Disebutkan dalam riwayat bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah lupa dalam shalat. Terdapat juga riwayat shahih yang menyebutkan bahwa beliau bersabda:
إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ أَنْسَى كَمَا تَنْسَوْنَ، فَإِذَا نَسِيْتُ فَذَكِّرُوْنِيْ.
“Sesungguhnya aku hanyalah manusia biasa seperti kalian. Aku lupa sebagaimana kalian juga lupa. Jika aku lupa, maka ingatkanlah aku.”
Dari al-Mughirah bin Syu’bah Radhiyallahu anhu, dia mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا قَامَ أَحَدُكُمْ مِنَ الرَّكْعَتَيْنِ فَلَمْ يَسْتَتِمَّ قَائِمًا فَلْيَجْلِسْ، فَإِذَا اسْتَتَمَّ قَائِمًا فَلاَ يَجْلِسْ وَيَسْجُدُ سَجْدَتَي السَّهْوِ.
“Jika salah seorang di antara kalian bangkit dari dua raka’at, dan belum berdiri dengan sempurna, maka hendaklah ia duduk. Namun, jika ia telah berdiri dengan sempurna, maka janganlah ia duduk. Dan hendaklah ia melakukan sujud sahwi dua kali.”
Jika dia telah berusaha mencari yang benar, namun dia belum bisa menentukan suatu kecenderungan, maka dia harus menguatkan perkara yang yakin, yaitu yang paling sedikit. Sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini:
Dari Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu anhu, dia mengatakan bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا شَكَّ أَحَدُكُمْ فِـيْ صَلاَتِهِ فَلَمْ يَدْرِ كَمْ صَلَّى؟ ثَلاَثًا أَوْ أَرْبَعًـا؟ فَلْيَطْرَحِ الشَّكَّ وَلْيَبْنِ عَلَى مَـا اسْتَيْقَنَ ثُمَّ يَسْجُدُ سَجْدَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ يُسَلِّمَ. فَإِنْ كَـانَ صَلَّى خَمْسًا شَفِعْنَ لَهُ صَلاَتُهُ، وَإِنْ كَانَ صَلَّى إِتْمَامًا ِلأَرْبَعٍ كَانَتَا تَرْغِيْمًا لِلشَّيْطَانِ.
“Jika salah seorang di antara kalian ragu dalam shalatnya. Sehingga dia tidak tahu berapa raka’at yang telah dia kerjakan. Tiga raka’at ataukah empat raka’at. Maka hendaklah ia tepis keraguan itu, dan ikutilah yang dia yakini. Setelah itu, hendaklah dia sujud dua kali sebelum salam. Jika ternyata dia mengerjakan lima raka’at, maka dia telah menggenapkan shalatnya. Namun, jika dia mengerjakan empat raka’at, maka dua sujud tadi adalah penghinaan bagi syaitan.”
Hadits sahih riwayat Bukhari Abdullah bin Buhainah
صلى لنا رسول الله صلى الله عليه وسلم ركعتين من بعض الصلوات ثم قام فلم يجلس فقام الناس معه فلما قضى صلاته ونظرنا تسليمه كبر قبل التسليم فسجد سجدتين وهو جالس ثم سلم
Artinya: Kami sholat bersama Rasulullah dua rakaat dari sebagian shalat. Lalu Nabi langsung bangun tanpa duduk (untuk tahiyat awal), para makmum juga ikut berdiri. Setelah salat selesai dan kami melihat salamnya, Nabi lalu bertakbir sebelum salam lalu sujud dua kali dalam keadaan duduk lalu mengucapkan salam.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِحْدَى صَلَاتَيْ الْعَشِيِّ الظُّهْرَ أَوْ الْعَصْرَ قَالَ فَصَلَّى بِنَا رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ سَلَّمَ ثُمَّ قَامَ إِلَى خَشَبَةٍ فِي مُقَدَّمِ الْمَسْجِدِ فَوَضَعَ يَدَيْهِ عَلَيْهِمَا إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَى يُعْرَفُ فِي وَجْهِهِ الْغَضَبُ ثُمَّ خَرَجَ سَرْعَانُ النَّاسِ وَهُمْ يَقُولُونَ قُصِرَتْ الصَّلَاةُ قُصِرَتْ الصَّلَاةُ وَفِي النَّاسِ أَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ فَهَابَاهُ أَنْ يُكَلِّمَاهُ فَقَامَ رَجُلٌ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُسَمِّيهِ ذَا الْيَدَيْنِ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنَسِيتَ أَمْ قُصِرَتْ الصَّلَاةُ قَالَ لَمْ أَنْسَ وَلَمْ تُقْصَرْ الصَّلَاةُ قَالَ بَلْ نَسِيتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَأَقْبَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الْقَوْمِ فَقَالَ أَصَدَقَ ذُو الْيَدَيْنِ فَأَوْمَئُوا أَيْ نَعَمْ فَرَجَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى مَقَامِهِ فَصَلَّى الرَّكْعَتَيْنِ الْبَاقِيَتَيْنِ ثُمَّ سَلَّمَ ثُمَّ كَبَّرَ وَسَجَدَ مِثْلَ سُجُودِهِ أَوْ أَطْوَلَ ثُمَّ رَفَعَ وَكَبَّرَ ثُمَّ كَبَّرَ وَسَجَدَ مِثْلَ سُجُودِهِ أَوْ أَطْوَلَ ثُمَّ رَفَعَ وَكَبَّرَ قَالَ فَقِيلَ لِمُحَمَّدٍ سَلَّمَ فِي السَّهْوِ فَقَالَ لَمْ أَحْفَظْهُ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ وَلَكِنْ نُبِّئْتُ أَنَّ عِمْرَانَ بْنَ حُصَيْنٍ قَالَ ثُمَّ سَلَّمَ
1008. Dari Abu Hurairah RA, dia berkata, “Rasulullah SAW pernah mengerjakan shalat bersama kami pada salah satu shalat di siang hari (Ashar atau Dzuhur), ternyata beliau hanya shalat dua rakaat saja dan langsung salam. Beliau lalu pergi ke sebuah kayu yang melintang di masjid, lalu bersandar seolah-olah sedang marah. Tangan kanannya diletakkan di tangan kirinya sambil mengeramkan jari-jarinya, sedang pipinya diletakkan di atas telapak kiri bagian luar. Orang-orang yang ingin bergegas lalu keluar dari pintu-pintu masjid sambil berkata, ‘Shalat diqashar, shalat diqashar.’ Di antara orang banyak itu ada Abu Bakar dan Umar, keduanya merasa segan untuk menanyakan hal itu. Kebetulan diantara mereka terdapat seseorang yang bernama Dzulyadain, lalu dia bertanya, ‘Wahai Rasulullah! Apakah anda lupa ataukah memang shalat diqashar?’ Beliau bersabda, Aku tidak lupa, dan shalat juga tidak diqashar,’ kemudian beliau bertanya, ‘Betulkah apa yang dikatakan Dzulyadain itu? ‘ Para sahabat menjawab, ‘Benar.’ Beliau pun lantas maju kembali ke tempatnya semula dan menyelesaikan kekurangan yang tertinggal, kemudian salam. Setelah salam, beliau bertakbir, sujud sebagaimana sujud biasa, atau agak panjang sedikit, lalu mengangkat kepala dan bertakbir. Seterusnya beliau bertakbir lagi, lalu sujud seperti sujud biasa, atau agak lama, kemudian mengangkat kepalanya dan bertakbir. Ayyub (perawi Hadits ini) berkata, ‘Lalu ditanyakan kepada Muhammad bin Sirin (perawi Hadits ini), ‘Apakah beliau salam dalam (sujud) sahwi?’ Dia menjawab, ‘…aku tidak menghafalnya dari Abu Hurairah, tapi aku diberitahukan bahwasanya Imran bin Hushain berkata, “Beliau salam.'””{Shahih: Muttafaq Alaih}
HUKUM SUJUD SAHWI
Hukum sujud sahwi menurut mazhab Syafi'i adalah adakalanya wajib dan adakalanya sunnah.
Sujud sahwi wajib bagi seorang makmum yang imamnya melakukan sujud sahwi. Dalam situasi ini maka wajib bagi makmum untuk sujud sahwi karena ikut imam. Apabila tidak melakukan secara sengaja maka batal shalatnya dan wajib mengulangi salatnya apabila makmum tidak berniat mufaraqah (pisah dari imam) sebelum imam melakukan sujud sahwa. Apabila imam tidak melakukan sujud sahwi, maka makmum tidak wajib sujud sahwi, hanya sunnah.
Sujud sahwi hukumnya sunnah bagi imam atau bagi orang yang shalat sendirian (munfarid) alias tidak berjamaah.
Orang yang tidak melalukan sujud sahwi, baik shalat berjamaah atau shalat sendirian, hukumnya tidak apa-apa dan salatnya tidak batal. Adapun makmum apabila lupa saat bermakmum maka tidak perlu sujud sahwi karena sudah ditanggung imam. Adapun apabila makmum lupa saat sudah sendirian atau berpisah dari imam, seperti ia lupa dalam keadaan mengqadha perkara yang terlupa, maka ia seperti munfarid, yakni sunnah baginya melakukan sujud sahwi apabila ada sebab.
Sebab sebab Sujud Sahwi
أَسْباَبُ سُجُوْدِ السَّهْوِ أَرْبَعَةٌ , الأَوَّلُ تَرْكُ بَعْضٍ مِنْ أَبْعاَضِ الصَّلاَةِأَوْ بَعْضِ البَعْضِ , الثَّانىِ فَعْلُ ماَيُبْطِلُ عَمْدُهُ وَلاَ يُبْطِلُ سَهْوُهُ إِذاَ فَعَلَهُ ناَسِياً , الثاَّلِثُ نَقْلُ رُكْنٍ قَوْلِىٍّ إِلىَ غَيْرِ مَحَلِهِ الرَّابِعُ إِيْقاَعُ رُكْنٍ فَعْلِىٍّ مَعَ احْتِماَلِ الزِّياَدَةِ
Sebab-sebab sujud sahwi ada empat :
1. Meningalkan sunnah ‘Ab’ad atau bagian sunnah Ab’ad.
2. Melakukan sesuatu, yang jika disengaja membatalkan shalat, tetapi tidak disengaja maka tidak batal
3. Melakukan rukun Qauliy (bacaan) bukan pada tempatnya
4. Menambah rukun Fa’liy (perbuatan) yang disertai adanya keraguan.
أَبْعاَضُ الصَّلاَةِ بِالإِجْماَلِ سَبْعَةٌ أَمَّا بِالتَّفْصِيْلِ فَهِىَ عِشْرُوْنَ فَفِى القُنُوْتِ مِنْهاَ أَرْبَعَةَ عَشَرَ وَهِىَ القُنُوْتُ وَقِياَمُهُ وَالصَّلاَةُ عَلَى النَّبِىِّ وَقِياَمُهُ وَالسَّلاَمُ عَلَيْهِ وَقِياَمُهُ وَالصَّلاَةُ عَلَى الآلِ وَقِياَمُهُ وَالسَّلاَمُ عَلَيْهِمْ وَقِـياَمُهُ وَالصَّـلاَةُ عَلَى الصَّحْبِ وَقِـياَمُهُ وَالسَّلاَمُ عَلَيْهِمْ وَقِياَمُهُ , وَفىِ التَّشَهُدِ سِتَّةٌ وَهِىَ التَّشَهُدُ الأَوَّلُ وَقُعُوْدُهُ وَالصَّلاَةُ عَلَى النَّبِىِّ فِيْهِ وَقُعُوْدُهُ وَالصَّلاَةُ عَلَى الآلِ فىِ التَّشَهُدِ الأَخِيْرِ وَقُعُوْدُهُ
Artinya :
Sunnah Ab’ad sholat garis besarnya ada 7, adapun secara rinci ada 20, yaitu ;
Dalam Qunut ada 14 yaitu ; Qunut, berdiri saat qunut, Sholawat pada Nabi SAW di qunut, berdiri saat sholawat, Salam pada Nabi SAW di qunut, berdiri saat salam, sholawat pada keluarga, berdiri saat sholawat pada keluarga, salam pada keluarga, berdiri saat salam pada keluarga, sholawat pada sahabat, berdiri saat sholawat pada keluarga, salam pada sahabat dan berdiri saat salam pada sahabat.
Dalam Tasyahud ada 6 yaitu ; Tasyahud awal, duduk tayashud awal, Sholawat pada Nabi SAW di Tasyahud Awal, Duduk saat sholawat pada Nabi, Sholawat pada Keluarga Tasyahud Akhir, Duduk saat Sholawat pada Keluarga Tasyahud Akhir.
Sujud sahwi hukumnya sunnah, cara sujud sahwi dilakukan dua sujud dan diselingi duduk antara keduanya sama seperti duduk diantara dua sujud dalam shalat. Meskipun banyak melakukan penyebab sujud sahwi, sujud sahwi tetap dilakukan satu kali, waktunya sebelum salam, dan dalam sujud ideualnya tasbih berikut, sebanyak tiga kali ;
سُبْحاَنَ مَنْ لاَيَناَمُ وَلاَيَسْهُ
“Maha suci Dzat yang tidak pernah tidur dan lupa”
Kitab Kasyifatus-Saja, Syarah Safinatun-Naja – Syekh Nawawiy Al-Bantaniy
WAKTU SUJUD SAHWI: SEBELUM ATAU SESUDAH SALAM?
Syairozi dalam Al-Muhadzab menyatakan
وَمَحَلُّهُ قَبْلَ السَّلَامِ لِحَدِيثِ أَبِي سَعِيدٍ وَحَدِيثِ ابْنِ بُحَيْنَةَ، وَلِأَنَّهُ يُفْعَلُ لِإِصْلَاحِ الصَّلَاةِ فَكَانَ قَبْلَ السَّلَامِ، كَمَا لَوْ نَسِيَ سَجْدَةً مِنْ الصَّلَاةِ.
Artinya: Letak sujud sahwi adalah sebelum salam berdasarkan pada hadits Abu Said dan hadits Ibnu Buhainah dan kaena sujud sahwi itu dilakukan untuk memperbaiki shalat maka dilakukan sebelum salam sebagaimana apabila orang lupa sujud shalat.
Imam Nawawi berpendapat bahwa sujud sahwi dilakukan sebelum salam, namun boleh dilakukan setelah salam. dalam Al-Muhadzab ia menyatakan
وَقَالَ صَاحِبُ الْحَاوِي: لَا خِلَافَ بَيْنَ الْفُقَهَاءِ، يَعْنِي جَمِيعَ الْعُلَمَاءِ أَنَّ سُجُودَ السَّهْوِ جَائِزٌ قَبْلَ السَّلَامِ وَبَعْدَهُ، وَإِنَّمَا اخْتَلَفُوا فِي الْمَسْنُونِ وَالْأَوْلَى
Artinya: Penulis kitab Al-Hawi berkata: Tidak ada perbedaan di antara ahli fikih, yakni seluruh ulama, bahwa sujud sahwi itu boleh dilakukan sebelum dan sesudah salam. Yang terjadi perbedaan adalah apakah ia sunnah atau aula (utama).
Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda
saya sering melihat orang yang dalam sholat selalu melaksanakan sujud sahwi disetiap rokaat terkhir. padahal menurut saya pada saat menjadi makmum, dia tidak melakukan kesalahan apapun baik itu bacaan maupun rukunnya. bagaimana hukumnya itu ? bagaimana saya menyikapinya kakak?
BalasHapus