Translate

Jumat, 06 Februari 2015

Filsafat Agama dan Cinta

Istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani: ”philosophia”. Seiring perkembangan jaman akhirnya dikenal juga dalam berbagai bahasa, seperti : ”philosophic” dalam kebudayaan bangsa Jerman, Belanda, dan Perancis; “philosophy” dalam bahasa Inggris; “philosophia” dalam bahasa Latin; dan “falsafah” dalam bahasa Arab.

Para filsuf memberi batasan yang berbeda-beda mengenai filsafat, namun batasan yang berbeda itu tidak mendasar. Selanjutnya batasan filsafat dapat ditinjau dari dua segi yaitu secara etimologi dan secara terminologi.

Secara etimologi, istilah filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu falsafah atau juga dari bahasa Yunani yaitu philosophia – philien : cinta dan sophia : kebijaksanaan. Jadi bisa dipahami bahwa filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Dan seorang filsuf adalah pencari kebijaksanaan, pecinta kebijaksanaan dalam arti hakikat.

Pengertian filsafat secara terminologi sangat beragam. Para filsuf merumuskan pengertian filsafat sesuai dengan kecenderungan pemikiran kefilsafatan yang dimilikinya. Seorang Plato mengatakan bahwa : Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli. Sedangkan muridnya Aristoteles berpendapat kalau filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika. Lain halnya dengan Al Farabi yang berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) tentang alam maujud bagaimana hakikat yang sebenarnya. Berikut ini disajikan beberapa pengertian Filsafat menurut beberapa para ahli:

Plato ( 428 -348 SM ) : Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada.

Aristoteles ( (384 – 322 SM) : Bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu.

Cicero ( (106 – 43 SM ) : filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni“ ( the mother of all the arts“ ia juga mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni kehidupan )

Filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu, yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidang atau jenis kenyataan. Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.

Filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar hendak menentukan kesatuan pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar akhir yang sama, yang memikul sekaliannya

Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan.

Apakah yang dapat kita kerjakan? (jawabannya metafisika )
Apakah yang seharusnya kita kerjakan? (jawabannya Etika )
Sampai dimanakah harapan kita? (jawabannya Agama )
Apakah yang dinamakan manusia? (jawabannya Antropologi )
Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya yang mutlak, yang tetap tidak berubah , yang disebut hakekat.

Filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-sebabnya ada dan berbuat, perenungan tentang kenyataan yang sedalam-dalamnya sampai “mengapa yang penghabisan “.

Berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk kebenaran , tentang segala sesuatu yang di masalahkan, dengan berfikir radikal, sistematik dan universal.

(1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi; 

(2) Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu pandangan keseluruhan; 

(3) Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti kata dan pengertian ( konsep ); Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian manusia dan yang dicirikan jawabannya oleh para ahli filsafat.

Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai Ke-Tuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana sikap manusia itu sebenarnya setelah mencapai pengetahuan itu.

Manusia selalu mencari sebab-sebab dari setiap kejadian yang disaksikannya. Dia tidak pernah menganggap bahwa sesuatu mungkin terwujud dengan sendirinya secara kebetulan saja, tanpa sebab. Seorang sopir yang mobilnya mogok akan turun dari kendaraannya dan memeriksa kemungkinan sebab-sebab mogoknya mobil itu. Tidak akan pernah terpikir olehnya bahwa mobilnya akan bisa mogok manakala segala sesuatu berada dalam kondisi yang prima. Untuk membuat mobilnya bisa berjalan lagi, dia akan menggunakan cara apa pun yang bisa dilakukannya. Dia tidak akan pernah duduk-duduk saja menunggu mobilnya bisa berjalan lagi.

Jika seseorang merasa lapar, dia akan berpikir tentang makanan. Jika dia haus, dia akan memikirkan air. Jika dia kedinginan, dia akan mengenakan pakaian tambahan atau menyalakan api. Dia tidak akan pernah duduk-duduk saja sambil meyakinkan dirinya bahwa suatu kebetulan akan menyelesaikan masalahnya. Seseorang yang ingin mendirikan bangunan, meminta jasa seorang arsitek, dan para pekerja bangunan. Dia tidak akan pernah berharap bahwa keinginannya terlaksana dengan sendirinya.


Bersama dengan maujudnya manusia, gunung-gunung, hutan-hutan, dan lautan-lautan yang luas juga telah ada bersamanya. Dia selamanya telah melihat matahari, bulan, dan bintang bergerak dengan teratur dan terus-menerus melintasi langit.

Meski demikian, orang-orang yang berilmu di dunia, tanpa mengenal lelah, telah mencari sebab-sebab wujud-wujud dan fenomena-fenomena yang menakjubkan itu. Tidak pernah mereka mengatakan: “Selama kita hidup, kita telah menyaksikan benda-benda langit tersebut dalam bentuknya seperti yang sekarang ini. Karena itu, tentu mereka terwujud dengan sendirinya.”
Hasrat ingin tahu dan ketertarikan yang bersifat instinktif terhadap sebab-sebab ini memaksa kita menyelidiki bagaimana benda-benda di alam ini muncul, dan menyelidiki ketertibannya yang mengagumkan. Kita dipaksa untuk bertanya “ Apakah alam semesta ini, dengan seluruh bagiannya yang saling berkaitan yang benar-benar membentuk satu kesatuan sistem yang besar itu, terwujud dengan sendirinya, ataukah ia memperoleh wujudnya dari sesuatu yang lain?”

Apakah sistem mengagumkan yang berlaku di seluruh alam semesta ini, yang diatur oleh hukum-hukum abadi tanpa kekecualian dan yang membimbing segala sesuatu menuju tujuannya yang unik, dikendalikan oleh suatu kekuasaan dan pengetahuan yang tak terbatas, ataukah ia muncul secara kebetulan saja?
Jawaban terhadap pertanyaan ini positif, artinya ke manapun manusia melihat di seluruh penjuru semesta ini, ia akan melihat bukti-bukti yang melimpah akan adanya satu Pencipta dan Kekuatan Pemelihara, sebab manusia melihat bahwa setiap ciptaan itu menikmati anugerah-anugerah wujud dan secara otomatis bergerak mengikuti jalan yang tertentu, akhirnya lenyap dan digantikan makhluk yang lain. Makhluk-makhluk ini tidak pernah mewujudkan dirinya sendiri, menciptakan arah perkembangannya sendiri, ataupun memainkan peran sekecil apa pun dalam menciptakan atau atau mengorganisasi eksistensi mereka.

Bersama dengan maujudnya manusia, gunung-gunung, hutan-hutan, dan lautan-lautan yang luas juga telah ada bersamanya. Dia selamanya telah melihat matahari, bulan, dan bintang bergerak dengan teratur dan terus-menerus melintasi langit.
Meski demikian, orang-orang yang berilmu di dunia, tanpa mengenal lelah, telah mencari sebab-sebab wujud-wujud dan fenomena-fenomena yang menakjubkan itu. Tidak pernah mereka mengatakan: “Selama kita hidup, kita telah menyaksikan benda-benda langit tersebut dalam bentuknya seperti yang sekarang ini. Karena itu, tentu mereka terwujud dengan sendirinya.”

Hasrat ingin tahu dan ketertarikan yang bersifat instinktif terhadap sebab-sebab ini memaksa kita menyelidiki bagaimana benda-benda di alam ini muncul, dan menyelidiki ketertibannya yang mengagumkan. Kita dipaksa untuk bertanya “ Apakah alam semesta ini, dengan seluruh bagiannya yang saling berkaitan yang benar-benar membentuk satu kesatuan sistem yang besar itu, terwujud dengan sendirinya, ataukah ia memperoleh wujudnya dari sesuatu yang lain?”

Apakah sistem mengagumkan yang berlaku di seluruh alam semesta ini, yang diatur oleh hukum-hukum abadi tanpa kekecualian dan yang membimbing segala sesuatu menuju tujuannya yang unik, dikendalikan oleh suatu kekuasaan dan pengetahuan yang tak terbatas, ataukah ia muncul secara kebetulan saja?

Jawaban terhadap pertanyaan ini positif, artinya ke manapun manusia melihat di seluruh penjuru semesta ini, ia akan melihat bukti-bukti yang melimpah akan adanya satu Pencipta dan Kekuatan Pemelihara, sebab manusia melihat bahwa setiap ciptaan itu menikmati anugerah-anugerah wujud dan secara otomatis bergerak mengikuti jalan yang tertentu, akhirnya lenyap dan digantikan makhluk yang lain. Makhluk-makhluk ini tidak pernah mewujudkan dirinya sendiri, menciptakan arah perkembangannya sendiri, ataupun memainkan peran sekecil apa pun dalam menciptakan atau mengorganisasi eksistensi mereka.

Kita sendiri tidak memilih kemanusiaan kita atau karakteristik-karakteristik manusiawi kita; kita diciptakan sebagai manusia dan diberi karakteristik-karakteristik kemanusiaan tersebut. Sama halnya, akal kita tidak akan pernah bisa menerima bahwa semua wujud yang ada di alam semesta ini terwujud secara kebetulan saja, dan bahwa sistem wujud itu muncul begitu saja. Akal kita tidak bisa menerima bahwa sejumlah potongan batu bata telah berkumpul bersama-sama secara kebetulan dan dengan sendirinya untuk membentuk sebuah rumah.   Jadi realisme instinktif manusia menyatakan bahwa alam wujud pastilah memiliki satu penopang yang merupakan Sumber wujud  dan Pencipta serta Pemelihara alam semesta, dan bahwa Wujud serta Sumber kekuasaan dan pengetahuan yang tak terbatas ini adalah Tuhan, sumber segala wujud dalam sistem eksistensi.

Menurut teori peluang, sebagai contoh, bila kita mengocok huruf yang tertulis dalam kertas masing-masing bertuliskan A, B, C hingga Z (ada 26 huruf). Kemudian kita ambil satu demi satu dan diletakkan di atas meja berurutan. Maka peluang kemunculan huruf-huruf tersebut berurutan ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ adalah kurang dari 0,0000000000000000000000000025 atau kurang dari seperempatratus trilyun trilyun.

Dalam tubuh manusia (70 kg) terdapat sekitar 7 trilyun trilyun trilyun atom (99%nya adalah Hidrogen, Oksigen dan Karbon).  Bisakah kita bayangkan betapa kecil kemungkinan 7 trilyun trilyun trilyun atom ini membentuk, menyusun, berinteraksi dengan sangat kompleks secara “kebetulan” sehingga seorang manusia mewujud di dunia dengan kelengkapan sistem kehidupannyanya ?

Bagaimana pula dengan masyarakat manusia yang terdiri atas milyaran manusia dan tak terhitung spesies-spesies tumbuhan dan hewan baik di daratan maupun di lautan yang tertata rapi membentuk rantai-rantai ekosistem dan berbagai keteraturan dan kesalingterkaitan?

Bagaimana pula dengan planet bumi yang terdiri atas trilyun trilyun trilyun ….. atom yang tertata sedemikian rapi dengan pergantian musimnya, hukum-hukum geologis, hukum-hukum meteorologi, siklus air, keteraturan arus-arus lautan, dan tak terhitung keteraturan-keteraturan lain?

Bagaimana pula dengan posisi bumi di tatanan tata surya, yang “melayang-layang” tanpa tiang bersama planet-planet lain; dan mengikuti berbagai aturan yang bahkan terukur dengan sangat nyata seperti hukum Keppler? Dengan posisi rotasi yang memungkinkan siklus empat musim? Bagaimana pula tata surya sebagai satu dari 100 milyar bintang yang berputar-putar mengitari pusat galaksi bima sakti?

Jadi realisme instinktif manusia menyatakan bahwa alam wujud pastilah memiliki satu penopang yang merupakan Sumber wujud  dan Pencipta serta Pemelihara alam semesta, dan bahwa Wujud serta Sumber kekuasaan dan pengetahuan yang tak terbatas ini adalah Tuhan, sumber segala wujud dalam sistem eksistensi.

Allah SWT berfirman:

“Dia (Musa) berkata,’ Tuhan kami ialahyang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk.’“ (QS 20(THO HA): 50)

“Sucikanlah Nama Tuhan-mu Yang Maha Tinggi,Yang Menciptakan, dan Menyempurnakan,
Dan yang Menentukan Kadar (masing-masing ) dan Memberi Petunjuk,” (QS 87(AL-A’LA): 1–3)



Tuhan Yang Maha Pemurah adalah Bijak, dan tiada apa pun yang lebih layak disebut Bijak dariNya! Sungguh Dia-lah Yang Maha Bijak (al-Hakim)! “Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.” (QS 43 (AZ-ZUKHRUF):84) 
Hal ini telah dijelaskan dalam Tauhid for Teens , Bukti Kebijaksanaan dan inayah Ilahi meniscayakan adanya makna dan tujuan bagi alam ini. 

Maka, apapun yang mewujud niscaya baik untuk dirinya sendiri atau perantara untuk tercapainya kebaikan. “Kebijaksanaan Ilahi” sendiri merupakan konsekuensi sifat Maha Mengetahui dan Maha Berkehendak Allah, dan menjelaskan prinsip kausa final dan teleologis alam semesta. Bahwa mustahil Dia Yang Mahabijak menciptakan semesta, -baik keseluruhannya maupun bagiannya sekecil apa pun – , sia-sia. Di balik semesta ada suatu Kebijakan Agung yang melandasi dan meliputinya. Semesta diciptakan untuk mencapai tujuan tertentu, yang terlimpah dari KemahabijakanNya. 

Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dengan sia-sia, tanpa hikmah. … (QS Shad: 27) Keadilan Ilahi adalah sifatNya yang merupakan pancaran rahmaniyyah dari Kebijakan Ilahi. Maksud keadilan Allah adalah tidak mengabaikan kapasitas dan kelayakan setiap maujud; Dia pasti memberikan sesuatu yang pantas diterima oleh setiap maujud. Sedangkan, maksud kebijaksanaan Allah adalah fakta bahwa sistem alam yang Dia ciptakan merupakan sistem yang paling baik dan paling maslahat, yakni bahwa Allah telah menciptakan sistem alam paling unggul yang mungkin untuk mewujud. 

Dalam sebait puisi filosofisnya, Khawajah Nashiruddin Al-Thusi mengatakan: Tiada aturan sepatut aturan Al-Haqq Tiada aturan sebaik aturan Al-Haqq Segala yang ada telah mewujud sebagaimana mestinya 
Dan tiada yang mewujud tidak semestinya Perlu dicatat, Kebijakan Ilahi adalah termasuk dalam sifat-sifat Zat Allah , sedangkan keadilan tidak berkaitan dengan sifat pengetahuan dan kehendak Allah, tapi terkait dengan aspek Perbuatan Ilahi, yakni bahwa Adil termasuk dalam sifat-sifat Perbuatan, bukan sifat-sifat Zat Allah.


Nur Muhammad SAW

Menatap Muhammad purnama rindu
tiada mentari yang tak malu
tiada lidah yang tak kelu
tiada hati yang tak menderu
tiada pula bintang gemintang yang tak bergetar-getar menahan segenap kelipnya
merintih 
akuulah geletar cahaya Muhammad, 
aakulah geletar cahaya Muhammad , 
aakulah geletarr cahaya Muhammad
dan tiapa pula awan yang tak berarak-arak menanti pertemuan dengan mu duhai Muhammad
 
Menatap Muhammad rembulan rindu
tiada bestari yang tak syahdu
tiada melodi yang tak sendu
tiada jemari yang tak beradu
tiada pula badai taupan yang tak bertiup kencang menahan segenap hasratnya
meronta 
akuulah dahsyat cahaya Muhammad,
 aakulah dahsyat kuat Muhammad, 
aakulah dahsyat cahaya Muhammad
dan tiada pula sepoi yang tak bertiup-tiupan menanti persuaan dengan mu duhai Muhammad
 
Menatap Muhammad gemerlapan rindu
tiada jauhari yang tak bersatu
tiada cinta yang tak berpadu
tiada rindu yang tak bertalu
tiada hidup yang tak baharu
tiada pula puncak merapi yang tak bergolak kawah menahan segenap takjubnya
meletup 
aakulah gelora cahaya Muhammad, 
aakulah gelora cahaya Muhammad, 
aakulah gelora cahaya Muhammad
dan tiada pula gempa yang tak bergoyang-goyang gelisah akan pertemuan dengan mu duhai Muhammad
 
Menatap Muhammad alifnya rindu
tiada ba` yang tak melengkung
tiada ‘ain yang tak mencekung
tiada penglihatan yang tak tercenung
tiada mata yang tak berpalung
tiada pula samudera yang tak menggelegak ombak menahan segenap asmaranya
mendeburr 
aakulah gelombang cahaya Muhammad, 
aakulah gelombang cahaya Muhammad , 
aaa kulah gelombang cahaya Muhammad
dan tiada pula ikan dan buih yang tak menari resah menanti perhelatan denganmu duhai Muhammad
 
 
Menatap Muhammad hakikat rindu
tiada mata yang tak nanar
tiada bejana yang tak lubar
tiada pedang yang tak lumar
tiada zirah yang tak lumat
tiada pula bumi-bumi yang tak bergempaan menahan segenap cintanya
menggoncang 
akulah goncang cahaya Muhammad, 
aakulah goncang cahaya Muhammad, 
aakulah goncang cahaya Muhammad
dan tiada pula kendi-kendi yang tak berpecahan menanti pertemuan denganmu duhai Muhammad
 
Meresapi Muhammad mawar-melati rindu
tiada tangkai yang tak tertekuk
tak pula hidung yang tak tertenung
tiada daun yang tak mendayu
tak pula indera yang tak merenung
tiada pula kata-bahasa yang tak terpatah resah menahan segenap takjubnya
merintih akulah takjub cahaya Muhammad, 
akulah suci cahaya Muhammad, 
akulah diam cahaya Muhammad
dan tiada pula lidah-kelu yang tak berdiaman menanti pertemuan denganmu duhai Muhammad
 
Menatap Muhammad merak rindu
tiada bahari yang tak menderu
tiada anjungan yang tak berderak
tiada hari yang tak menderu
tiada sahara yang tak menggelegak
tiada pula rajawali garuda yang tak melayang tinggi menahan segenap hasratnya

mencericit 
akulah takjub cantik Muhammad, 
aakulah takjub cahaya Muhammad,  
aakulah warna-warni Muhammad
dan tiada pula nuri dan emprit yang tak berkicauan sendu 
menanti pertemuan denganmu duhai Muhammad
 
Mengingat segenap Mulia Muhammad
pastilah Tuhan kan bersalawat
tiada Malaikat yang tak bersalawat
tiada mukmin yang tak bersalawat
tiada mukmin yang tak bersyafaat
tiada pula pendosa yang tak bergetar takut menjerit

aakulah tujuan kasih Muhammad, 
aakulah harapkan syafa’at Muhammad, 
aakulah harapkan syafa’at Muhammad
dan tiada pula pendoa yang tak bermajlis salawat hingga sekarat 
menanti kepastian syafa’atMu duhai Muhammad
 
Mengingat segenap Indah Muhammad
tiada Zulaikha yang tak ber-Yusuf
tiada Fathimah yang tak ber-‘Ali
tiada Layla yang tak ber-Majnun
tiada Romeo yang tak ber-Yulia
tiada pula kekasih dan pengantin yang tak berpasang-pasangan bercinta 

merintih dalam kerinduan keagungan Mu 

kaamilah (sempurna) cahaya kasih Muhammad, 
kaamilah (sempurna)  cahaya indah Muhammad,
kaamilah (sempurna) bidadari cinta Muhammad
dan tiada pula bidadari-bidadara  surga yang tak merindukan cahaya Indahmu, duhai Muhammad Sang Kekasih 



melukis rembulan dan seribu purnama

lautpun pasang tenang menjulang

burung – burung melayang di bawah purnama

kelepak bayang – nya bak gelombang  pasang

 

mutiara mutiara kesetiaan

kuberikan pada-Mu madu dan racun

kaupilih keduanya

aku pun memilih keduanya

 

Saat Kau tenggak racun

kutenggak madu

Saat kau tenggak madu

kutenggak racun

 

Sehingga Saat Kau tiada

Kaunikmati bayang- bayang-Mu dalam jubahku

dan Saat ku tiada

Kau pun tak tahu di mana Kau harus mencari diri – Mu

 

Sungguh Muhyiddin telah mengatakannya

purnama adalah mentari bagi malam

Kegelapan adalah Cahaya bagi Terang

Kegelapan adalah Air nan Beriakan

 

Duhai griffin duhai griffin

hingga kaki terpilin penat memilin hingga rinduku merotanku dengan penjalin

tak kujumpai Kau

bak singa berkepala tujuh dan berekor naga, sampai – sampai kukira Kau tak pernah ada?

 

dulu kukatakan

telah kulewati samudera dan ribuan selat 

berakitkan bambu Dan Fuji dan Sabzavar

kau tak kujumpai di satu kota pun, di satu rumah pun bahkan di satu masjid pun

 

padahal sampan bambuku beruratkan safinatun-najah

dan telah kubawa azimat kalimat syahadat

kutebasi taring – taring buaya dengan dzul-faqor

dan ribuan perih derita dengan tanah  Karbala

 

kutanyai penghuni langit

ia bilang tak ada burung griffin

kutanyai sang ikan Yunus nan penuh ilham

ia bilang tak ada ikan griffin

 

Hendak kucari engkau di daratan

tapi di samudera tak ada daratan

Mustinya kau di daratan, 

Mustinya kau di sela hutan, 

 

Sekiranya di samudra ada daratan

mungkin kucari jejakmu di sana

Sekiranya di samudra ada daratan

mungkinkan kupasang jerat-ku di sana

 

Duhai Kekasih Maya pujaan

Duhai Kekasih Bayangan pujaan

Ku bercinta dengan bayangan

Ku bercumbu dengan bayangan

 

Hingga terkadang kupandang Bibir Merah

ternyata mimpi

Dan terkadang kupegangi rangkai rompi-mu

ternyata kumengigau

 

Seribu bayangan mu, kadang ku pikir kaulah griffin

Kadang ku pikir kau Simurgh

Kadang ku pikir kau adalah buruan

dan aku raja nan memburu mu

 

Tapi ketika kupentang panah

tak lain ia hanya mengenai gores fata morgana

Hingga kupegang hatiku marah

tak kuat menatap samudra fatamorgana

 

Di awan biru kucumbu Kekasihku

Nama mu Maya, Nama mu Maya

Biar biarlah kukecup bibirmu Maya

walau kuakan terbangun walau ku akan terbangun

 

Di sofa-sofa salju aku menggigil

Kauelus aku Maya dengan hangat

Biar eluslah aku dengan bayang – Mu

walau tak sehangat wujud – Mu

 

percikan kristal salju keputihan tiada batas

berubah bentuk setiap saat setiap tetes tiada batas

kutak tahu di negeri bambu, di manakah kujumpai bayang Mu

atau di dalam kalam  guruku, apakah bentuk Cadar Mu?

 

sekiranya lambaian kelapa bisa mengeluhkan mu

niscaya lebur batangnya menjadi abu

Itu griffin, Itu griffin, katanya meyakinkanku

tapi kukatakan, walau lebur lebur itu hanyalah bayangan

 

maka adakah ia nan telah menjerat griffin?

katakan padanya kau telah menjeratnya?

atau hanyalah tikus sawah nan kau jerat?

dan kau katakan telah kujerat griffin?

 

Kata orang- orang nan Konon menemukan Selendang -Mu

Kata para pendeta nan Konon telah menemukan Senyum-Mu

Kata pelacur-pelacur nan Konon menemukan AmpunanMu

Kata para ahli makrifat nan Konon telah melihat Wujud -Mu

 

Kucintai Kau Maya Walau Konon Kau Cantik

Kurindui Kau Maya Walau Konon Kau -lah Lautan Nyala

 

Kucintai Kau Maya Dan aku yakin cintaMu

Yang jelas kuyakin Kau Ada

Yang jelas kuyakin Kecupan-Mu

walau konon ribuan sampan dalam samudera

mencari keberadaan Mu


mabuk tersungkur

bersulang anggur

aku tersungkur

berbuih anggur


anggur memerah

anggun lembayung

mata memerah

lidah pun berkidung


kidung pemabuk

kidung pemabuk

anggur asmara

anggur asmara


dalam mimpi aku bermimpi

dalam anggur aku bersulang

dalam kidung aku bermimpi

duduk tepekur aku berdendang



lagu-lagu maharia

lagu-lagu mahalara

lagu-lagu cinta ria

lagu-lagu rindu lara

karena cinta adalah ria

dan rindu adalah lara

karena asmara adalah ria

walau bunga-nya adalah lara

 

mabuk tiada duka dan suka

mabuk melayang dalam udara

Tuhan tiada duka dan suka

Tuhan menyayang pemabuk lara

 

anggur asmara melepas akal

yang ada hanyalah rambut yang ikal

penggila cinta tak punya akal

mabuk menyanyi ribuan Ghazal



seribu rubaiat seribu pantun

Si Dara Hadirat terasa santun

sembari sekarat kubaca pantun

walau berkarat hatiku santun



karena anggur memabuk hati

membuatnya wangi bak melati

karena tepekur memanah hati

membuatnya pecah menatap Melati

 
karena Anggur bertembang rindu

dan mabuk berkicau penuh rayu

karena mabuk aku bersulang rindu

kepada Tuhan aku merayu



memuji Tuhan, Tuhan dan Tuhan

agunglah Tuhan, Tuhan dan Tuhan

Engkau sendirian

bertahta sendirian

 

Mahkota berkilauan

Wajah Amat Rupawan

Cantik Sekali, Cantik Sekali

Sekarat aku, Menatap sekali

 

berpendar memerah mesra membayang

bergetar cinta bergetar

tersungkur aku tersungkur rasa

jari bergetar jemari bergetar

 
arus nikmat yang amat nikmat

dalam lagu-lagu Kekasih

rahmat semata yang amat nikmat

tenggelam dalam lagu Kekasih

 

anggur membayang

aku membayang

aku bersulang

aku bersulang


tiada sadar

tiada tahu

aku bergetar

tanpa kutahu

 

mabuk aku dalam doa

selarik bersama sempoyong anggur

buih anggur dalam doa

terhuyung aku jatuh tersungkur

 

Tuhan, aku berdoa sembari tersungkur

karena mabuk aku tersungkur

berjuta indah Wajah Rupawan

itulah Engkau Kekasih Pujaan

 

mabuk..

bersulang..

mabuk..

berdendang..

 

mabuk..

Tuhan

aku mabuk..

Tuhan

Atas segala rahmat dan hidayah Mu

Atas segala Syafa'at dan kasihsayang Mu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar