Translate

Selasa, 05 Juni 2018

Peristiwa Penting Pada Tahun 12H

Beberapa peristiwa yang terjadi pada tahun 12 H

Pengumpulan Nash Al-qur'an

Pada tahun tersebut Abu Bakar Ash-Shiddiq memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur'an yang tertulis di lempengan-lempengan batu, pelepah-pelepah kurma, dan yang dihafal oleh para shahabat. Yang demikian itu setelah terjadi perang Yamamah yang sangat dahsyat, yang banyak menelan korban jiwa.

Ketika Nabi SAW wafat, Al-Qur'an sudah lengkap dan tersusun sebagaimana sekarang ini dan dihafal oleh para shahabat, namun belum terkumpul dalam satu mushhaf, baru pada zaman Khalifah Abu Bakar itulah Al-Qur'an dikumpulkan menjadi satu mushhaf.

Terjadinya pengumpulan Al-Qur'an itu berawal dari usul (pemikiran) 'Umar bin Khaththab yang terus-menerus mengusulkan kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq supaya Al-Qur'an dihimpun menjadi satu nuskhoh.

Usul 'Umar ini pada mulanya ditolak oleh Abu Bakar dengan alasan karena tidak dilakukan oleh Rasulullah SAW, tetapi 'Umar terus mendesak, sehingga akhirnya Abu Bakar memanggil Zaid bin Tsabit, salah seorang penulis wahyu di zaman Nabi SAW. Abu Bakar lalu menyampaikan pemikiran beliau kepadanya. Setelah Zaid bin Tsabit mendengarkan apa yang disampaikan oleh Abu Bakar, pada mulanya Zaid bin Tsabit menolak pemikiran itu dengan alasan yang sama seperti yang dikemukakan oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq ketika menolak usulnya 'Umar bin Khaththab. Namun akhirnya Zaid bin Tsabit bisa menerima pemikiran beliau.

Kemudian mulailah Abu Bakar mengumpulkan para shahabat yang betul-betul hafal Al-Qur'an dan juga shahabat-shahabat yang telah menulisnya menurut imla' dari Nabi SAW.

Beliau meminta kepada sidang supaya berunding untuk mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur'an tersebut. Maka dengan senang hati dan patuh para shahabat bekerja bersama-sama menyatukan pendapat antara orang-orang yang menghafal Al-Qur'an dengan orang-orang yang menulisnya.

Ketika pekerjaan mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur'an itu sampai kepada firman Allah surat At-Taubah : 128-129, ternyata ayat tersebut ketika diperiksa dari tulisan-tulisan yang terkumpul tidak ada, padahal dalam hafalan-hafalan ayat tersebut ada. Kejadian tersebut cukup menyibukkan para shahabat dalam sidang penulisan itu. Kemudian para shahabat menyelidiki lebih lanjut, dan akhirnya ditemukan juga tulisan ayat tersebut ada pada seorang shahabat yang bernama Abu Huzaimah bin Aus Al-Anshariy. Begitu pula tentang ayat 23 surat Al-Ahzaab yang berbunyi :

مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ رِجَالٌ صَدَقُوْا مَا عَاهَدُوا اللهَ عَلَيْهِ، فَمِنْهُمْ مَّنْ قَضى نَحْبَه، وَ مِنْهُمْ مَّنْ يَّنْتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوْا تَبْدِيْلاً. الاحزاب: 23

Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak merubah (janjinya), [QS. Al-Ahzaab : 23]

Ayat Al-Qur'an tersebut mereka dapati tulisannya pada Khuzaimah bin Tsabit.

Demikianlah para shahabat bekerja dengan teliti dan cermat dalam menulis dan mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur'an sampai selesai di bawah pengawasan Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Tentang pengumpulan Al-Qur'an ini Bukhari meriwayatkan sebagai berikut :

عَنْ عُبَيْدِ بْنِ السَّبَّاقِ اَنَّ زَيْدَ بْنَ ثَابِتٍ رض قَالَ: اَرْسَلَ اِلَيَّ اَبُو بَكْرٍ مَقْتَلَ اَهْلِ الْيَمَامَةِ، فَاِذَا عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ عِنْدَهُ. قَالَ أَبُو بَكْرٍ رض: اِنَّ عُمَرَ اَتَانِي فَقَالَ: اِنَّ الْقَتْلَ قَدِ اسْتَحَرَّ يَوْمَ الْيَمَامَةِ بِقُرَّاءِ الْقُرْآنِ، وَ اِنّي اَخْشَى اَنْ يَسْتَحِرَّ الْقَتْلُ بِالْقُرَّاءِ بِالْمَوَاطِنِ فَيَذْهَبَ كَثِيْرٌ مِنَ الْقُرْآنِ، وَ اِنّي اَرَى اَنْ تَأْمُرَ بِجَمْعِ الْقُرْآنِ. قُلْتُ لِعُمَرَ: كَيْفَ تَفْعَلُ شَيْئًا لَمْ يَفْعَلْهُ رَسُوْلُ اللهِ ص؟ قَالَ عُمَرُ: هذَا وَ اللهِ خَيْرٌ. فَلَمْ يَزَلْ عُمَرُ يُرَاجِعُنِي حَتَّى شَرَحَ للهُ صَدْرِي لِذلِكَ وَ رَأَيْتُ فِي ذلِكَ الَّذِيْ رَأَى عُمَرُ.

Dari 'Ubaid bin As-Sabbaaq bahwasanya Zaid bin Tsabit RA berkata : Abu Bakar mengutus seseorang kepadaku setelah perang Yamamah. Dan (setelah saya datang kepada beliau) ternyata 'Umar bin Khaththab berada di sisinya. Abu Bakar RA berkata, "Sesungguhnya 'Umar datang kepadaku dan berkata, "Sesungguhnya perang Yamamah sangat berat, yang menyebabkan gugurnya para penghafal Al-Qur'an, dan sungguh aku khawatir peperangan di berbagai tempat akan menyebabkan gugurnya para penghafal Al-Qur'an, sehingga dengan demikian banyak dari ayat-ayat Al-Qur'an juga akan hilang. Maka aku berpendapat, sebaiknya engkau segera memerintahkan untuk mengumpulkan Al-Qur'an".

Aku berkata kepada 'Umar, "Bagaimana kamu akan melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW ?". 'Umar menjawab, "Demi Allah, ini adalah ide yang baik". 'Umar terus-menerus membujukku hingga Allah melapangkan dadaku untuk hal itu, dan akhirnya aku sependapat dengan 'Umar".

قَالَ زَيْدٌ: قَالَ أَبُو بَكْرٍ: اِنَّكَ رَجُلٌ شَابٌّ عَاقِلٌ، لاَ نَتَّهِمُكَ وَقَدْ كُنْتَ تَكْتُبُ الْوَحْيَ لِرَسُوْلِ اللهِ ص. فَتَتَبَّعِ الْقُرْآنَ فَاجْمَعْهُ. فَوَاللهِ لَوْ كَلَّفُوْنِيْ نَقْلَ جَبَلٍ مِنَ الْجِبَالِ مَا كَانَ اَثْقَلَ عَلَيَّ مِمَّا اَمَرَنِيْ مِنْ جَمْعِ الْقُرْآنِ. قُلْتُ: كَيْفَ تَفْعَلُوْنَ شَيْئًا لَمْ يَفْعَلْهُ رَسُوْلُ اللهِ ص؟ قَالَ: هُوَ وَ اللهِ خَيْرٌ.

Zaid bin Tsabit berkata : Abu Bakar berkata (kepadaku), "Sesungguhnya kamu adalah seorang pemuda yang cerdas, kami sama sekali tidak meragukanmu. Dan dahulu kamulah yang menulis wahyu untuk Rasulullah SAW. Karena itu, carilah (tulisan-tulisan) ayat-ayat Al-Qur'an dan kumpulkanlah". Zaid berkata, "Demi Allah, seandainya mereka memerintahkanku untuk memindahkan sebuah gunung diantara gunung-gunung itu, niscaya hal itu tidaklah lebih berat bagiku daripada mengerjakan apa yang beliau perintahkan kepadaku untuk mengumpulkan Al-Qur'an". Aku berkata, "Bagaimana kalian melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW ?". Abu Bakar menjawab, "Demi Allah, hal itu sangat baik".

فَلَمْ يَزَلْ اَبُو بَكْرٍ يُرَاجِعُنِي حَتَّى شَرَحَ اللهُ صَدْرِيْ لِلَّذِي شَرَحَ لَهُ صَدْرَ اَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ رض. فَتَتَبَّعْتُ الْقُرْآنَ اَجْمَعُهُ مِنَ الْعُسُبِ وَ اللّخَافِ وَ صُدُوْرِ الرّجَالِ حَتَّى وَجَدْتُ آخِرَ سُورَةِ التَّوْبَةِ مَعَ اَبِي خُزَيْمَةَ اْلاَنْصَارِيّ، لَمْ اَجِدْهَا مَعَ اَحَدٍ غَيْرِهِ: لَقَدْ جَآءَكُمْ رَسُوْلٌ مّنْ اَنْفُسِكُمْ عَزِيْزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ.... حَتَّى خَاتِمَةِ بَرَاءَةَ. فَكَانَتِ الصُّحُفُ عِنْدَ اَبِي بَكْرٍ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللهُ، ثُمَّ عِنْدَ عُمَرَ حَيَاتَهُ، ثُمَّ عِنْدَ حَفْصَةَ بِنْتِ عُمَرَ رض. البخارى 6: 98

Abu Bakar terus-menerus membujukku, hingga Allah pun melapangkan dadaku, sebagaimana melapangkan dada Abu Bakar dan 'Umar RA, lalu aku pun mulai mencari tulisan-tulisan ayat-ayat Al-Qur'an, dan mengumpulkannya dari pelepah-pelepah kurma, lempengan-lempengan batu dan dari hafalan para shahabat, sehingga aku mendapatkan akhir dari surat At-Taubah pada Abu Khuzaimah Al-Anshariy, yang aku tidak mendapatkannya pada seorang pun selainnya. Yakni ayat Laqod jaa-akum rosuulum min anfusikum 'aziizun 'alaihi maa 'anittum  hingga akhir surat Al-Barooah (yang artinya) "Sungguh, telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu..", hingga akhir surat Al-Barooah. Kemudian (setelah terkumpul) mushhaf Al-Qur'an itu, lalu disimpan pada Abu Bakar hingga Allah mewafatkannya. Kemudian beralih kepada 'Umar semasa hidupnya, lalu berpindah lagi ke tangan Hafshah binti 'Umar RA. [HR. Bukhari juz 6, hal. 98]

Tirmidzi juga meriwayatkan sebagai berikut :

عَنْ عُبَيْدِ بْنِ السَّبَّاقِ اَنَّ زَيْدَ بْنَ ثَابِتٍ حَدَّثَهُ قَالَ: بَعَثَ اِلَيَّ اَبُو بَكْرٍ الصّدّيْقُ مَقْتَلَ اَهْلِ اليَمَامَةِ فَاِذَا عُمَرُ بْنُ الخَطَّابِ عِنْدَهُ، فَقَالَ: اِنَّ عُمَرَ بْنَ الخَطَّابِ قَدْ اَتَانِي فَقَالَ: اِنَّ القَتْلَ قَدْ اِسْتَحَرَّ بِقُرَّاءِ القُرْآنِ يَوْمَ اليَمَامَةِ، وَ اِنّي لاَخْشَى اَنْ يَسْتَحِرَّ القَتْلُ بِالقُرَّاءِ فِي الْمَوَاطِنِ كُلّهَا فَيَذْهَبَ قُرْآنٌ كَثِيْرٌ، وَاِنّي اَرَى اَنْ تَأْمُرَ بِجَمْعِ القُرْآنِ. قَالَ اَبُو بَكْرٍ لِعُمَرَ: كَيْفَ اَفْعَلُ شَيْئًا لَمْ يَفْعَلْهُ رَسُوْلُ اللهِ ص؟ فَقَالَ عُمَرُ: هُوَ وَ اللهِ خَيْرٌ. فَلَمْ يَزَلْ يُرَاجِعُنِي فِي ذلِكَ حَتَّى شَرَحَ اللهُ صَدْرِي لِلَّذِي شَرَحَ لَهُ صَدْرَ عُمَرَ، وَ رَأَيْتُ فِيْهِ الَّذِي رَأَى.

Dari 'Ubaid bin As-Sabbaaq bahwasanya Zaid bin Tsabit menceritakan kepadanya, ia berkata : Abu Bakar Ash-Shiddiq mengutus seseorang kepadaku setelah perang Yamamah. Dan (setelah saya datang kepada beliau) ketika itu 'Umar bin Khaththab berada di sisi beliau. Abu Bakar berkata, "Sungguh 'Umar bin Khaththab datang kepadaku dan berkata, "Sungguh perang Yamamah sangat berat yang menyebabkan gugurnya para penghafal Al-Qur'an, dan aku sangat khawatir peperangan di berbagai tempat akan menimpa para penghafal Al-Qur'an, lalu banyak yang gugur, sehingga ayat-ayat Al-Qur'an banyak yang hilang. Maka aku berpendapat sebaiknya engkau segera memerintahkan untuk mengumpulkan Al-Qur'an". Abu Bakar berkata kepada 'Umar, "Bagaimana aku akan melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW ?". 'Umar berkata, "Demi Allah, hal itu sangat baik". 'Umar terus-menerus membujukku sehingga Allah melapangkan dadaku sebagaimana Allah melapangkan dada 'Umar, dan akupun sependapat dengan 'Umar".

قَالَ زَيْدٌ: قَالَ اَبُو بَكْرٍ: اِنَّكَ شَابٌّ عَاقِلٌ لاَ نَتَّهِمُكَ، قَدْ كُنْتَ تَكْتُبُ لِرَسُوْلِ اللهِ ص الْوَحْيَ فَتَتَبَّعِ القُرْآنَ. قَالَ: فَوَاللهِ لَوْ كَلَّفُوْنِيْ نَقْلَ جَبَلٍ مِنَ الجِبَالِ مَا كَانَ اَثْقَلَ عَلَيَّ مِنْ ذلِكَ. قُلْتُ: كَيْفَ تَفْعَلُوْنَ شَيْئًا لَمْ يَفْعَلْهُ رَسُوْلُ اللهِ ص؟ قَالَ اَبُو بَكْرٍ: هُوَ وَاللهِ خَيْرٌ.

Zaid (bin Tsabit) berkata : Abu Bakar berkata (kepadaku), "Sesungguhnya kamu adalah pemuda yang cerdas, kami tidak meragukanmu, dahulu kamu juga menulis wahyu untuk Rasulullah SAW, karena itu kumpulkanlah tulisan-tulisan ayat-ayat Al-Qur'an". (Zaid bin Tsabit) berkata, "Demi Allah, seandainya mereka menyuruhku untuk memindahkan sebuah gunung diantara gunung-gunung itu, tidak lebih berat bagiku daripada tugas yang demikian itu. Aku berkata : Bagaimana kalian akan melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW ?". Abu Bakar menjawab, "Demi Allah, hal itu sangat baik".

فَلَمْ يَزَلْ يُرَاجِعُنِي فِي ذلِكَ اَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ حَتَّى شَرَحَ اللهُ صَدْرِي لِلَّذِي شَرَحَ لَهُ صَدْرَهُمَا: صَدْرَ اَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ.فَتَتَبَّعْتُ القُرْآنَ اَجْمَعُهُ مِنَ الرّقَاعِ وَالعُسُبِ وَاللّخَافِ، يَعْنِي الْحِجَارَةَ وَالرّقَاقَ وَصُدُوْرِ الرّجَالِ، فَوَجَدْتُ آخِرَ سُوْرَةِ بَرَاءَةَ مَعَ خُزَيْمَةَ بْنِ ثَابِتٍ: لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُوْلٌ مّنْ اَنْفُسِكُمْ عَزِيْزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. فَاِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللهُ لاَ اِلهَ اِلاَّ هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ العَرْشِ العَظِيْمِ. الترمذى 4: 246، رقم: 5101، هذا حديث حسن صححيح

Abu Bakar dan 'Umar terus-menerus membujukku, sehingga Allah melapangkan dadaku sebagaimana melapangkan dada keduanya, yaitu Abu Bakar dan 'Umar. Lalu aku kumpulkan tulisan-tulisan ayat-ayat Al-Qur'an (yang ditulis) dikulit, pelepah-pelepah kurma, dan lempengan-lempengan batu, juga dari hafalan para shahabat, hingga kudapatkan akhir surat Al-Barooah pada shahabat Khuzaimah bin Tsabit, yaitu Laqod jaa-akum rosuulum min anfusikum 'aziizun 'alaihi maa 'anittum hariishun 'alaikum bil mu'miniina rouufur rohiim (128) fain tawallau faqul hasbiyalloohu laa ilaaha illaa huu, 'alaihi tawakkaltu wa huwa robbul 'arsyil adhiim (129) (yang artinya): "Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. (128) Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah, "'Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki 'Arsy yang agung". (129) [At-Taubah : 128-129][HR. Tirmidzi juz 4, hal. 246, no. 5101]

Dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi, syarah Tirmidzi disebutkan :

وَعِنْدَ بْنِ اَبِي دَاوُدَ فِي الْمَصَاحِفِ مِنْ طَرِيْقِ يَحْيَى بْنِ عَبْدِ الرَّحْمنِ بْنِ حَاطِبٍ قَالَ: قَامَ عُمَرُ فَقَالَ: مَنْ كَانَ تَلَقَّى مِنْ رَسُوْلِ اللهِ ص شَيْئًا مِنَ الْقُرْآنِ فَلْيَأْتِ بِهِ، وَكَانُوْا يَكْتُبُوْنَ ذلِكَ فِي الصُّحُفِ وَاْلاَلْوَاحِ وَالْعُسُبِ. قَالَ وَكَانَ لاَ يَقْبَلُ مِنْ اَحَدٍ شَيْئًا حَتَّى يَشْهَدَ شَاهِدَانِ. وَ هذَا يَدُلُّ عَلَى اَنَّ زَيْدًا كَانَ لاَ يَكْتَفِي بِمُجَرَّدِ وِجْدَانِهِ مَكْتُوبًا حَتَّى يَشْهَدَ بِهِ مَنْ تَلَقَّاهُ سَمَاعًا، مَعَ كَوْنِ زَيْدٍ كَانَ يَحْفَظُهُ، وَكَانَ يَفْعَلُ ذَلِكَ مُبَالَغَةً فِي اْلاِحْتِيَاطِ. تحفة الاحوذى 8: 514

Dan diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dawud dalam Al-Mashoohif, dari jalan Yahya bin 'Abdur Rahman bin Haathib, ia berkata : 'Umar (bin Khaththab) berdiri lalu berkata, "Barangsiapa dahulu mendapatkan langsung dari Rasulullah SAW sesuatu dari ayat-ayat Al-Qur'an, maka hendaklah ia datang dengan membawanya". Dan para shahabat dahulu mereka menulis (ayat-ayat Al-Qur'an) di lembaran-lembaran, di lempengan-lempengan batu dan pada pelepah-pelepah kurma. Dan Zaid bin Tsabit tidak mau menerima sesuatu sehingga ada dua orang yang mau bersaksi. Dan ini menunjukkan bahwa Zaid bin Tsabit tidak cukup hanya mendapatkan ayat-ayat Al-Qur'an yang tertulis, sehingga ada orang yang bersaksi yang betul-betul pernah mendengar dari Nabi SAW. Begitulah Zaid bin Tsabit menjaganya, dan ia lakukan yang demikian itu karena sangat berhati-hati. [Tuhfatul Ahwadzi juz 8, hal. 514]

وَعِنْدَ بْنِ اَبِي دَاوُدَ اَيْضًا مِنْ طَرِيْقِ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ اَبِيْهِ اَنَّ اَبَا بَكْرٍ قَالَ لِعُمَرَ وَلِزَيْدٍ: اُقْعُدَا عَلَى بَابِ الْمَسْجِدِ، فَمَنْ جَاءَكُمَا بِشَاهِدَيْنِ عَلَى شَيْءٍ مِنْ كِتَابِ اللهِ فَاكْتُبَاهُ. (وَرِجَالُهُ ثِقَاتٌ مَعَ اِنْقِطَاعِهِ). تحفة الاحوذى 8: 514

Dan diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dawud juga dari jalan Hisyam bin 'Urwah, dari ayahnya, bahwasanya Abu Bakar berkata kepada 'Umar dan Zaid (bin Tsabit), "Duduklah kalian berdua di depan pintu masjid, lalu barangsiapa yang datang kepada kalian berdua menyampaikan sesuatu dari kitab Allah dengan dua orang saksi, maka tulislah". [Tuhfatul Ahwadzi juz 8, hal. 514, para perawinya tsiqat, tetapi munqathi']

Ali menikah dengan Umamah binti Zainab, 'Umar bin Khaththab menikah dengan 'Atikah binti Zaid, Aslam menebus dirinya dari 'Umar, Abu Bakar Ash-Shiddiq RA menunaikan ibadah hajji.

Di dalam kitab Al-Bidaayah wan Nihaayah disebutkan sebagai berikut :

وَفِيْهَا تَزَوَّجَ عَلِيُّ بْنُ اَبِي طَالِبٍ بِاُمَامَةَ بِنْتِ زَيْنَبَ بِنْتِ رَسُوْلِ اللهِ ص، وَ هِيَ مِنْ اَبِي اْلعَاصِ بْنِ الرَّبِيْعِ بْنِ عَبْدِ شَمْسٍ اْلاَمَوَيّ، وَ قَدْ تُوُفّيَ اَبُوْهَا فِي هذَا اْلعَامِ وَ هذِهِ هِيَ الَّتِي كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص يَحْمِلُهَا فِي الصَّلاَةِ فَيَضَعُهَا اِذَا سَجَدَ وَ يَرْفَعُهَا اِذَا قَامَ. البداية و النهاية 6: 747

Pada tahun itu pula 'Ali bin Abu Thalib menikah dengan Umamah binti Zainab binti Rasulullah SAW, yaitu putri Abul 'Aash bin Rabi' bin 'Abdi Syamsin Al-Amawiy, yang ayahnya wafat pada tahun itu juga. Umamah ini adalah cucu Rasulullah SAW yang dahulu ketika kecil beliau SAW pernah menggendongnya diwaktu shalat, apabila beliau sujud, ia diletakkan, dan apabila beliau berdiri, beliau menggendongnya. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 747]

Bukhari dan Muslim juga meriwayatkan sebagai berikut :

عَنْ اَبِى قَتَادَةَ اْلاَنْصَارِيّ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص كَانَ يُصَلّى وَ هُوَ حَامِلٌ اُمَامَةَ بِنْتَ زَيْنَبَ بِنْتِ رَسُوْلِ اللهِ ص وَ ِلاَبِى اْلعَاصّ ابْنِ رَبِيْعَةَ ابْنِ عَبْدِ شَمْسٍ فَاِذَا سَجَدَ وَضَعَهَا، وَ اِذَا قَامَ حَمَلَهَا. البخارى 1: 131

Dari Abu Qatadah Al-Anshariy, bahwasanya Rasulullah SAW pernah shalat dengan menggendong Umamah binti Zainab binti Rasulullah SAW yaitu anak perempuan Abul 'Ash bin Rabi'ah bin 'Abdi Syamsin, "Lalu apabila sujud, beliau meletakkannya. Dan apabila berdiri, beliau menggendongnya lagi.[HR Bukhari juz 1, hal. 131]

عَنْ اَبِى قَتَادَةَ اْلاَنْصَارِيّ قَالَ: رَأَيْتُ النَّبِيَّ ص يَؤُمُّ النَّاسَ وَ اُمَامَةُ بِنْتُ اَبِى اْلعَاصِ وَ هِيَ ابْنَةُ زَيْنَبَ بِنْتِ النَّبِيّ ص عَلَى عَاتِقِهِ، فَاِذَا رَكَعَ وَضَعَهَا وَ اِذَا رَفَعَ مِنَ السُّجُوْدِ اَعَادَهَا. مسلم 1: 385

Dari Abu Qatadah Al-Anshariy, ia berkata, "Saya melihat Nabi SAW sedang mengimami orang banyak, sedangkan Umamah binti Abil 'Ash yaitu anak perempuan Zainab binti Nabi SAW berada di pundak beliau. Lalu apabila ruku', beliau meletakkannya, dan apabila bangkit dari sujud, beliau menggendongnya lagi". [HR. Muslim juz 1, hal. 385]

'Umar bin Khaththab menikah dengan 'Atikah binti Zaid

Di dalam kitab Al-Bidaayah wan Nihaayah disebutkan sebagai berikut :

وَ فِيْهَا تَزَوَّجَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ عَاتِكَةَ بِنْتَ زَيْدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ نُفَيْلٍ، وَ هِيَ ابْنَةُ عَمّهِ، وَ كَانَ لَهَا مُحِبًّا وَبِهَا مُعْجِبًا وَ كَانَ لاَ يَمْنَعُهَا مِنَ الْخُرُوْجِ اِلىَ الصَّلاَةِ وَ يَكْرَهُ خُرُوْجَهَا، فَجَلَسَ لَهَا ذَاتَ لَيْلَةٍ فِي الطَّرِيْقِ فِي ظُلْمَةٍ، فَلَمَّا مَرَّتْ ضَرَبَ بِيَدِهِ عَلَى عَجُزِهَا، فَرَجَعَتْ اِلَى مَنْزِلِهَا وَلَمْ تَخْرُجْ بَعْدَ ذلِكَ. وَقَدْ كَانَتْ قَبْلَهُ تَحْتَ زَيْدِ بْنِ الْخَطَّابِ فِيْمَا قِيْلَ، فَقُتِلَ عَنْهَا. وَ كَانَتْ قَبْلَ زَيْدٍ تَحْتَ عَبْدِ اللهِ ابْنِ اَبِي بَكْرٍ، فَقُتِلَ عَنْهَا، وَ لَمَّا مَاتَ عُمَرُ تَزَوَّجَهَا بَعْدَهُ الزُّبَيْرُ، فَلَمَّا قُتِلَ خَطَبَهَا عَلِيُّ بْنُ اَبِي طَالِبٍ، فَقَالَتْ اِنّي اَرْغَبُ بِكَ عَنِ الْمَوْتِ، وَ امْتَنَعَتْ عَنِ التَّزَوُّجِ حَتَّى مَاتَتْ. البداية و النهاية 6: 748

Pada tahun tersebut 'Umar bin Khaththab menikah dengan 'Atikah binti Zaid bin 'Amr bin Nufail, ia adalah putri pamannya. 'Umar sangat sayang dan cinta kepadanya. 'Umar tidak suka ia keluar (ke masjid) untuk shalat, tetapi 'Umar tidak melarangnya. Pada suatu malam 'Umar duduk di pinggir jalan dalam kegelapan, ketika 'Atikah lewat, lalu 'Umar memukul pantatnya dengan tangan. Lalu 'Atikah pulang ke rumah, dan sesudah itu ia tidak keluar lagi. Ada yang mengatakan, sebelum menjadi istri 'Umar bin Khaththab 'Atikah menjadi istri Zaid bin Khaththab, kemudian Zaid bin Khaththab gugur (pada perang Yamamah). Sebelum menjadi istri Zaid bin Khaththab, ia menjadi istri 'Abdullah bin Abu Bakar. Lalu ia menjadi janda karena 'Abdullah bin Abu Bakar gugur dalam peperangan. Dan (di kemudian hari) setelah 'Umar wafat, Ia dinikahi oleh Zubair. Dan setelah Zubair terbunuh, 'Ali bin Abu Thalib meminangnya, tetapi ia menjawab, "Saya tidak suka kematian menimpamu". Dan akhirnya 'Atikah tidak mau menikah lagi sampai wafat. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 748]

Aslam menebus dirinya dari 'Umar.

وَفِيْهَا اِشْتَرَى عُمَرَ مَوْلاَهُ اَسْلَمُ ثُمَّ صَارَ مِنْهُ اَنْ كَانَ اَحَدُ سَادَاتِ التَّابِعِيْنَ، وَ ابْنُهُ زَيْدُ بْنُ اَسْلَمَ اَحَدُ الثّقَاتِ الرُّفَعَاءِ. البداية و النهاية

Pada tahun itu Aslam menebus dirinya dari 'Umar bin Khaththab, kemudian ia menjadi salah satu diantara tokoh tabi'in dan putranya yang bernama Zaid bin Aslam termasuk salah seorang yang dapat dipercaya lagi tinggi kedudukannya. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 748]

Abu Bakar Ash-Shiddiq RA menunaikan ibadah hajji.

وَفِيْهَا حَجَّ بِالنَّاسِ اَبُو بَكرِ الصّدّيْقُ رض وَ اسْتَخْلَفَ عَلَى الْمَدِيْنَةِ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ. رَوَاهُ ابْنُ اِسحَاقَ عَنِ العَلاَءِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمنِ بْنِ يَعْقُوْبَ مَوْلَى الْحُرَقَةِ عَنْ رَجُلٍ مِنْ بَنِي سَهْمٍ عَنْ اَبِي مَاجِدَةَ، قَالَ: حَجَّ بِنَا اَبُوْ بَكْرٍ فِي خِلاَفَتِهِ سَنَةَ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ. البداية و النهاية

Pada tahun itu Abu Bakar Ash-Shiddiq RA menunaikan ibadah hajji dengan para shahabat, dan beliau mewakilkan kepemimpinan di Madinah kepada 'Utsman bin 'Affan, demikian diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dari Al-'Alaa' bin 'Abdur Rahman bin Ya'qub maula Huraqah dari seorang laki-laki dari Bani Sahmin dari Abu Majidah, ia berkata, "Abu Bakar berhajji bersama kami pada tahun 12 Hijriyah ketika beliau menjadi Khalifah. (Namun sebagian 'ulama mengatakan bahwa Abu Bakar Ash-Shiddiq tidak berhajji di masa kekhalifahannya, dan pada musim hajji tahun 12 Hijriyah tersebut beliau mengutus 'Umar bin Khaththab atau 'Abdur Rahman bin 'Auf untuk memimpin rombongan hajji, walloohu a'lam). [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 748]

Para shahabat yang wafat pada tahun 12 H.

Para shahabat yang wafat pada tahun itu adalah :

1. Basyiir bin Sa'd bin Tsa'labah Al-Khozrojiy.

Beliau adalah ayah An-Nu'man bin Basyiir. Beliau pernah ikut perang Badr dan perang-perang sesudahnya. Ada yang meriwayatkan bahwa beliau adalah orang yang pertama-tama masuk Islam dari orang-orang Anshar. Dan beliau adalah orang yang pertama-tama berbai'at kepada Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq dari kalangan Anshar. Beliau ikut perang bersama Khalid bin Walid sehingga gugur pada perang 'Ainut Tamr. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 748]

2. Abu Martsad Al-Ghanawiy.

Nama aslinya adalah Mu'aadz bin Al-Hushain. Ada yang mengatakan Ibnu Hushain bin Yarbu' bin 'Amr bin Yarbu' bin Kharasyah bin Sa'ad bin Tharif bin Khailan bin Ghunmin bin Ghaniy bin A'shar bin Sa'ad bin Qais bin Ghailan bin Mudlar bin Nizaam Abu Martsad Al-Ganawiy. Beliau bersama putranya, yaitu Martsad pernah ikut perang Badr, dan tidak ada bapak bersama anaknya ikut perang Badr selain mereka berdua. Adapun putranya yang bernama Martsad gugur pada perang Rajii'. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 748]

3. Abul 'Aash bin Ar-Rabii'.

Abul 'Aash bin Rabii', Ibnu 'Abdul 'Uzza bin 'Abdi Syamsin bin 'Abdi Manaaf bin Qushai Al-Qurasyiy Al-'Absyamiy, suami putri Rasulullah SAW yang tertua, yaitu Zainab. Beliau sangat baik dan sangat cinta kepada Zainab. Ketika kaum muslimin menyuruhnya supaya dia menceraikan Zainab ketika Rasulullah SAW telah menjadi Nabi, Abul 'Aash menolaknya.

Abul 'Aash adalah putra saudara perempuan Khadijah binti Khuwailid, ibunya bernama Haalah (ada yang mengatakan nama ibunya Hindun binti Khuwailid). Adapun Abul 'Aash nama aslinya ada yang mengatakan Laqiith, dan itulah yang masyhur, dan ada yang mengatakan namanya Muhsyim, dan ada yang mengatakan Husyaim. Pada perang Badr beliau masih menjadi tentara orang kafir, lalu beliau ditangkap oleh kaum muslimin dan menjadi tawanan. Kemudian saudaranya yang bernama 'Amr bin Rabii' datang kepada Rasulullah SAW dengan membawa tebusan berupa kalung yang dahulu dipakaikan kepada Zainab ketika Abul 'Aash menikah dengannya. Setelah Rasulullah SAW melihat kalung tersebut, beliiau merasa iba sehingga melepaskan Abul 'Aash dengan syarat supaya Abul 'Aash mengirim Zainab ke Madinah. Abul 'Aash pun menepati perjanjian tersebut. Abul 'Aash masih tetap dalam kekafirannya di Makkah, sampai menjelang Fathu Makkah.

Kemudian ia keluar ikut rpmbongan dagang Quraisy, lalu dihadang pasukan Zaid bin Haritsah, lalu rombongan Quraisy tersebut dibunuh, dan unta beserta dagangannya menjadi rampasan. Sedangkan Abul 'Aash melarikan diri ke Madinah, minta jaminan perlindungan kepada istrinya, dan Zainab pun melindunginya, maka Rasulullah SAW menerima perlindungannya. Kemudian Rasulullah SAW mengembalikan harta orang Quraisy yang ada bersamanya.

Kemudian Abul 'Aash kembali ke Makkah, lalu mengembalikan harta kepada pemiliknya. Kemudian Abul 'Aash masuk islam dan bersyahadat dengan syahadat yang sebenarnya. Lalu ia berhijrah ke Madinah, dan akhirnya Rasulullah SAW mengembalikan Zainab kepadanya dengan nikah yang dahulu. Jarak waktu berpisahnya Abul 'Aash dengan Zainab sampai berkumpulnya kembali adalah 6 tahun. Peristiwa berkumpulnya kembali itu terjadi setelah 2 tahun diharamkannya wanita muslimat pada orang-orang musyrik, pada tahun 'umrah Hudaibiyah. Namun ada pula yang mengatakan Rasulullah SAW mengembalikan Zainab kepada Abul 'Aash dengan nikah baru, walloohu a'lam.

Perlu diketahui bahwa setelah Rasulullah SAW wafat, yaitu pada Rabi'ul awwal tahun 11 Hijriyah, kemudian diantara para shahabat yang wafat adalah sebagai berikut :

 1. Fathimah RA (ia wafat 6 bulan setelah wafatnya Rasulullah SAW)
 2. Ummu Aiman (Barakah binti Tsa'labah).
 3. Tsabit bin Arqam bin Tsa'labah.
 4. Tsabit bin Qais bin Syammaas Al-Anshariy.
 5. Hazn bin Abi Wahbin.
 6. Zaid bin Khaththab bin Nufail Al-Qurasyiy (saudaranya 'Umar bin Khaththab).
 7. Saalim bin 'Ubaid
 8. Abu Dujaanah (Simaak bin Khorosyah)
 9. Syuja' bin Wahb
10. Ath-Thufail bin 'Amr bin Tharif
11. 'Abbaad bin Bisyr bin Waqsy.
12. As-Saaib bin 'Utsman bin Madh'un
13. As-Saaib bin Al-'Awwaam (saudaranya Zubair bin 'Awwaam)
14. 'Abdullah bin Suhail bin 'Amr
15. 'Abdullah bin 'Abdullah bin Ubay bin Salul.
16. 'Abdullah bin Abu Bakar Ash-Shiddiq
17. 'Ukkaasyah bin Mihshon.
18. Ma'nun bin 'Adiy
19. Abu Hudzaifah bin 'Utbah bin Rabi'ah.
20. Maalik bin 'Amr
21. Yaazid bin Raqiisy.
22. Al-Hakam bin Sa'iid bin Al-'Aash bin Umayyah.
23. Hasan bin Maalik bin Buhainah.
24. 'Aamir bin Al-Bakr.
25. Maalik bin Rabii'ah.
26. Abu Umayyah, Shafwan bin Umayyah.
27. Yaziid bin Aus
28. Huyaiy (ada yang mengatakan namanya Ma'laa) bin Haaritsah Ats-Tsaqafiy.
29. Habiib bin Asiid
30. Al-Walid bin 'Abdi Syamsin.
31. 'Abdullah bin 'Amr bin Bujrah 'Adawiy.
32. Abul Qais bin Al-Haarits bin Qais As-Sahmiy.
33. Abdullah bin Al-Haarits bin Qais.
34. 'Abdullah bin Makhromah.
35. 'Amr bin Uwais bin Sa'd.
36. Saliith bin 'Amr Al-'Aamiriy.
37. Rabii'ah bin Abi Khorosyah Al-'Aamiriy.
38. 'Abdullah bin Al-Haarits bin Rohdloh.
39. 'Umaaroh bin Hazn bin Zaid An-Najjaariy (saudaranya 'Amr bin Hazn).
40. 'Uqbah bin 'Aamir bin Naabiy bin Zaid.
41. Tsaabit bin Hazaal.
42. Abu 'Uqail bin 'Abdillah bin Tsa'labah.
43. 'Abdullah bin 'Atiik.
44. Raafi' bin Sahl.
45. Haajib bin Yaziid.
46. Sahl bin 'Adiy.
47. Maalik bin Aus.
48. 'Umar bin Aus.
49. Thalhah bin 'Utbah.
50. Raabah maula Al-Haarits.
51. Juz'un bin Malik bin 'Aamir.
52. Waraqah bin Iyaas bin 'Amr
53. Marwan bil Al-'Abbaas
54. 'Aamir bin Tsabit
55. Bisyr bin 'Abdullah Al-Khozrojiy.
56. Kulaib bin Tamiim.
57. 'Abdullah bin 'Itbaan.
58. Iyaash bin Wadii'ah.
58. Asiid bin Yarbuu'
60. Sa'd bin Haaritsah.
61. Sahl bin Hammaan.
62. Muhaasin bin Humair.
63. Salamah bin Mas'ud (ada yang mengatakan : Mas'ud bin Sinaan).
64. Dlomroh bin 'Iyaadl.
65. 'Abdullah bin Unais.
66. Abu Habbah bin Ghoziyah Al-Maaziniy.
67. Khabbaab bin Zaid.
68. Habiib bin 'Amr bin Mihshon.
69. Tsaabit bin Khoolid
70. Farwah bin An-Nu'maan.
71. 'Aaidz bin Maa'ish.
72. Yazid bin Tsaabit bin Adl-Dlahhaak (saudaranya zaid bin Tsaabit).

[Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 734]

Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar