmaniah maupun rohaniah,materi-non materi termasuk kedalamnya adalah pengalaman dengan hal hal yang bersifat gaib,dan tentu tak bisa menyerahkan seluruhnya pada penyelesaian yang bersifat sainstifik karena metodologi sains itu terbatas hanya bisa digunakan di dunia alam lahiriah-material terhadap persoalan keilmuan yang hanya bersifat material

Metodologi sainstifik yang bergantung secara mutlak pada fakta-bukti empiris tak bisa digunakan oleh akal sebagai satu satunya instrumen ilmu pengetahuan untuk merekonstruksi persoalan persoalan metafisika.

Untuk merekonstruksi persoalan persoalan metafisika termasuk yang berkaitan dengan hal hal yang bersifat gaib akal memerlukan jembatan keilmuan atau metodologi atau epistemologi lain yang berbeda yaitu metodologi-epistemologi yang bisa menyeberangkan akal ke wilayah metafisik-termasuk wilayah gaib persis ibarat mobil yang harus naik kapal laut terlebih dahulu agar bisa menyeberang ke negara negara yang ada di seberang pulau nan jauh

Nah, institusi mana yang bisa memberi manusia metodologi keilmuan yang bisa menyeberangkan akal manusia ke wilayah metafisik termasuk ke wilayah gaib sehingga akal dapat merekonstruksi persoalan persoalan metafisika dan sekaligus dapat menyelesaikannya secara tuntas-konstruktif ?

Filsafat adalah institusi yang diparalelkan dengan dunia metafisika karena biasa digumuli manusia ketika mereka menemukan berbagai persoalan keilmuan yang sudah berkaitan dengan hal hal yang bersifat metafisis. Untuk agar akal fikiran manusia bisa menjelajah dunia metafisika itu maka filsafat memberi seperangkat metodologi keilmuan berupa seperangkat kategori-hukum logika-prinsip keilmuan seperti konsep epistemologi misal dan system metafisika yang berbeda beda yang diberikan oleh berbagai failosof yang memiliki pandangan yang berbeda beda.

Tetapi kelemahan filsafat dalam memberi akal jalan untuk menjelajahi persoalan metafisika adalah kelemahan khas manusia misal kelemahan pengalaman manusia yang tidak bisa masuk ke hal hal yang bersifat gaib, maka filsafat hanya bisa memberi akal peralatan ilmiah sebatas yang dapat manusia temukan dan dalami dari apa yang telah dialaminya dengan dunia inderawinya

Itulah keterbatasan filsafat sebagai 'mobil' yang membawa akal, ia hanya bisa berjalan di wilayah yang terbatas-sebatas masih dapat dialami atau bisa dikaitkan misal dengan analogi atau gambaran yang ditemukan manusia di dunia pengalamannya.filsafat tak bisa membuat rumus rumus pasti terhadap dunia yang berada diluar pengalaman kecuali hanya berspekulasi.

Bila bercermin pada filsafat Immanuel kant maka secara tegas Kant  membatasi wilayah jelajah akalnya hanya di wilayah fenomena-wilayah yang bisa diamati dan atau dialami dan melarang akal masuk menjelajah wilayah noumena dengan cara mengunci wilayah noumena sebagai 'wilayah yang tidak bisa diketahui'.
Sebab itu tepat bila disebut filsafat Kant sebagai simbol filsafat yang terbatas-yang tidak bisa masuk melampaui wilayah pengalaman

Brrcermin pada Kant misal filsafat tak bisa memberi perangkat-metodologi keilmuan yang bisa membuka rahasia dunia gaib karena itu adalah dunia yang sudah berada diluar pengalaman inderawi. filsafat tak bisa menjawab misal: apa hakikat manusia, darimana asal muasal manusia, apa itu roh, apa yang akan terjadi setelah manusia mati,dlsb.

Sedangkan merupakan sebuah fakta bahwa hal hal yang diluar pengalaman-yang tidak bisa dikonsepsikan atau dirumuskan secara utuh-pasti-menyeluruh oleh filsafat itu merupakan bagian dari puzzle ilmu pengetahuan yang bersifat menyeluruh yang bila tidak diselesaikan maka akan membuat persoalan metafisika tidak akan pernah ter tuntaskan

Adanya pandangan skeptisisme dalam dunia filsafat intinya adalah terkait persoalan ini yaitu bahwa peralatan yang bisa diberikan filsafat kepada akal fikiran untuk menjelajah dunia metafisika dan berhadapan dengan beragam problem keilmuan yang bersifat metafisika itu sangat terbatas-tidak memadai. Ketidak memadai an itu misal tercermin dari banyaknya simpulan simpulan filsafat yang lebih bersifat spekulatif ketimbang bersifat pasti, belum lagi lahirnya banyak mazhab serta sistem metafisika yang berbeda beda itu juga sudah menunjukkan keterbatasan tersendiri dari peralatan keilmuan yang dapat diberikan oleh filsafat terhadap akal fikiran manusia

Itu sebab sangat logis dan sangat rasional bila manusia berakal mencari cari jembatan keilmuan lain yang bisa memberi akal mereka prinsip-metodologi keilmuan yang bisa memberi mereka jalan untuk menjelajah persoalan metafisika secara lebih luas dan agar bisa memahami persoalan metafisika secara lebih utuh-menyeluruh dan menemukan kepastian kepastian metafisik yang misal bisa dijadikan sebagai pegangan hidup

Orang sering salah faham terhadap agama, sebagian memandang agama sebagai wilayah keyakinan-bukan wilayah ilmiah, tapi bila kita kaji persoalan metafisika yang bersifat menyeluruh dimana suatu persoalan keilmuan itu memerlukan penyelesaian yang bersifat konstruktif-terstruktur, bukan hanya cukup dengan yakin tetapi harus dengan argumentasi berdasar konsep-metodologi-prinsip ilmiah yang gamblang-terjelaskan secara tertata sehingga kita harus merekonstruksi agama menjadi sebagai peralatan ilmiah-agar bisa menjadi jembatan ilmu menuju memahami persoalan metafisika secara utuh-menyeluruh.

Karena yakin itu sendiri adalah suatu yang tak bisa lahir begitu saja tetapi suatu yang hadir bila fikiran telah digunakan secara maksimal serta optimal.bila fikiran belum digunakan secara optimal terhadap suatu hal-persoalan maka sejatinya bukan yakin tapi hanya sekadar klaim belaka dan yang namanya klaim itu bisa dibuat walau tanpa argumentasi yang konstruktif.dengan kata lain keyakinan itu suatu yang mutlak memerlukan argumentasi walau itu sekadar prinsip keilmuan yang kuat

Tapi ada golongan yang secara ekstrem melarang akal dan persoalan keilmuan pada umumnya di seberangkan ke wilayah agama,mereka memframing agama hanya sebagai wilayah dogma-wilayah kepercayaan.mereka adalah semisal kaum materialisme ilmiah atau kaum positivist atau orang yang ber ideologi saintisme yang beranggapan hanya sains yang layak menyelesaikan segala problem keilmuan yang ditemui manusia.mereka menutup jembatan jembatan yang dapat menyeberangkan persoalan keilmuan yang belum tuntas untuk tidak diseberangkan ke wilayah agama

Mereka-kaum posisivist atau orang ber ideologi saintisme seperti lupa bahwa persoalan keilmuan yang ditemui manusia itu bersifat kompleks,bersifat fisik dan metafisik, termasuk yang berkaitan dengan hal hal bersifat abstrak-gaib dan jangankan sains bahkan filsafat pun tak bisa tuntas menyelesaikannya

Dalam kehidupan banyak hal hal ganjil yang bisa berubah menjadi rasional apabila diseberangkan atau dibawa ke wilayah agama, contoh : dalam kehidupan ini ada kebaikan dan ada kejahatan, ada si penganiaya yang lalim dan ada orang yang teraniaya. Nah masalahnya, tidak semua pelaku kejahatan yang kejam itu bisa diadili di dunia ini, sebagian pelaku kejahatan besar meninggal dengan tenang di tempat tidurnya tanpa perbuatan mereka pernah diadili misal karena yang bersangkutan memiliki kekuatan politik.

Nah mengamati hal demikian maka kehidupan menjadi nampak ganjil-janggal dan tidak masuk akal karena sepintas seperti tidak adil-seperti tidak ada konsep yang mengatur perikehidupan manusia sedangkan alam semesta ini saja diatur oleh hukum hukum pasti sehingga kita melihat ada mekanisme yang permanen di dalamnya-gambaran keadilan tersendiri.

Nah agama hadir untuk mendeskripsikan adanya hal hal yang bersifat gaib sehingga kehidupan menjadi nampak rasional-adil dan serba diatur-tidak kacau. Agama memberitahukan adanya pengadilan akhirat-adanya perhitungan amal baik dan amal tak baik, adanya tempat pembalasan sorga-neraka. Dan bayangkan bila tak ada agama yang menjelaskan hal seperti itu maka di dunia ini ada banyak hal yang tidak bisa tertuntaskan secara keilmuan.

Dengan deskripsi adanya pengadilan akhirat, sorga-neraka yang semua bersifat gaib itu maka persoalan terkait adanya benar-salah, kebaikan-kejahatan,orang orang jahat yang luput dari pengadilan serta orang teraniaya yang tidak memperoleh keadilan itu secara keilmuan telah tuntas sebab ada muara nya yang jelas-tidak berakhir pada skeptisisme misal

Contoh lain, keganjilan bila manusia diciptakan hanya untuk hidup di dunia ini maka apapun yang telah dibuat di dunia ini termasuk pengorbanan pengorbanan nya akan sia sia bila hidup hanya berhenti sebatas alam kubur. Maka hadir Tuhan yang menjelaskan konsep penciptaan manusia, bahwa manusia diciptakan untuk abadi-bukan untuk sia sia, menjelaskan makna-tujuan manusia hidup di dunia dan sekaligus mekanisme hukum kehidupan pasti yang menyokong visi misi Ilahi dalam penciptaan manusia itu. Sehingga akal bisa faham hal hal mendalam terkait hakikat dan makna kehidupan yang tidak ia peroleh secara konstruktif baik dalam sains maupun filsafat.

Dengan kata lain, dengan penjelasan dari agama kita bisa mengetahui bahwa kehidupan itu rasional-tidak ganjil. dalam arti lain, kehidupan itu bersystem-di konstruks oleh system Ilahiah-tidak chaos-memiliki system yang adil dimana akal fikiran dapat menangkap serta memahami system Ilahi yang mengkonstruks kehidupan itu.sehingga karena itulah kehidupan itu pada dasarnya dapat kita fahami sebagai rasional karena dapat dijelaskan secara rasiomal tentu apabila menggunakan kacamata pandang agama Ilahiah

Dan banyak persoalan metafisika lain yang intisari nya dapat tertuntaskan dengan penjelasan yang hanya bisa berasal dari agama. 

Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar