Translate

Kamis, 16 Januari 2020

Sejarah Singkat Mbah Kyai Mino Ponpes Nurul Qodim


Pesantren Nurul Qadim di Desa Kalikajar Kulon Kecamatan Paiton Kabupaten Probolinggo didirikan oleh KH. Hasyim atau yang cukup dikenal dengan sebutan Kiai Mino. Kini pesantren ini diasuh oleh KH. Hasan Abdul Jalal Hasyim dan memiliki banyak santri hingga ke luar daerah.
Di daerah Jabung wetan  K. Asfina dan Nyai Asfina mempunyai 8 putra putri
Lelaki 2 perumpuan 6 diantaranya :
Ky Zainal Arifin           Sumberan
Nyai Dul                      Jabung Wetan
Nyai Umar                  Jabung Wetan
Nyai Misdan               Jabung Wetan
Nyai Buwat                 Kalikajar
Nyai Saduya              Jabung Wetan
Nyai Enggi                 Jabung Wetan
Ky Mino                       Kalikajar
Ky Mino anak yang paling terakhir
Kelahiran Ky Mino pada tahun 1902
Umur Ky Mino 85 Tahun
Hajji pada tahun 1970 M.
Mendirikan Musholla pertama pada tahun 1945 M
Ky Mino menikah dengan Nyai Maryam ( Nyai Rodina ) yang mempunyai putra : 2
Guuluh ( Gamar )
Beetoh ( Jasuli )
Hal ini sebelum menunaikan Ibadah Hajji, tapi setelah Hajji Ky Mino mempunyai Putra 2 lagi :
Nyai Salama
KH. Hasan Abd. Jalal
Proses kelahiran K. Mino
            Suatu ketika K. Asfina pergi kepengajian ada seorang kiai yang menceritakan proses kelahiran imam Syafi’I yang mana isi cerita itu bapak imam Syafi’I mentirakatkan dan mendo’akan anaknya yang bernama imam Syafi’I yang masih ada di kandungan, dan K. Asfina mendengarkan dengan sungguh-sugguh ( konsentrasi ) setelah pulang dari pengajian dan menceritakan tentang isi pengajian ( ceramah ) kepada Ny. Asfina dan K. Asfina berkata; “Dik guleh deteng pangajien, ano can kiai dik, mon terro endieh anak sholeh tarakat aki ben tueh aki ka pangiran” dettih kauleh sareng empian mulai lambe’ sala kebei anak, tak tarakat aki ben ta’ ben tueh aki ka pagiran sapen malem saben siang.(dik, saya datang dari pengajian, kata kiai, kalau ingin punya anak sholeh harus ditirakati, minta pertolongan Allah jadi kita dari dulu salah dalam membuat anak, tidak ditirakati siang malam) Lalu Nyi Asfina berkata ; “ Tore kang kauleh mangken andek, tore tarakat aki ben tue aki ka pangiran ma’le endik anak se sholeh. (ayo kang, saya sekarang mau. Ayo kita tirakati, minta pertolongan Allah agar memiliki anak yang sholeh)
            Mulai malam itu juga Nyai Asfina pergi kebelakang rumahnya mengambuil sapu lidi, oleh Nyai Asfina sapu lidi itu disucikan dan dilepas ikatannya lalu diletakkan di tempat sholat, dan di setiap malamnya K. Asfina dan Nyai Asfina wiridan (berdo’a), K. Asfina di depan dan Nyai Asfina di belakang ber wiridan(berdo’a) menggunakan lidi-lidi itu secara bergantian dari K. Asfina lidi-lidi itu diberikan pada Nyai Asfina dan Nyai Asfina mengikuti wiridan yang di baca K. Asfina. Setelah lidi-liditersebut habis di depan K. Asfina lalu oleh Nyai Asfina di kembalikan lagi kedepan K. Asfina begitu seterusnya sampai subuh untuk mendo’akan kandungannya. Tentang wiridan yamg dibaca adalah Istighfar dan Sholawat laluberdo’a semuga mempunyai anak yang sholeh, sejak saat itulah mereka istiqomah wiridan ( dimalam hari) dan pada siang harinya K. Asfina dan Nyai Asfina berpuasa sampai menjelang kelahiran kandungan nyai Asfina dan lahirlah K. Mino (KH. Moch. Hasyim / Mino).
Waktu kecil Ky Mino pernah mondok di genggong pajarakan di dalem KH Syamsuddin dan pernah Ngaji pada KH Halima ( Tunjungan ) dan waktu ngaji Ky Mino menurut KH Halima kurang begitu pintar , kalau menulis di pisah-pisah seperti menulis jalan   ج ل ن tak lama kemudian berhenti mondok lalu kawin dengan Nyai Rantina Jabung Wetan , tak lama kemudian berpisah dengan Istrinya di sebabkan tidak ada kecocokan kemudian Ky Mino kembali lagi ke Pondok kira-kira 3 tahun dan menjadi Khaddam (Santri Ndalem) KH Syamsuddin, jika KH Syamsuddin membaca Al- Qur’an dan Kitab Maka Ky Mino mendengarkan, setelah itu berhenti mondok.
Menurut KH. Halima “ Ky Mino bisah dedtih bellinah pangiran karna olle sebeb oreng towah ben barokanah guruh”.(Ky Mino bisa jadi waliyullah karena mendapatkan barokahnya orang tua dan guru).
Waktu ada di pondok Ky Mino pernah suatu hari ada kucing yang jatuh kesumur lalu oleh Ky Mino di ambil dan dibawa keatas.
Kedatangan Ky Mino ke PP Zainul Hasan Genggong kira- kira pada tahun 1930/1931 M. Ky Mino menjadi khaddam KH. Syamsuddin ( luwai ) KH. Moh. Hasan . pekerjaan beliau sehari-sehari membuat tabing (Widek/gedek), dan memberi makan kuda, mengairi sawah, serta mencari ikan.
Pertama K. Mino datang ke Genggong langsung suwan ke KH. Syamsuddin, di saat itu ada orang yang membuat tabing, lalu Kiyai bertanya kepada mino, apakah kamu bisa membuat tabing ? dan mino menjawab ; bisa dan hasilnya memuaskan dan itulah awal mulanya Ky Mino menjadi haddam KH Syamsuddin. Ketika Ky Mino menjadi haddam, pekerjaan sehari-seharinya mencari rumput, untuk memberi makan kuda milik KH Symsuddin hasil pemberian dari saudara bisan KH syamsuddin, Pangeran Joyo dari Pegalangan Kidul, dan pekerjaan Ky Mino ketiga selalu mengairi sawah milik KH Syamsuddin yang terletak di barat PP. Genggong. Kegiatan yang berupa ibadah / mencari ilmu ialah mengaji Al kitab dan sullam safinah, langsung kepada KH Syamsuddin setelah solat Dhuhur. Setelah ngaji mino langsung mencari ikan disungai mulai dari genggong sampai pajarakan tanpa sepengetahuan gurunya. Dan hasil tangkapan nya sangat banyak dan semuanya di berikan kepada gurunya.
Yang kedua ibadah Ky Mino mulai solat maghrib sampai jam 10 beriktikaf di masjid setelah baru turun dari masjid dan tidur di tempat yang selalu di lewati oleh kiai. Dan melakukan solat tahjjud ketika jam dua dan subuhnya dibangunkan oleh kiai untuk mengumandangkan adzan. Konon Ky Mino tukang adzan solat subuh. Dan Kyai Hosnan tukang adzan solat maghrib, begitulah aktifitas sehari-hari di pondok pesantren genggong selama kurang lebih 3 tahun. 
Dan setiap aktifitasnya Ky Mino tidak pernah dikasih makan kalau tidak berjumpa dengan Ibu Nyai, kalau berjumpa dengan Ibu Nyai, Ky Mino di beri makan,  konon ketika makan sampai tiga suapan, Ky Mino di gertak oleh KH Syamsuddin dan kiai berkata “kamu jangan banyak makan karena saya tidak punya beras” akhirnya Ky Mino tidak menghabiskan makanannya, begitulah setiap harinya. Sedangkan tujuan KH Syamsuddin melarang Ky Mino makan banyak bukan karena tidak punya beras tetapi untuk melatih haddam tercintanya ridho dan tujuan tersebut tidak diketahui oleh Ky Mino karena setiap kali makan, Ky Mino selalu di tegur oleh gurunya, maka Ky Mino mengambil keputusan tidak akan memberi makan kuda dan mengerjakan sesuatu apapun kalau ada Ibu Nyai karena khawatir dikasih makan.
Kejadian- kejadian aneh di Pondok Genggong
Pernah suatu hari Ky Mino di suruh mengairi sawah oleh KH Syamsuddin, sesampainya di sawah oleh kiai mino langsung mengairi sawahnya kemudian di tinggal karena waktu itu airnya bagian sawahnya KH Syamsuddin.  Beberapa  jam kemudian Ky Mino kembali ke sawah untuk melihat sawah yang di airi, apakah sudah penuh apakah belum dan setibanya di sawah Ky Mino terkejut melihat sawahnya tidak ada airnya sama sekali. Akhirnya Ky Mino pergi ke hulu untuk menutup saluran air ( sangatan ). Setelah sampai kehulu terkejut karena melihat saluran air yang kesawahnya Ky Mino tertutup batang pohon pisang ( katebong ) dan di atasnnya tertancap sebilah pedang dan k. mino tahu bahwa pedang tersebut milik seorang bajingan yang sawahnya bersampingan dengan sawahnya KH Syamsuddin dan airnya di arahkan ke sawah bajingan tersebut. Akhirnya Ky Mino pulang dan melaporkan kejadian tersebut kepada guru dan guru berkata kenapa kau tidak cabut saja pedang tersebut dan kau buka saluran airnya dan Ky Mino menjawab, “saya takut’ dan sang guru berkata lagi, “kamu takut? kamu laki-laki atau perempuan.k. mino diam tidak menjawab lalu sang guru berkata, “mari kita ke sawah bersama-sama”. Sesampainya di sawah k.mino disuruh mencabut pedang tersebut lalu membuka saluran air dan menutup saluran air ke arah sang bajingan setelah itu Ky Mino melihat sang bajingan dari kejauhan,mengetahui kejadian tersebut, KH Syamsuddin berkata k.mino tolong kamu jangan disini dan saya mau sembunyi.  Ky         Mino hanya menuruti perintah sang guru namun dalam berkata ‘” engko’ esorro a jegeh, kiai ngetek, reken engko’ soro pate’en, nyamanah dibi’, (Saya disuruh jaga, kiai sembunyi, emangnya saya disuruh dibunuh, seenaknya sendiri).
Akhirnya sang bajingan semakin dekat dan ketika hampir dekat ke Ky Mino , KH Syamsuddin berdehem. Mendengar dehemen KH Syamsuddin sang bajingan jatuh terjungkir ke sawah. Dan mengira itu deheman Ky mino. Jadi setiap kali sang bajingan bertemu atau berpapasan dengan Ky Mino selalu menjauh karena takut ke Ky Mino. mengingat kejadian tersebut, bermula dari itulah Ky Mino menjadi seorang pemberani.
Suatu hari Ky Mino sedang membuat sapu lidi tiba-tiba Ky Hosnan datang dari pasar, kemudian muncullah keinginan K Mino untuk menggojlok Ky Hosnan. Ky Mino berkata:”Hai Madrai’ (Nama asli Ky Hosnan) kamu dipanggil Ibu Nyai katanya ikannya disuruh cepat dimasak.”Mendengar hal itu Ky Hosnan terburu-buru untuk mencuci dan memasak ikan , ketika ikan sudah masak Ky Hosnan langsung mengantarkan ke Ibu Nyai. Kemudian Ibu Nyai berkata : “Oh..kamu sudah datang ?lo..ikannya sudah masak ? kok cepat. Mendengar hal itu Ky Hosnan menyadari bahwa dirinya sudah dipermainkan oleh Ky Mino.
Setelah beberapa hari dari kejadian tersebut ketika Ky Mino datang dari menyabit (cari rumput) dan diketahui oleh Ky Hosnan, maka disaat itulah muncullah keinginan untuk membalas Ky Mino. Ahirnya Ky Hosan berkata pada Ky Mino: “Hai Mino, cepat kamu dipanggil Kiai katanya kamu mau diajak Mios (bepergian). Ahirnya Ky Mino meletakkan rumputnya dan segera mandi. Setelah berpenampilan rapi Ky Mino menghadap sang Guru, dan betapa terkejutnya Ky Mino ketika sang Guru berkata : “ Kamu sudah datang Mino? dan tolong kuda-kuda itu dikasih makan.Dengan kejadian tersebut maka Ky Mino menyadari bahwa dirinya dibalas oleh Ky Hosnan.
Pesan sang Guru ( KH Syamsuddin ) kepada Ky Mino.
“ Cong be’en mon terro aobeeh kalakonnah eteppa’en ojen derres, be’en duli adua’ cong”(nak, kamu kalau ingin berubah kelakuannya, ketika hujan deras, kamu cepat berdo’a) Selelah pulang dari pondok dan berkeluarga, Konon di jabung ada pabrik dan Ky Mino bekerja di pabrik tersebut, sepulangnya dari pabrik di pertengahan jalan di guyur hujan yang sangat deras, ketika itu juga Ky Mino langsung ber do’a dengan menjerit dan ber do’a “  Duh gusteh obe’aki kalakuan kauleh gusteh ”(Duh Gusti, rubahlah kelakuan hambamu ini Gusti!.) doa tersebut  di lakukan karena Ky Mino ingat kepada dawuh (pesan) sang Guru.
Kepatuhan, Ketaatan dan ketakutan Ky Mino pada Gurunya ( KH. Moh, Hasan Genggung )
Ketika bulan Ramadhan Ky Mino menjaga jidur (beduk) ketika ada di pondok untuk menjaga adzan maghrib, disuatu ketika maghrib kurang 1 menit Ky Mino langsung memukul beduk dan pukulan beduk tersebut di dengar oleh Ky Moh Hasan, Lalu Ky Moh Hasan bertanya, “ siapa nepbu jidur kik buruh.?” (sipa yang menabuh beduk barusan) mendengar seruhan Gurunya tersebut Ky Mino langsung jatuh pingsan dikarnakan sangat takut dan ta’dimnya pada sang Guru.
Pesan terahir K. Mino
Suatu ketika menjelang wafat K. Mino yang sedang berbaring di tempat tidur, lalu Nyai Maryam berkata ; “ dek remma jih empian pon palemanah? de’ remmah anak-anak en?” (gimana jih (haji) sampean sudah mau pulang? Bagaimana dengan anak-anaknya?) lalu K. Mino menjawab, “  Dinah engko’ endik anak lakek e dinnak (K. Jalal) (tidak apa-apa, saya punya anak laki-laki disini !! (K. Jalal)) e berek engkok endik anak lakek kiah (K. Fauzi) (dibarat, (desa sumberan)saya juga punya anak laki-laki !! (K. Fauzi)),  K. Mino berkata lagi “ ye mon santreh, mon endik kapentingan; ye ngajih neng kobornah engko” , surat yasin sareng tahlil, ye etue akinah bikengkok “. (dan santri, kalau punya kepentingan, ya ngaji di pesareanku, surat yasin dan tahlil, ya akan aku do’akan !!)
Perkembangan Pesantren Nurul Qodim
Pada awal didirikan oleh Kiai Mino, pesantren ini hanyalah sebuah musholla yang kemudian berubah menjadi sebuah masjid. Dari waktu ke waktu, banyak orang tua yang mengirimkan putra-putrinya untuk menimba ilmu. Mendapati perkembangan jumlah santri itu, Kiai Mino kemudian mendirikan tempat kegiatan belajar mengajar yang layak dan nyaman. Maka, berdirilah gedung madrasah sebanyak tiga lokal. Sayang, empat tahun kemudian kegiatan belajar mengajar di gedung madrasah anyar itu “bubar”. Itu terjadi setelah ada kendala dari sektor tenaga pengajar.
“Kegiatan belajar mengajar di madrasah itu terus merosot hingga akhirnya vakum lantaran kurangnya tenaga pengajar dan minimnya fasilitas pendidikan,” terang Pengasuh Pesantren Nurul Qadim saat ini Kiai Hasan Abdul Jalal Hasyim.
Madrasah diniyah (madin) yang awalnya berjaya itu, tinggal kenangan. Lokal kelas dan sejumlah fasilitas lainnya mulai tidak terurus. Hal itu berlangsung sampai dengan tahun 1964. Ditahun yang sama, menantu Kiai Mino, Kiai Nuruddin Musyiri mencoba kembali membangun madin itu dari tidur panjangnya.
Alumnus Pesantren Zainul Hasan (Zaha) Genggong Pajarakan itu membangunkan madin dengan memilih proses belajar mengajar di pagi hari. Madrasah anyar itu diberi nama Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hasan. Tidak hanya itu, Kiai Nuruddin juga membuka kembali asrama santri yang sempat mangkrak. Syukur, kini madin yang penuh dengan pelajaran-pelajaran salaf itu semakin berjaya.
“Sejak itu, pesantren ini terus berkembang pesat. Santrinya ada yang dari Madura, Cirebon, Banyuwangi, Jember dan paling banyak dari masyarakat sekitar pesantren,” jelas Kiai Hasan.
Kiai Nuruddin bersama KH.  Hasan Abdul Jalal (putra almarhum Kiai Mino) terus berupaya mengembangkan sektor pendidikan di pesantrennya. Terlebih, setelah melihat banyak santrinya yang telah lulus dari madin masih ingin terus mondok. Sayangnya, pesantren belum mempunyai sekolah lanjutan. Melihat hal itu, Kiai Nuruddin bersama Kiai Jalal bahu membahu pada tahun 1970 mendirikan Madrasah Tsanawiyah (MTs). Tetapi pelajarannya khusus pelajaran-pelajaran salaf bersumber dari kitab-kitab peninggalan ulama-ulama salaf. Atau lebih terkenal dengan sebutan kitab kuning.
Empat tahun kemudian atau pada tahun 1974, pesantren Nurul Qadim kembali kebingungan dengan alumni MTs-nya. Mereka bingung mencari sekolah lanjutan. Kebingungan itu akhirnya dijawab oleh pihak pesantren dengan mendirikan Madrasah Aliyah (MA).
“Semua itu dilakukan untuk melanjutkan pelajaran yang sudah diperoleh di madin. Begitu juga yang aliyah (MA) untuk melanjutkan pelajaran yang sudah didapat sewaktu masih di MTs,” kenangnya bangga.
Dengan berkembangnya sektor pendidikan, berdampak pula pada semakin membludaknya santri. Sehingga pada tahun 1979, pihak pesantren kembali mendirikan asrama untuk santri putri. Asrama itu diberi nama Pesantren Putri Nurul Qadim Banat I. “Alhamdulillah, jumlah santri semakin banyak. Sehingga harus kembali mendirikan asrama santri putri dengan nama Pesantren Putri Nurul Qadim Banat II pada tahun 1988 silam,” pungkasnya.    

1 komentar:

  1. Izin ya admin..:)
    Halloo kami dari ARENADOMINO ingin mengajak anda semua pecinta games poker untuk bermain disini permainan fairplay menanti anda semua dan 100% no robot player vs player
    yuk silahkan langsung bermain dengan kami proses mudah cepat dan nyaman jika kesulitan dalam pendaftaran dapat juga dibantu ya bisa dari live chat ataupun dari WA +855 96 4967353 silahkan ..

    BalasHapus