Translate

Senin, 07 Desember 2020

Wanita Haidh Boleh Memandikan Mayat

Ulama sepakat bahwa wanita yang dalam keadaan suci dari haid dan nifas boleh memandikan jenazah wanita lain yang meninggal. Namun bagaimana jika wanita tersebut sedang haid atau nifas, bolehkah dia memandikan jenazah?

Disebutkan dalam kitab Nihayatul Muhtaj bahwa wanita yang sedang haid atau nifas boleh memandikan jenazah tanpa ada kemakruhan. Wanita haid atau nifas dalam Islam hakikatnya tetap suci sebagaimana wanita yang tidak sedang haid atau nifas dan manusia pada umumnya sehingga mereka boleh dan berhak untuk memandikan jenazah.

ويغسل الجنب والحائض الميت بلا كراهة لأنهما طاهران فكانا كغيرهما

“Orang yang junub atau haid boleh memandikan jenazah tanpa ada kemakruhan. Mereka berdua hakikatnya suci sehingga sama dengan lainnya.”

Imam Nawawi dalam kitab Almajmu juga menegaskan kebolehan wanita haid untuk memandikan jenazah. Beliau berkata;

يجوز للجنب والحائض غسل الميت بلا كراهة

“Boleh bagi orang junub atau haid untuk memandikan mayat tanpa ada kemakruhan.”

فلا توجد آية قرآنية تمنع الحائض من غسل الميت ولا من حضور غسله، ولا نعلم حديثاً عن النبي صلى الله عليه وسلم بهذا المعنى، ولا نعلم أحداً من أهل العلم حرم ذلك إلا أن بعض السلف كالحسن وابن سيرين كره ذلك، كما رواه عنهما ابن أبي شيبة في مصنفه.

والله أعلم.

Tidak ditemukan dalam Al Quran ayat yang ,telarang wanita haid memandikan mayit atau hadir pada pemandian mayit, begitu pula kami tidak ketahui adanya hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang melarangnya dengan makna seperti ini, dan tidak ada satu pun ulama yang mengharamkannya, kecuali adanya sebagian salaf yang memakruhkannya seperti Al Hasan (Al Bashri) dan Ibnu Sirin, seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushannaf.

Dalam memandikan jenazah, tidak disyaratkan seseorang harus suci dari hadas, baik kecil maupun besar. Boleh seseorang yang dalam keadaan hadas kecil maupun besar untuk mengurus jenazah, mulai dari memejamkan kedua mata mayat, memandikan dan menguburkannya.

Namun meskipun bukan syarat, hendaknya yang mengurus jenazah adalah orang yang suci dari hadas kecil dan besar dengan harapan agar pengurusan jenazah lebih sempurna dan lebih baik. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Imam Ibnu Qudamah dalam kitabnya Almughni berikut.

ولا نعلم بينهم اختلافاً في صحة تغسيلهما وتغميضهما له ـ الحائض والجنب ـ ، ولكن الأولى أن يكون المتولي لأموره ، في تغميضه وتغسيله ، طاهراً لأنه أكمل وأحسن

“Kami tidak mengetahui adanya perbedaan terkait keabsahan memandikan dan memejamkan kedua mata mayat bagi orang yang sedang haid dan junub. Hanya saja hendaknya yang mengurus jenazah, baik memejamkan kedua mata maupun memandikan mayat, adalah orang yang suci -dari hadas- karena hal tersebut lebih sempurna dan lebih baik.”

Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar