Translate

Jumat, 08 Juni 2018

Tidak Ada Yang Sama Dalam Kehidupan

Dunia adalah tempat ujian. Semua sisi kehidupan ini adalah ujian. Ada yang diuji dengan kekayaannya, ada yang diuji dengan jabatannya, ada pula yang diuji dengan wajah tampannya. Dan salah satu ujian bagi manusia adalah harus hidup dalam perbedaan. Memang bukan hal mudah untuk bisa menerima perbedaan di sekitar kita. Namun itulah ujian dari Allah untuk meningkatkan kualitas diri setiap manusia. Dalam ayat itu, Allah swt sama sekali tidak membahas perbedaan yang ada, namun pada akhir ayat itu Allah memfokuskan agar manusia berlomba dalam kebaikan. Tak usah sibuk dengan perbedaan yang dipilih orang, berlombalah untuk menjadi lebih baik dihadapan-Nya.

Allah ta’ala berfirman :

ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ

“Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar” [QS. Faathir : 32].

Al-Haafidh Ibnu Katsiir rahimahullah berkata :

ثم قسمهم إلى ثلاثة أنواع ، فقال: { فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ } وهو: المفرط في فعل بعض الواجبات، المرتكب لبعض المحرمات. { وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ } وهو: المؤدي للواجبات، التارك للمحرمات، وقد يترك بعض المستحبات، ويفعل بعض المكروهات. { وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ } وهو: الفاعل للواجبات والمستحبات، التارك للمحرمات والمكروهات وبعض المباحات.

“Kemudian Allah (dalam ayat di atas) membagi mereka (manusia) dalam tiga golongan. Allah ta’ala berfirman : ‘lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri’, yaitu orang yang lalai dalam menjalankan sebagian kewajiban dan mengerjakan sebagian yang diharamkan. (Firman Allah ta’ala : ) ‘dan di antara mereka ada yang pertengahan’, yaitu orang-orang yang menunaikan apa-apa yang diwajibkan dan meninggalkan apa-apa yang diharamkan, dengan meninggalkan sebagian amal yang disunnahkan dan mengerjakan sebagian amal yang dimakruhkan. (Firman Allah ta’ala : ) ‘dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah’, yaitu orang yang mengerjakan apa-apa yang diwajibkan dan disunnahkan, serta meninggalkan apa-apa yang diharamkan dan dimakruhkan, serta sebagian yang dimubahkan” [Tafsiir Al-Qur’aanil-‘Adhiim, 11/322]•

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ عِيسَى، حَدَّثَنَا أَنَسُ بْنُ عِيَاضٍ اللَّيْثِيُّ أَبُو ضَمْرة، عَنْ مُوسَى بْنِ عُقْبَةَ، عَنْ [عَلِيِّ] بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الْأَزْدِيِّ، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "قَالَ اللَّهُ: {ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ} ، فَأَمَّا الَّذِينَ سَبَقُوا فَأُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ، وَأَمَّا الَّذِينَ اقْتَصَدُوا فَأُولَئِكَ يُحَاسِبُونَ حِسَابًا يسيرا، وأماالَّذِينَ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ فَأُولَئِكَ الَّذِينَ يُحْبَسُونَ فِي طُولِ الْمَحْشَرِ، ثُمَّ هُمُ الَّذِينَ تَلَافَاهُمْ بِرَحْمَتِهِ، فَهُمُ الَّذِينَ يَقُولُونَ: {الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنَّا الْحَزَنَ إِنَّ رَبَّنَا لَغَفُورٌ شَكُورٌ الَّذِي أَحَلَّنَا دَارَ الْمُقَامَةِ مِنْ فَضْلِهِ لَا يَمَسُّنَا فِيهَا نَصَبٌ وَلا يَمَسُّنَا فِيهَا لُغُوبٌ}

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Isa, telah menceritakan kepada kami Anas ibnu Iyad Al-Laisi Abu Hamzah, dari Musa ibnu Uqbah, dari Ali ibnu Abdullah Al-Azdi, dari Abu Darda r.a. yang mengatakan, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda sehubungan dengan makna ayat berikut: Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri, dan di antara mereka ada yang pertengahan, dan di antara mereka ada (pula) yang lebih cepat berbuat kebaikan dengan izin Allah. (Fathir: 32) Bahwa adapun orang-orang yang lebih cepat berbuat kebaikan, mereka adalah orang-orang yang dimasukkan ke dalam surga tanpa hisab; dan orang-orang yang pertengahan ialah mereka yang mengalami hisab, tetapi hisab yang ringan. Adapun orang-orang yang menganiaya diri mereka sendiri adalah orang-orang yang ditahan di sepanjang Padang Mahsyar menunggu syafaat dariku, kemudian Allah memaafkan mereka dengan rahmat-Nya; mereka adalah orang-orang yang mengatakan seperti yang disitir oleh firman Allah Swt.: "Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya; di dalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu.” (Fathir: 34-35)

قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أُسَيْدُ بْنُ عَاصِمٍ، حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ حَفْصٍ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ رَجُلٍ، عَنْ أَبِي ثَابِتٍ، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: {ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ} قَالَ: "فَأَمَّا الظَّالِمُ لِنَفْسِهِ فَيُحْبَسُ حَتَّى يُصِيبَهُ الْهَمُّ وَالْحُزْنُ، ثُمَّ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ".

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Usaid ibnu Asim, telah menceritakan kepada kami Al-Husain ibnu Hafs, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Al-A'masy, dari seorang lelaki, dari Abu Sabit, dari Abu Darda r.a. yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. membaca firman-Nya: Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri. (Fathir: 32) Lalu Beliau Saw. bersabda: Adapun orang yang menganiaya dirinya sendiri, maka ia ditahan sehingga mengalami kesusahan dan kesedihan, kemudian dimasukkan ke dalam surga.

وَرَوَاهُ ابْنُ جَرِيرٍ مِنْ حَدِيثِ سُفْيَانَ الثَّوْرِيِّ، عَنِ الْأَعْمَشِ قَالَ: ذَكَرَ أَبُو ثَابِتٍ أَنَّهُ دَخَلَ الْمَسْجِدَ، فَجَلَسَ إِلَى جَنْبِ أَبِي الدَّرْدَاءِ، فَقَالَ: اللَّهُمَّ، آنِسْ وَحْشَتِي، وَارْحَمْ غُرْبَتِي، وَيَسِّرْ لِي جَلِيسًا صَالِحًا. قَالَ أَبُو الدَّرْدَاءِ: لَئِنْ كُنْتَ صَادِقًا لَأَنَا أَسْعَدُ بِكَ مِنْكَ، سَأُحَدِّثُكَ حَدِيثًا سَمِعْتَهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ أُحَدِّثْ بِهِ مُنْذُ سَمِعْتُهُ مِنْهُ، ذَكَرَ هَذِهِ الْآيَةَ: {ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ} ، فَأَمَّا السَّابِقُ بِالْخَيْرَاتِ فَيَدْخُلُهَا بِغَيْرِ حِسَابٍ وَأَمَّا الْمُقْتَصِدُ فَيُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا، وَأَمَّا الظَّالِمُ لِنَفْسِهِ فَيُصِيبُهُ فِي ذَلِكَ الْمَكَانِ مِنَ الْغَمِّ وَالْحُزْنِ، وَذَلِكَ قَوْلُهُ: {الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنَّا الْحَزَنَ}

Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui hadis Sufyan As-Sauri, dari Al-A'masy yang telah mengatakan bahwa Abu Sabit masuk ke dalam masjid, lalu duduk di sebelah Abu Darda r.a. Maka Abu Sabit berdoa, "Ya Allah, hiburlah diriku dalam kesendirianku dan belas kasihanilah aku dalam keterasinganku, dan mudahkanlah bagiku mendapat teman duduk yang saleh." Maka Abu Darda berkata, "Jika engkau benar, berarti aku lebih berbahagia daripada kamu. Aku akan menceritakan kepadamu sebuah hadis yang kudengar dari Rasulullah Saw. dan aku belum pernah menceritakannya sejak aku mendengarnya. Aku mendengar beliau Saw. membaca ayat berikut: 'Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri, dan di antara mereka ada yang pertengahan, dan di antara mereka ada (pula) yang lebih cepat berbuat kebaikan ' (Fathir: 32) Bahwa adapun orang yang lebih cepat berbuat kebaikan-kebaikan, maka ia memasuki surga tanpa hisab. Orang yang pertengahan, maka ia hanya mendapat hisab yang ringan. Dan orang yang aniaya kepada dirinya sendiri, maka ia mengalami kesedihan dan kesusahan di tempat pemberhentiannya. Yang demikian itu disebutkan oleh firman-Nya: Dan mereka berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami.” (Fathir: 34)

قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَزيز، حَدَّثَنَا سَلَامَةُ، عَنْ عَقِيل، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ عَوْف بْنُ مَالِكٍ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: "أُمَّتِي ثَلَاثَةُ أَثْلَاتٍ: فَثُلُثٌ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلَا عَذَابٍ، وَثُلُثٌ يُحَاسَبُونَ حِسَابًا يَسِيرًا ثُمَّ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ، وَثُلُثٌ يُمَحَّصون وَيُكْشَفُونَ، ثُمَّ تَأْتِي الْمَلَائِكَةُ فَيَقُولُونَ: وَجَدْنَاهُمْ يَقُولُونَ: "لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ". يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: صَدَقُوا، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا، أَدْخِلُوهُمُ الْجَنَّةَ بِقَوْلِهِمْ: "لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ" وَاحْمِلُوا خَطَايَاهُمْ عَلَى أَهْلِ النَّارِ، وَهِيَ الَّتِي قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: {وَلَيَحْمِلُنَّ أَثْقَالَهُمْ وَأَثْقَالا مَعَ أَثْقَالِهِمْ} [الْعَنْكَبُوتِ: 13] ،وَتَصْدِيقُهَا فِي الَّتِي فِيهَا ذِكْرُ الْمَلَائِكَةِ، قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: {ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا} فَجَعَلَهُمْ ثَلَاثَةَ أَنْوَاعٍ ، وَهُمْ أَصْنَافٌ كُلُّهُمْ، فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ، فَهَذَا الَّذِي يُكْشَفُ وَيُمَحَّصُ".

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Aziz, telah menceritakan kepada kami Salamah, dari Aqil, dari Ibnu Syihab, dari Auf ibnu Malik r.a., dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda: Umatku terbagi menjadi tiga golongan (kelak di hari kiamat), sebagian dari mereka masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab; sebagian yang lainnya lagi mendapat hisab yang ringan, kemudian masuk ke dalam surga, dan sebagian yang terakhir dicuci dan dibersihkan (dari dosa-dosanya di dalam neraka). Kemudian para malaikat datang, lalu berkata, "Kami menjumpai mereka mengatakan, "Tidak ada Tuhan selain Allah semata.” Lalu Allah Swt. berfirman, "Mereka benar, bahwa tidak ada Tuhan selain Aku. Akulah yang akan memasukkan mereka ke dalam surga berkat ucapan mereka, 'Tidak ada Tuhan selain Allah semata, ' dan bebankanlah dosa-dosa mereka kepada ahli neraka.” Hal inilah yang dimaksudkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya: Dan sesungguhnya mereka akan memikul beban (dosa) mereka,dan beban-beban mereka sendiri. (Al-Ankabut: 13) Dibenarkan pula hadis ini oleh ayat yang di dalamnya disebutkan para malaikat. Firman Allah Swt. Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami. (Fathir: 32) Maka Allah menjadikan mereka tiga gelombang, yang semuanya terdiri dari beberapa golongan; di antara mereka ada yang berbuat aniaya terhadap dirinya sendiri, maka golongan inilah yang dicuci dan dibersihkan terlebih dahulu.

Predikat riwayat ini garib.

Dan apabila hal ini telah ditetapkan, maka sesungguhnya ayat ini mengandung makna yang umum mencakup ketiga golongan dari umat ini. Para ulama dari kalangan umat ini merupakan orang-orang yang paling diprioritaskan mendapat nikmat ini, dan mereka adalah orang-orang yang lebih utama untuk mendapat rahmat ini.

Sehubungan dengan hal ini Imam Ahmad mengatakan:

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَزِيدَ، حَدَّثَنَا عَاصِمُ بْنُ رَجَاءِ بْنِ حَيْوَة ، عَنْ قَيْسِ بْنِ كَثِيرٍ قَالَ: قَدِمَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ إِلَى أَبِي الدَّرْدَاءِ -وَهُوَ بِدِمَشْقَ-فَقَالَ: مَا أَقْدَمَكَ أيْ أَخِي؟ قَالَ: حَدِيثٌ بَلَغَنِي أَنَّكَ تُحَدِّثُ بِهِ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. قَالَ أَمَا قَدِمْتَ لِتِجَارَةٍ؟ قَالَ: لَا. قَالَ: أَمَا قَدِمْتَ لِحَاجَةٍ؟ قَالَ: لَا؟ قَالَ: أَمَا قَدِمْتَ إِلَّا فِي طَلَبِ هَذَا الْحَدِيثِ؟ قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَطْلُبُ فِيهِ عِلْمًا، سَلَكَ اللَّهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ، وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ، وَإِنَّهُ لَيَسْتَغْفِرُ لِلْعَالَمِ مَنْ فِي السموات وَالْأَرْضِ حَتَّى الْحِيتَانُ فِي الْمَاءِ، وَفَضْلُ الْعَالَمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ. إِنَّ الْعُلَمَاءَ هُمْ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ، وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا، وَإِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ، فَمِنْ أَخَذَ بِهِ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ".

telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Yazid, telah menceritakan kepada kami Asim, ibnu Raja' ibnu Haiwah, dari Qais ibnu Kasir, yang mengatakan bahwa seorang lelaki dari kalangan penduduk Madinah datang kepada Abu Darda r.a. yang saat itu berada di Dimasyq, maka Abu Darda bertanya, "Apakah yang mendorongmu datang ke mari, hai saudaraku?" Lelaki itu menjawab, "Suatu hadis yang ada berita sampai kepadaku bahwa engkau telah menceritakannya dari Rasulullah Saw." Abu Darda r.a. bertanya, "Bukankah engkau datang untuk ber­dagang?" Lelaki itu menjawab, "Bukan." Abu Darda bertanya, "Benarkah engkau datang hanya untuk mencari hadis tersebut?" Lelaki itu menjawab, "Ya." Abu Darda berkata bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:Barang siapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu, Allah akan membawanya menempuh suatu jalan menuju ke surga. Dan sesungguhnya para malaikat benar-benar menaungkan sayap-sayapnya karena rela kepada penuntut ilmu, dan sesungguh­nya semua makhluk —baik yang ada di langit maupun yang ada di bumi— benar-benar memohonkan ampunan bagi orang yang alim, sehingga ikan-ikan yang ada di air(memohonkan ampun pula buatnya). Dan keutamaan orang alim atas seorang ahli ibadah(yang tidak alim), seperti keutamaan rembulan di atas semua bintang lainnya. Sesungguhnya ulama itu adalah pewaris para nabi, dan sesungguhnya para nabi itu tidak meninggalkan dinar dan tidak pula dirham, melainkan yang ditinggalkan mereka hanyalah ilmu; maka barang siapa yang mengambilnya, berarti ia telah mengambil bagian yang berlimpah.

Imam Abu Daud, Imam Turmuzi, dan Imam Ibnu Majah telah mengetengahkannya melalui hadis Kasir ibnu Qais; dan di antara mereka ada yang menyebutkannya Qais ibnu Kasir, dari Abu Darda r.a. Dan kami telah menyebutkan jalur-jalur hadis ini berikut perawinya di dalam Syarah Kitabul Ilmu, bagian dari kitab Sahih Bukhari, alhamdulillah.

Allah ta’ala membagi beberapa keadaan manusia berdasarkan tingkat amal perbuatan ketaatannya kepada-Nya. Ada di antara yang beramal sedikit, ada yang beramal banyak. Ada yang banyak bermaksiat, ada pula yang sedikit bermaksiat.

Jika kita tengok keadaan salaf kita dari kalangan shahabat, tabii’in, dan atbaa’ut-taabi’iin, dapat kita lihat bahwa mereka pun bertingkat-tingkat dalam masalah amal.

Saya contohkan dari kalangan shahabat. Ada di antara mereka yang bersegera beramal apa saja yang dia dengar dan ketahui dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Dia lah Abu Bakr radliyallaahu ‘anhu yang mendahului shahabat-shahabat yang lain.

حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ، حَدَّثَنَا مَرْوَانُ يَعْنِي الْفَزَارِيَّ، عَنْ يَزِيدَ وَهُوَ ابْنُ كَيْسَانَ، عَنْ أَبِي حَازِمٍ الْأَشْجَعِيِّ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمُ الْيَوْمَ صَائِمًا؟، قَالَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: أَنَا، قَالَ: فَمَنْ تَبِعَ مِنْكُمُ الْيَوْمَ جَنَازَةً؟، قَالَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: أَنَا، قَالَ: فَمَنْ أَطْعَمَ مِنْكُمُ الْيَوْمَ مِسْكِينًا؟، قَالَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: أَنَا، قَالَ: فَمَنْ عَادَ مِنْكُمُ الْيَوْمَ مَرِيضًا؟، قَالَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: أَنَا، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا اجْتَمَعْنَ فِي امْرِئٍ إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ "

Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abi ‘Umar : Telah menceritakan kepada kami Marwaan, yaitu Al-Fazzaariy, dari Yaziid – ia adalah Ibnu Kaisaan - , dari Abu Haazim Al-Asyjaa’iy, dari Abu Hurairah, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Siapakah di antara kalian yang memasuki waktu pagi dalam keadaan berpuasa di hari ini?”. Abu Bakr radliyallaahu ‘anhu menjawab : “Aku”. Beliau kembali bertanya : “Siapakah di antara kalian yang telah mengiringi jenazah pada hari ini?”. Abu Bakr radliyallaahu ‘anhu menjawab : “Aku”. Beliau kembali bertanya : “Siapakah di antara kalian yang telah memberi makan kepada orang miskin pada hari ini?”. Abu Bakr radliyallaahu ‘anhu menjawab : “Aku”. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam kembali bertanya : “Siapakah di antara kalian yang telah membesuk orang sakit pada hari ini?”. Abu Bakr menjawab : “Aku”. Lalu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam  bersabda : “Tidaklah seluruh perkara tersebut terkumpul pada diri seseorang melainkan dia akan masuk surga”[Diriwayatkan oleh Muslim no. 1028].

Ada di antara shahabat yang sangat rajin dan bersemangat menjalankan satu ibadah, lebih dari yang lainnya.

حدثني أبو الطاهر. قال: سمعت عبدالله بن وهب يحدث عن يونس، عن ابن شهاب. ح وحدثني حرملة بن يحيى أخبرنا ابن وهب. أخبرني يونس عن ابن شهاب. أخبرني سعيد بن المسيب وأبو سلمة بن عبدالرحمن ؛ أن عبدالله بن عمرو بن العاص قال: أخبر رسول الله صلى الله عليه وسلم أنه يقول: لأقومن الليل ولأصومن النهار، ما عشت. فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم "آنت الذي تقول ذلك ؟ " فقلت له: قد قلته، يا رسول الله ! فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "فإنك لا تستطيع ذلك. فصم وأفطر. ونم وقم. وصم من الشهر ثلاثة أيام. فإن الحسنة بعشر أمثالها. وذلك مثل صيام الدهر" قال قلت: فإني أطيق أفضل من ذلك. قال: "صم يوما وأفطر يومين" قال قلت: فإني أطيق أفضل من ذلك، يا رسول الله ! قال: "صم يوما وأفطر يوما. وذلك صيام داود (عليه السلام) وهو أعدل الصيام" قال قلت: فإني أطيق أفضل من ذلك. قال رسول الله عليه وسلم: "لا أفضل من ذلك".

Telah menceritakan kepadaku Abu Thaahir, ia berkata : Aku mendengar ‘Abdullah bin Wahb menceritakan dari Yuunus, dari Ibnu Syihaab  Dan telah menceritakan kepadaku Harmalah bin Yahyaa : Telah mengkhabarkan kepada kami Ibnu Wahb : Telah mengkhabarkan kepadaku Yahyaa, dari Ibnu Syihaab : Telah mengkhabarkan kepadaku Sa’iid bin Al-Musayyib dan Abu Salamah bin ‘Abdirrahmaan : Bahwasannya ‘Abdullah bin ‘Amru bin Al-‘Aash berkata : Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam diberitahukan bahwasannya ia (‘Abdullah) berkata : ‘Sungguh aku akan shalat di seluruh malam dan puasa di seluruh siang di sepanjang hayatku’. Maka beliau bersabda : “Apakah engkau yang mengatakan hal itu ?”. Aku menjawab : “Ya, aku telah mengatakannya wahai Rasulullah”. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya engkau tidak akan sanggup mengerjakannya. Berpuasalah dan berbukalah. Tidurlah dan shalat malam-lah. Berpuasalah tiga hari dalam sebulan, karena satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kebaikan yang semisal. Hal itu sebanding dengan puasa sepanjang masa”. Aku berkata : “Sesungguhnya aku mampu melakukan lebih dari itu”. Beliau bersabda : “Kalau begitu, berpuasalah sehari, lalu berbuka dua hari”. Aku berkata : “Sesungguhnya aku mampu melakukan lebih dari itu wahai Rasulullah”. Beliau bersabda : “Kalau begitu, berpuasalah satu hari dan berbukalah satu hari. Itu adalah puasa Nabi Daawud ‘alaihis-salaam. Itu adalah puasa yang paling adil”. Aku berkata : “Sesungguhnya aku mampu melakukan lebih dari itu”. Beliau bersabda : “Tidak ada puasa yang lebih baik dari itu” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 1159].

Namun, ada shahabat memilih amalan yang lebih ringan daripada yang dirutinkan ‘Abdullah bin ‘Amru radliyallaahu ‘anhum.

وحدثني هارون بن عبدالله ومحمد بن رافع. قالا: حدثنا ابن أبي فديك عن الضحاك بن عثمان، عن إبراهيم بن عبدالله بن حنين، عن أبي مرة مولى أم هانئ، عن أبي الدرداء؛ قال: أوصاني حبيبي صلى الله عليه وسلم بثلاث. لن أدعهن ما عشت: بصيام ثلاثة أيام من كل شهر. وصلاة الضحى. وبأن لا أنام حتى أوتر.

Dan telah menceritakan kepada kami Haaruun bin ‘Abdillah dan Muhammad bin Raafi’, mereka berdua berkata : Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abi Fudaik, dari Adl-Dlahhaak bin ‘Utsmaan, dari Ibraahiim bin ‘Abdillah bin Hunain, dari Abu Murrah maula Ummi Haani’, dari Abud-Dardaa’, ia berkata : “Kekasihku shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah mewasiatkan kepadaku tiga hal yang tidak aku tinggalkan selama hayatku : Berpuasa tiga hari pada setiap bulan, shalat Dluhaa, dan agar aku tidak tidur sebelum melakukan witir” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 722].

Bahkan ada di antara shahabat malah tidak mengerjakan shalat malam.

أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنِ الزُّهْرِيِّ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوسٌ عِنْدَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ إِذْ قَالَ يَطْلُعُ عَلَيْكُمُ الآنَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ قَالَ فَاطَّلَعَ رَجُلٌ مِنَ الأنْصَارِ تَنْطِفُ لِحْيَتُهُ مِنْ مَاءِ وُضُوئِهِ مُعَلِّقٌ نَعْلَيْهِ بِيَدِهِ الشِّمَالِ فَلَمَّا كَانَ مِنَ الْغَدِ قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَطْلُعُ عَلَيْكُمُ الآنَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَاطَّلَعَ ذَلِكَ الرَّجُلُ عَلَى مِثْلِ مَرْتَبَتِهِ الأُولَى فَلَمَّا كَانَ مِنَ الْغَدِ قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَطْلُعُ عَلَيْكُمُ الآنَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَاطَّلَعَ ذَلِكَ الرَّجُلُ عَلَى مِثْلِ مَرْتَبَتِهِ الأُولَى فَلَمَّا قَامَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم اتَّبَعَهُ عَبْدُ اللهِ بْنُ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ فَقَالَ لَهُ إِنِّي لاحَيْتُ أَبِي فَأَقْسَمْتُ إِنِّي لاَ أَدْخُلُ عَلَيْهِ ثَلاثَ لَيَالٍ فَإِنْ رَأَيْتَ أَنْ تُؤْوِيَنِي إِلَيْكَ حَتَّى تَحِلَّ يَمِينِي فَعَلْتَ قَالَ نَعَمْ قَالَ أَنَسٌ فَكَانَ عَبْدُ اللهِ بْنُ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ يُحَدِّثُ أَنَّهُ بَاتَ مَعَهُ ثَلاثَ لَيَالٍ فَلَمْ يَرَهُ يَقُومُ مِنَ اللَّيْلِ بِشَيْءٍ غَيْرَ أَنَّهُ إِذَا تَقَلَّبَ عَلَى فِرَاشِهِ ذَكَرَ اللَّهَ وَكَبَّرَهُ حَتَّى يَقُومَ لِصَلاةِ الْفَجْرِ فَيُسْبِغَ الْوُضُوءَ قَالَ عَبْدُ اللهِ غَيْرَ أَنَّى لاَ أَسْمَعُهُ يَقُولُ إِلا خَيْرًا فَلَمَّا مَضَتِ الثَّلاثُ اللَّيَالِي وَكِدْتُ أَنْ أَحْتَقِرَ عَمَلَهُ قُلْتُ يَا عَبْدَ اللهِ إِنَّهُ لَمْ يَكُنْ بَيْنِي وَبَيْنَ وَالِدِي غَضَبٌ وَلا هَجْرٌ وَلَكِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ لَكَ ثَلاثَ مَرَّاتٍ فِي ثَلاثَةِ مَجَالِسَ يَطْلُعُ عَلَيْكُمُ الآنَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَاطَّلَعْتَ أَنْتَ فِي تِلْكَ الثَّلاثِ مَرَّاتٍ فَأَرَدْتُ أَنْ آوِيَ إِلَيْكَ فَأَنْظُرَ مَا عَمَلُكَ فَأَقْتَدِيَ بِكَ فَلَمْ أَرَكَ تَعْمَلُ كَبِيرَ عَمَلٍ فَمَا الَّذِي بَلَغَ بِكَ مَا قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ مَا هُوَ إِلا مَا رَأَيْتَ فَانْصَرَفْتُ عَنْهُ فَلَمَّا وَلَّيْتُ دَعَانِي وَقَالَ مَا هُوَ إِلا مَا رَأَيْتَ غَيْرَ أَنِّي لاَ أَجِدُ فِي نَفْسِي غِلاً لأَحَدٍ مِنَ الْمُسْلِمِينَ وَلا أَحْسِدُهُ عَلَى خَيْرٍ أَعْطَاهُ اللَّهُ إِيَّاهُ فَقَالَ لَهُ عَبْدُ اللهِ بْنُ عَمْرٍو هَذِهِ الَّتِي بَلَغَتْ بِكَ وَهِيَ الَّتِي لاَ نُطِيقُ

Telah mengkhabarkan kepada kami Ma’mar, dari Az-Zuhriy, dari Anas bin Maalik, ia berkata : Ketika kami duduk-duduk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba beliau bersabda : “Sebentar lagi akan datang seorang laki-laki penghuni surga”. Kemudian seorang laki-laki dari Anshar lewat di hadapan mereka sementara bekas air wudlu masih membasahi jenggotnya, sedangkan tangan kirinya menenteng sandal. Esok harinya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda lagi : “Akan lewat di hadapan kalian seorang laki-laki penghuni surga”. Kemudian muncul lelaki kemarin dengan kondisi persis seperti hari sebelumnya. Besok harinya lagi Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Akan lewat di hadapan kalian seorang lelaki penghuni surga”. Tidak berapa lama kemudian orang itu masuk sebagaimana kondisi sebelumnya; bekas air wudhu masih memenuhi jenggotnya, sedangkan tangan kirinya menenteng sandal. Setelah itu Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam bangkit dari tempat duduknya. Sementara Abdullah bin ‘Amru bin Al-‘Aash mengikuti lelaki tersebut, lalu ia berkata kepada lelaki tersebut : “Aku sedang punya masalah dengan orang tuaku, aku berjanji tidak akan pulang ke rumah selama tiga hari. Jika engkau mengijinkan, maka aku akan menginap di rumahmu untuk memenuhi sumpahku itu”. Dia menjawab : “Silakan”. Anas berkata bahwa ‘Abdullah bin ‘Amru bin Al-‘Aash setelah menginap tiga hari tiga malam di rumah lelaki tersebut tidak pernah mendapatinya sedang shalat malam. Hanya saja tiap kali terjaga dari tidurnya ia membaca dzikir dan takbir hingga menjelang subuh. Kemudian mengambil air wudhu. Abdullah juga mengatakan : “Aku tidak mendengar ia berbicara, kecuali yang baik”. Setelah menginap tiga malam, saat hampir saja ‘Abdullah menganggap remeh amalnya, ia berkata : “Wahai hamba Allah, sesungguhnya aku tidak sedang bermasalah dengan orang tuaku, hanya saja aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selama tiga hari berturut-turut di dalam satu majelis beliau bersabda : ‘Akan lewat di hadapan kalian seorang lelaki penghuni surga’.’ Selesai beliau bersabda, ternyata yang muncul tiga kali berturut-turut adalah engkau. Maka, aku ingin menginap di rumahmu ini untuk mengetahui amalan apa yang engkau lakukan, sehingga aku dapat mengikuti amalanmu. Sejujurnya aku tidak melihatmu mengerjakan amalan yang berpahala besar. Sebenarnya amalan apakah yang engkau kerjakan sehingga Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam berkata demikian ?”. Kemudian laki-laki Anshar itu menjawab : “Aku tidak mengerjakan amalan apa-apa, kecuali apa yang telah engkau lihat”. Mendengar jawaban itu, akupun pulang. Namun ketika aku sudah berpaling, ia memanggilku, lalu berkata : “Aku tidak mengerjakan amalan apa-apa, kecuali apa yang telah engkau lihat. Hanya saja aku tidak pernah mempunyai rasa iri kepada sesama muslim atau hasad terhadap kenikmatan yang diberikan Allah kepadanya”. ‘Abdullah bin ‘Amru berkata kepadanya : “Inilah amalan yang menyebabkan kamu mencapai derajat itu, sebuah amalan yang kami tidak mampu melakukannya” [Diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin Al-Mubaarak dalam Az-Zuhd, hal. 220-221 no. 694].

Dan bahkan...., ada shahabat yang tidak menambah amalan sunnah kecuali apa yang diwajibkan saja.

حدثنا إسماعيل قال: حدثني مالك بن أنس، عن عمه أبي سهيل بن مالك، عن أبيه، أنه سمع طلحة بن عبيد الله يقول: جاء رجل إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم من أهل نجد، ثائر الرأس، يسمع دوي صوته ولا يفقه ما يقول، حتى دنا، فإذا هو يسأل عن الإسلام، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (خمس صلوات في اليوم والليلة) فقال: هل علي غيرها؟ قال: (لا إلا أن تطوع). قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (وصيام رمضان). قال هل علي غيره؟ قال: (لا إلا أن تطوع). قال: وذكر له رسول الله صلى الله عليه وسلم الزكاة، قال: هل علي غيرها؟ قال: (لا إلا أن تطوع). قال: فأدبر الرجل وهو يقول: والله لا أزيد على هذا ولا أنقص، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (أفلح إن صدق).

Telah menceritakan kepada kami Ismaa’iil, ia berkata : Telah menceritakan kepadaku Maalik bin Anas, dari pamannya yang bernama Abu Suhail bin Maalik, dari ayahnya, bahwasannya ia mendengar Thalhah bin ‘Ubaidillah berkata : Datang seorang laki-laki penduduk Najd kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam, kepalanya telah beruban, gaung suaranya terdengar tetapi tidak bisa dipahami apa yang dikatakannya kecuali setelah dekat. Ternyata ia bertanya tentang Islam. Maka Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam menjawab : “Shalat lima waktu dalam sehari semalam”. Ia bertanya lagi : “Adakah aku punya kewajiban shalat lainnya ?”. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam menjawab : “Tidak, melainkan hanya amalan sunnah saja”. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam kemudian menyebutkan puasa di bulan Ramadlan. Ia bertanya lagi : “Adakah aku mempunyai kewajiban puasa selainnya ?”. Beliau menjawab : “Tidak, melainkan hanya amalan sunnah saja”. Perawi (Thalhah) mengatakan bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam kemudian menyebutkan tentang zakat kepadanya. Maka ia pun kembali bertanya : “Adakah aku punya kewajiban lainnya ?”. Beliau menjawab : “Tidak, melainkan hanya amalan sunnah saja”. Perawi mengatakan : Selanjutnya orang ini pergi seraya berkata : “Demi Allah, saya tidak akan menambahkan dan tidak akan mengurangi ini”. Mendengar hal itu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam pun berkata : “Niscaya ia akan beruntung jika ia benar-benar melakukannya” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 46]•

Dan bahkan,...... ada sebagian shahabat yang melakukan kekeliruan yang kemudian ditegakkan hadd kepadanya.

وحدثنا محمد بن العلاء الهمذاني. حدثنا يحيى بن يعلى (وهو ابن الحارث المحاربي) عن غيلان (وهو ابن جامع المحاربي)، عن علقمة بن مرثد، عن سليمان بن بريدة، عن أبيه. قال: ........قال: ثم جاءته امرأة من غامد من الأزد. فقالت: يا رسول الله! طهرني. فقال (ويحك! ارجعي فاستغفري الله وتوبي إليه). فقالت: أراك تريد أن ترددني كما رددت ماعز بن مالك. قال: (وما ذاك؟) قالت: إنها حبلى من الزنى. فقال (آنت؟) قالت: نعم. فقال لها (حتى تضعي ما في بطنك). قال: فكفلها رجل من الأنصار حتى وضعت. قال: فأتى النبي صلى الله عليه وسلم فقال: قد وضعت الغامدية. فقال (إذا لا نرجمها وندع لها ولدها صغيرا ليس له من يرضعه). فقام رجل من الأنصار فقال: إلى رضاعه. يا نبي الله! قال: فرجمها.

Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al-‘Alaa’ Al-Hamdzaaniy : Telah menceritakan kepada kami Yahyaa bin Ya’laa (ia adalah Ibnul-Haarits Al-Muhaaribiy), dari Ghailaan (ia adalah Ibnu Jaami’ Al-Muhaaribiy), dari ‘Alqamah bin Martsad, dari Sulaimaan bin Burairad, dari ayahnya, ia berkata : “.....Kemudian datanglah seorang wanita dari daerah Ghaamid dari kalangan suku Al-Azd, ia berkata : ‘Wahai Rasulullah, sucikanlah aku !’. Lalu Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ‘Celakalah kamu ! Pulanglah dan beristighfarlah kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya’. Lalu wanita itu berkata : ‘Aku melihat engkau ingin menolakku sebagaimana engkau telah menolak Ma’iz bin Maalik’. Beliau bersabda : ‘Apa maksudnya ?’. Ia berkata : ‘Sesungguhnya ia telah hamil karena zina’. Lalu Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ‘Apakah (wanita itu) engkau ?’. Ia menjawab : ‘Ya, benar’. Maka beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya : ‘Kembalilah, hingga engkau melahirkan kandunganmu’. Buraidah (perawi) berkata : ‘Lalu wanita itu ditanggung seorang laki-laki Anshar sampai melahirkan’. Kemudian laki-laki itu datang kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan berkata : ‘Sesungguhnya wanita Ghamidiyyah itu telah melahirkan’. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ‘Kalau begitu, kami belum akan merajamnya, karena ia meninggalkan anaknya yang masih kecil dan tidak ada orang yang menyusuinya’. Lalu seorang laki-laki dari kalangan Anshar berdiri dan berkata : ‘Wahai Nabi Allah, serahkan kepadaku penyusuannya !’. Buraidah berkata : ‘Lalu beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam merajamnya’ [Diriwayatkan oleh Muslim no. 1695].

Perhatikanlah wahai sahabat...  bagaimana keadaan para shahabat yang dikatakan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam sebagai sebaik-baik generasi dan bintang penjaga umat.

Betapa baik dan tinggi kedudukan mereka, mereka tetaplah manusia, sama seperti kita. Mereka bertingkat-tingkat dalam hal iman dan amal. Ada yang lebih ataupun kurang.

Jika keadaan para shahabat saja seperti itu, bagaimana pula keadaan kita ?. Sehebat apapun seseorang, tentu ada lebih dan kurangnya. Ada di antara mereka yang unggul di satu hal, namun kurang dalam hal yang lain. (Mungkin), ada sebagian di antara kita yang ibadahnya ‘luar biasa’, namun kurang bisa berinteraksi dengan orang lain. Ada sebagian di antaranya yang rajin ikut ta’lim kesana dan kemari, namun susah diajak ta’awun dalam dakwah. Ada sebagian di antaranya yang diberikan kecerdasan dalam teoritis ilmu-ilmu agama, namun agak kurang dalam kekuatan implementasinya. Dan seterusnya dan seterusnya.

Seringkali kita menjadikan apa yang ada pada diri kita menjadi satu standar yang harus berlaku pada orang lain. Jika kita rajin shalat malam, maka orang lain pun ‘wajib’ shalat malam. Jika kita rajin ta’lim, maka orang lain pun ‘wajib’ rajin ta’lim. Jika kita aktif dalam dakwah, maka orang lain pun ‘wajib’ seperti itu pula. Apa-apa yang tidak berkesesuaian dengan diri kita dari orang lain, kita anggap sebagai satu cela. Tidak jarang hal itu berlanjut menjadi kekakuan, kekurangharmonisan, dan ajang bermasam muka. Kita anggap berketus kata sebagai media utama pengamalan sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam :

الدين النصيحة

“Agama itu nasihat”.

agar,.... orang yang bersangkutan ‘menyadari kesalahannya’ yang selanjutnya melakukan apa yang kita lakukan.

Islam tidaklah bertujuan menjadikan manusia sama, akan tetapi Islam bertujuan untuk mengajak manusia beribadah kepada Allah semata dengan mengamalkan syari’at yang ada di dalamnya, yang itu bisa terwujud dengan media nasihat. Allah ta’ala telah berfirman :

ثُمَّ كَانَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ وَتَوَاصَوْا بِالْمَرْحَمَةِ

“Dan dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang” [QS. Al-Balad : 17].

Al-Haafidh Ibnu Katsiir rahimahullah berkata :

وقوله: { وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ وَتَوَاصَوْا بِالْمَرْحَمَةِ } أي: كان من المؤمنين العاملين صالحا، المتواصين بالصبر على أذى الناس، وعلى الرحمة بهم. كما جاء في الحديث: "الراحمون يرحمهم الرحمن، ارحموا من في الأرض يرحمكم من في السماء" وفي الحديث الآخر: "لا يَرْحَم اللهُ من لا يَرْحَم الناس"

“Dan firman-Nya : ‘dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang’, yaitu : ia termasuk orang-orang mukmin yang selalu mengerjakan amal shalih dan senantiasa memberikan wasiat/nasihat untuk bersabar dari gangguan orang lain serta berkasih sayang dengan mereka. Hal itu sebagaimana terdapat dalam hadits : ‘Orang-orang yang mengasihi akan selalu dikasihi oleh Yang Maha Pengasih (Allah). Kasihilah orang-orang yanga ada di bumi, niscaya engkau akan dikasihi orang Dzat yang ada di langit”. Dan juga dalam hadits yang lain : ‘Allah tidak mengasihi orang-orang yang tidak mengasihi manusia’” [Tafsiir Al-Qur’aanil-‘Adhiim, 14/362].

Nasihat dan dakwah adalah untuk mengajak yang jauh untuk mendekat, mengajak yang lemah beramal menjadi rajin beramal. Bukan sebaliknya, mengajak yang lemah menjadi semakin lemah dan malas, serta mengajak yang jauh menjadi semakin jauh.

Kewajiban kita – jika kita tahu sesuatu (dan telah mengamalkannya) – hanyalah menyampaikan. Karena kita tahu :

لأن يهدى بك رجل واحد خير لك من حمر النعم

“Seandainya Allah memberikan hidayah seseorang melalui perantaraanmu, maka itu lebih baik bagimu daripada onta merah (harta dunia yang sangat berharga)”.

Jika diterima alhamdulillah. Jika belum, maka sabar, berdoa, dan terus berusaha untuk mendapatkan onta merah. Jangan sampai hilang dan terlepas.

Allah ta’ala telah menciptakan bermilyar manusia dengan berbagai keadaannya. Di antaranya kita, ibu kita, ayah kita, teman kita, tetanga kita, relasi kita, dan yang lainnya dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Jika kita melihat orang lain penuh kekurangan, maka tidaklah beda jauh dengan diri kita. Banyak kelebihan yang mungkin dimiliki orang lain yang tidak ada pada diri kita.

Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar