Translate

Selasa, 05 Juni 2018

Kisah Murtadnya Warga Bahrain Dan Kembalinya Kepada Islam

Di dalam kitab Al-Bidaayah wan Nihaayah disebutkan sebagai berikut :

كَانَ مِنْ خَبْرِهِمْ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص كَانَ قَدْ بَعَثَ الْعَلاَءَ بْنَ الْحَضْرَمِيّ اِلىَ مُلْكِهَا الُمُنْذِرِ بْنِ سَاوَي الْعَبْدِيّ، وَ اَسْلَمَ عَلَى يَدَيْهِ وَ اَقَامَ فِيْهِمُ اْلاِسْلاَمَ وَ الْعَدْلَ، فَلَمَّا تُوُفّيَ رَسُوْلُ اللهِ ص، تُوُفّيَ الْمُنْذِرُ بَعْدَهُ بِقَلِيْلٍ.


Dahulu pada masa Rasulullah SAW, beliau pernah mengutus Al-'Alaa' bin Hadlramiy ke kerajaan Bahrain, yang pada waktu itu rajanya bernama Al-Mundzir bin Saawaa Al-'Abdiy. Kemudian Raja tersebut masuk Islam di hadapan Al-'Alaa' dan raja tersebut menegakkan Islam dan keadilan terhadap rakyatnya. Setelah Rasulullah SAW wafat, tidak lama kemudian Al-Mundzir juga wafat.

وَ كَانَ قَدْ حَضَرَ عِنْدَهُ فِي مَرَضِهِ عَمْرُو بْنُ الْعَاصِ. فَقَالَ لَهُ: يَا عَمْرُو، هَلْ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص يَجْعَلُ لِلْمَرِيْضِ شَيْئًا مِنْ مَالِهِ؟ قَالَ: نَعَمْ، اَلثُّلُثَ. قَالَ: مَاذَا اَصْنَعُ بِهِ؟ قَالَ: اِنْ شِئْتَ تَصَدَّقْتَ بِهِ عَلَى اَقْرِبَائِكَ، وَ اِنْ شِئْتَ عَلَى الْمَحَاوِيْجِ، وَ اِنْ شِئْتَ جَعَلْتَهُ صَدَقَةً مِنْ بَعْدِكَ حَبْسًا مَحْرَمًا. فَقَالَ: اِنّي اَكْرَهُ اَنْ اَجْعَلَهُ كَالْبَحِيْرَةِ وَ السَّائِبَةِ وَ الْوَصِيْلَةِ وَ الْحَامِ، وَ لكِنّي اَتَصَدَّقُ بِهِ. فَفَعَلَ وَ مَاتَ. فَكَانَ عَمْرُو بْنُ الْعَاصِ يَتَعَجَّبُ مِنْهُ. البداية و النهاية 6: 720


Pada waktu sakit, 'Amr bin 'Aash sempat datang menjenguknya. Al-Mundzir berkata kepada 'Amr, "Ya 'Amr, apakah Rasulullah SAW membolehkan seseorang yang sakit berwashiyat dari sebagian hartanya ?". 'Amr menjawab, "Ya, sepertiga dari hartanya". Kemudian Al-Mundzir berkata, "Apa yang sebaiknya aku perbuat dengan sepertiga itu ?". 'Amr menjawab, "Jika engkau mau, boleh engkau sedeqahkan kepada kerabatmu, dan jika engkau mau boleh juga engkau sedeqahkan kepada orang-orang yang membutuhkannya (faqir-miskin), dan jika engkau mau bisa engkau waqafkan". Lalu Al-Mundzir berkata, "Aku tidak suka jika hartaku dijadikan seperti Bahiirah, Saaibah, Washiilah maupun Haam, tetapi aku akan menyedeqahkan hartaku itu". Akhirnya Al-Mundzir melaksanakannya. Dan setelah itu iapun wafat. Dan 'Amr bin 'Aash sangat kagum kepadanya. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 720]

فَلَمَّا مَاتَ الُمُنْذِرُ ارْتَدَّ اَهْلُ الْبَحْرَيْنِ وَ مَلَّكُوْا عَلَيْهِمُ الْغَرُوْرَ، وَ هُوَ الْمُنْذِرُ بْنُ النُّعْمَانِ بْن الْمُنْذِرِ. وَقَالَ قَائِلُهُمْ: لَوْ كَانَ مُحَمَّدٌ نَبِيًّا مَا مَاتَ. وَ لَمْ يَبْقَ بِهَا بَلْدَةٌ عَلَى الثَّبَاتِ سِوَى قَرْيَةٍ يُقَالُ لَهَا جُوَاثَا، كَانَتْ اَوَّلَ قَرْيَةٍ اَقَامَتِ الْجُمُعَةَ مِنْ اَهْلِ الرّدَّةِ، كَمَا ثَبَتَ ذلِكَ فِي الْبُخَارِي عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ.

Namun setelah Al-Mundzir wafat, penduduk Bahrain berubah menjadi murtad dan mereka mengangkat Al-Gharuur, yaitu Al-Mundzir bin Nu'man bin Mundzir menjadi raja mereka. Ada diantara mereka yang berkata, "Seandainya Muhammad itu betul seorang Nabi, pastilah dia tidak akan mati". Dan tidak ada satupun dari daerah yang berada di Bahrain yang penduduknya tetap memegang keislamannya kecuali satu kota saja, yaitu kota Juwaatsaa. Kota inilah yang pertama kali mengadakan shalat Jum'at dari sekian banyak orang-orang  yang murtad, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Ibnu 'Abbas sebagai berikut :

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ اَنَّهُ قَالَ: اِنَّ اَوَّلَ جُمْعَةٍ جُمّعَتْ بَعْدَ جُمْعَةٍ فِى مَسْجِدِ رَسُوْلِ اللهِ ص فِى مَسْجِدِ عَبْدِ الْقَيْسِ بِجُوَاثَى مِنَ الْبَحْرَيْنِ. البخارى 1: 215

Dari 'Ibnu 'Abbas, bahwasanya ia berkata, "Sesungguhnya yang pertama kali diadakan shalat Jum'at setelah di masjidnya Rasulullah SAW adalah masjidnya 'Abdul Qais di kota Juwaatsaa di negeri Bahrain". [HR. Bukhari juz 1, hal. 215]

وَ قَدْ حَاصَرَهُمُ الْمُرْتَدُّوْنَ وَ ضَيَّقُوْا عَلَيْهِمْ، حَتَّى مَنَعُوْا مِنَ اْلاَقْوَاتِ وَ جَاعُوْا جُوْعًا شَدِيْدًا حَتَّى فَرَّجَ اللهُ، وَ قَدْ قَالَ رَجُلٌ مِنْهُمْ يُقَالُ لَهُ عَبْدُ اللهِ بْنُ حَذْفٍ، اَحَدُ بَنِي بَكْرِ بْنِ كِلاَبٍ، وَ قَدْ اِشْتَدَّ عَلَيْهِ الْجُوْعُ:

Seluruh penduduk yang murtad telah mengepung kota Juwaatsaa ini dan memboikotnya. Sampai-sampai makananpun tidak boleh masuk kepada mereka sehingga membuat mereka menderita kelaparan, sampai Allah memberikan jalan keluar kepada mereka. Ada salah seorang dari mereka, yaitu 'Abdullah bin Hadzaf, seorang laki-laki yang berasal dari Bani Bakar bin Kilaab membacakan sya'irnya dalam keadaan lapar :

اَلاَ اَبْلَغَ اَبَا بَكْرٍ رَسُوْلاً - وَ فِتْيَانَ الْمَدِيْنَةِ اَجْمَعِيْنَا

فَهَلْ لَكُمْ اِلىَ قَوْمٍ كِرَامٍ - قُعُوْدٍ فِي جُوَاثَا مُحْصَرِيْنَا

كَاَنَّ دِمَاءَهُمْ فِي كُلّ فَجّ - شُعَاعَ الشَّمْسِ يَغْشَى النَّاظِرِيْنَا

تَوَكَّلْنَا عَلَى الرَّحْمنِ اِنَّا - قَدْ وَجَدْنَا الصَّبْرَ لِلْمُتَوَكّلِيْنَا

Apakah tidak ada yang dapat membawa berita kepada Abu Bakar,
Dan penduduk Madinah seluruhnya.
Adakah diantara kalian yang memperhatikan suatu kaum yang mulia,
Yang terduduk di kota Juwaatsaa dalam keadaan terkepung.
Seolah-olah darah mereka mengalir di mana-mana,
Laksana cahaya matahari yang menutupi orang yang melihatnya,
Kami bertawakkal kepada Allah yang Maha Pemurah, sungguh kami,
Kami mendapati keshabaran selalu bersama orang-orang yang bertawakkal.

وَ قَدْ قَامَ فِيْهِمْ رَجُلٌ مِنْ اَشْرَافِهِمْ، وَ هُوَ الْجَارُوْدُ بْنُ الْمَعَلّى، وَ كَانَ مِمَّنْ هَاجَرُوْا اِلىَ رَسُوْلِ اللهِ ص خَطِيْبًا وَ قَدْ جَمَعَهُمْ فَقَالَ: يَا مَعْشَرَ عَبْدِ الْقَيْسِ، اِنّي سَائِلُكُمْ عَنْ اَمْرٍ فَاَخْبِرُوْنِي اِنْ عَلِمْتُمُوْهُ، وَ لاَ تُجِيْبُوْنِيْ اِنْ لَمْ تَعْلَمُوْهُ. فَقَالُوْا: سَلْ. قَالَ: اَتَعْلَمُوْنَ اَنَّهُ كَانَ للهِ اَنْبِيَاءُ قَبْلَ مُحَمَّدٍ؟ قَالُوْا: نَعَمْ. قَالَ: تَعْلَمُوْنَهُ اَمْ تَرَوْنَهُ؟ قَالُوْا: نَعْلَمُهُ. قَالَ: فَمَا فُعِلُوْا؟ قَالُوْا: مَاتُوْا. قَالَ: اِنَّ مُحَمَّدًا ص مَاتَ كَمَا مَاتُوْا، وَ اِنّيْ اَشْهَدُ اَنْ لاَ الهَ اِلاَّ اللهُ وَ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ. فَقَالُوْا: وَ نَحْنُ اَيْضًا نَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَ اَنْتَ اَفْضَلُنَا وَ سَيّدُنَا. وَ ثَبَتُوْا عَلَى اِسْلاَمِهِمْ وَ تَرَكُوْا بَقِيَةَ النَّاسِ فِيْمَا هُمْ فِيْهِ.

Kemudian salah seorang dari pembesar mereka mengumpulkan kaumnya, lalu berdiri berpidato di hadapan mereka, yaitu Al-Jaaruud bin Al-Ma'alliy, dia termasuk orang yang pernah hijrah kepada Rasulullah SAW, dia berkata, "Wahai keturunan 'Abdul Qais, aku bertanya kepada kalian tentang suatu perkara, tolong berikan jawabannya jika kalian mengetahuinya, dan tolong jangan kalian jawab jika kalian tidak mengetahuinya". Mereka berkata, "Ya, silahkan bertanya". Dia berkata, "Tahukah kalian, bahwa Allah mempunyai Nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad SAW ?". Mereka menjawab, "Ya, benar". Kemudian dia bertanya lagi, "Kalian mengetahuinya atau pernah melihatnya ?". Mereka menjawab, "Kami mengetahuinya". Kemudian ia bertanya lagi, "Bagaimana keadaan mereka sekarang ?". Mereka menjawab, "Semuanya telah mati". Dia berkata, "Maka sesungguhnya Muhammad SAW juga telah mati sebagaimana mereka telah mati. Dan aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan Muhammad itu adalah utusan Allah". Maka serentak mereka juga mengatakan. "Kami juga bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad itu utusan Allah". "Dan engkaulah orang yang paling mulia diantara kami dan engkaulah pemimpin kami". Akhirnya mereka tetap istiqamah pada keislaman mereka, dan mereka meninggalkan orang-orang banyak yang tersesat. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 720]

وَ بَعَثَ الصّدّيْقُ رض اِلَيْهِمُ الْعَلاَءَ بْنَ الْحَضْرَمِيّ. فَلَمَّا دَنَا مِنَ الْبَحْرَيْنِ جَاءَ اِلَيْهِ ثُمَامَةُ بْنُ اُثَالٍ فِيْ مَحْفَلٍ كَبِيْرٍ، وَجَاءَ كُلُّ اُمَرَاءِ تِلْكَ النَّوَاحِيْ فَانْضَافُوْا اِلىَ جَيْشِ الْعَلاَءِ بْنِ الْحَضْرَمِيّ، فَاَكْرَمَهُمُ الْعَلاَءُ وَ تَرَحَّبَ بِهِمْ وَ اَحْسَنَ اِلَيْهِمْ.

Kemudian Abu Bakar RA mengutus Al-'Alaa' bin hadlramiy kepada mereka. Setelah mendekati Bahrain, datanglah Tsumaamah bin Utsaal dengan membawa tentara yang banyak, dan berdatangan pula seluruh pemimpin yang berada di sekitarnya untuk bergabung dengan tentaranya Al-'Alaa' bin Hadlramiy. Maka 'Alaa' sangat menghormati dan menghargai mereka, serta memperlakukan mereka dengan baik. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 721]

Karamah Al-'Alaa' bin Hadlramiy

Al-'Alaa' adalah salah seorang dari sekian banyak shahabat Nabi yang senior dan termasuk orang yang berilmu, banyak beribadah dan mustajab doanya. Dalam peperangan ini terjadi karamah (peristiwa yang luar biasa). Ketika mereka singgah di suatu tempat, yaitu ketika pasukan belum sempat istirahat, tiba-tiba unta-unta mereka menjadi beringas dan lari dengan membawa seluruh perbekalan tentara, baik berupa kemah, makanan dan minuman. Sehingga pasukan berhenti di tempat itu dalam keadaan tidak punya apapun selain  pakaian yang melekat di badan saja. Dan peristiwa ini terjadi pada malam hari. Mereka tidak berhasil mengejar seekor untapun. Akhirnya saat itu mereka ditimpa kegelisahan dan kesedihan yang sangat, sehingga sebagian mereka berwashiyat kepada sebagian yang lainnya.

فَنَادَى مُنَادِي الْعَلاَءِ فَاجْتَمَعَ النَّاسُ اِلَيْهِ، فَقَالَ: اَيُّهَا النَّاسُ، اَلَسْتُمُ الْمُسْلِمِيْنَ؟ اَلَسْتُمْ فِي سَبِيْلِ اللهِ؟. اَلَسْتُمْ اَنْصَارَ اللهِ؟ قَالُوْا: بَلَى، قَالَ: فَاَبْشِرُوْا، فَوَاللهِ لاَ يَخْذُلُ اللهُ مَنْ كَانَ فِي مِثْلِ حَالِكُمْ.

Lalu salah seorang pembantu Al-'Alaa' memanggil dan mengumpulkan mereka. Setelah mereka berkumpul kemudian Al-'Alaa' mulai berbicara :

Wahai saudara-saudara sekalian, bukankah kalian orang islam ? Bukankah kalian sedang berperang di jalan Allah ? Bukankah kalian orang-orang yang menolong agama Allah ?". Mereka menjawab, "Ya, benar". Al-'Alaa' melanjutkan lagi, "Bergembiralah. Demi Allah, Allah tidak akan menghinakan orang-orang yang keadaannya seperti kalian ini".

وَ نُوْدِيَ بِصَلاَةِ الصُّبْحِ حِيْنَ طَلَعَ الْفَجْرُ فَصَلَّى بِالنَّاسِ، فَلَمَّا قَضَى الصَّلاَةَ جَثَا عَلَى رُكْبَتَيْهِ وَ جَثَا النَّاسُ، وَ نَصَبَ فِي الدُّعَاءِ وَ رَفَعَ يَدَيْهِ، وَ فَعَلَ النَّاسُ مِثْلَهُ حَتَّى طَلَعَتِ الشَّمْسُ وَ جَعَلَ النَّاسُ يَنْظُرُوْنَ اِلَى سَرَابِ الشَّمْسِ يَلْمَعُ مَرَّةً بَعْدَ اُخْرَى وَ هُوَ يَجْتَهِدُ فِي الدُّعَاءِ، فَلَمَّا بَلَغَ الثَّالِثَةَ اِذَا قَدْ خَلَقَ اللهُ اِلىَ جَانِبِهِمْ غَدِيْرًا عَظِيْمًا مِنَ الْمَاءِ الْقَرَاحِ، فَمَشَى النَّاسُ اِلَيْهِ فَشَرِبُوْا وَ اغْتَسَلُوْا، فَمَا تَعَالَى النَّهَارُ حَتَّى اَقْبَلَتِ اْلاِبِلُ مِنْ كُلّ فَجّ بِمَا عَلَيْهَا، لَمْ يَفْقِدِ النَّاسُ مِنْ اَمْتِعَتِهِمْ سِلْكًا. فَسَقَوُا اْلاِبِلَ عَلَلاً بَعْدَ نَهْلٍ. فَكَانَ هذَا مِمَّا عَايَنَ النَّاسُ مِنْ آيَاتِ اللهِ بِهذِهِ السَّرِيَّةِ.

Kemudian adzan Shubuh dikumandangkan ketika terbit fajar, lalu Al-'Alaa' shalat berjama'ah bersama seluruh pasukan. Setelah selesai shalat, Al-'Alaa' duduk bersimpuh dengan kedua lututnya dan orang-orangpun duduk pula mengikutinya. Lalu ia berdoa dengan bersungguh-sungguh sambil mengangkat tangannya, dan orang-orangpun berbuat hal yang sama, hingga matahari terbit dan orang-orang melihat cahaya matahari semakin terang sedikit demi sedikit, dan Al-'Alaa' terus bersungguh-sungguh dalam berdo'a. Kemudian tiba-tiba Allah ciptakan untuk mereka tepat di samping mereka kolam yang besar, penuh dengan air yang bersih. Maka Al-'Alaa' dan pasukannya segera mendatangi tempat itu, mereka minum dan mandi sepuasnya. Dan ketika matahari mulai meninggi, tiba-tiba seluruh unta-unta mereka kembali berdatangan dari segala penjuru, lengkap dengan perbekalan yang ada di atas punggungnya. Tidak seorangpun dari mereka yang merasa kehilangan walau hanya seutas tali. Kemudian mereka segera memberi minum unta-unta mereka sepuasnya. Dan ini merupakan karamah (peristiwa yang luar biasa) yang disaksikan oleh orang banyak, sekaligus merupakan tanda kebesaran Allah bagi pasukan ini.Alloohu a'lam. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 721]

Kemenangan kaum muslimin dan kekalahan kaum murtad di Bahrain.

Kemudian datanglah pasukan kaum muslimin di bawah pimpinan Al-'Alaa' bin Hadlramiy yang dikirim oleh Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiiq untuk membebaskan kota Juwaatsaa dari kepungan orang-orang murtad. Ketika mendekati Bahrain pasukan Al-'Alaa' telah diperkuat dengan pasukan Tsumamah bin Utsaal.

Di dalam kitab Al-Bidaayah wan Nihaayah disebutkan sebagai berikut :

لَمَّا اقْتَرَبَ مِنْ جُيُوْشِ الْمُرْتَدَّةِ وَقَدْ حَشَدُوْا وَجَمَعُوْا خَلْقًا عَظِيْمًا نَزَلَ وَنَزَلُوْا، وَبَاتُوْا مُتَجَاوِرِيْنَ فِي الْمَنَازِلِ. فَبَيْنَمَا الْمُسْلِمُوْنَ فِي اللَّيْلِ اِذْ سَمِعَ الْعَلاَءُ اَصْوَاتًا عَالِيَةً فِي جَيْشِ الْمُرْتَدّيْنَ، فَقَالَ: مَنْ رَجُلٌ يَكْشِفُ لَنَا خَبَرَ هؤُلاَءِِ؟ فَقَامَ عَبْدُ اللهِ بْنُ حَذْفٍ فَدَخَلَ فِيْهِمْ.

Ketika Al-'Alaa' bin Hadlramiy mendekati pasukan orang-orang yang murtad, sedangkan mereka telah mengumpulkan personil yang banyak sekali, lalu Al-'Alaa' memberhentikan pasukannya. Padahal musuh juga berhenti di dekatnya. Mereka bermalam di tempat yang saling berdekatan. Pada suatu malam Al-'Alaa' mendengar suara hiruk pikuk dari pasukan kaum murtad, maka ia berkata, "Siapa diantara kalian yang siap untuk mencari informasi tentang mereka ?". Maka bangkitlah 'Abdullah bin Hadzaf, lalu dia berjalan memasuki sarang musuh.

فَوَجَدَهُمْ سُكَارَى لاَ يَعْقِلُوْنَ مِنَ الشَّرَابِ. فَرَجَعَ اِلَيْهِ فَاَخْبَرَهُ. فَرَكِبَ الْعَلاَءُ مِنْ فَوْرِهِ وَ الْجَيْشُ مَعَهُ فَكَبَسُوْا اُولئِكَ فَقَتَلُوْهُم قَتْلاً عَظِيْمًا، وَقَلَّ مَنْ هَرَبَ مِنْهُمْ، وَاسْتَوْلَى عَلَى جَمِيْعِ اَمْوَالِهِمْ وَحَوَاصِلِهِمْ وَ اَثْقَالِهِمْ، فَكَانَتْ غَنِيْمَةً عَظِيْمَةً جَسِيْمَةً.

Setelah 'Abdullah bin Hadzaf matuk kepada mereka, ternyata ia mendapati musuh dalam keadaan mabuk, mereka tidak sadar karena pengaruh minuman keras. Kemudian 'Abdullah segera kembali dan memberitahukan hal itu kepada Al-'Alaa'. Maka Al-'Alaa' segera menaiki kudanya beserta pasukannya maju menyerang musuh. Maka pada malam itu juga mereka banyak membunuh musuh, dan sedikit sekali yang bisa melarikan diri dari mereka. Dan pasukan Islam berhasil menguasai semua harta musuh, hasil bumi maupun perbekalan mereka. Dan itu merupakan harta rampasan perang yang banyak sekali.

وَ كَانَ الْحُطَمُ بْنُ ضُبَيْعَةَ اَخُوْ بَنِي قَيْسِ بْنِ ثَعْلَبَةَ مِنْ سَادَاتِ الْقَوْمِ نَائِمًا، فَقَامَ دَهْشًا حِيْنَ اقْتَحَمَ الْمُسْلِمُوْنَ عَلَيْهِمْ فَرَكِبَ جَوَادَهُ فَانْقَطَعَ رِكَابُهُ فَجَعَلَ يَقُوْلُ: مَنْ يُصْلِحُ لِي رِكَابِيْ ؟ فَجَاءَ رَجُلٌ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ فِي اللَّيْلِ فَقَالَ: اَنَا اُصْلِحُهَا لَكَ، اِرْفَعْ رِجْلَكَ. فَلَمَّا رَفَعَهَا ضَرَبَهُ بِالسَّيْفِ فَقَطَعَهَا مَعَ قَدَمِهِ، فَقَالَ لَهُ: اَجْهِزْ عَلَيَّ. فَقَالَ: لاَ اَفْعَلُ. فَوَقَعَ صَرِيْعًا. كُلَّمَا مَرَّ بِهِ اَحَدٌ يَسْأَلُهُ اَنْ يَقْتُلَهُ، فَيِأْبَى، حَتَّى مَرَّ بِهِ قَيْسُ بْنُ عَاصِمٍ، فَقَالَ لَهُ: اَنَا الْحُطَمُ فَاقْتُلْنِي! فَقَتَلَهُ. فَلَمَّا وَجَدَ رِجْلَهُ مَقْطُوْعَةً نَدِمَ عَلَى قَتْلِهِ وَقَالَ: وَ اسُوَأْتَاهْ، لَوْ اَعْلَمُ مَا بِهِ لَمْ اُحَرّكْهُ.

Tersebutlah bahwa Al-Hutham bin Dlubai'ah saudara Bani Qais bin Tsa'labah termasuk tokoh kaumnya, pada waktu itu ia sedang tidur. Ketika kaum muslimin menyerbu mereka, ia terbangun dalam keadaan terkejut dan langsung melompat ke atas kudanya, namun sayang tempat pijakannya terputus, maka dia berkata, "Siapa yang bisa memperbaiki tempat pijakanku ini ?". Lalu datanglah seorang dari tentara kaum muslimin pada malam itu dan berkata, "Aku bisa memperbaikinya untukmu, angkatlah kakimu". Ketika ia mengangkat kakinya, maka seketika itu tentara Islam tersebut memenggal kakinya hingga terputus bersama tapak kakinya, lalu dia berteriak, "Bunuhlah saja diriku !", lalu dijawab oleh tentara Islam tersebut, "Tidak, aku tidak mau". Akhirnya ia jatuh tersungkur. Setiap kali ada orang yang melewatinya, ia meminta supaya membunuhnya. Namun orang-orang tidak mau membunuhnya, sehingga Qais bin 'Ashim melewatinya, maka ia berkata kepadanya, "Aku adalah Hutham, maka bunuhlah aku". Maka Qais pun membunuhnya. Ketika Qais melihat bahwa kakinya telah terpotong, maka dia merasa menyesal karena telah membunuhnya, dan ia berkata, "Oh, alangkah buruknya, seandainya aku mengetahui apa yang menimpamu, pasti engkau tidak akan kusentuh".

ثُمَّ رَكِبَ الْمُسْلِمُوْنَ فِي آثَارِ الْمُنْهَزِمِيْنَ، يَقْتُلُوْنَهُمْ بِكُلّ مِرْصَدٍ وَ طَرِيْقٍ، وَ ذَهَبَ مَنْ فَرَّ مِنْهُمْ اَوْ اَكْثَرُهُمْ فِي الْبَحْرِ اِلىَ دَارَيْنِ رَكِبُوْا اِلَيْهَا السُّفُنَ.

Kemudian kaum muslimin mengejar musuh yang melarikan diri. Kaum muslimin berhasil membunuh mereka di berbagai tempat dan jalan. Dan kebanyakan diantara mereka melarikan diri menuju laut menyeberang ke Darain. Mereka naik perahu, lari ke Darain.

ثُمَّ شَرَعَ الْعَلاَءُ بْنُ الْحَضْرَمِيّ فيِ قَسْمِ الْغَنِيْمَةِ. وَ نَقَلَ اْلاَثْقَالَ وَ فَرَغَ مِنْ ذلِكَ وَ قَالَ لِلْمُسْلِمِيْنَ: اِذْهَبُوْا بِنَا اِلىَ دَارَيْنِ لِنَغْزُوَ مَنْ بِهَا مِنَ اْلاَعْدَاءِ، فَاَجَابُوْا اِلىَ ذلِكَ سَرِيْعًا، فَسَارَ بِهِمْ حَتَّى اَتَى سَاحِلَ الْبَحْرِ لِيَرْكَبُوْا فِي السُّفُنِ، فَرَأَى اَنَّ الشُّقَّةَ بَعِيْدَةٌ لاَ يَصِلُوْنَ اِلَيْهِمْ فِي السُّفُنِ حَتَّى يَذْهَبَ اَعْدَاءُ اللهِ.

Kemudian Al-'Alaa' bin Hadlramiy membagi harta rampasan perang. Setelah pembagian ghanimah selesai dan barang-barang telah dinaikkan ke kendaraan, lalu Al-'Alaa' berkata kepada tentaranya, "Mari kita berangkat menuju Darain untuk memerangi musuh yang berada di sana!". Maka semua pasukan mematuhi perintahnya. Mereka mulai bergerak sehingga sampai di tepi pantai dan bersiap-siap untuk mengejar perahu musuh. Namun jarak antara mereka dengan perahu musuh cukup jauh yang tidak mungkin terkejar, hingga musuh-musuh Allah itu berhasil melarikan diri.

فَاقْتَحَمَ الْبَحْرَ بِفَرَسِهِ وَ هُوَ يَقُوْلُ: يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، يَا حَكِيْمُ يَا كَرِيْمُ، يَا اَحَدُ يَا صَمَدُ، يَا حَيُّ يَا مُحْيِ، يَا قَيُّوْمُ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَ اْلاِكْرَامِ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اَنْتَ يَا رَبَّنَا. وَ اَمَرَ الْجَيْشَ اَنْ يَقُوْلُوْا ذلِكَ وَ يَقْتَحِمُوْا، فَفَعَلُوْا ذلِكَ فَاَجَازَ بِهِمُ الْخَلِيْجَ بِاِذْنِ اللهِ يَمْشُوْنَ عَلَى مِثْلِ رَمْلَةٍ دَمْثَةٍ فَوْقَهَا مَاءٌ لاَ يَغْمُرُ اَخْفَافَ اْلاِبِلِ وَلاَ يَصِلُ اِلىَ رُكَبِ الْخَيْلِ، وَ مَسِيْرَتُهُ لِلسُّفُنِ يَوْمٌ وَ لَيْلَةٌ، فَقَطَعَهُ اِلَى السَّاحِلِ اْلآخَرِ، فَقَاتَلَ عَدُوَّهُ وَ قَهَّرَهُمْ وَ احْتَازَ غَنَائِمَهُمْ.

Kemudian Al-'Alaa' segera masuk ke laut dengan kudanya sambil berdo'a, "Ya Allah Yang Maha Penyayang diantara para penyayang, ya Allah Yang Maha Bijaksana, ya Allah yang Maha Mulia, ya Allah Yang Maha Esa, ya Allah Tempat bergantung, ya Allah Yang Maha Hidup, ya Allah Yang Maha Menghidupkan, ya Allah Yang Maha Berdiri sendiri, ya Allah Yang memiliki Keagungan dan Kemuliaan, tidak ada Tuhan selain Engkau, wahai Tuhan kami".

Dan ia memerintahkan tentaranya untuk mengucapkan do'a yang sama dan langsung masuk ke laut bersama kuda mereka. Dan pasukan pun melakukannya. Akhirnya dengan idzin Allah mereka dapat menyeberangi teluk tersebut dengan mengendarai kuda, mereka berjalan seperti berjalan di atas padang pasir yang datar yang di atasnya ada airnya, namun tidak sampai sebatas kaki unta dan tidak sampai sebatas lutut kuda. Padahal perjalanan ini jika ditempuh dengan perahu memakan waktu sehari-semalam, namun pasukan muslimin berhasil sampai di tepi pantai seberang. Mereka lalu memerangi musuh hingga mengalahkan mereka dan mengambil harta rampasan perang mereka.

ثُمَّ رَجَعَ فَقَطَعَهُ اِلىَ الْجَانِبِ اْلآخَرِ فَعَادَ اِلىَ مَوْضِعِهِ اْلاَوَّلِ، وَ ذلِكَ كُلُّهُ فِي يَوْمٍ، وَلَمْ يَتْرُكْ مِنَ الْعَدُوّ مُخْبِرًا، وَ اسْتَاقَ الذَّرَارِيَ وَ اْلاَنْعَامَ وَ اْلاَمْوَالَ، وَلَمْ يَفْقِدُ الْمُسْلِمُوْنَ فِي الْبَحْرِ شَيْئًا سِوَى عُلَيْقَةَ فَرَسٌ لِرَجُلٍ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ وَمَعَ هذَا رَجَعَ الْعَلاَءُ فَجَاءَهُ بِهَا، ثُمَّ قَسَمَ غَنَائِمَ الْمُسْلِمِيْنَ فِيْهِمْ، فَاَصَابَ الْفَارِسُ اَلْفَيْنِ وَ الرَّاجِلُ اَلْفًا مَعَ كَثْرَةِ الْجَيْشِ.

Kemudan mereka kembali lagi ke sisi pantai pertama. Perjalanan pulang pergi mereka menyeberangi teluk tersebut hanya memakan waktu satu hari saja. Dan Al-'Alaa' tidak menyisakan seorang musuhpun untuk membawa berita.

Kemudian Al-'Alaa' mulai menggiring para tawanan anak-anak dan wanita, binatang ternak dan harta mereka. Tidak seorangpun dari kaum muslimin yang kehilangan di laut tersebut kecuali seekor kuda yang bernama 'Ulaiqah. Namun Al-'Alaa' berhasil membawanya kembali. Kemudian Al-'Alaa' membagi-bagikan harta rampasan perang kepada pasukannya. Setiap penunggang kuda berhasil mendapatkan bagian 2.000 dinar, dan setiap pejalan kaki mendapatkan bagian 1.000 dinar, padahal pasukannya juga banyak. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 721]

Tentang Al-'Alaa' menyeberangi lautan ini, Ibnul Atsiir dalam kitabnya Al-Kaamil fit Taariikh juga menyebutkan sebagai berikut :

وَقَالَ لَهُمْ: قَدْ اَرَاكُمُ اللهُ مِنْ ايتِهِ فِي الْبَرّ لَتَعْتَبِرُوْا بِهَا فِي الْبَحْرِِ، فَانْهَضُوْا اِلىَ عَدُوّكُمْ وَاسْتَعْرِضُوا الْبَحْرَ. وَ ارْتَحَلَ وَ ارْتَحَلُوْا حَتَّى اقْتَحَمَ الْبَحْرَ عَلَى الْخَيْلِ وَ اْلاِبِلِ وَ الْحَمِيْرِ وَ غَيْرِ ذلِكَ، وَ فِيْهِمُ الرَّاجِلُ، وَ دَعَا وَ دَعَوْا. وَ كَانَ مِنْ دُعَائِهِمْ: يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، يَا كَرِيْمُ، يَا حَلِيْمُ، يَا اَحَدُ، يَا صَمَدُ، يَا حَيُّ، يَا مُحْيِي الْمَوْتَى، يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اَنْتَ يَا رَبَّنَا! فَاجْتَازَوْا ذلِكَ الْخَلِيْجَ بِاِذْنِ اللهِ يَمْشُوْنَ عَلَى مِثْلِ رَمْلَةٍ فَوْقَهَا مَاءٌ يَغْمُرُ اَخْفَافَ اْلاِبِلِ.

Dan Al-'Alaa' berkata, "Allah telah memperlihatkan kepada kalian tanda-tanda kekuasaan-Nya di darat, maka hendaklah kalian mengambil pelajaran dengannya di laut, maka kejarlah musuh kalian, dan seberangilah lautan itu. Kemudian Al-'Alaa' berangkat dengan naik kuda menyeberangi lautan. Dan pasukannya pun mengikutinya, sehingga mereka berhasil menyeberangi lautan, ada yang naik kuda, ada yang naik unta, ada yang naik himar dan ada pula yang berjalan kaki. Dan ketika Al-'Alaa' berdoa, merekapun turut berdo'a. Dan diantara do'a mereka ialah (yang artinya), "Ya Allah Yang Maha Penyayang diantara para penyayang, ya ya Allah yang Maha Mulia, ya Allah Yang Maha Penyantun, ya Allah Yang Maha Esa, ya Allah Tempat bergantung, ya Allah Yang Maha Hidup, ya Allah Yang Menghidupkan orang-orang yang mati, ya Allah Yang Maha Hidup dan Berdiri sendiri, tidak ada Tuhan selain Engkau, wahai Tuhan kami".

Dan dengan idzin Allah mereka dapat menyeberangi teluk tersebut seperti berjalan di atas padang pasir yang di atasnya ada air, yang hanya mencapai kaki unta. [Al-Kaamil fit Taariikh juz 2, hal. 227]

وَكَتَبَ اِلَى الصّدّيْقِ فَاَعْلَمَهُ بِذلِكَ، فَبَعَثَ الصّدّيْقُ يَشْكُرُهُ عَلَى مَا صَنَعَ، وَقَدْ قَالَ رَجُلٌ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ فِي مُرُوْرِهِمْ فِي الْبَحْرِ، وَهُوَ عَفِيْفُ بْنُ الْمُنْذِرِ:

      * اَلَمْ تَرَ اَنَّ اللهَ ذَلَّلَ بَحْرَهُ

            * وَ اَنْزَلَ بِالْكُفَّارِ اِحْدَى الْجَلاَئِلِ

      * دَعَوْنَا اِلىَ شِقّ الْبِحَارِ

            * فَجَاءَنَا بِاَعْجَبَ مِنْ فَلَقِ الْبِحَارِ اْلاَوَائِلِ

Kemudian Al-'Alaa' mengirim surat kepada Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiiq memberitahukan kemenangan ini. Lalu Abu Bakar Ash-Shiddiiq mengirim utusan sebagai tanda terima kasihnya kepada Al-'Alaa' atas apa yang telah ia capai. Dan salah satu diantara pasukan muslimin, yaitu 'Afiif bin Mundzir membuat sya'ir yang artinya :

Tidakkah kamu lihat bagaimana Allah telah menaklukkan laut-Nya,
Dan menurunkan kepada orang-orang kafir hukuman-Nya,
Kami berdo'a kepada Tuhan yang pernah membelah lautan,

Maka Dia mendatangkan kepada kami keajaiban yang lebih hebat dari yang terdahulu. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 721]

Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar