خُذْ مِنْ اَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهّرُهُمْ وَ تُزَكّيْهِمْ بِهَا وَصَلّ عَلَيْهِمْ، اِنَّ صَلوتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْ، وَ اللهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ. التوبة: 103
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendo’alah untuk mereka. Sesungguhnya do’a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. [QS. At-Taubah : 103]
Mereka berkata, “Kami tidak akan membayarkan zakat kami kecuali kepada orang yang do’anya menenteramkan hati kami”.
Sebagian shahabat ada yang mengusulkan kepada Abu Bakar agar membiarkan orang yang tidak mau membayar zakat tersebut sambil berusaha melunakkan hati mereka hingga iman dalam dada mereka kembali kuat dan akhirnya kembali membayar zakat. Namun Abu Bakar Ash-Shiddiq tidak menerima usulan itu, dan tetap bersikeras menumpas mereka. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 702]
Bukhari meriwayatkan sebagai berikut :
عَنْ اَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: لَمَّا تُوُفّيَ النَّبِيُّ ص وَ اسْتُخْلِفَ اَبُوْ بَكْرٍ وَ كَفَرَ مَنْ كَفَرَ مِنَ اْلعَرَبِ، قَالَ عُمَرُ: يَا اَبَا بَكْرٍ، كَيْفَ تُقَاتِلُ النَّاسَ ؟ وَقَدْ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اُمِرْتُ اَنْ اُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَقُوْلُوْا لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ، فَمَنْ قَالَ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ عَصَمَ مِنّى مَالَهُ وَ نَفْسَهُ اِلاَّ بِحَقّهِ وَ حِسَابُهُ عَلَى اللهِ. قَالَ اَبُوْ بَكْرٍ: وَ اللهِ َلاُقَاتِلَنَّ مَنْ فَرَّقَ بَيْنَ الصَّلاَةِ وَ الزَّكَاةِ، فَاِنَّ الزَّكَاةَ حَقُّ اْلمَالِ. وَ اللهِ، لَوْ مَنَعُوْنِى عَنَاقًا كَانُوْا يُؤَدُّوْنَهَا اِلىَ رَسُوْلِ اللهِ ص لَقَاتَلْتُهُمْ عَلَى مَنْعِهَا، قَالَ عُمَرُ: فَوَ اللهِ، مَا هُوَ اِلاَّ اَنْ رَأَيْتُ اَنْ قَدْ شَرَحَ اللهُ صَدْرَ اَبِي بَكْرٍ لِلْقِتَالِ، فَعَرَفْتُ اَنَّهُ اْلحَقُّ. البخارى 8: 50
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Setelah Nabi SAW wafat dan Abu Bakar diangkat menjadi Khalifah, dan orang-orang bangsa ‘Arab kembali kafir, maka ‘Umar (bin Khaththab) berkata kepada Abu Bakar, “Hai Abu Bakar, mengapa engkau akan memerangi mereka ? padahal Rasulullah SAW bersabda, “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka mengucapkan “Laa ilaaha illallooh (tidak ada Tuhan selain Allah), maka barangsiapa telah mengucapkan Laa ilaaha illallooh, berarti dia telah menjaga hartanya dan dirinya dariku, melainkan dengan haknya, sedangkan urusannya terserah kepada Allah”. Maka Abu Bakar menjawab, “Demi Allah, sungguh aku akan memerangi orang yang memisahkan antara shalat dan zakat, karena zakat adalah hak harta. Demi Allah, seandainya mereka enggan untuk menyerahkan anak unta yang dahulu mereka biasa menyerahkannya kepada Rasulullah SAW, pastilah akan kuperangi mereka karenanya..
Lalu ‘Umar berkata, “Demi Allah, tidaklah yang demikian itu melainkan aku melihat bahwa Allah telah melapangkan hati Abu Bakar untuk memerangi mereka, dan aku mengerti bahwa itulah yang benar”. [HR. Bukhari juz 8, hal. 50]
Muslim juga meriwayatkan sebagai berikut :
عَنْ اَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: لَمَّا تُوُفّيَ رَسُوْلُ اللهِ ص وَ اسْتُخْلِفَ اَبُوْ بَكْرٍ بَعْدَهُ وَ كَفَرَ مَنْ كَفَرَ مِنَ اْلعَرَبِ، قَالَ عُمَرُ ابْنُ اْلخَطَّابِ ِلاَبِى بَكْرٍ: كَيْفَ تُقَاتِلُ النَّاسَ ؟ وَقَدْ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اُمِرْتُ اَنْ اُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَقُوْلُوْا لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ، فَمَنْ قَالَ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ فَقَدْ عَصَمَ مِنّى مَالَهُ وَ نَفْسَهُ اِلاَّ بِحَقّهِ وَ حِسَابُهُ عَلَى اللهِ. فَقَالَ اَبُوْ بَكْرٍ: وَ اللهِ َلاُقَاتِلَنَّ مَنْ فَرَّقَ بَيْنَ الصَّلاَةِ وَ الزَّكَاةِ، فَاِنَّ الزَّكَاةَ حَقُّ اْلمَالِ. وَ اللهِ، لَوْ مَنَعُوْنِى عِقَالاً كَانُوْا يُؤَدُّوْنَهُ اِلىَ رَسُوْلِ اللهِ ص لَقَاتَلْتُهُمْ عَلَى مَنْعِهِ، فَقَالَ عُمَرُ بْنَُ اْلخَطَّابِ: فَوَ اللهِ، مَا هُوَ اِلاَّ اَنْ رَأَيْتُ اللهَ عَزَّ وَ جَلَّ قَدْ شَرَحَ صَدْرَ اَبِي بَكْرٍ لِلْقِتَالِ، فَعَرَفْتُ اَنَّهُ اْلحَقُّ. مسلم 1: 51
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Setelah Rasulullah SAW wafat kemudian Abu Bakar diangkat menjadi Khalifah, dan orang-orang bangsa ‘Arab kembali kafir, maka ‘Umar (bin Khaththab) berkata kepada Abu Bakar,“Mengapa engkau akan memerangi mereka ? padahal Rasulullah SAW bersabda, “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka mengucapkan “Laa ilaaha illallooh (tidak ada Tuhan selain Allah), maka barangsiapa telah mengucapkan Laa ilaaha illallooh, berarti dia telah menjaga hartanya dan dirinya dariku, melainkan dengan haknya, sedangkan urusannya terserah kepada Allah”. Maka Abu Bakar menjawab, “Demi Allah, sungguh aku akan memerangi orang yang memisahkan antara shalat dan zakat, karena zakat adalah hak harta. Demi Allah, seandainya mereka enggan untuk menyerahkan zakat kepadaku yang dahulu mereka biasa menyerahkannya kepada Rasulullah SAW, pastilah akan kuperangi mereka karenanya..
Lalu ‘Umar bin Khaththab berkata, “Demi Allah, tidaklah yang demikian itu melainkan aku melihat bahwa Allah ‘Azza wa Jalla telah melapangkan hati Abu Bakar untuk memerangi mereka, dan aku mengerti bahwa itulah yang benar”. [HR. Muslim juz 1, hal. 51]
Bukhari meriwayatkan bahwa agama Islam dibangun atas lima perkara :
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: بُنِيَ اْلاِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَ اِقَامِ الصَّلاَةِ، وَ اِيْتَاءِ الزَّكَاةِ، وَ اْلحَجّ، وَ صَوْمِ رَمَضَانَ. البخارى 1: 8
Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Islam itu didirikan atas lima perkara, : Bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwasanya Nabi Muhammad adalah utusan, mendirikan shalat, membayar zakat, berhajji, dan puasa Ramadlan. [HR. Bukhari juz 1, hal. 8]
Al-Hafidh Ibnu ‘Asakir meriwayatkan dari Shalih bin Kaisan, dia berkata :
لَمَّا كَانَتِ الرّدَّةُ، قَامَ اَبُوْ بَكْرٍ فِي النَّاسِ، فَحَمِدَ اللهَ وَ اَثْنَى عَلَيْهِ ثُمَّ قَالَ: اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ هَدَى فَكَفَى، وَ اَعْطَى فَاَغْنَى، اِنَّ اللهَ بَعَثَ مُحَمَّدًا ص وَ اْلعِلْمُ شَرِيْدٌ وَ اْلاِسْلاَمُ غَرِيْبٌ طَرِيْدٌ، قَدْ رَثَّ حَبْلُهُ وَ خَلُقَ عَهْدُهُ وَ ضَلَّ اَهْلُهُ مِنْهُ، وَ مَقَتَ اللهُ اَهْلَ اْلكِتَابِ فَلاَ يُعْطِيْهِمْ خَيْرًا لِخَيْرِ عِنْدِهِمْ، وَ لاَ يَصْرِفُ عَنْهُمْ شَرًّا لِشَرّ عِنْدِهِمْ، قَدْ غَيَّرُوْا كِتَابَهُمْ وَاَلْحَقُوْا فِيْهِ مَا لَيْسَ مِنْهُ، وَ اْلعَرَبُ اْلآمِنُوْنَ يَحْسَبُوْنَ اَنَّهُمْ فِي مَنْعَةٍ مِنَ اللهِ لاَ يَعْبُدُوْنَهُ وَ لاَ يَدْعُوْنَهُ، فَاَجْهَدُهُمْ عَيْشًا، وَ اَضَلُّهُمْ دِيْنًا، فِي ظِلْفٍ مِنَ اْلاَرْضِ مَعَ مَا فِيْهِ مِنَ السَّحَابِ فَخَتَمَهُمُ اللهُ بِمُحَمَّدٍ، وَ جَعَلَهُمُ اْلاُمَّةَ اْلوُسْطَى، نَصَرَهُمْ بِمَنِ اتَّبَعَهُمْ، وَ نَصَرَهُمْ عَلَى غَيِرِهِمْ، حَتَّى قَبَضَ اللهُ نَبِيَّهُ ص فَرَكِبَ مِنْهُمُ الشَّيْطَانُ مَرْكَبَهُ الَّذِيْ اَنْزَلَهُ عَلَيْهِ، وَ اَخَذَ بِاَيْدِيْهِمْ، وَ بَغَى هَلْكَتَهُمْ. وَمَا مُحَمَّدٌ اِلاَّ رَسُوْلٌ، قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ، اَفَاِنْ مَّاتَ اَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلى اَعْقَابِكُمْ، وَ مَنْ يَّنْقَلِبْ عَلى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَّضُرَّ اللهَ شَيْئًا، وَ سَيَجْزِى اللهُ الشَّاكِرِيْنَ. ال عمران: 144
Ketika kemurtadan terjadi, maka Abu Bakar berpidato di hadapan manusia. Setelah memuji Allah dan menyanjung-Nya, dia berkata, “Segala puji bagi Allah, yang telah memberi petunjuk dan kecukupan, memberikan ni’mat-Nya dan memberi kekayaan, sesungguhnya Allah ketika mengutus Muhammad SAW, pada waktu itu dalam kondisi ilmu tercerai-berai, Islam dalam keadaan asing dan dimusuhi, tali agama tempat berpegang telah lapuk dan perjanjian mereka dengan Allah telah mereka lupakan, akhirnya mereka sesat. Adapun Ahli Kitab, maka Allah telah membenci mereka, Allah tidak memberikan kepada mereka kebaikan yang ada pada mereka, dan tidak pula memalingkan mereka dari kejelekan yang ada pada mereka. Mereka telah merubah-rubah kitab suci mereka dan memasukkan perkara yang bukan isi Kitab ke dalamnya.
Adapun bangsa ‘Arab, mereka merasa aman, mengira mendapat perlindungan Allah, padahal mereka tidak menyembah Allah dan tidak berdo’a kepada-Nya. Merekalah orang yang paling sulit kehidupannya, paling sesat agamanya, terombang-ambing dalam kebathilan, pindah ke sana kemari, hingga Allah menyatukan mereka dengan datangnya Nabi Muhammad SAW, dan Allah menjadikan mereka ummat yang pertengahan, Allah memenangkan mereka dengan para pengikutnya, dan Allah mengangkat mereka di atas seluruh bangsa. Akhirnya Allah mewafarkan Nabinya SAW, maka syaithan menyiapkan kendaraannya untuk menggiring mereka, dan menginginkan agar mereka binasa. Allah berfirman (yang artinya) Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudlarat kepada Allah sedikit pun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. [QS. Ali ‘Imraan : 144]
.Lalu Abu Bakar melanjutkan pidatonya :
اِنَّ مَنْ حَوْلَكُمْ مِنَ اْلعَرَبِ مَنَعُوْا شَاتَهُمْ وَ بَعِيْرَهُمْ، وَلَمْ يَكُوْنُوْا فِي دِيْنِهِمْ: وَ اِنْ رَجَعُوْا اِلَيْهِ اَزْهَدُ مِنْهُمْ يَوْمَهُمْ هذَا، وَ لَمْ تَكُوْنُوْا فِي دِيْنِكُمْ اَقْوَى مِنْكُمْ يَوْمَكُمْ هذَا، عَلَى مَا قَدْ تَقَدَّمَ مِنْ بَرَكَةِ نَبِيّكُمْ ص، وَ قَدْ وَكَّلَكُمْ اِلىَ اْلمَوْلَى اْلكَافِي، الَّذِي وَجَدَهُ ضَالاًّ فَهَدَاهُ، وَ عَائِلاً فَاَغْنَاهُ. وَكُنْتُمْ عَلى شَفَا حُفْرَةٍ ِمّنَ النَّارِ فَاَنْقَذَكُمْ ِمّنْهَا.الاية. ال عمران: 103
Sesungguhnya orang-orang ‘Arab di sekitar kalian menolak menyerahkan zakat kambing dan unta mereka, yang selama ini mereka tidak pernah sebakhil hari ini, jika mereka mau kembali kepada kebenaran, berarti hari ini mereka menjadi orang yang paling zuhud dan tidak pernah kalian memegang agama sekuat hari ini, sebagaimana yang telah kalian rasakan keberkahan nabi kalian. Beliau telah menyerahkan urusan kalian kepada Allah Yang Maha Mencukupi, Yang mendapati diri beliau sebelumnya tersesat, kemudian Dia memberi beliau petunjuk, mendapati beliau dalam keadaan miskin, lalu Dia mencukupi beliau. Allah berfirman (yang artinya), “dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya…. sampai akhir ayat”. [QS. Ali ‘Imraan : 103]
Kemudian Abu Bakar melanjutkan pidatonya
وَ اللهِ لاَ اَدَعُ اَنْ اُقَاتِلَ عَلَى اَمْرِ اللهِ حَتَّى يُنْجِزَ اللهُ وَعْدَهُ، وَ يُوْفِي لَنَا عَهْدَهُ، وَ يُقْتَلُ مَنْ قُتِلَ مِنَّا شَهِيْدًا مِنْ اَهْلِ اْلجَنَّةِ، وَ بَقِىَ مَنْ بَقِيَ مِنْهَا خَلِيْفَتُهُ وَ ذُرّيَّتُهُ فِي اَرْضِهِ، قَضَاءُ اللهِ اْلحَقُّ، وَ قَوْلُهُ الَّذِيْ لاَ خَلْفَ لَهُ.وَعَدَ اللهُ الَّذِيْنَ امَنُوْا مِنْكُمْ وَ عَمِلُوا الصّلِحتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي اْلاَرْضِ. الاية، النور: 55، ثُمَّ نَزَلَ. البداية و النهاية 6: 703
Demi Allah, aku tidak akan membiarkannya, akan kuperangi mereka sebagaimana Allah telah memerintahkannya, hingga Dia memenuhi janji-Nya dan menyempurnakan bagi kita janji-Nya, sehingga ada diantara kita yang terbunuh mati syahid dan akan dimasukkan ke dalam surga, dan akan tersisa diantara kita orang-orang sebagai generasi penerus dan khalifah di muka bumi ini. Sesungguhnya ketentuan Allah adalah haq dan janji-Nya tidak akan Dia ingkari.
وَعَدَ اللهُ الَّذِيْنَ امَنُوْا مِنْكُمْ وَ عَمِلُوا الصّلِحتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي اْلاَرْضِ. النور: 55
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi…sampai akhir ayat, [QS. An-Nuur : 55]
Kemudian beliau turun dari mimbar. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 703]
Ketika Rasulullah SAW wafat, orang-orang ‘Arab kembali murtad, kecuali penduduk dua masjid, Makkah dan Madinah. Adapun qabilah Asad dan Ghathafan telah murtad di bawah pimpinan Thulaihah bin Khuwailid Al-Asadiy, seorang dukun, dan murtad pula suku Kindah dan sekutunya di bawah pimpinan Al-‘Asy’ats bin Qais Al-Kindiy. Kemudian diikuti oleh suku Mudzhij dan sekutunya di bawah pimpinan Al-Aswad bin Ka’ab Al-‘Ansiy seorang dukun. Demikian pula dengan suku Rabi’ah di bawah pimpinan Al-Ma’ruur bin Nu’maan bin Mundzir. Adapun Bani Hanifah masih tetap di bawah pimpinan Musailamah bin Habib Al-Kadzdzaab. Kemudian murtad pula bani Sulaim di bawah pimpinan Al-Fuja’ah, yang nama aslinya Anas (Iyas) bin ‘Abdullah bin Abdi Yaalil. Adapun bani Tamim mereka murtad di bawah komando Sajah, seorang wanita dukun. Di dalam kitab Al-Bidaayah wan Nihaayah disebutkan sebagai berikut :
قَالَ اْلقَاسِمُ بْنُ مُحَمَّدٍ: اِجْتَمَعَتْ اَسَدٌ وَ غَطَفَانُ وَ طَيّءٌ عَلَى طُلَيْحَةَ اْلاَسَدِيّ، وَ بَعَثُوْا وُفُوْدًا اِلىَ اْلمَدِيْنَةِ، فَنَزَلُوْا عَلَى وُجُوْهِ النَّاسِ فَاَنْزَلُوْهُمْ اِلاَّ اْلعَبَّاسَ، فَحَمَلُوْا بِهِمْ اِلىَ اَبِي بَكْرٍ، عَلَى اَنْ يُقِيْمُوا الصَّلاَةَ وَ لاَ يُؤْتُوا الزَّكَاةَ، فَعَزَمَ اللهُ ِلاَبِي بَكْرٍ عَلَى اْلحَقّ وَ قَالَ: لَوْ مَنَعُوْنِي عِقَالاً لَجَاهَدْتُهُمْ، فَرَدَّهُمْ فَرَجَعُوْا اِلىَ عَشَائِرِهِمْ، فَاَخْبَرُوْهُمْ بِقِلَّةِ اَهْلِ اْلمَدِيْنَةِ، وَ طَمَعُوْهُمْ فِيْهَا، فَجَعَلَ اَبُوْ بَكْرٍ اْلحَرَسَ عَلَى اَنْقَابِ اْلمَدِيْنَةِ، وَ اَلْزَمَ اَهْلَ اْلمَدِيْنَةِ بِحُضُوْرِ اْلمَسْجِدِ وَ قَالَ: اِنَّ اْلاَرْضَ كَافِرَةٌ، وَ قَدْ رَأَى وَفْدُهُمْ مِنْكُمْ قِلَّةً، وَ اِنَّكُمْ لاَ تَدْرُوْنَ لَيْلاً يَأْتُوْنَ اَمْ نَهَارًا، وَ اَدْنَاهُمْ مِنْكُمْ عَلَى بَرِيْدٍ، وَ قَدْ كَانَ اْلقَوْمُ يُؤَمّلُوْنَ اَنْ نَقْبَلَ مِنْهُمْ وَ نُوَادِعَهُمْ وَ قَدْ اَبَيْنَا عَلَيْهِمْ، فَاسْتَعِدُّوْا وَ اَعِدُّوْا. البداية و النهاية 6: 704
Al-Qashim bin Muhammad berkata, “Bani Asad, Ghathafan dan Thayyi’ bersatu di bawah pimpinan Thulaihah Al-Aswad dan mereka mengirim duta ke Madinah, mereka berhenti tepat di tengah kerumunan orang. Mereka diterima orang banyak, kecuali ‘Abbas, kemudian mereka dibawa kepada Abu Bakar, kemudian menyatakan pernyataan mereka untuk tetap menegakkan shalat, tetapi tidak membayar zakat. Namun Allah mengilhamkan kebenaran kepada Abu Bakar, ia berkata, “Seandainya mereka menolak membayar zakat kepadaku, pasti aku akan perangi mereka”. Kemudian Abu Bakar menyuruh mereka untuk pulang, lalu mereka kembali ke qabilah masing-masing. Mereka lalu membawa berita kepada kaum masing-masing bahwa penduduk kota Madinah jumlahnya hanya sedikit sambil berusaha meyaqinkan mereka bahwa kota Madinah mudah direbut.
Kemudian Abu Bakar segera membuat posko-posko keamanan di setiap perbatasan kota Madinah, dan mewajibkan seluruh penduduk Madinah untuk menghadiri jama’ah di masjid. Beliau berkata, “Sesungguhnya sekarang bumi ini dipenuhi orang kafir dan mereka melihat bahwa jumlah kalian hanya sedikit dan kalian tidak tahu bahwa mereka akan menyerbu siang maupun malam. Musuh yang paling dekat dari kalian sekarang sejauh satu barid. (Mereka) ingin agar kita membiarkan mereka dan menerima persyaratan mereka. Namun secara tegas keingingan mereka kita tolak. Oleh karena itu bersiap-siaplah dan persiapkan diri kalian. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 704]
“Maka tidak lama kemudian, tepatnya setelah tiga hari, mereka datang menyerbu kota Madinah, sementara sebagian dari pasukan mereka ditinggalkan di Dzu Husay, bersiap-siap untuk membantu mereka”.
Kemudian para penjaga keamanan yang ditugaskan oleh Abu Bakar memberitahukan kepada Abu Bakar bahwa musuh telah menyerang. Maka Abu Bakar memerintahkan agar mereka tetap berada di tempat. Kemudian Abu Bakar keluar membawa seluruh jama’ah masjid untuk menyerbu mereka, maka musuh-musuh lari kocar-kacir, lalu kaum muslimin mengejar mereka dengan naik unta, kemudian ketika mereka sampai di Dzi Husay pasukan yang disiapkan sebagai bala bantuan tadi datang menyerbu, namun jumlah kaum muslimin lebih banyak, sehingga memenangkan pertempuran.
Abu Bakar memerangi kaum murtad di sekitar Madinah.
وَ فِي جُمَادَى اْلآخِرَةِ رَكِبَ الصّدّيْقُ فِي اَهْلِ اْلمَدِيْنَةِ وَ اُمَرَاءِ اْلاَنْقَابِ اِلىَ مَنْ حَوْلَ اْلمَدِيْنَةِ مِنَ اْلاَعْرَابِ الَّذِيْنَ اَغَارُوْا عَلَيْهَا، فَلَمَّا تَوَاجَهَ هُوَ وَ اَعْدَاؤُهُ مِنْ بَنِي عَبْسٍ وَ بَنِي مُرَّةَ وَ ذُبْيَانَ وَ مَنْ نَاصَبَ مَعَهُمْ مِنْ بَنِي كِنَانَةَ وَ اَمَدَّهُمْ طُلَيْحَةُ بِابْنِهِ حِبَالٍ، فَلَمَّا تَوَاجَهَ اْلقَوْمُ كَانُوْا قَدْ صَنَعُوْا مَكِيْدَةً وَ هِيَ اَنَّهُمْ عَمَدُوْا اِلىَ اَنْحَاءٍ فَنَفَخُوْهَا ثُمَّ اَرْسَلُوْهَا مِنْ رُؤُوْسِ اْلجِبَالِ، فَلَمَّا رَأَتْهَا اِبِلُ اَصْحَابِ الِصِدّيْقِ نَفَرَتْ وَ ذَهَبَتْ كُلَّ مَذْهَبٍ فَلَمْ يَمْلِكُوْا مِنْ اَمْرِهَا شَيْئًا اِلَى اللَّيْلِ وَ حَتَّى رَجَعَتْ اِلىَ اْلمَدِيْنَةِ. البداية و النهاية 6: 705
Pada bulan Jumadil akhir tahun 11 H, Abu Bakar dengan penduduk Madinah dan para pimpinan di perbatasan berangkat menyerbu orang-orang ‘Arab di pegunungan yang murtad di sekitar Madinah atau ikut membantu musuh yang sebelumnya menyerang Madinah.
Ketika pasukan Abu Bakar bertemu dengan musuh yang berasal dari Bani ‘Abs, Bani Murrah, Dzubyaan dan yang ikut bersama mereka dari Bani Kinanah, datang pula bala bantuan musuh dari Thulaihah bersama anaknya (ada yang mengatakan keponakannya) yang bersama Hibal. Ketika dua pasukan ini bertemu, musuh berhasil membuat tipu daya dengan membuat suara-suara yang ditiup dari atas gunung yang membuat unta-unta pasukan Abu Bakar lari kocar-kacir ketika mendengarnya, maka hingga malam hari mereka belum dapat ditumpas, dan akhirnya pasukan kaum muslimin kembali ke Madinah. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 705]
فَلَمَّا وَقَعَ مَا وَقَعَ ظَنَّ اْلقَوْمُ بِاْلمُسْلِمِيْنَ اْلوَهْنَ، وَ بَعَثُوْا اِلىَ عَشَائِرِهِمْ مِنْ نَوَاحِيَ آخَرَ، فَاجْتَمَعُوْا، وَ بَاتَ أَبُو بَكْرٍ رض قَائِمًا لَيْلَهُ يُعَبّئُ النَّاسَ، ثُمَّ خَرَجَ عَلَى تَعْبِئَةٍ مِنْ آخِرِ اللَّيْلِ، وَ عَلَى مَيْمَنَتِهِ النُّعْمَانُ بْنُ مُقَرّنٍ، وَ عَلَى اْلمَيْسَرَةِ اَخُوْهُ عَبْدُ اللهِ بْنُ مُقَرّنٍ، وَ عَلَى السَّاقَةِ اَخُوْهُمَا سُوَيْدُ بْنُ مُقَرّنٍ، فَمَا طَلَعَ اْلفَجْرُ اِلاَّ وَ هُمْ وَ اْلعَدُوُّ فِي صَعِيْدٍ وَاحِدٍ، فَمَا سَمِعُوْا لِلْمُسْلِمِيْنَ حَسًّا وَ لاَ هَمْسًا حَتَّى وَضَعُوْا فِيْهِمُ السُّيُوْفَ، فَمَا طَلَعَتِ الشَّمْسُ حَتَّى وَلَّوْهُمُ اْلاَدْبَارَ، وَ غَلَبُوْهُمْ عَلَى عَامَّةِ ظَهْرِهِمْ، وَ قُتِلَ حِبَالٌ، وَ اتَّبَعَهُمْ اَبُو بَكْرٍ حَتَّى نَزَلَ بِذِي اْلقَصَّةِ، وَ كَانَ اَوَّلَ اْلفَتْحِ، وَذَلَّ بِهَا اْلمُشْرِكُوْنَ، وَ عَزَّ بِهَا اْلمُسْلِمُوْنَ وَ وَثَبَ بَنُوْ ذُبْيَانَ وَ عَبْسٍ عَلَى مَنْ فِيْهِمْ مِنَ اْلمُسْلِمِيْنَ فَقَتَلُوْهُمْ، وَ فَعَلَ مِنْ وَرَاءِهِمْ كَفِعْلِهِمْ، فَحَلَفَ اَبُو بَكْرٍ لَيَقْتُلَنَّ مِنْ كُلّ قَبِيْلَةٍ بِمَنْ قَتَلُوْا مِنَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ زِيَادَةً. البداية و النهاية 6: 705
Setelah kejadian ini musuh menganggap bahwa kaum muslimin sudah lemah. Mereka lalu mengirim utusan kepada suku-suku mereka agar mendatangkan bala bantuan dari arah lain. Maka merekapun mulai berkumpul.
Malam itu Abu Bakar dalam keadaan siaga sambil memberi pengarahan dan motivasi kepada kaum muslimin. Di akhir malam, beliau keluar dengan membawa seluruh pasukan untuk menyerbu musuh. Di sayap kanan pasukan dipimpin oleh An-Nu’maan bin Muqarrin, di sayap kiri berdiri saudaranya ‘Abdullah bin Muqarrin. Dan di garis tengah pasukan dipimpin oleh Suwaid bin Muqarrin. Ketika fajar terbit kedua pasukan telah bertemu, musuh tidak menyadari kedatangan kaum muslimin sedikitpun, hingga pedang-pedang kaum muslimin menyerang mereka. Dan ketika matahari terbit, mereka lari tunggang-langgang sambil dihujani anak panah kaum muslimin dari belakang. Dalam peperangan ini Hibal terbunuh, dan Abu Bakar mengejar mereka hingga sampai di Dzu Qashshah. Dan inilah awal kemenangan. Orang-orang musyrikin dihinakan dan kaum muslimin menjadi mulia dan disegani.
Sebelumnya Banu Dzubyaan dan ‘Abs telah menyerang kaum muslimn dan membunuhnya, begitu pula pasukan yang menyertai mereka di belakang juga ikut berbuat hal yang sama. Maka Abu Bakar berjanji akan membunuh setiap suku sebanyak mereka membunuh jiwa kaum muslimin, dan bahkan lebih. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 705]
فَكَانَتْ هذِهِ اْلوَقَعَةُ مِنْ اَكْبَرِ اْلعَوْنِ عَلَى نَصْرِ اْلاِسْلاَمِ وَ اَهْلِهِ، وَ ذلِكَ اِنَّهُ عَزَّ اْلمُسْلِمُوْنَ فِي كُلّ قَبِيْلَةٍ، وَ ذَلَّ اْلكُفَّارُ فِي كُلّ قَبِيْلَةٍ، وَ رَجَعَ اَبُوْ بَكْرِ اِلىَ اْلمَدِيْنَةِ مُؤَيَّدًا مَنْصُوْرًا سَالِمًا غَانِمًا، وَ طَرَقَتِ اْلمَدِيْنَةَ فِي اللَّيْلِ صَدَقَاتُ عَدِيّ بْنِ حَاتِمٍ، وَ صَفْوَانَ وَ الزّبْرِقَانِ، اِحْدَاهَا فِي اَوَّلِ اللَّيْلِ، وَ الثَّانِيَةُ فِي اَوْسَطِهِ وَ الثَّالِثَةُ فِي آخِرِهِ، وَ قَدِمَ بِكُلّ وَاحِدَةٍ مِنْهُنَّ بَشِيْرٌ مِنْ اُمَرَاءِ اْلاَنْقَابِ، فَكَانَ الَّذِي بَشَّرَ بِصَفْوَانَ سَعْدُ بْنُ اَبِي وَقَّاصٍ، وَ الَّذِي بَشَّرَ بِالزّبْرِقَانِ عَبْدُ الرَّحْمنُ بْنُ عَوْفٍ، وَ الَّذِي بَشَّرَ بِعَدِيّ بْنِ حَاتِمٍ عَبْدُ اللهِ بْنُ مَسْعُوْدٍ، وَ يُقَالُ اَبُو قَتَادَةَ اْلاَنْصَارِيُّ رض وَ ذلِكَ عَلَى رَأْسِ سِتّيْنَ لَيْلَةً مِنْ مُتَوَفَّى رَسُوْلِ اللهِ ص. البداية و النهاية 6: 706
Peperangan ini merupakan sebesar-besar pertolongan atas kemenangan Islam dan kaum muslimin. Dengan peperangan ini kaum muslimin disegani di setiap qabilah ‘Arab, dan orang-orang kafir di setiap qabilah menjadi hina dina. Akhirnya Abu Bakar kembali ke Madinah dengan selamat dan membawa kemenangan dan harta rampasan perang.
Pada malam harinya mulai berdatangan ke Madinah zakat yang diserahkan oleh ‘Adiy bin Hatim, Shafwan, dan Az-Zibriqan. Utusan pertama datang di awwal malam, kedua di tengah malam dan yang ketiga di akhir malam. Dan berita gembira ini dibawa oleh pimpinan posko keamanan yang berada di perbatasan. Orang yang membawa berita kedatangan Shafwan adalah Sa’ad bin Abi Waqqash, dan orang yang membawa berita kedatangan Az-Zibriqan adalah ‘Abdur Rahman bin ‘auf, dan orang yang memberitakan kedatangan ‘Adiy bin Hatim adalah ‘Abdullah bin Mas’ud (ada yang mengatakan Abu Qatadah Al-Anshariy). Peristiwa ini terjadi tepatnya enam puluh malam setelah wafatnya Rasulullah SAW. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 706]
Kembalinya pasukan Usamah.
Beberapa hari kemudian, pasukan Usamah bin Zaid kembali ke Madinah, ia langsung ditunjuk oleh Abu Bakar untuk menggantikannya sebagai amir di kota Madinah. Kemudain beliau memerintahkan agar pasukan muslimin mempersiapkan pasukan kuda mereka.
ثُمَّ رَكِبَ اَبُو بَكْرٍ فِي الَّذِيْنَ كَانُوْا مَعَهُ فِي اْلوَقْعَةِ اْلمُتَقَدّمَةِ اِلىَ ذِي اْلقَصَّةِ، فَقَالَ لَهُ اْلمُسْلِمُوْنَ: لَوْ رَجَعْتَ اِلىَ اْلمَدِيْنَةِ وَ اَرْسَلْتَ رَجُلاً، فَقَالَ: وَ اللهِ لاَ اَفْعَلُ وَ َلاُوَاسِيَنَّكُمْ بِنَفْسِي، فَخَرَجَ فِي تَعْبِئَتِهِ اِلىَ ذِيْ حُسَىْ وَ ذِي اْلقَصَّةِ، وَ النُّعْمَانُ وَ عَبْدُ اللهِ وَ سُوَيْدٌ بَنُوْ مُقَرّنٍ عَلَى مَا كَانُوْا عَلَيْهِ، حَتَّى نَزَلَ عَلَى اَهْلِ الرَّبَذَةِ بِاْلاَبْرَقِ وَ هُنَاكَ جَمَاعةٌ مِنْ بَنِي عَبْسٍ وَ ذُبْيَانَ وَ طَائِفَةٌ مِنْ بَنِي كِنَانَةَ، فَاقْتَتَلُوْا فَهَزَمَ اللهُ اْلحَارِثَ وَ عَوْفًا وَ اَخَذَ اْلحَطِيْئَةَ اَسِيْرًا فَطَارَتْ بَنُو عَبْسٍ وَ بَنُو بَكْرٍ، وَ اَقَامَ اَبُو بَكْرٍ عَلَى اْلاَبْرَقِ اَيَّامًا وَ قَدْ غَلَبَ بَنِي ذُبْيَانَ عَلَى اْلبِلاَدَ، وَ قَالَ: حَرَامٌ عَلَى بَنِي ذُبْيَانَ اَنْ يَتَمَلَّكُوْا هذِهِ اْلبِلاَدَ، اِذْ غَنَمَنَاهَا اللهُ وَ حَمِىَ اْلاَبْرَقَ بِخُيُوْلِ اْلمُسْلِمِيْنَ، وَ اَرْعَى سَائِرَ بِلاَدِ الرَّبَذَةِ. وَ لَمَّا فَرَّتْ عَبْسٌ وَ ذُبْيَانُ صَارُوْا اِلىَ مُؤَازَرَةِ طُلَيْحَةَ وَهُوَ نَازِلٌ عَلَى بَزَاخَةَ. البداية و النهاية 6: 706
Kemudian Abu Bakar keluar membawa pasukan yang sebelumnya ikut bertempur bersamanya di Dzil Qashshah. Kemudian kaum muslimin menyarankan agar beliau tidak usah berangkat. Mereka berkata, “Sebaiknya engkau kembali ke Madinah, cukup engkau mengirimkan seseorang untuk memimpin pasukan”. Namun Abu Bakar berkata, “Demi Allah, aku tidak akan kembali karena aku akan membantu kalian dengan diriku”.
Setelah itu beliau segera keluar membawa pasukannya ke Dzil Husay dan Dzil Qashshah, sedangkan An-Nu’man, ‘Abdullah dan Suwaid putra –putra Muqarrin tetap dalam formasi semula hingga mereka sampai di perkampungan Rabadzah di Abraq, di sana mereka bertemu dengan sekelompok orang dari bani ‘Abs dan Dzubyaan serta Bani Kinanah. Maka terjadilah pertempuran, dan Allah memberikan kekalahan kepada Al-Harits dan ‘Auf, sedangkan Al-Hathi’ah menjadi tawanan. Akhirnya bani ‘Abs dan Dzubyaan lari tunggang-langgang . Abu Bakar berhasil menguasai Al-Abraq dan tinggal di sana beberapa hari, sedangkan Bani Dzubyaan menelan kekalahan di seluruh pelosok negeri.
Abu Bakar berkata, “Haram bani Dzubyaan tinggal di tempat mereka, karena Allah menjadikan negeri mereka rampasan perang untuk kami”.
Kemudian Abu Bakar menjadikan Al-Abraq sebagai wilayah untuk penggembalaan kuda kaum muslimin, dan menjadikan seluruh tanah Rabadzah sebagai tempat penggembalaan.
Setelah bani ‘Abs dan Dzubyaan melarikan diri, lalu mereka bergabung dengan Thulaihah yang berdiam di Bazakhah. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 706]
Abu Bakar Ash-Shiddiq berangkat ke Dzul Khashshah dan melantik 11 pimpinan pasukan.
Setelah pasukan Usamah beristirahat, Abu Bakar Ash-Shiddiq berangkat dengan pedang terhunus membawa pasukan Islam dari Madinah menuju Dzul Qashshah, yang berjarak satu marhalah dari Madinah. Sementara ‘Ali bin Abu Thalib RA memegang kendali kendaraan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Para shahabat termasuk ‘Ali dan lainnya berusaha membujuk Abu Bakar untuk kembali ke Madinah dan supaya menugaskan shahabat yang lain yang gagah berani untuk memimpin pasukan memerangi orang-orang ‘Arab di pegunungan. Akhirnya Abu Bakar memenuhi permintaan mereka, dan melantik sebelas pemimpin pasukan.
Daruquthni meriwayatkan sebagai berikut :
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: لَمَّا بَرَزَ اَبُوْ بَكْرٍ اِلىَ اْلقَصَّةِ وَ اسْتَوَى عَلَى رَاحِلَتِهِ، اَخَذَ عَلِيُّ بْنُ اَبِى طَالِبٍ بِزِمَامِهَا وَ قَالَ: اِلىَ اَيْنَ يَا خَلِيْفَةَ رَسُوْلِ اللهِ؟ اَقُوْلُ لَكَ مَا قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص يَوْ مَ اُحُدٍ. لِمَ سَيْفُكَ وَ لاَ تُفَجّعْنَا بِنَفْسِكَ، وَ ارْجِعْ اِلىَ اْلمَدِيْنَةِ. فَوَ اللهِ َلاِنْ فَجَعْنَا بِكَ لاَ يَكُوْنُ ِلـْلاِسْلاَمِ نِظَامٌ اَبَدًا. فَرَجَعَ. البداية و النهاية 6: 707
Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata : Ketika Abu Bakar keluar ke Dzul Qashshah, beliau berada di atas untanya, ‘Ali bin Abu Thalib memegang kendalinya dan berkata, “Akan kemana wahai Khalifah Rasulullah ? Aku bertanya kepadamu sebagaimana Rasulullah SAW bertanya pada perang Uhud. “Untuk apa pedangmu, dan janganlah menyusahkan kami sebab dirimu”. Kembalilah ke Madinah. Demi Allah, sungguh jika kami susah sebab dirimu tidak akan ada keteraturan untuk Islam ini selamanya”. Akhirnya Abu Bakar pun mau kembali (ke Madinah). [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 707]
As-Saajiy juga meriwayatkan sebagai berikut :
Dari ‘Aisyah, ia berkata : Ayahku (Abu Bakar) keluar dengan pedang terhunus, naik unta ke lembah Qashshah. Lalu ‘Ali bin Abu Thalib datang, kemudian memegang kendali unta Abu Bakar dan bertanya, “Akan ke mana wahai Khalifah Rasulullah ?. Aku bertanya kepadamu sebagaimana Rasulullah bertanya pada perang Uhud. “Untuk apa pedangmu, dan janganlah menyusahkan kami sebab dirimu”. Demi Allah, sungguh jika kami kena mushibah sebab dirimu, maka tidak akan ada sepeninggalmu untuk Islam ini keteraturan selamanya”. Akhirnya Abu Bakar mau kembali, dan beliau mengirimkan pasukan. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 707]
Diriwayatkan dari Qasim bin Muhammad, ia berkata :
لَمَّا اسْتَرَاحَ اُسَامَةُ وَ جُنْدُهُ، وَ قَدْ جَاءَتْ صَدَقَاتٌ كَثِيْرَةٌ تَفْضُلُ عَنْهُمْ، قَطَعَ اَبُوْ بَكْرٍ اْلبُعُوْثَ، وَ عَقَدَ اْلاَلْوِيَةَ: فَعَقَدَ اَحَدَ عَشَرَ لِوَاءً، عَقَدَ لِخَالِدِ بْنِ اْلوَلِيْدِ وَ اَمَّرَهَ بِطُلَيْحَةَ بْنِ خُوَيْلِدٍ، فَاِذَا فَرَغَ سَارَ اِلىَ مَالِكِ بْنِ نُوَيْرَةَ بِاْلبُطَاحِ اِنْ اَقَامَ لَهُ. وَ لِعِكْرِمَةَ بْنِ اَبِي جَهْلٍ، وَ اَمَّرَهُ بِمُسَيْلِمَةَ.
وَ بَعَثَ شُرَحْبِيْلَ بْنَ حَسَنَةَ فِي اَثَرَةٍ اِلىَ مُسَيْلِمَةَ اْلكَذَّابِ، ثُمَّ اِلىَ بَنِي قُضَاعَةَ. وَ لِلْمُهَاجِرِ بْنِ اَبِي اُمَيَّةَ، وَ اَمَّرَهُ بِجُنُوْدِ اْلعَنْسِيّ وَ مَعُوْنَةَ اْلاَبْنَاءِ عَلَى قَيْسِ بْنِ مَكْشُوْحٍ. وَ ذلِكَ ِلاَنَّهُ كَانَ قَدْ نَزَعَ يَدَهُ مِنَ الطَّاعَةِ.
وَ لِخَالِدِ بْنِ سَعِيْدِ بْنِ اْلعَاصِ اِلىَ مَشَارِفِ الشَّامِ.
وَ لِعَمْرِو بْنِ اْلعَاصِ اِلىَ جُمَّاعِ قُضَاعَةَ وَ وَدِيْعَةَ وَ اْلحَارِثِ.
وَ لِحُذَيْفَةَ بْنِ مِحْصَنِ اْلغَطَفَانِيّ وَ اَمَّرَهُ بِاَهْلِ دَبَا وَ بِعَرْفَجَةَ وَ هَرْثَمَةَ وَ غَيْرِ ذلِكَ. لِطَرَفَةَ بْنِ حَاجِبٍ وَ اَمَّرَهُ بِبَنِي سُلَيْمٍ وَ مَنْ مَعَهُمْ مِنْ هَوَازِنَ.
وَ لِسُوَيْدِ بْنِ مُقَرّنٍ، وَ اَمَّرَهُ بِتِهَامَةَ اْليَمَنِ.
وَ ِللْعَلاَءِ بْنِ اْلحَضْرَمِيّ، وَ اَمَّرَهُ بِاْلبَحْرَيْنِ. البداية و النهاية 6: 707
Setelah Usamah dan pasukannya beristirahat dan datang harta zakat yang banyak dan melimpah dari mereka, lalu Abu Bakar memutuskan untuk mengirimkan pasukan-pasukannya, dan beliau menyerahkan sebelas panji kepada para pemimpin pasukan. Beliau memberikan panji kepada :
1. Khalid bin Walid, ia bertugas menumpas Thulaihah bin Khuwailid. Apabila selesai, dilanjutkan menumpas Malik bin Nuwairah di Buthah, jika mereka mengadakan perlawanan.
2. ‘Ikrimah bin Abu Jahl, ditugaskan menumpas Musailimah.
3. Syurahbil bin Hasanah, ia ditugaskan mengikuti ‘Ikrimah menuju Musailimah Al-Kadzdzaab, kemudian ke Bani Qudla’ah.
4. Muhajir bin Abu Umayyah, ia diperintahkan menumpas pasukan Al-‘Ansiy dan sebagai bantuan para putra raja Yaman untuk menundukkan Qais bin Maksyuh, karena ia telah melepaskan diri dari ketha’atan terhadap pemerintahan kaum muslimin.
5. Khalid bin Sa’id bin Al-‘Ash, diperintahkan berangkat menuju perbatasan kota Syam.
6. ‘Amr bin Al-‘Ash, ditugaskan ke tempat bergabungnya Qudla’ah, Wadi’ah dan Harits.
7. Hudzaifah bin Mihshan Al-Ghathafaniy diperintahkan menumpas penduduk Daba.
8. ‘Arfajah bin Hartsamah diperintahkan berangkat ke Mahrah.
9. Tharafah bin Hajib diperintahkan menuju Bani Sulaim dan suku Hawazin.
10. Suwaid bin Muqarrin diperintahkan menuju Tihamah Yaman.
11. Al-‘Alaa’ bin Al-Hadlramiy diperintahkan menuju Bahrain.
[Al-Bidayah wan Nihaayah juz 6, hal. 707]
Perjalanan Khalid bin Walid RA dari Dzul Qashshah untuk memerangi kaum murtad.
رَوَى اْلاِمَامُ اَحْمَدَ مِنْ طَرِيْقِ وَحْشِيّ بْنِ حَرْبٍ، اَنَّ اَبَا بَكْرِ الصّدّيْقِ لَمَّا عَقَدَ لِخَالِدِ بْنِ اْلوَلِيْدِ عَلَى قِتَالِ اَهْلِ الرّدَّةِ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: نَعَمْ عَبْدُ اللهِ وَ اَخُو العَشِيْرَةِ، خَالِدُ بْنُ اْلوَلِيْدِ، سَيْفٌ مِنْ سُيُوْفِ اللهِ سَلَهُ اللهُ عَلَى اْلكُفَّارِ وَ اْلمُنَافِقِيْنَ، وَ لَمَّا تَوَجَّهَ خَالِدٌ مِنْ ذِي اْلقَصَّةِ وَ فَارَقَهُ الصّدّيْقِ، وَ اَعَدَهُ اَنَّهُ سَيَلْقَاهُ مِنْ نَاحِيَةِ خَيْبَرَ بِمَنْ مَعَهُ مِنَ اْلاُمَرَاءِ – وَ اَظْهَرُوْا ذلِكَ لِيُرَعّبُوا اْلاَعْرَابَ وَ اَمَرَهُ اَنْ يَذْهَبَ اَوَّلاً اِلىَ طُلَيْحَةَ اْلاَسَدِيّ، ثُمَّ يَذْهَبَ بَعْدَهُ اِلىَ بَنِيْ تَمِيْمٍ، وَ كَانَ طُلَيْحَةَ بْنُ خُوَيْلِدٍ فِيْ قَوْمِهِ بَنِيْ اَسَدٍ، وَ فِيْ غَطَفَانَ، وَ انْضَمَّ اِلَيْهِمْ بَنُوْ عَبْسٍ وَ ذُبْيَانَ، وَ بَعَثَ اِلىَ بَنِيْ جَدِيْلَةَ وَ اْلغَوْثِ وَ طَيّءٍ يَسْتَدْعِيْهِمْ اِلَيْهِ، فَبَعَثُوْا اَقْوَامًا مِنْهُمْ بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ، لِيَلْحَقُوْهُمْ عَلَى اَثَرِهِمْ سَرِيْعًا، وَ كَانَ الصّدّيْقُ، قَدْ بَعَثَ عَدِيَّ بْنَ حَاتِمٍ قَبْلَ خَالِدِ بْنِ اْلوَلِيْدِ، وَ قَالَ لَهُ: اَدْرِكْ قَوْمَكَ لاَ يَلْحَقُوْا بِطُلَيْحَةَ فَيَكُوْنَ دِمَارَهُمْ، فَذَهَبَ عَدِيٌّ الىَ قَوْمِهِ بَنِيْ طَيّءٍ فَاَمَرَهُمْ اَنْ يُبَايِعُوا الصّدّيْقَ، وَ اَنْ يُرَاجِعُوْا اَمْرَ اللهِ، فَقَالُوْا: لاَ نُبَايِعُ اَبَا اْلفَصْلِ اَبَدًا. يَعْنُوْنَ اَبَا بَكْرٍ رض. فَقَالَ: وَ اللهِ لَيَأْتِيَنَّكُمْ جَيْشٌ فَلاَ يَزَالُوْنَ يُقَاتِلُوْنَكُمْ حَتَّى تَعْلَمُوْا اَنَّهُ اَبُو اْلفَحْلِ اْلاَكْبَرِ، وَلَمْ يَزَلْ عَدِيٌّ يَفْتِلُ لَهُمْ فِي الذّرْوَةِ وَ اْلغَارِبِ حَتَّى لاَنُوْا، وَ جَاءَ خَالِدٌ فِي اْلجُنُوْدِ وَ عَلَى مُقَدّمَةِ اْلاَنْصَارِ الَّذِيْنَ مَعَهُ ثَابِتُ بْنُ قَيْسِ بْنِ شَمَّاسٍ، وَ بَعَثَ بَيْنَ يَدَيْهِ ثَابِتَ بْنَ اَقْرَمَ، وَ عُكَّاشَةَ بْنَ مِحْصَنٍ طَلِيْعَةً، فَتَلْقَاهُمَا طُلَيْحَةُ وَ اَخُوْهُ سَلَمَةُ فِيْمَنْ مَعَهُمَا، فَلَمَّا وَجَدَا ثَابِتًا وَ عُكَّاشَةَ تَبَارَزُوْا فَقَتَلَ عُكَّاشَةَ حبَالُ بْنُ طُلَيْحَةَ، وَ قِيْلَ: بَلْ كَانَ قَتَلَ حِبَالاً قَبْلَ ذلِكَ وَ اَخَذَ مَا مَعَهُ، وَ حَمَلَ عَلَيْهِ طُلَيْحَةُ فَقَتَلَهُ وَ قَتَلَ هُوَ وَ اَخُوْهُ سَلَمَةُ، ثَابتَ بْنَ اَقْرَمَ، وَجَاءَ خَالِدٌ بِمَنْ مَعَهُ فَوَجَدُوْهُمَا صَرِيْعَيْنِ، فَشَقَّ ذلِكَ عَلَى اْلمُسْلِمِيْنَ. البداية و النهاية 6: 709.
وَ قَدْ قَالَ طُلَيْحَةُ فِي ذلِكَ: عَشِيَّةَ غَادَرْتَ ابْنَ اَقْرَمَ ثَاوِيًا. وَ عُكَاشَةَ اْلعَمِيّ تَحْتَ مَجَالِ اَقَمْتَ لَهُ صَدْرِ اْلحَمَالَةِ اِنَّهَا مُعَوَّدَةً قَبْلَ اْلكَمَاةِ نِزَالِ، فَيَوْمَ تَرَاهَا فِي اْلجَلاَلِ مَصُوْنَةً وَ يَوْمَ تَرَاهَا فِي ظِلاَلِ عَوَالِي وَ اِنْ يَكُ اَوْلاَدِ اَصِبْنَ وَ نُسْوَةً فَلَمْ يَذْهَبُوْا فَرْغًا بِقَتْلِ حِبَالَ
وَ مَالَ خَالِدٌ اِلىَ بَنِيْ طَيّءٍ، فَخَرَجَ اِلَيْهِ عَدِيُّ بْنُ حَاتِمٍ فَقَالَ: اَنْظِرْنِي ثَلاَثَةَ اَيَّامٍ، فَاِنَّهُمْ قَدِ اسْتَنْظَرُوْنِي حَتَّى يَبْعَثُوْا اِلىَ مَنْ تَعَجَّلَ مِنْهُمْ اِلىَ طُلَيْحَةَ حَتىَّ يَرْجِعُوْا اِلَيْهِمْ، فَاِنَّهُمْ يَخْشَوْنَ اِنْ تَابَعُوْكَ.
اَنْ يَقْتَلَ طُلَيْحَةُ مَنْ سَارَ اِلَيْهِ مِنْهُمْ، وَ هذَا اَحَبُّ اِلَيْكَ مِنْ اَنْ يُعَجّلَهُمْ اِلىَ النَّارِ، فَلَمَّا كَانَ بَعْدَ ثَلاَثٍ جَاءَهَ عَدِيٌّ فِي خَمْسِمِائَةِ مُقَاتِلٍ مِمَّنْ رَاجَعَ اْلحَقَّ، فَانْضَافُوْا اِلىَ جَيْشِ خَالِدٍ، وَ قَصَدَ خَالِدٌ بَنِيْ جَدِيْلَةَ، فَقَالَ لَهُ: ياَ خَالِدُ، اَجّلْنِيْ اَيَّامًا حَتَّى اتِيَهُمْ فَلَعَلَّ اللهَ اَنْ يُنْقِذَهُمْ كَماَ اَنْقَذَ طَيّئًا، فَاَتَاهُمْ عَدِيٌّ فَلَمْ يَزَلْ بِهِمْ حَتَّى تَابَعُوْهُ، فَجَاءَ خَالِدًا بِاِسْلاَمِهِمْ، وَ لَحِقَ بِالْمُسْلِمِيْنَ مِنْهُمْ اَلْفُ رَاكِبٍ، فَكَانَ عَدِيٌّ خَيْرَ مَوْلُوْدٍ وَ اَعْظَمَهُ بَرَكَةً عَلَى قَوْمِهِ، رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ، البداية و النهاية 6: 709
Imam Ahmad meriwayatkan dari jalan Wahsyi bin Harb, bahwa ketika Abu Bakar Ash-Shiddiq melantik Khalid bin Walid sebagai panglima perang untuk menumpas orang-orang murtad, ia berkata, “Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik hamba Allah adalah Khalid bin Walid, ia laksana pedang dari pedang-pedang Allah yang terhunus atas orang-orang kafir dan orang munafiq. [HR. Ahmad juz 1, hal. 29, no. 43]
Ketika Khalid berangkat dari Dzul Qashshah dan berpisah dari Abu Bakar Ash-Shiddiq, Abu Bakar berjanji akan bertemu dengannya di dekat Khaibar beserta seluruh pemimpin pasukan, langkah demikian untuk menunjukkan kekuatan agar orang-orang ‘Arab di pegunungan merasa takut. Abu Bakar memerintahkan agar terlebih dahulu Khalid menumpas Thulaihah Al-Asadiy, setelah itu baru ke Bani Tamim. Ketika itu Thulaihah bin Khuwailid Al-Asadiy berada diantara kaumnya di perkampungan Bani Asad, di Ghathafan, yang turut pula bergabung dengan mereka Bani ‘Abs dan Dzubyan.
(Thulaihah) mengirim utusan kepada Bani Jadilah dan Ghauts dari suku Thayyi’ agar bergabung bersama mereka. Lalu mereka segera mengirimkan pasukan untuk menyusul dan bergabung dengan pasukan Thulaihah.
Dalam kitab Al-Bidaayah wan Nihaayah disebutkan sebagai berikut :
Abu Bakar Ash-Shiddiq telah mengirim ‘Adiy bin Hatim sebelum Khalid bin Walid, dan berpesan kepadanya, “Temuilah kaummu, jangan sampai mereka bergabung dengan Thulaihah yang menyebabkan mereka menjadi binasa. Dan ‘Adiy sudah berangkat menuju kaumnya suku Thayyi’ dan memerintahkan mereka untuk berbai’at kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq dan agar kembali kepada agama Allah. Namun mereka menjawab, “Kami tidak akan membai’at Abul Fashl selama-lamanya, yaitu Abu Bakar RA”. (Abul Fashl, artinya Bapak anak unta. Mereka menganggap Abu Bakar orang yang lemah, tidak punya kekuatan seperti anak unta). ‘Adiy berkata, “Demi Allah, bala tentaranya akan datang menyerang kalian dan akan memerangi kalian hingga kalian mengetahui bahwa beliau benar-benar Abul Fahl (bapak unta jantan) yang paling besar”. ‘Adiy terus menerus membujuk mereka dan menakut-nakuti mereka sehingga akhirnya mereka berubah menjadi lunak dan mau menerimanya.
Setelah Khalid dan tentaranya datang, dan diantara tokoh Anshar yang ikut saat itu adalah Tsabit bin Qais bin Syammaas, dan Khalid lebih dahulu mengirim Tsabit bin Aqram dan ‘Ukkasyah bin Mihshan sebagai mata-mata kepada Thulaihah, maka keduanya bertemu dengan Thulaihah dan saudaranya yaitu Salamah bersama orang-orang yang menyertainya. Setelah Thulaihah dan Salamah bertemu dengan Tsabit dan ‘Ukkasyah, lalu mereka perang tanding, lalu Hibal bin Thulaihah membunuh ‘Ukkasyah. Ada yang mengatakan, “Bahkan peristiwanya : ‘Ukkasyah yang berhasil membunuh Hibal dan mengambil apa yang ada padanya. Baru kemudian datanglah Thulaihah dan langsung membunuh ‘Ukkasyah, lalu Thulaihah dan Salamah membunuh Tsabit bin Aqram.
Kemudian Khalid datang dengan pasukannya dan melihat kedua shahabat itu telah gugur, dan kesedihan menimpa kaum muslimin. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 709]
Kemudian Khalid segera berangkat ke Bani Thayyi’, lalu beliau disambut oleh ‘Adiy bin Hatim. Kemudian ‘Adiy bin Hatim berkata, “Berilah aku waktu tiga hari, sebab mereka minta waktu dariku tiga hari agar mereka dapat mengirim utusan kepada Thulaihah dan menunggu hingga utusan tersebut kembali. Mereka takut jika mengikutimu sekarang maka utusan mereka kepada Thulaihah akan dibunuhnya. Dan ini tentu lebih baik daripada engkau menyegerakan mereka masuk neraka (dengan memerangi mereka dalam keadaan murtad)”.
Setelah berlalu tiga hari ‘Adiy bin Hatim datang kepada Khalid dengan membawa 500 pasukan yang terdiri dari suku Thayyi’ yang kembali kepada kebenaran, maka dengan itu jumlah pasukan Khalid kian bertambah.
Selanjutnya Khalid bermaksud menuju Bani Jadilah, maka ‘Adiy berkata padanya, “Hai Khalid, beri tangguhlah aku beberapa hari hingga aku mendatangi mereka, semoga Allah menyelamatkan mereka sebagaimana Dia menyelamatkan Thayyi’”.
Kemudian ‘Adiy bin Hatim mendatangi mereka dan membujuk mereka hingga akhirnya mereka mau mengikutinya. Kemudian ‘Adiy membawa mereka datang kepada Khalid dengan keislaman mereka. Dan mereka itu ada seribu penunggang kuda yang memperkuat pasukan muslim. Dengan demikian ‘Adiy bin Hatim adalah orang yang paling baik dan yang paling membawa berkah bagi kaumnya, semoga Allah meridlai mereka. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 709]
Peperangan Buzakhah dan penyerangan ke Bani Asad.
Ibnu Katisr menyebutkan dalam kitab Al-Bidaayah wan Nihaayah sebagai berikut :
ثُمَّ سَارَ خَالِدٌ حَتَّى نَزَلَ بِاَجَأٍ وَ سَلْمَى، وَعَبَّى جَيْشَهُ هُنَالِكَ وَ اْلتَقَى مَعَ طُلَيْحَةَ اْلاَسَدِيّ بِمَكَانٍ يُقَالُ لَهُ: بَزَاخَةُ، وَ وَقَفَتْ اَحْيَاءٌ كَثِيْرَةٌ مِنَ اْلاَعْرَابِ يَنْظُرُوْنَ عَلَى مَنْ تَكُوْنُ الدَّائِرَةُ، وَ جَاءَ طُلَيْحَةُ فِيْمَنْ مَعَهُ مِنْ قَوْمِهِ وَ مَنْ اِلْتَفَّ مَعَهُمْ وَ انْضَافَ اِلَيْهِمْ، وَ قَدْ حَضَرَ مَعَهُ عُيَيْنَةُ بْنُ حِصْنٍ فِي سَبْعِمِائَةٍ مِنْ قَوْمِهِ بَنِي فَزَارَةَ، وَ اصْطَفَّ النَّاسُ، وَ جَلَسَ طُلَيْحَةُ مُلْتَفًّا فِي كِسَاءٍ لَهُ يَتنَبَّأُ لَهُمْ يَنْظُرُ مَا يُوْحَى اِلَيْهِ فِيْمَا يَزْعُمُ، وَ جَعَلَ عُيَيْنَةُ يُقَاتِلُ مَا يُقَاتِلُ، حَتَّى اِذَا ضَجَرَ مِنَ اْلقِتَالِ يَجِيْءُ اِلىَ طُلَيْحَةَ وَ هُوَ مُلْتَفٌّ فِي كِسَائِهِ فَيَقُوْلُ: اَجَاءَكَ جِبْرِيْلُ؟ فَيَقُوْلُ: لاَ، فَيَرْجِعُ فَيُقَاتِلُ، ثُمَّ يَرْجِعُ فَيَقُوْلُ لَهُ مِثْلَ ذلِكَ، وَ يَرُدُّ عَلَيْهِ مِثْلَ ذلِكَ، فَلَمَّا كَانَ فِي الثَّالِثَةِ قَالَ لَهُ: هَلْ جَاءَكَ جِبْرِيْلُ؟ قَالَ: نَعَمْ، قَالَ: فَمَا قَالَ لَكَ؟ قَالَ: قَالَ لِي: اِنَّ لَكَ رَحَاءً كَرَحَاهُ وَ حَدِيْثًا لاَ تَنْسَاهُ، قَالَ يَقُوْلُ عُيَيْنَةُ اَظُنُّ اَنْ قَدْ عَلِمَ اللهُ سَيَكُوْنُ لَكَ حَدِيْثٌ لاَ تَنْسَاهُ، ثُمَّ قَالَ: يَا بَنِي فَزَارَةَ اِنْصَرَفُوْا، وَ انْهَزَمَ وَ انْهَزَمَ النَّاسُ عَنْ طُلَيْحَةَ، فَلَمَّا جَاءَهُ اْلمُسْلِمُوْنَ رَكِبَ عَلَى فَرَسٍ كَانَ قَدْ اَعَدَّهَا لَهُ، وَ اَرْكَبَ امْرَأَتَهُ النَّوَّارَ عَلَى بَعِيْرٍ لَهُ، ثُمَّ انْهَزَمَ بِهَا اِلىَ الشَّامِ وَ تَفَرَّقَ جَمْعُهُ، وَ قَدْ قَتَلَ اللهُ طَائِفَةً مِمَّنْ كَانَ مَعَهُ،
فَلَمَّا اَوْقَعَ اللهُ بِطُلَيْحَةَ وَ فَزَارَةَ مَا اَوْقَعَ، قَالَتْ بَنُوْ عَامِرٍ وَ سُلَيْمٍ وَ هَوَازنُ: نَدْخُلُ فِيْمَا خَرَجْنَا مِنْهُ، وَ نُؤْمِنُ بِاللهِ وَ رَسُوْلِهِ، وَ نُسَلّمُ لِحُكْمِهِ فِي اَمْوَالِنَا وَ اَنْفُسِنَا قُلْتُ:
وَ قَدْ كَانَ طُلَيْحَةُ اْلاَسَدِيّ اِرْتَدَّ فِي حَيَاةِ النَّبِيّ ص، فَلَمَّا مَاتَ رَسُوْلُ اللهِ ص قَامَ بِمُؤَازَرَتِهِ عُيَيْنَةَ بْنِ حِصْنٍ مِنْ بَدْرٍ، وَ ارْتَدَّ عَنِ اْلاِسْلاَمِ، وَ قَالَ لِقَوْمِهِ: وَ اللهِ لَنَبِيٌّ مِنْ بَنِي اَسَدٍ اَحَبُّ اِلَيَّ مِنْ نَبِي هَاشِمٍ، وَ قَدْ مَاتَ مُحَمَّدٌ وَ هذَا طُلَيْحَةُ فَاتَّبَعُوْهُ، فَوَافَقَ قَوْمُهُ بَنُوْ فَزَارَةَ عَلَى ذلِكَ، فَلَمَّا كَسَرَهُمَا خَالِدٌ هَرَبَ طُلَيْحَةُ بِامْرَأَتِهِ اِلَى الشَّامِ، فَنَزَلَ عَلَى بَنِي كَلْبٍ، وَ اَسَرَ خَالِدٌ عُيَيْنَةَ بْنَ حِصْنٍ، وَ بَعَثَ بِهِ اِلَى الْمَدِيْنَةِ مَجْمُوْعَةً يَدَاهُ اِلَى عُنُقِهِ، فَدَخَلَ الْمَدِيْنَةَ وَ هُوَ كَذلِكَ فَجَعَلَ اْلوِلْدَانُ وَ اْلغِلْمَانُ يَطْعَنُوْنَهُ بَاَيْدِيْهِمْ، وَ يَقُوْلُوْنَ: اَيْ عَدُوَّ اللهِ، اِرْتَدَدْتَ عَنِ اْلاِسْلاَمِ ؟ فَيَقُوْلُ: وَ اللهِ مَا كُنْتُ امَنْتُ قَطُّ، فَلَمَّا وَقَفَ بَيْنَ يَدَيِ الصّدّيْقِ اِسْتَتَابَهَ وَ حَقَنَ دَمَهُ، ثُمَّ حَسُنَ اِسْلاَمَهُ بَعْدَ ذلِكَ، وَ كذلِكَ مَنَّ عَلَى قُرَّةِ بْنِ هُبَيْرَةَ، وَ كَانَ اَحَدَ اْلاُ مَرَاءِ مَعَ طُلَيْحَةَ، فَاَسَرَّهُ مَعَ عُيَيْنَةَ،
وَ اَمَّا طُلَيْحَةُ فَاِنَّهُ رَاجِعُ اْلاِسْلاَمِ بَعْدَ ذلِكَ اَيْضًا، وَ ذَهَبَ اِلىَ مَكَّةَ مُعْتَمِرًا اَيَّامَ الصّدّيْقِ، وَ اسَتَحْيَى اَنْ يُّوَاجِهَهُ مُدَّةَ حَيَاتِهِ، وَ قَدْ رَجَعَ فَشَهِدَ اْلقِتَالَ مَعَ خَالِدٍ، وَ كَتَبَ الصّدّيْقُ اِلَى خَالِدٍ: اَنِ اسْتَشِرْهُ فِي اْلحَرْبِ وَ لاَ تُؤَمّرُهُ يَعْنِي مُعَامَلَتَهُ لَهُ بِنَقِيْضِ مَا كَانَ قَصْدُهُ مِنَ الرّيَاسَةِ فِي اْلبَاطِنِ. وَ هذَا مِنْ فِقْهِ الصّدّيْقِ رض وَ اَرْضَاهُ، وَ قَدْ قَالَ خَالِدُ بْنُ اْلوَلِيْدِ لِبَعْضِ اَصْحَابِ طُلَيْحَةَ مِمَّنْ اَسْلَمَ وَ حَسُنَ اِسْلاَمُهُ: اَخْبِرْنَا عَمَّا كَانَ يَقُوْلُ لَكُمْ طُلَيْحَةُ مِنَ اْلوَحْيِ، فَقَالَ: اِنَّهُ كَانَ يَقُوْلُ: اَلْحَمَامُ وَ اْليَمَامُ
وَ الصُّرَدُ وَ الصَّوَامُ،
قَدْ صُمْنَ قَبْلَكُمْ بِاَعْوَامِ
لَيَبْلُغَنَّ مَلَكُنَا اْلعِرَاقَ وَالشَّامَ، البداية و النهاية 6: 711
Kemudian Khalid berjalan menuju gunung Ajaa’ dan Salma. Di sana beliau menyiapkan tentara, dan ternyata mereka bertemu dengan Thulaihah Al-Asadiy di suatu tempat yang bernama Buzakhah.
Ketika itu orang-orang ‘Arab gunung menyaksikan pertempuran hebat antara kedua pasukan tersebut sambil menunggu-nunggu siapa akhirnya yang akan kalah. Thulaihah datang membawa kaumnya dan orang-orang yang bergabung dengan tentaranya, dan ketika itu ‘Uyainah bin Hishnin juga ikut dengan membawa 700 orang dari kaum Bani Fazarah.
Pasukan berbaris, sedangkan Thulaihah duduk berselimut seolah-olah sedang menerima wahyu, (Thulaihah ini termasuk salah seorang yang mengaku menjadi Nabi) menunggu apa yang diwahyukan kepadanya menurut anggapan mereka, sementara ‘Uyainah terus berperang mati-matian. Kemudian setelah ia lelah karena berperang, ‘Uyainah mendatangi Thulaihah yang sedang berselimut, lalu bertanya, “Apakah Jibril telah datang kepadamu ?”. Dia menjawab, “Belum”. Kemudian ‘Uyainah kembali bertempur. Kemudian kembali menemuinya dan bertanya sebagaimana pertanyaan sebelumnya. Tetapi Thulaihah masih menjawab dengan jawaban yang sama. Pada yang ketiga kalinya ‘Uyainah datang lagi dan bertanya, “Apakah Jibril telah datang kepadamu ?”. Thulaihah menjawab, “Ya”. ‘Uyainah bertanya, “Apa yang dikatakannya kepadamu ?”. Thulaihah menjawab, “Dia berkata kepadaku, “Sesunguhnya engkau memiliki penggiling gandum seperti penggilingannya dan akan mengalami peristiwa yang tidak akan engkau lupakan”. ‘Uyainah berkata, “Aku yakin Allah telah mengetahui bahwa kelak akan terjadi atas dirimu peristiwa yang tidak akan engkau lupakan”.
Kemudian dia berkata kepada kaumnya, “Hai Bani Fazarah, kembalilah kalian”. Maka pasukannya berangkat meninggalkan Thulaihah. Oleh karena itu ketika kaum muslimin mendatangi Thulaihah, dia melarikan diri dengan mengendarai kudanya yang telah disiapkannya, sedangkan istrinya yang bernama An-Nawwar naik unta. Kemudian keduanya melarikan diri menuju negeri Syam, sementara pengikutnya lari kocar-kacir, dan Allah telah membinasakan sebagian dari pengikutnya.
Thulaihah Al-Asadiy murtad semasa Rasulullah SAW masih hidup. Ketika Rasulullah SAW wafat, dia dibantu oleh ‘Uyainah bin Hishnin bin Badar, yang juga murtad keluar dari Islam. ‘Uyainah pernah berkata kepada kaumnya, “Demi Allah, Nabi dari Bani Asad lebih aku cintai daripada Nabi dari Bani Hasyim. Muhammad telah mati, maka ikutilah Thulaihah”. Ternyata kaumnya dari Bani Fazarah setuju dan mengikutinya.
Ketika keduanya dikalahkan oleh Khalid, maka Thulaihah lari ke Syam dengan membawa istrinya dan di sana tinggal bersama Bani Kalb. Kemudian Khalid menawan ‘Uyainah bin Hishnin dan mengirimnya ke Madinah dalam keadaan terikat kedua tangannya ke lehernya. Ia dibawa masuk ke Madinah dalam kondisi demikian, lalu anak-anak menusuk-nusuknya dengan tangan mereka sambil berkata, “Hai musuh Allah, kamu telah murtad dari Islam, ya ?”. Ia menjawab, “Demi Allah, dahulu aku sama sekali belum beriman”. Setelah ia dihadapkan kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq, Abu Bakar Ash-Shiddiq menyuruhnya bertaubat, dan beliau mengampuninya. Akhirnya ia pun bertaubat, dan setelah itu baik pula keislamannya.
Dan begitu pula Abu Bakar memperlakukan Qurrah bin Hubairah, salah satu pimpinan pengikut Thulaihah yang tertawan bersama ‘Uyainah.
Adapun Thulaihah, dia pun akhirnya kembali bertaubat dan masuk Islam, dan ia pun berangkat menunaikan ibadah ‘umrah menuju Makkah pada masa kekhalifahan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Dia malu bertatap muka dengan Ash-Shiddiq selama hidupnya. Namun dia sungguh-sungguh bertaubat dan ikut bersama Khalid dalam beberapa pertempuran. Bahkan Abu Bakar pernah menulis surat kepada Khalid, “Ajaklah Thulaihah bermusyawarah dalam siasat perang, tetapi jangan engkau angkat dia menjadi amir pasukan”. Abu bakar menyuruh Khalid agar memperlakukannya dengan baik. Bertolak belakang dengan apa yang telah diperbuatnya dan keinginannya terhadap jabatan dan kedudukan. Dan ini merupakan bukti kecerdasan Abu Bakar RA.
Khalid bin Walid RA pernah bertanya kepada sebagian pengikut Thulaihah yang telah baik keislamannya, “Beritahukanlah kepada kami apa yang diwahyukan kepada Thulaihah”. Maka ia menjawab, “Dia pernah berkata :
اَلْحَمَامُ وَ اْليَمَامُ
وَ الصُّرَدُ وَ الصَّوَامُ
قَدْ صُمْنَ قَبْلَكُمْ بِاَعْوَامِ
لَيَبْلُغَنَّ مُلْكُنَا اْلعِرَاقَ وَ الشَّامَ
merpati dan burung yamam,
burung shuradi dan shawam,
mereka telah berpuasa bertahun-tahun sebelum kalian,
pasti kerajaan kami akan sampai menguasai ‘Iraq dan Syam
[Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 710]
وَكَانَ سَيّدُ اْلاُمَرَاءِ وَ رَأْسُ الشُّجَعَانِ الصَّنَادِيْدِ اَبُوْ سَلَيْمَانَ خَالِدُ بْن اْلوَلِيْدِ.
* وقد كتب أبو بكر الصديق إلى خالد بن الوليد حين جاءه أنه كسر طليحة ومن كان في صفه وقام بنصره فكتب إليه: لنردك ما أنعم الله به خيرا واتق الله في أمرك، فإن الله مع الذين اتقوا والذين هم محسنون، جد في أمرك ولا تلن ولا تظفر بأحد من المشركين قتل من المسلمين إلا نكلت به، ومن أخذت ممن حاد الله أو ضاده ممن بري أن في ذلك
صلاحا فاقتله * فأقام خالد ببزاخة شهرا، يصعد فيها ويصوب ويرجع إليها في طلب الذين وصاه بسلبهم الصديق، فجعل يتردد في طلب هؤلاء شهرا يأخذ بثأر من قتلوا من المسلمين الذين كانوا بين أظهرهم حين ارتدوا، فمنهم من حرقه بالنار، ومنهم من رضخه بالحجارة، ومنهم من رمى به من شواهق الجبال، كل هذا ليعتبر بهم من يسمع بخبرهم من مرتدة العرب، رضي الله عنه * وقال الثوري عن قيس بن مسلم عن طارق بن شهاب قال: لما قدم وفد بزاخة - أسد وغطفان - على أبي بكر يسألونه الصلح، خيرهم أبو بكر بين حرب مجلية حطة مخزية، فقالوا: يا خليفة رسول الله أما الحرب المجلية فقد عرفناها، فما الحطة المخزية ؟ قال: تؤخذ منكم الحلقة والكراع وتتركون أقواما يتبعون أذناب الابل حتى يرى الله خليفة نبيه والمؤمنين أمرا يعذرونكم به، وتؤدون ما أصبتم منا، ولا نؤدي ما أصبنا منكم، وتشهدون أن قتلانا في الجنة وأن قتلاكم في النار، وتدون قتلانا ولا ندي قتلاكم، فقال عمر: أما قولك: تدون قتلانا، فإن قتلانا قتلوا على أمر الله لا ديات لهم، فامتنع عمر وقال عمر في الثاني: نعم ما رأيت * رواه البخاري من حيث الثوري بسنده مختصرا.
وقعة أخرى كان قد اجتمع طائفة كثيرة من الفلال يوم بزاخة من أصحاب طليحة، من بني غطفان فاجتمعوا إلى امرأة يقال لها: أم زمل - سلمى بنت ملك بن (1) حذيفة - وكانت من سيدات العرب، كأمها أم قرفة، وكان يضرب بأمها المثل في الشرف لكثرة أولادها وعزة قبيلتها وبيتها، فلما اجتمعوا إليها ذمرتهم لقتال خالد، فهاجوا لذلك، وناشب إليهم آخرون من بني سليم وطئ وهوازن وأسد، فصاروا جيشا كثيفا وتفحل أمر هذه المرأة، فلما سمع بهم خالد بن الوليد سار إليهم، واقتتلوا قتالا شديدا وهي راكبة على جمل أمها الذي كان يقال له من يمس جملها فله مائة من الابل وذلك لعزها، فهزمهم خالد وعقر جملها وقتلها وبعث بالفتح إلى الصديق رضي الله عنه.
Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar