Masalah-masalah furu’iyyah yang di besar-besarkan dan mengklaim hanya golongannya yang selalu benar telah membuat ummat berpecah dan saling musuh memusuhi, padahal sejak dahulu perbedaan cabang (furu’) ini memang sudah ada dan para generasi Salaf dan ulama-ulama terdahulu tetap mengedepankan persaudaraan, dan tak pernah membesar-besarkan.
Ziarah kubur merupakan salah satu ibadah yang disyariatkan dalam agama Islam. Karena ia mempunyai hikmah, keutamaan dan manfaat bagi orang yang berziarah maupun orang mati yang diziarahi.
Hikmah disyariatkannya ziarah kubur untuk mengingatkan kematian dan akhirat sehingga pelakunya menjadi zuhud terhadap dunia. Memang terlihat ada hubungannya ziarah kubur ini dengan kabar akan terjadinya kiamat di hari Jum’at. Namun mengususkannya di hari Jum’at tidak ada dalil shahih yang mendasarinya. Padahal, ziarah kubur termasuk ibadah, tidak diketahui keistemewaan dan kekhususannya kecuali dengan dalil.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda;
لَا تَخُصُّوا لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ بِقِيَامٍ مِنْ بَيْنِ اللَّيَالِي ، وَلَا تَخُصُّوا يَوْمَ الْجُمُعَةِ بِصِيَامٍ مِنْ بَيْنِ الْأَيَّامِ ، إلَّا أَنْ يَكُونَ فِي صَوْمٍ يَصُومُهُ أَحَدُكُمْ
“Janganlah menghususkan malam Jum’at untuk mengerjakan shalat dari malam-malam lainnya, dan janganlah menghususkan siang hari Jum’at untuk mengerjakan puasa dari hari-hari lainnya, kecuali bertepatan dengan puasa yang biasa dilakukan oleh salah seorang kalian.” (HR. Muslim, al-Nasai, al-Baihaqi, dan Ahmad)
Para ulama menjelaskan, bahwa maksud larangan ini adalah mengistimewakan (menghususkan) malam Jum’at dengan melaksanakan ibadah tertentu untuk mengagungkannya, seperti shalat dan tilawah yang tidak biasa dilakukan pada hari-hari lain, kecuali ada dalil khusus yang memerintahkannya seperti membaca surat Al-Kahfi. Sehingga ziarah kubur yang dikhususkan pada hari Jum’at termasuk yang dilarang. Namun jika dikerjakan bukan sebagai penghususan terhadap hari Jum’at –mungkin karena ada waktunya pada hari itu, bebarengan dengan mengantarakan jenazah, dan semisalya- maka tak mengapa.
Memang benar terdapat satu hadits yang menerangkan keutamaan menziarahi kubur orang tua pada hari Jum’at. Ganjarananya, orang tersebut akan diampuni dosanya dan tercatat sebagai anak yang berbakti.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
مَنْ زَارَ قَبْرَ أَبَوَيْهِ أَوْ أَحَدِهِمَا فِي كُلِّ جُمُعَةٍ غُفِرَ لَهُ وَكُتِبَ بَرًّا
“Barangsiapa menziarahi makam kedua orang tuanya atau salah satu dari mereka pada setiap hari Jum’at, maka dia diampuni dan dicatat sebagai seorang anak yang berbakti (kepada orang tuanya).“ (HR. Al-Baihaqi dalam Syu’ab Al-Iman, Al-Thabrani dalam Al-Ausath no. 6293 dan al-Shaghir no. 952, Al-Hakim, dan lainnya)
Sejumlah ulama menghukumi hadits tersebut antara dhaif jiddan (lemah banget) dan maudhu’ (palsu). Al-Hafidz Ibnul Hajar berkata, “Hadits tersebut dengan isnad ini adalah batil.” (Fathul Baari: 4/364). Dan dalam Miizan al-I’tidal (5/316) menyebutkan, “di dalamnya terdapat Amru bin Ziyad bahwa dia tertuduh suka memalsukan hadits.”
عَنْ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيْقِ ، رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : مَنْ زَارَ قَبْرَ وَالِدَيْهِ فِي كُلِّ جُمُعَةٍ فَقَرَأَ عِنْدَهُمَا ، أَوْ عِنْدَهُ يس ، غُفِرَ لَهُ بِعَدَدِ كُلِّ آيَةِ أَوْ حَرْفٍ. ( رواه أبو نعيم الأصبهاني في أخبار أصبهان : 2026 (10/ 123)
Dari Abu Bakr ash Shiddiq Radhiallahu ‘Anhu ia berkata : Saya mendengar Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Barangsiapa menziarahi kubur kedua orang tuanya setiap hari Jum’at, kemudian membaca surat Yasin di sisinya atau salah satunya, maka dosanya akan diampuni sejumlah ayat-ayat atau huruf-huruf yang dibacanya. (HR. Abu Nu’aim al Ashbihani dalam kitab Akbar Ashbihan : 2026 (10/ 123)
– عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ:”مَنْ زَارَ قَبْرَ أَبَوَيْهِ أَوْ أَحَدِهِمَا فِي كُلِّ جُمُعَةٍ غُفِرَ لَهُ وَكُتِبَ بَرًّا” (رواه الطَّبَرَانِيُّ في مُعْجَمِهِ الْكَبِيْرِ : 193 (19/ 85)
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu ia berkata : Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Barangsiapa menziarahi kubur kedua orang tuanya atau salah satu dari keduanya setiap hari Jum’at, maka dosanya akan diampuni dan dicatat sebagai orang yang telah berbuat baik kepada orang tua. (HR. ath Thabarani dalam kitabnya al-Mu’jam al-Kabir : 193 (19/ 85) )
Kedua hadits tersebut memang dha’if dari segi sanad, tapi para Ulama hadits dari kalangan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah sepakat bolehnya mengamalkan hadits dha’if dalam masalah fadhailul a’mal. Di samping itu, ada banyak hadits-hadits shahih lain yang menjadi penguat hadits tersebut. Dengan demikian kedua hadits ini bisa diamalkan. Meski dalam hadits ini tentang ziarah ke makam kedua orang tua yang telah wafat, tentunya juga berlaku ke makam-makam lain, mengingat keutamaan tentang hari Jum’at yang cukup banyak telah disebutkan dalam hadits-hadits Rasulullah.
Dalam Kitab I'anatuthalibin Juz II.
وورد أيضا أن ارواح المؤمنين تأتى فى كل ليلة الى سماء الدنيا وتقف بحذاء بيوتها وينادى كل واحد منها بصوت خزين يااهل واقاربى وولدى يامن سكنوابيوتنا ولبسوا ثيابنا واقتسموا اموالنا هل منكم من أحد يذكرنا ويتفكرنا فى غربتنا ونحن فى سجن طويل وحصن شديد فارحمونا يرحمكم الله. ولاتبخلوا علينا قبل أن تصيروا مثلنا ياعباد الله ان الفضل الذى فى ايديكم كان فى ايدينا وكنا لاتنفق منه فى سبيل الله وحسابه ووباله علينا والمنفعة لغيرنا فان لم تنصرف اى الارواح بشيئ فتنصرف بالحسرة والحرمان وورد أيضا عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال مالميت فى قبره إلاكالغريق المغوث ينتظر دعوة تلحقه من ابنه او اخيه اوصديق له فاذا لحقته كانت أحب اليه من الدنيا ومافيها.
Keterangan dari hadits bahwa arwah orang-orang mukmin datang pada tiap malam ke langit dunia, dan berhenti di jurusan rumah-rumahnya dan berseru-seru dengan suara yang mengharukan seribu kali “wahai keluargaku, sanak-saudara, dan anak-anakku, wahai kau yang mendiami rumah-rumahku, memakai pakaianku dan membagi-bagi hartaku. Apakah ada diantara kalian yang mengingat dan memikirkanku dalam pengasinganku ini dan aku berada dalam tahanan yang cukup lama dalam benteng yang kuat. Kasihanilah kami, maka Allah akan mengasihanimu. Janganlah kamu semua bakhil kepadaku sebelum kamu (berposisi) sepertiku.Wahai hamba-hamba Allah sesungguhnya apa yang kau miliki sekarang dulu juga (pernah) ku miliki, hanya saja dulu aku tidak membelanjakannya di jalan Allah, dimana pemeriksaannya dan bahayanya menimpaku sedang kegunaannya bermanfaat kepada orang lain”. Jika kamu (sanak, saudara dll) tidak memperhatikannya (arwah), maka mereka (arwah-arwah itu) tidak mendapatkan oleh-oleh sesuatupun dan mereka hanya akan mendapatkan penyesalan dan kerugian. Ada pula hadits Rasulullah saw.beliau bersabda ”mayit itu di dalam kuburnya seperti orang hanyut yang meminta-minta tolong, mereka menungu-nunggu do’a dari anaknya, saudaranya atau teman-temannya. Makajika doa itu sampai kepadanya nilainya jauh kebih baik dibandingkan dunia seisinya.
Hadis Rasulullah Saw. Dalam kitab: Hadiyatul Ahya’ lil Amwat hlm: 184-185, karya Abul Hasan Ali bin Ahmad bin Yusuf bin Ja’far Al-Hakkari (w=486 H) disebutkan:
«إن أرواح المؤمنين يأتون كل جمعة إلى سماء الدنيا فيقفون بحذاء دورهم وبيوتهم فينادي كل واحد منهم بصوت حزين: يا أهلي وولدي وأهل بيتي وقراباتي، اعطفوا علينا بشيء، رحمكم الله، واذكرونا ولا تنسونا، وارحموا غربتنا، وقلة حيلتنا، وما نحن فيه، فإنا قد بقينا في سحيق وثيق، وغم طويل، ووهن شديد، فارحمونا رحمكم الله، ولا تبخلوا علينا بدعاء أو صدقة أو تسبيح، لعل الله يرحنا قبل أن تكونوا أمثالنا، فيا حسرتاه وانداماه يا عباد الله، اسمعوا كلامنا، ولا تنسونا، فأنتم تعلمون أن هذه الفضول التي في أيديكم كانت في أيدينا، وكنا لم ننفق في طاعة الله، ومنعناها عن الحق فصار وبالاً علينا ومنفعته لغيرنا، «فينادي كل واحد منهم ألف مرةٍ من الرجال والنساء، اعطفوا علينا بدرهم أو رغيف أو كسرة» قال: فبكى رسول الله صلى الله عليه وسلم وبكينا معه، فلم نستطع أن نتكلم ثم قال: «أولئك إخوانكم كانوا في نعيم الدنيا، فصاروا رميماً بعد النعيم والسرور» ، قال: «ثم يبكون وينادون بالويل والثبور والنفير على أنفسهم يقولون: يا وليتنا لو أنفقنا ما كان في أيدينا ما احتجنا فيرجعون بحسرة وندامة
Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya ruh-ruh orang mukmin datang setiap malam jumat pada langit dunia. Lalu mereka berdiri di depan pintu-pintu rumah mereka. Masing-masing mereka memanggil-manggil dengan suara yang memelas: “Wahai isteriku (suamiku), anakku, keluargaku, dan kerabatku! Sayangilah kami dengan sesuatu, maka Allah akan merahmati kalian. Ingatlah kami, jangan kalian lupakan! Sayangilah kami dalam keterasingan kami, minimnya kemapuan kami dan segala apa yang kami berada di dalamnya. Sesungguhnya kami berada dalam tempat yang terpencil, kesusahan yang yang panjang dan duka yang dalam. Sayangilah kami, maka Allah akan menyayangi kalian. Jangan kalian kikir kepada kami dengan memberikan doa, shadaqah dan tasbih. Semoga Allah memberikan rasa nyaman kepada kami, sebelum kalian sama seperti kami. Sungguh rugi!, Sungguh menyesal! Wahai hamba Allah! Dengarkanlah ucapan kami, dan jangan lupakan kami. Kalian tahu bahwa keutamaan yang berada di tangan kalian sekarang adalah keutamaan yang sebelumnya milik kami. Sementara kami tidak menafkahkannya untuk taat kepada Allah. Kami tidak mau terhadap kebenaran, hingga ia menjadi musibah bagi kami. Manfaatnya diberikan kepada orang lain, sementara pertanggungjawaban dan siksanya diberikan kepada kami.”Masing-masing mereka memanggil-manggil sebanyak 1000 kali: “Kasihanilah kami dengan satu dirham atau sepotong roti!” Lalu Rasulullah menangis, dan kamipun (para sahabat) menangis. Dan kami tidak mampu bicara. Rasulullah bersabda: Mereka adalah saudara-saudara kalian yang sebelumnya berada dalam kenikmatan dunia. Dan kini mereka menjadi debu setelah sebelumnya berada dalam kenikmatan dan kegembiraan. Rasulullah SAW bersabda: Lalu mereka menangis dan mengucapkan kutukan kepada mereka sendiri dan berkata: “Celakalah kita! Jika kami menafkahkan apa yang kita miliki, maka kita tidak akan membutuhkan ini.” Lalu mereka pulang dengan penyesalan
Dalam kitab Hasyiah al-Bujairami alal Khatib juz II hal 302 disebutkan bahwa ruh seorang mukmin mempunyai keterkaitan dengan kuburannya dan tidak akan terpisah selamanya. Namun keterkaitan itu menjadi sangat dimulai dari asar hari kamis sampai terbenam matahari hari Sabtu. Oleh sebab itu masyarakat melakukan ziarah kubur pada hari Jumat, yaitu pada Asar hari kamis. Ziarah yang dilakukan Rasulullah Saw ke makam Syuhada Uhud dilakukan hari Sabtu, karena pada hari Jumat beliau jadikan sebagai waktu untuk memperbanyak amal
Ada waktu-waktu khusus untuk ziarah kubur agar lebih dekat dengan penghuninya. Demikian disebutkan Sulaiman bin Umar bin Muhammad Al-Bujairimi dalam At-Tajrid li Naf‘il ‘Abid ala Syarhil Manhaj.
فائدة: روح الميت لها ارتباط بقبره ولا تفارقه أبدا لكنها أشد ارتباطا به من عصر الخميس إلى شمس السبت، ولذلك اعتاد الناس الزيارة يوم الجمعة وفي عصر الخميس، وأما زيارته صلى الله عليه وسلم لشهداء أحد يوم السبت فلضيق يوم الجمعة عما يطلب فيه من الأعمال مع بعدهم عن المدينة ق ل وبرماوي و ع ش على م ر
“Informasi, roh mayit itu memiliki tambatan pada kuburnya. Ia takkan pernah berpisah selamanya. Tetapi, roh itu lebih erat bertambat pada kubur sejak turun waktu Ashar di hari Kamis hingga fajar menyingsing di hari Sabtu. Karenanya, banyak orang melazimkan ziarah kubur pada hari Jum‘at dan waktu Ashar di hari Kamis. Sedangkan ziarah Nabi Muhammad SAW kepada para syuhada di perang Uhud pada hari Sabtu lebih karena sempitnya hari Jum‘at oleh pelbagai amaliyah fadhilah Jum‘at sementara mereka jauh dari kota Madinah. Demikian keterangan Qaliyubi, Barmawi, dan Ali Syibromalisi atas M Romli.”
“Kesunahan ziarah menjadi muakad dihari kamis sore dan hari jumat dan makruh dihari sabtu” (al-Irsyaadaat as-Sunniyah hal. 111)
زيارة القبور مندوبة للاتعاظ وتذكر الآخرة وتتأكد يوم الجمعة ويوما قبلها ويوما بعدها عند الحنفية والمالكية وخالف الحنابلة والشافعية فانظر مذهبيهما تحت الخط ( الحنابلة قالوا : لا تتأكد الزيارة في يوم دون يوم
الشافعية قالوا : تتأكد من عصر يوم الخميس إلى طلوع شمس يوم السبت . وهذا قول راجح عند المالكية
Ziarah kubur disunahkan agar dapat mengambil pertimbangan, peringatan serta teringat kehidupan akhirat, kesunahannya menjadi mauakad dihari hari jumat dan hari sebelumnya (kamis) serta hari setelahnya menurut kalangan Hanafiyah dan Malikiyyah berbeda menurut kalangan Hanabilah yang menyatakan “ziarah tidak muakad, tidak dihari tertentu juga hari lainnya” dan kalangan Syafi’iyyah yang menyatakan “Menjadi sunah yang muakkad mulai asharnya hari kamis hingga terbitnya matahari di hari sabtu” dan pernyataan ini sesuai pendapat yang unggul dikalangan Malikiyyah. (Al-Fiqh ala Madzaahib al-Arbaah I/855.)
Di dalam kitab Ar Ruh, Ibnul Qoyyim Al Jauzy murid Ibnu Taimiyyah juga meriwayatkan tentang bacaan Surat Yasin yang dibacakan oleh seorang anak di setiap hari Jum’at di sisi kuburan orang tuanya. Ini redaksinya :
الروح – (ج 1 / ص 11)
أخبرني الحسن بن الهيثم قال سمعت أبا بكر بن الأطروش ابن بنت أبي نصر بن التمار يقول كان رجل يجيء إلى قبر أمه يوم الجمعة فيقرأ سورة يس فجاء في بعض أيامه فقرأ سورة يس ثم قال اللهم إن كنت قسمت لهذه السورة ثوابا فاجعله في أهل هذه المقابر فلما كان يوم الجمعة التي تليها جاءت امرأة فقالت أنت فلان ابن فلانة قال نعم قالت إن بنتا لي ماتت فرأيتها في النوم جالسة على شفير قبرها فقلت ما أجلسك ها هنا فقالت إن فلان ابن فلانة جاء إلى قبر أمه فقرأ سورة يس وجعل ثوابها لأهل المقابر فأصابنا من روح ذلك أو غفر لنا أو نحو ذلك
Ada seorang anak mendatangi kuburan ibunya pada hari Jum’at, lalu dibacakannya surat Yasin. Kemudian dia datang lagi di sebagian hari2nya kemudian membacakan surat Yasin, dia berkata : Ya Allah apabila Engkau membagi pahala pada surat ini, maka jadikanlah pahalanya untuk ahli kuburan2 ini. Ketika hari Jum’at berikutnya datang seorang wanita seraya berkata : Kamu fulan bin fulanah ??? Dia menjawab : Ya. Wanita tersebut berkata : Sesungguhnya anak perempuanku telah meninggal, kemudian aku melihatnya dalam mimpi sedang duduk ditepi kuburannya, lalu Aku bertanya kepadanya : Apa yg membuat kamu di dudukkan di sini ??? Dia menjawab : Sesungguhnya fulan bin fulanah datang ke kuburan ibunya, lalu dia membaca Surat Yasin dan menjadikan pahalanya untuk ahli kuburan2, maka rahmatnya mengenai kita atau diampunilah kita atau hal semacamnya.
Kiranya golongan yang selalu menuduh saudara-saudara muslimnya tentang bid’ah memperhatikan kalam, dan anjuran para ‘ulama di atas, dan sebagai peringatan berikut kami kutipkan perkatataan Syekh Ibnu Qoyyim Jauziyah:
والقائل: إنَّ أحداً من السلف لم يفعل ذلك، قائل ما لا علم له به،فإنَّ هذه شهادة على نفي ما لم يعلمه، وما يدريه أن السلف كانوايفعلون ذلك ولايشهدون من حضرهم عليه
“ Orang yang mengatakan bahwa sesungguhnya seorang dari salaf pun tidak ada yang melakukannya, maka dia adalah orang yang berucap tanpa dasar ilmu, karena hal itu adalah kesaksian atas penafian apa yang ia tidak ketahui, dan dia tidak mengetahui mungkin saja ada salaf yang melakukan hal itu akan tetapi tidak ada yang menyaksikan dari orang yang hadir.
Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar