Translate

Rabu, 24 Februari 2021

Riwayat Sejarah Mbah Kyai Haji Abdullah Faqih Cemoro

 

Yayasan Pondok Pesantren KH Abdullah Faqih didirikan Oleh Almarhum Almagfurlah Romo KH Abdullah faqih pada tahun 1917 M atau yang lebih dikenal dengan “ pesantren Cemoro “ berkedudukan di Dusun Cemoro Desa Balak Kecamatan Songgon Kabupaten Banyuwangi .

KH. Abdullah Faqih atau lebih dikenal kiai Faqih Cemoro sudah tidak asing adalah Ulama besar, dan waliyullah. Kiai Faqih yang lahir pada tahun 1870 Masehi. Beliau dikenal bukan hanya penyebar Islam,saja, tapi juga pejuang kemerdekaan yang gigih melawan penjajah Belanda.

KH abdullah Faqih  dari kerturunan pejuang Balambangan.

KH ABDULLAH FAQIH dilahirkan di dusun Pakis desa balak ( waktu Itu ) tepatnya pada Tahun 1878 M atau 1332 H dari pasangan KH Umar Mangunrono (R.Markidin) R. Markidin atau bisa di sebut KH Umar Mangun rono adalah anak dari sunan Murobah Banten dangan Ibu Raden Ayu Adawilah putri dari keturunan Raden Mas tholib atau (REMPEG JOGOPATI) yang adik dari Mas Alit dari selir mas bagus puri wiroguno, yang berada di dusun pakis hidup bersama rakyat yang tertindas oleh kekejaman VOC waktu itu,  Besarnya R MAS REMPEG JOGOPATI ini Beliau Banyak Belajar Islam dari Kiay Rupo.

R.SAYU ADAWILLAH yang nota bene adalah putri RM Rempeg Jogopati  yang pada waktu itu tahun 1771-1772 bersama dengan R SAYU WIWIT Anak Wong Agung Wilis berperang melawan VOC di bawah bendera laskar bayu, perang tersebut di sebut dengan perang puputan bayu.

Menurut Beberapa Sejarah menerangkan bahwa perang panjang rakyat belambangan di bawah kepemimpinan RM Rempeg Jogopati dan R.SAYU WIWIT melawan VOC menghabiskan 8 ton emas, ini diakui oleh belanda bahwa perang yang paling berat adalah perang di belambangan.

Pada tahun tahun setelah peperangan puputan bayu tersebut R. Sayu Adawillah mengalami sakit dan berobatlah pada Tabib yang kebetulan saat itu berada di wilayah belambangan yakni Sunan Murobah yang berasal dari banten. Dan akhirnya Raden  Sayu Adawillah menikah dengan Sunan Murobah dan di boyong untuk hidup di banten.

Dari pernikahan dengan Sunan murobbah banten dan hidup di daerah batu quran banten Raden Sayu Adawillah Di karuniai 3 Orang Anak diantaranya

1.   RM MARTIDIN
2.   RM Markidin Atau (Kyai Hadji Umar Mangunrono)
3.   R.Sayu Martinah

Jadi RM Martidin ini merupakan putra dari pasangan Ki Sunan Murobah Banten dengan RM Sayu Adawillah. Dari sinilah jiwa kepemimpinan dan perjuangan RM MARKIDIN itu muncul dan akhirnya RM sayu Adawillah memerintahkan kepada RM Markidin dan RM martinah Untuk ke banyuwangi Menemui Saudara saudaranya yan berjuang memlawan VOC di daerah bayu. Dan Perjuangan Kemerdekaan melawan Penjajah di teruskan oleh RM Martidin. Beliau RM Martidin Di perintahkan untuk menjadi Lurah Pertama di desa BALAK oleh saudara Misanya yang Kebetulan menjadi bupati Banyuwangi waktu Itu RM pringgokusumo.

 RM Markidin atau Kiyai Umar akhirnya Menjadi lurah Pertama di Desa balak yang mempunyai Julukan Ki mangunrono. Yang artinya orang yang memangku wilayah. Dan nama RM Markidin berubah menjadi Kyai Hadji Umar Mangunrono.

Kyai Hajdi Umar mangunrono yang pada waktu itu berusia 38 tahun malalui prkawinanya dengan anak tuan tanah atau putri dari sukarejo singojuruh atau adik dari Raden Rokso Sukorejo Singojuruh., ini KH umar memiliki 7 orang anak di antaranya adalah KH Abdullah Faqih. KH abdullah Faqih memiliki nama Kecil yakni RM Mudasir.

Kelahiran Dan Masa Kecil Mbah Kyai

Nama Kecil kyai hadji Abdullah Faqih adalah RM Mudasir. Sejak kecil RM mudasir merupakan seorang yang giat mengaji dan senang akan pengembaraan untuk mencari ilmu pengetahuan,kratif, dan penuh inisiatif. di dalam keseharianya RM Mudasir seorang yang tawadu’ dan memiliki Kecerdasaan. Di bawah bimbingan Mbah putri adik Dari raden Rokso itu maka KH Abdullah Faqih yang kala itu bernama RM Mudasir mengaji dan terus giat aktif di dalam pencarian ilmu.

Pada tahun 1887 yang usia KH abdullah faqih pada waktu itu usia 9 tahun Sudah mengembara untuk mencari ilmu, karena di rumah beliau yakni Ki Umar Mangun rono yang jabatan pada waktu itu sebagai kepala Desa (mangun) sibuk untuk berjuang melawan penjajah belanda. Kyai umar mangun rono yang waktu itu bergabung dan berjuang dengan membentuk pasukan yang bernama laskar bayu.

Kiyai Umar mangun rono yang kala itu menetap dan membabat alas pertama di daerah Balak kecamatan singojuruh ( waktu itu) di kenal sebagai orang yang memiliki kesaktian dan ilmu kanuragan yang mumpuni.

Adapun anak anak dari Mbah Hadji Umar Mangun rono ( RM Markidin ) antara lain :

H Rutinah
Mbah Dahum
Hadji Irsad
KH Rofii
RM Mudasir (KH Abdullah Faqih)
H Abdurahman
H Sarbini

Di besarkan di lingkungan keluarga yang berada dan pemangku daerah tidak lantas membuat RM mudasir terlena dengan kenyamanan dan kemapanan. Diantara saudara saudarnya KH abdullah Faqih terkenal sebagi anak yang Giat untuk mencari ilmu, dan karena kebesaraan Allah pada usia 9 tahun RM mudasir (KH ABDULLAH FAQIH) sudah di karuniai ilmu laduni. Dan sejak umur 9 tahun RM Mudasir sudah terbiasa untuk tirakat dan berpuasa, beliau sering malakukan puasa Senin kamis, puasa daud dan puasa hari putih yakni puasa di tanggal 13-14-15 di pertengahan Bulan.

Demikianlah allah memberikan hidayah kepada hambanya yang di kehendaki.

Pada tahun 1887, kala itu Mudasir masih berusia sembilan tahun. Dia sudah memutuskan untuk berkelana mencari ilmu.  Mudasir muda telah berkelana ke berbagai tempat. Diantaranya ke Kiai Purwosono di Lumajang. Kurang lebih dua tahun, ia menuntut ilmu sekaligus mengabdi disana.

Pendidikan

Mbah KH. Abdullah Faqih merupakan sosok anak muda yang giat belajar. Sejak belia ia rajin menuntut ilmu serta tirakat. Melalui bimbingan ayahnya yang terkenal memiliki ilmu agama dan kanuragan yang pilih tanding, beliau kecil rajin berpuasa sunnah.

Pada tahun 1887, kala itu Kiai Faqih masih berusia sembilan tahun. Dia sudah memutuskan untuk berkelana mencari ilmu. Faqih muda telah berkelana ke berbagai tempat. Diantaranya ke Kiai Purwosono di Lumajang. Kurang lebih dua tahun, ia menuntut ilmu sekaligus mengabdi disana.

Selain ke Lumajang, Faqih muda juga pergi ke Lirboyo. Di tempat itu, ia berkeinginan untuk menuntut ilmu disebuah pesantren yang diasuh oleh KH. Abdul Karim, pendiri Pesantren Lirboyo.

Setelah itu, Kiai Faqih muda melanjutkan pengembaraannya ke Pasuruan. Ia berguru kepada KH. Siddiq ulama besar asal Lasem yang bermukim di Pasuruan lalu menetap di Jember. Dari Kiai Siddiq ini, banyak terlahir ulama besar. Baik secara biologis maupun ideologis. Diantara putranya, ialah KH. Ahmad Siddiq, Rois Syuriah PBNU periode 1984 – 1989.

Usai nyantri di Pasuruan, Kiai Faqih menyebrang ke Madura. Ia menuntut ilmu ke soko guru para ulama Nusantara, Syaikhona Kholil Bangkalan. Tak kurang dari sembilan tahun, ia menyerap ilmu dari waliyullah tersebut.

Kiai Faqih merupakan santri ke-22 dari Syaikhona Kholil Bangkalan. Saat belajar di Bangkalan, beliau satu angkatan dengan KH. Hasyim Asyari dan KH. Wahab Chasbullah, dua kiai besar asal Jombang yang dikenal sebagai pendiri NU.

Kiai Faqih juga satu angkatan dengan KH. M. Munawwir, pendiri Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta,  KH. Ma’shum pendiri Pondok Pesantren Lasem Rembang,  dan KH. Syamsul Arifinpendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah  Asembagus Situbondo.

Puas menuntut ilmu syariah, Kiai Faqih berkelana lagi menuntut ilmu hikmah. Tercatat ia singgah selama dua tahun di Pesantren Kaliwungu yang diasuh oleh KH. Sholeh, Semarang. Lalu, setahun ke Kiai Syamsuri di Cirebon. Setahun kemudian ia berguru ke tanah kelahiran kakeknya, Banten. Tak tercatat kepada siapa ia berguru di bumi para jawara itu.

Pada 1904, Kiai Faqih menyempurnakan ilmu dan juga rukun Islam ke tanah suci Mekkah. Di tempat kelahiran Islam ini, Kiai Faqih belajar lagi kepada KH. Mahfud Termas dan ulama lain sejamannya. Enam tahun lebih, ia tuntaskan dahaga ilmunya di tanah haram tersebut.

Mendirikan Pesantren

Berbekal ilmu, spiritualitas, mentalitas, pengalaman dan jaringan ulama nusantara yang telah dirangkai, mendorong Kiai Faqih untuk merintis pesantren di kampungnya. Ia memulainya sejak tahun 1911, namun baru mendapatkan legalitas dari Pemerintah Hindia Belanda pada 17 Agustus 1917. Pemberlakuan Ordonasi Guru menjadi rintangan administratif yang kerap mengkungkung pertumbuhan pesantren saat itu.

Awalnya hanya dua tiga orang santri yang mengaji ke Kiai Faqih. Namun karena kealimannya, lambat laun Pesantren Cemoro mulai menarik minat masyarakat luas untuk belajar disana. Ratusan santri dari berbagai daerah, tidak hanya dari dalam Banyuwangi, juga turut berdatangan.

Santri-Santri

Diantara santri Pesantren Cemoro adalah KH. Harun, Kelurahan Tukang Kayu, Banyuwangi, KH. Abdul Manan, Mberasan, Desa Wringin Putih, Kecamatan Muncar; dan KH. Ahmad Qusairi.

Penjuang Melawan Penjajah

Mbah KH. Abdullah Faqih dikenal bukan hanya penyebar Islam, tapi juga pejuang kemerdekaan yang gigih melawan penjajah Belanda.

Melalui bendera Hizbullah, beliau pernah memimpin sejumlah peperangan di ujung timur Pulau Jawa, tepatnya di wilayah Banyuwangi. Ia pernah ikut perang Parangharjo, perang Hizbullah Lemahbang, dan beberapa perang lain.

Wafat

Mbah KH. Abdullah Faqih wafat pada malam Jumat Kliwon tahun 1953 di usia 83 tahun. Kiai karismatik itu dimakamkan di kompleks pemakaman keluarga di dekat istrinya, almarhumah Suryati, yang meninggal lebih dulu di usia 60 tahun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar