Translate

Selasa, 05 Februari 2019

Sejarah Tarian Barongsai

Menurut sejarah, tidak ada singa di China, singa datang ke China dari India dan Srilangka, sesuai dengan penyebaran ajaran agama Buddha pada zaman dynasty Han. Raja Han membuka hubungan dagang dengan dunia luar melalui jalur sutera ke China. Pertukaran kebudayaan yang datang dari Timur ke China seperti tarian dan nyanyian. Tarian dipertunjukkan dengan menggunakan topeng singa, binatang yang tidak ada di China. Maka pedagang yang berdagang melalui jalur sutera membawa serta singa sebagai hadiah ke China, juga dibawa serta pelatih singa. Mulai saat itu dikenal tarian singa atau barongsai di China.

Kesenian Barongsai mulai populer pada zaman dinasti Selatan-Utara (Nan Bei) tahun 420-589 Masehi. Kala itu pasukan dari raja Song Wen Di kewalahan menghadapi serangan pasukan gajah raja Fan Yang dari negeri Lin Yi. Seorang panglima perang bernama Zhong Que membuat tiruan boneka singa untuk mengusir pasukan raja Fan itu. Ternyata upaya itu sukses hingga akhirnya tarian barongsai melegenda hingga sekarang.

Pada saat dynasty Tang, mulai dibuat bentuk kepala singa dari kayu. Sosok kepala singa dibuat sebagai paduan element Buddhism, Taoism dan Konghucuism. Permainan barongsai makin berkembang di China pada saat dynasty Han, Wei dan Chin. Pada saat dynasty Tang, Song, Yuan, Ming dan Ching permainan barongsai yang semula diadakan di dalam Istana Kerajaan mulai diperkenalkan kepada masyarakat luas diluar istana, diadakan festival barongsai diluar istana raja. Permainan barongsai bertransformasi sesuai masing-masing dynasty di China. Sesuai perubahan zaman, permainan barongsai makin berkembang dimainkan oleh orang dewasa dan anak kecil, dan dilengkapi dengan ketrampilan bela diri. Kepala barongsai diikat dengan pita warna warni. Diikat pita merah untuk laki-laki dan diikat pita hijau untuk wanita.

Tarian, Gerakan, dan Jenis Barongsai

Tarian Singa terdiri dari dua jenis utama yakni Singa Utara yang memiliki surai ikal dan berkaki empat, dan Singa Selatan yang bersisik dan bertanduk. Penampilan singa Utara lebih mirip singa karena berbulu tebal, bukan bersisik.

Singa Utara

Di Indonesia, Singa Utara biasa disebut Peking Sai. Singa Utara memiliki bulu yang lebat dan panjang berwarna kuning dan merah. biasanya Singa Utara dimainkan dengan 2 Singa dewasa dengan pita warna merah di kepalanya yang menggambarkan Singa Jantan, dan Pita Hijau (kadang bulu hijau di kepalanya) untuk menggambarkan Singa Betina.

Pekingsai dimainkan dengan Akrobatik dan Atraktif, seperti berjalan di tali, berjalan di atas bola, menggendong, berputar, dan gerakan-gerakan akrobatis lainnya. Tidak jarang juga, Pekingsai dimainkan dengan anak singa, atau seorang 'pendekar' yang memegang benda berbentuk bola yang memimpin para Singa. Biasanya, sang pendekar melakukan beberapa gerakan-gerakan beladiri Wushu.

Konon, pada jaman dahulu, atraksi Pekingsai digunakan untuk menghibur keluarga kerajaan di istana Tiongkok.

Singa Selatan

Singa Selatan inilah yang sering kita lihat, atau kita sebut Barongsai. Singa Selatan lebih ekspresif dibanding Singa Utara. Kerangka kepala Singa Selatan dibuat dari bambu, lalu ditempeli kertas, lalu dilukis, dan ditempeli bulu dan dihias. Bulu yang memiliki kualitas tinggi untuk pembuatan Barongsai adalah bulu domba atau bulu kelinci. Tetapi, untuk harga yang murah, biasanya digunakan bulu sintetis. Pada zaman modern, kerangka barongsai mulai dibuat dengan alumunium atau rotan.

Singa Selatan memiliki berbagai macam jenis. Singa yang memiliki tanduk lancip, mulut seperti bebek, dahi yang tinggi, dan ekor yang lebih panjang disebut Fut San (juga disebut Fo Shan, atau Fat San). Sedangkan Singa yang memiliki mulut moncong ke depan, tanduk yang tidak lancip, dan ekor yang lebih kecil disebut Hok San. Keduanya diambil dari nama tempat di Tiongkok.

Barongsai Futsan dimainkan dengan kuda-kuda dan gerakan yang lebih memerlukan tenaga. Barongsai Futsan biasanya dimainkan didalam kategori Barongsai Tradisional. Kuda-kuda dan gerakan barongsai hoksan lebih santai daripada Barongsai futsan. Barongsai futsan biasanya digunakan di sekolah-sekolah kungfu, dan hanya murid terbaik yang dapat menarikannya.

Barongsai hoksan biasanya dikenal karena ekspresif, langkah kaki yang unik, penampilan yang impresif, dan musik yang bertenaga. Diperkirakan, pendiri Barongsai Hoksan adalah Feng Gengzhang pada abad ke 20. Feng lahir di desa di kota He Shan, dan dia diajarkan beladiri China dan Barongsai dari ayahnya. Kemudian, ia mempelajari bela diri dan Barongsai dari Fo Shan sebelum pulang ke desanya dan membuat sasananya sendiri. Dia menciptakan gaya berbarongsainya yang unik, dan menciptakan teknik baru memaikan Barongsai dengan mempelajari mimik dan gerak kucing, seperti "menangkap tikus, bermain, menangkap burung, dan berguling". Dan, terciptalah kepala barongsai bergaya Hok San, ia merendahkan dahi Barongsai, melengkungi tanduknya, dan membuat mulutnya menjadi seperti paruh bebek. Badannya juga menjadi terlihat lebih bertenaga dan berwarna lebih mencolok. bersama dengan langkah kaki yang lebih unik dan tangkas, Feng menciptakan gaya musik baru dalam bermain Barongsai yang disebut "Seven Star Drum". Sekitar tahun 1945, pemain Barongsai hoksan diundang untuk tampil di berbagai tempat di China dan bagian Asia Tenggara. Di Singapura, Barongsai hoksan menjadi terkenal dan mendapatkan julukan "Raja dari Raja Barongsai" dan memiliki tulisan "Raja" (王) di dahi Barongsai Hoksan. Perbaikan lebih lanjut, asosiasi Barongsai hoksan di Singapura membuat Barongsai hoksan menjadi lebih mirip seperti seekor kucing dengan memendekkan ekornya, dan membuat ketukan drum yang baru untuk tarian singa ini.

Biasanya, perbedaan warna pada bulu Barongsai melambangkan umur dan karakter sang Barongsai. Barongsai dengan warna putih adalah barongsai yang paling tua, warna putih melambangkan kesucian. Barongsai berwarna kuning adalah Barongsai dengan umur yang tidak teralu tua dan tidak terlalu muda, warna kuning melambangkan keberuntungan dan ketulusan hati. Barongsai berwarna hitam adalah barongsai dengan umur yang paling kecil. Itulah mengapa, biasanya barongsai berwarna hitam ditarikan dengan gerakan yang lincah dan seperti memiliki keingintahuan tinggi. Barongsai berwarna emas melambangkan kegembiraan. Barongsai dengan warna hijau melambangkan pertemanan. Barongsai dengan bulu warna merah melambangkan keberanian. Karena berkembangnya waktu, Barongsai modern telah muncul dan menghasilkan warna-warna baru seperti pink, ungu, dll.

Barongsai dimainkan di beberapa tempat. Barongsai yang dimainkan di lantai atau papan disebut Barongsai Tradisional, Barongsai yang dimainkan di atas tonggak disebut Barongsai Tonggak. Tonggak yang berstandar internasional memiliki tinggi kurang lebih 80cm sampai 2m. Untuk Barongsai lantai, biasanya area dalam pertandingan dibatasi 8x8 meter - 10x10 meter. Dalam pertunjukan barongsai, makanan Barongsai yang berupa sayur disebut Cheng.

Untuk menarikan Barongsai, agar terlihat indah dan menarik, pemain Barongsai harus menguasai kerjasama antar pemain, kerjasama pemain musik, dan kerjasama pemain musik dan pemain barongsai. Pergerakan barongsai dengan musik harus serasi. Pemain barongsai juga harus membuat barongsai seolah benar-benar "hidup" dengan cara membuat ekspresi dan mimik wajah barongsai seolah-olah nyata. ekspresi tersebut adalah bahagia, marah, takut, ragu-ragu, mabuk, bergerak dan diam. Barongsai harus terlihat agak kaget saat melihat benda berwarna merah, dan dalam kategori Barongsai Tradisional, saat melihat air, Barongsai harus terlihat fokus saat melihat bayangannya di air, atau takut saat melihat ular. Pemain Barongsai harus menguasai kuda-kuda agar bentuk badan barongsai terlihat bagus.

Barongsai di Indonesia

Kesenian barongsai diperkirakan masuk di Indonesia pada abad-17, ketika terjadi migrasi besar dari Tiongkok Selatan.

Barongsai di Indonesia mengalami masa maraknya ketika zaman masih adanya perkumpulan Tiong Hoa Hwe Koan. Setiap perkumpulan Tiong Hoa Hwe Koan di berbagai daerah di Indonesia hampir dipastikan memiliki sebuah perkumpulan barongsai. Perkembangan barongsai kemudian berhenti pada tahun 1965 setelah meletusnya Gerakan 30 S/PKI. Karena situasi politik pada waktu itu, segala macam bentuk kebudayaan Tionghoa di Indonesia dibungkam. Barongsai dimusnahkan dan tidak boleh dimainkan lagi. Perubahan situasi politik yang terjadi di Indonesia setelah tahun 1998 membangkitkan kembali kesenian barongsai dan kebudayaan Tionghoa lainnya. Banyak perkumpulan barongsai kembali bermunculan. Berbeda dengan zaman dahulu, sekarang tak hanya kaum muda Tionghoa yang memainkan barongsai, tetapi banyak pula kaum muda pribumi Indonesia yang ikut serta.

Pada zaman pemerintahan Soeharto, barongsai sempat tidak diijinkan untuk dimainkan. Satu-satunya tempat di Indonesia yang bisa menampilkan barongsai secara besar-besaran adalah di kota Semarang, tepatnya di panggung besar kelenteng Sam Poo Kong atau dikenal juga dengan Kelenteng Gedong Batu. Setiap tahun, pada tanggal 29-30 bulan enam menurut penanggalan Tiong Hoa (Imlek), barongsai dari keenam perguruan di Semarang, dipentaskan. Keenam perguruan tersebut adalah:

1- Sam Poo Tong, dengan seragam putih-jingga-hitam (kaus-sabuk-celana), sebagai tuan rumah
2- Hoo Hap Hwee dengan seragam putih-hitam
3- Djien Gie Tong (Budi Luhur) dengan seragam kuning-merah-hitam
4- Djien Ho Tong (Dharma Hangga Taruna) dengan seragam putih-hijau
5- Hauw Gie Hwee dengan seragam hijau-kuning-hijau kemudian digantikan Dharma Asih dengan seragam merah-kuning=merah
6- Porsigab (Persatuan Olah Raga Silat Gabungan) dengan seragam biru-kuning-biru

Walaupun yang bermain barongsai atas nama ke-enam kelompok tersebut, tetapi bukan berarti hanya oleh orang-orang Semarang. Karena ke-enam perguruan tersebut mempunyai anak-anak cabang yang tersebar di Pulau Jawa bahkan sampai ke Lampung.

Di kelenteng Gedong Batu, biasanya barongsai (atau di Semarang disebut juga dengan istilah Sam Sie) dimainkan bersama dengan Liong (naga) dan Say (kepalanya terbentuk dari perisai bulat, dan dihias menyerupai barongsai berikut ekornya).

Barongsai Telah Diakui Koni

Sekarang barongsai di Indonesia sudah diperlombakan. Federasi Olahraga Barongsai Indonesia atau FOBI yang menaungi kesenian Barongsai telah diakui oleh Komite Olahraga Nasional Indonesia KONI. Jadi, sekarang pemain Barongsai bisa disebut sebagai Atlet Barongsai. Barongsai Indonesia telah meraih juara pada kejuaraan di dunia. Dimulai dengan Barongsai Himpunan Bersatu Teguh (HBT) dari Padang yang meraih juara 5 pada kejuaraan dunia di genting - malaysia pada tahun 2000. Hingga kini barongsai Indonesia sudah banyak mengikuti berbagai kejuaraan-kejuaraan dunia dan meraih banyak prestasi. Sebut saja beberapa nama seperti Kong Ha Hong (KHH) - Jakarta, Dragon Phoenix (DP) -Jakarta, Satya Dharma - Kudus, danPaguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) - Tarakan. Bahkan nama terakhir, yaitu PSMTI telah meraih juara 1 pada suatu pertandingan dunia yang diadakan di Surabaya pada tahun 2006. Perguruan barongsai lainnya adalah Tri Pusaka Solo yang pada pertengahan Agustus 2007 lalu memperoleh Juara 1 President Cup. Kong Ha Hong dari Jakarta juga telah membuktikan bahwa barongsai Indonesia mampu bersaing di dunia internasional. beberapa prestasi Kong Ha Hong Jakarta dalam kejuaraan dunia adalah:

1. HBT Open, Padang Indonesia (peringkat 3)
2. Genting World Lion Dance Championship 2006, Malaysia (peringkat 7)
3. Genting World Lion Dance Championship 2007, Malaysia (peringkat 5)
4. ASEAN Cup, BSD Indonesia (peringkat 2)
5. Guang Zhao Open 2009, Guang Zhao China (JUARA DUNIA)
6. Putian Open 2013, Putien China (peringkat 2)
7. Living World International Lion Dance Championship 2014, Tangerang Indonesia (JUARA DUNIA)
8. Genting World Lion Dance Championship 2014, Malaysia (peringkat 3)
9. Beijing Open 2015, Beijing China (JUARA DUNIA)
10. Shenzen Open 2016, Shenzen China (peringkat 3)
11. Living World International All-Star Lion Dance Championship 2017, Tangerang Indonesia (JUARA DUNIA)

Kong Ha Hong Jakarta juga telah memenangkan banyak piala dari kejuaraan-kejuaraan nasional.

Selain itu, kesenian barongsai juga pernah bermunculan di beberapa kota seperti Purwokerto, Magelang, Cilacap dan beberapa kota yang lain. Untuk daerah Magelang, kesenian barongsai ini muncul pertama kali dengan nama Ciu Lung Wei - Magelang, TITD -Magelang, Pai Se Wei - Magelang dan masih banyak perkumpulan lainnya. Untuk Purwokerto ada beberapa perkumpulan kesenian barongsai yang telah terbentuk dan berjalan seperti Chin Lung Dhuan -Purwokerto, Lung Se Tuan - Purwokerto, Yi Lung Dhuan - Purwokerto

Perkembangan Barongsai di Indonesia bisa dibilang cukup pesat. bisa dilihat dari prestasi-prestasinya di pertandingan-pertandingan dunia. Indonesia juga dapat mengalahkan tim Barongsai dari China yang sudah ribuan tahun lebih dahulu mempelajari Barongsai. Barongsai Indonesia juga sudah dapat mengalahkan tim Barongsai dari Malaysia yang memang lebih dulu mempelajari Barongsai daripada Indonesia. Pertandingan-pertandingan tingkat internasional dapat memberikan pelajaran dan pengalaman untuk Barongsai Indonesia agar lebih baik untuk kedepannya. Federasi Olahraga Indonesia (FOBI) berharap dengan diselenggarakannya kejuaraan-kejuaraan dapat memberikan nilai silahturahim antar tim Barongsai dalam maupun luar Negeri.

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa kesenian atau seni ketrampilan dalam permainan Barongsai membutuhkan keahlian khusus dan tentunya dengan latihan yang rutin dapat menjadikan para pemain yang terlibat didalamnya menjadi mahir dan terampil. Namun disini terkadang banyak orang yang masih berpendapat bahwa bermain Barongsai bisa menjadikan sang pemain atau para pemain menjadikan kesurupan seperti halnya dalam permainan Kuda Lumping.

Dalam melakukan permainan Barongsai, dibutuhkan kejelian dan ketangkasan yang tentunya di dapat dari hasil latihan yang rutin serta tanggap dalam mengenal medan atau arena tempat bermain, dikarenakan permainan Barongsai harus dapat dilakukan di segala medan, ataupun arena, atau bahkan dilapangan dan juga di tempat yang luasnya amat minimalis.

Dalam perkembangan sekarang ini Barongsai sudah banyak jenis permainnya yang dipadukan dengan kesenian atau beladiri Wushu, dan menjadikan gerakan-gerakan yang dilakukan menjadi indah dan serasi dengan musik terdengar dari alat musik Barongsai. Itupun sebenarnya keserasian permainan juga didapat dari hasil latihan yang serius dan disiplin yang tinggi serta penngenalan tentang budaya Tionghoa pada umumnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar