Ada pandangan umum yang berkembang di masyarakat yang menyebutkan bahwa jumlah keseluruhan ayat Al-Qur’an adalah 6.666 ayat.
Dalam perbincangan di beberapa mailing list di Internet, muncul pro dan kontra terkait angka ini. Beberapa kalangan mencoba bersikap objektif dengan merujuk riwayat dan beberapa kitab ulumul-Qur’an yang membahas ‘addul ayi (hitungan ayat), namun beberapa yang lain bersikap emosional dan bahkan menuduh bahwa jumlah hitungan di atas dihasilkan oleh “ulama palsu”. Bahkan yang tidak mau “ambil pusing” mengambil jalan pintas dan ‘prematur’, bahwa yang paling benar adalah 6.236 ayat sesuai dengan jumlah ayat yang dicetak oleh Saudi Arabia (Mushaf Madinah). Akibatnya, diskusi tentang jumlah ayat dalam 30 juz Al-Qur’an menjadi ajang debat kusir yang tidak jelas arahnya.
Makna Perbedaan Pendapat Ulama tentang Jumlah Ayat Al-Qur’an
Adanya perbedaan pendapat diantara para ulama tentang jumlah ayat Al-Qur’an tidaklah berarti bahwa Al-Qur’an mereka berbeda. Tidak, sama sekali tidak. Al-Qur’an mereka tetap lah sama, dimuali dari ba’-nya bismillahirrahmanirrahim dan diakhiri dengan sin-nya minal jinnati wannas.
Perbedaan pendapat mereka tentang jumlah ayat Al-Qur’an juga tidak berarti ada bagian dari Al-Qur’an yang dikurangi, atau ada bagian dari Al-Qur’an yang ditambah. Sama sekali tidak.
Perbedaan pendapat mereka tentang jumlah ayat Al-Qur’an juga tidak berarti ada berbagai macam Al-Qur’an, sama sekali bukan ini maksudnya.
Namun, perbedaan pendapat para ulama’ tentang jumlah ayat Al-Qur’an hanyalah karena perbedaan pendapat mereka tentang kapan suatu ayat dimulai dan kapan pula di akhiri.
Dengan bahasa lain, dengan kosa kata apa suatu ayat dimulai dan dengan kosa kata apa suatu ayat di akhiri.
Sekedar contoh, firman Allah SWT:
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ
Adakah firman Allah SWT ini dihitung sebagai satu ayat ataukah dihitung sebagai dua ayat?
Bagi yang menghitungnya satu ayat, maka ayat ini dimulai dengan kosa kata “shirata” dan diakhiri dengan kata “waladh-dhallin”.
Namun, bagi yang menghitungnya dua ayat, maka bagian yang pertama dimulai dengan kosa kata “shiratha” dan berakhir dengan kosa kata “alaihim”. Dan bagian ayat yang kedua dimulai dengan kosa kata “ghairi” dan berakhir dengan kosa kata “waladh-dhallin”.
Jadi, perbedaan mereka hanyalah perbedaan dalam menentukan awal dan akhir suatu ayat saja.
Atau, dengan bahasa lain, perbedaan pendapat mereka hanyalah berbeda dalam titik awal dan titik akhir cara menghitungnya saja.
Contoh lain adalah firman Allah SWT:
يس وَالْقُرْآنِ الْحَكِيمِ
Firman Allah SWT ini terhitung satu ayat ataukah terhitung dua ayat?
Bagi yang menghitungnya sebagai satu ayat, maka satu ayat ini dimulai dari kosa kata “yasin” dan diakhiri dengan kosa kata “al-hakim”.
Namun, bagi yang menghitungnya dua ayat, maka, ayat yang ke-1 adalah kosa kata “yasin”. Dan ayat yang kedua adalah “wal-Qur’anil hakim”.
Penjelasannya bisa juga disingkat menjadi: “perbedaan pendapat diantara para ulama’, sebenarnya hanyalah perbedaan pendapat tentang kosa kata akhir dari suatu ayat”. Sebab, dengan mengetahui kosa kata terakhir, akan dapat diketahui dengan mudah kosa kata awal dari ayat berikutnya.
Kosa kata terakhir dari suatu ayat oleh para ulama’ disebut dengan istilah fashilah (فَاصِلَة) yang bentuk jama’ (plural)-nya adalah fawashil (فَوَاصِل).
Dengan demikian, perbedaan pendapat diantara para ulama dalam menentukan jumlah ayat Al-Qur’an pada hakekatnya hanyalah perbedaan pendapat diantara mereka dalam menentukan fashilah atau fawashil-nya saja.
Ilmu al-Fawashil
Pengertian Ilmu Fawashil
Dalam perkembangannya, perbedaan pendapat diantara para ulama’ tentang jumlah ayat Al-Qur’an, telah menghasilkan satu cabang ilmu tersendiri dari sekian banyak ilmu-ilmu Al-Qur’an (Ulumul Qur’an)yang diberi nama ‘Ilmul Fawashil.
Istilah Ilmu Fawashil terdiri dari dua suku kata: “ilmu” dan “fawashil”.
Ilmu maksudnya adalah sebuah bidang studi yang bersifat khusus yang memiliki kaidah-kaidahnya secara menyendiri.
Sedangkan fawashil – sebagaimana telah disinggung sebelumnya – adalah bentuk jamak (plural) dari katafashilah yang berarti ujung akhir suatu ayat.
Istilah lain dari fashilah adalah ra’sul ayat (رأس الآية) atau kepala atau ujung akhir suatu ayat.
Dengan demikian, Ilmul Fawashil adalah:
هُوَ عِلْمٌ يُبْحَثُ فِيْهِ عَنْ أَحْوَالِ آيَاتِ الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ مِنْ حَيْثُ مَعْرِفَةُ عَدَدِ آيَاتِ كُلِّ سُوْرَةٍ مَعَ بَيَانِ رُؤُوْسِ آيَاتِهَا وَخَاتِمَتِهَا
Ilmu yang di dalamnya dibahas tentang berbagai keadaan ayat Al-Qur’an al-Karim dari sisi pengetahuan terhadap jumlah ayat pada setiap surat disertai penjelasan tentang ujung akhir dari ayat itu.
Istilah lain yang juga dipergunakan oleh para ulama’ adalah istilah “Ilmul ‘Adad”, suatu ilmu yang berbicara tentang jumlah ayat setiap surat Al-Qur’an.
Manfaat Ilmu Fawashil
Dengan menguasai ilmu fawashil, seseorang akan banyak mendapatkan manfaat, kegunaan dan keuntungan, diantaranya:
Mengetahui kadar sahnya shalat. Sebab, sebagian ulama berpendapat bahwa bagi yang belum hafal surat Al-Fatihah, kalau ada, maka sah baginya mengganti dengan tujuh ayat dari Al-Qur’an. Kalau seseorang tidak mengetahui fawashil, bagaimana bisa memberi arahan terkait tujuh ayat ini?
Rasulullah SAW menjelaskan dalam shahih Muslim [hadits no. 802] bahwa siapa yang membaca 3 ayat (setelah Al-Fatihah), maka seakan ia telah mendapatkan tiga ekor unta yang gemuk yang lagi bunting. Ilmu Fawashil membantu seseorang untuk mengetahui batasan tiga ayat ini. Begitu pula pahala yang dijanjikan kepada mereka yang mau mempelajari tiga ayat dan atau lebih dari ayat-ayat Al-Qur’an.
Dengan mengetahui ilmu fawashil, seseorang akan mengetahui posisi waqaf (berhenti) pada akhir ayat yang merupakan sunnah dari Rasulullah SAW.
Bagaimana sebenarnya duduk persoalan penghitungan ayat Al-Qur’an dalam prespektif ulumul-Qur’an? Manakah yang betul?
Untuk menjawab pertanyaan ini, kiranya dapat dimulai dari komentar salah seorang pakar ulumul-Qur’an awal, as-Suyuti (w. 911 H/1505 M) dalam karya monumentalnya al-Itqan fi Ulumil-Qur’an mengutip pendapat Abu Amr ad-Dani (w. 444 H/1052 M), para sarjana Al-Qur’an menyepakati (ajma’u) bahwa jumlah ayat Al-Qur’an adalah 6000 ayat, para ulama berbeda pendapat terkait lebihannya. Pendapat ini juga dikuatkan oleh Ibnu Katsir. Mengapa demikian? Menurut az-Zarkasyi (w. 794 H/1391 M) karena Nabi Muhammad SAW terkadang berhenti pada akhir ayat karena waqaf, namun keesokan harinya Nabi tidak lagi berhenti (waqaf) pada tempat semula, bahkan menyempurnakan bacaannya, sehingga para sahabat yang mendengarnya menyangka berhentinya Nabi tersebut karena faktor akhir ayat (fasilah).
سبب اختلاف السبب في عدد الآي أن النبي صلى الله عليه وسلمكان يقف على رؤوس الآي للتوقيف فغذا علم محلها وصل للتمام فيحسب السامع حينئذ أنها ليست فاصلة
Dalam studi ulumul-Qur’an yang membahas disiplin ini lebih lanjut didapati beberapa riwayat yang menginformasikan tentang pembahasan terkait. Kajian yang secara khusus membahas hal ini setidaknya dapat dibaca dalam kitab al-Bayan fi ‘Addi Ayil Qur’an karya Abu Amr ad-Dani (w. 444 H/1052 M), Nadzimatuz-Zahr karya as-Syatibi (w. 590 H/1194 M), al-Faraidul Hisan fi ‘Addi Ayil-Qur’an karya Abdul Fatah Abdul-Gani al-Qadhi (w. 1403 H/1982 M), dan al-Muharrar al-Wajiz fi ‘Addi Ayil Kitabil-Aziz karya Abdur-Razaq Ali Ibrahim Musa yang terinspirasi dari karya gurunya Muhammad al-Mutawalli (w. 1313 H/1895 M).
Abdur-Razaq Ali Ibrahim Musa dalam al-Muharrar al-Wajiz fi ‘Addi Ayil Kitabil-Aziz (h. 47) menginformasikan bahwa para ulama berbeda pendapat tentang jumlah ayat Al-Qur’an. Menurut pendapat terkuat kriteria dan jumlah pengelompokan ini terkait erat dengan enam copy naskah Usmaniyah yang didistribusikan ke beberapa garnisun wilayah Islam waktu itu (al-Amshar). Oleh karena itu, hitungan Madinah ada dua (Madani Awal dan Akhir), Mekah, Syam, Kufah, dan Basrah, demikian menurut ad-Dani. Sementara al-Ja’biri menambahkan satu lokasi lagi, yakni hitungan dari daerah Hims. Dari kronologi ini kemudian para ulama setelahnya menggenapkannya menjadi 7 riwayat yang memberikan keterangan tentang jumlah ayat dalam Al-Qur’an.
Al-Madani (Madinah), hitungan jumlah ayat dalam kelompok ini dibagi lagi menjadi dua, yaitu Madani Awal dan Madani Akhir.
Madani Awal disandarkan pada riwayat Abu Amr ad-Dani dengan jalur dari Imam Nafi dari riwayat Abu Ja’far bin Yazid al-Qa’qa’dari Imam Syaibah bin Naskah, seorang anak laki-laki dari mantan budaknya Ummu Salamah (istri Rasulullah), jumlahnya adalah 6217 ayat;
Madani Akhir disandarkan pada riwayat Abu Amr ad-Dani dengan jalur dari Imam Nafi dari riwayat Ismail bin Ja’far dari Sulaiman bin Jammaz dari Abu Ja’far dan Syaibah bin Nashah secara marfu dari keduanya, jumlah ayatnya adalah 6214 ayat;
Al-Makki (Mekah) disandarkan pada riwayat Abu Amr ad-Dani dengan jalur Abdullah bin Katsir al-Makki dari Mujahid bin Jubair dari Ibnu Abbas dari Ubay bin Ka’ab, 6219 dan 6210 ayat. Jumlah 6210 adalah pendapat Ubay bin Ka’ab sendiri, mayoritas orang-orang Mekah memakai hitungan 6219, demikian komentar ad-Dani.
As-Syami (Syria) disandarkan dari riwayat Abu Amr ad-Dani dengan jalur Yahya bin Harits ad-Dimari dari al-Akhfasy dari Ibnu Dzakwan dan al-Halwani dari Hisyam, Ibnu Dzakwan dan Hisyam dari Abu Ayyub bin Tamim al-Qari dari Abdullah bin Amir al-Yahshibi dari Abu Darda, jumlah ayatnya adalah 6226 ayat;
Al-Kufi (Kufah, Irak) disandarkan dari riwayat Abu Amr ad-Dani dengan jalur Hamzah bin Hubaib bin Ziyat dari Ibnu Abu Laila dari Abu Abdirrahman bin Habib as-Sulami dari Ali bin Abi Talib, jumlah ayatnya adalah 6236 ayat;
Al-Bashri (Basrah, Irak) disandarkan dari riwayat Abu Amr ad-Dani dengan jalur ‘Ashim al-Jahdari dan Atha bin Yasar, jumlah ayatnya adalah 6204 ayat;
Al-Himsyi, menurut al-Mutawalli disandarkan dari riwayat Syuraikh bin Yazid al-Himsyi al-Hadrami. Sementara menurut Abdul Ali Mas’ul hitungan ini disandarakan kepada Khalid al-Ma’dan seorang tabi’in senior dari Syam. Meskipun terjadi perbedaan sumber, keduanya sepakat jumlah ayatnya adalah 6232 ayat.
1- 6217 Madani Awal Nafi dari riwayat Abu Ja’far bin Yazid al-Qa’qa’
6214 Madani Akhir Nafi dari riwayat Ismail bin Ja’far
2- 6219 Makki Abdullah bin Katsir al-Makki dari Mujahid bin Jubair
3- 6225 Syami Abu Ayyub bin Tamim al-Qari dari Abdullah bin Amir al-Yahshibi
4- 6236 Kufi Hamzah bin Hubaib bin Ziyat dari Ibnu Abu Laila dari Abu Abdirrahman bin Habib as-Sulami
5- 6205 Bashri ‘Ashim al-Jahdari dan Atha bin Yasar
6- 6232 Himsy Khalid al-Ma’dan
Dari beberapa riwayat di atas, yang sampai saat ini riil banyak dipakai dalam penerbitan Al-Qur’an ada dua. Mazhab al-Kuffiyun yang diriwayatkan Hamzah bin Hubaib bin Ziyat dari Ibnu Abu Laila dari Abu Abdirrahman bin Habib as-Sulami dari Ali bin Abi Talib dengan jumlah ayat 6236 ayat dan Madani Awal disandarkan pada riwayat Imam Nafi dari riwayat Abu Ja’far bin Yazid al-Qa’qa’, 6217 ayat. Bertolak dari keadaan sekarang yang hanya menyisakan dua mazhab dari tujuh riwayat, menurut ad-Dani pada masanya (setidaknya dalam kisaran abad ke-5 hijriah) kelima mazhab hitungan ayat di atas saat itu semuanya berlaku di kawasan bersangkutan.
Dua mazhab ‘addul-ayi yang masih berkembang dapat dilihat sebagai berikut. Mazhab pertama dipakai oleh mayoritas negara-negara muslim termasuk Mushaf Madinah terbitan Mujamma’ Malik Fahd dan Mushaf Standar terbitan Indonesia. Mazhab kedua, setidaknya telah dipakai oleh Mushaf al-Jamahiriyah dengan riwayat Qalun ‘an Nafi yang diterbitkan oleh Libya. Selebihnya untuk masa sekarang tampaknya sudah tidak ada yang menerapkannya lagi, dan hanya terdokumentasi dalam literatur-literatur klasik ulumul-Qur’an, khususnya yang membahas addul-ayi.
Ulama berbeda pendapat tentang jumlah ayat al-Quran. Ibnu Katsir menyebutkan beberapa pendapat, dan beliau tegaskan bahwa jumlah ayat al-Quran tidak kurang dari 6000 ayat. Sementara lebihnya, diperselisihkan.
Beliau mengatakan,
فأما عدد آيات القرآن فستة آلاف آية، ثم اختلف فيما زاد على ذلك على أقوال، فمنهم من لم يزد على ذلك، ومنهم من قال: ومائتا آية وأربع آيات، وقيل: وأربع عشرة آية، وقيل: ومائتان وتسع عشرة، وقيل: ومائتان وخمس وعشرون آية، وست وعشرون آية، وقيل: ومائتا آية، وست وثلاثون آية. حكى ذلك أبو عمرو الداني في كتاب البيان
Tentang jumlah ayat al-Quran ada 6000 ayat. Kemudian ulama berbeda pendapat yang lebih dari angka itu. Diantara mereka berpendapat, tidak lebih dari 6 ribu ayat. Ada yang mengatakan, 6204 ayat. Ada yang mengatakan, 6014 ayat. Ada juga yang mengatakan, 6219 ayat. Ada yang mengatakan, 6225 atau 6226 ayat. Dan ada yang mengatakan, 6236 ayat. Pendapat terakhir ini disampaikan oleh Abu Amr ad-Dani dalam kitab al-Bayan. (Tafsir Ibn Katsir, 1/98).
Ada beberapa catatan terkait keterangan yang disampaikan al-Hafidz Ibnu Katsir di atas,
Pertama, Sikap yang tepat mengenai jumlah ayat adalah tidak menegaskan dengan bilangan angka tertentu.
Kedua, perbedaan jumlah ayat di atas, sama sekali bukan karena perbedaan al-Quran yang mereka miliki. al-Quran mereka sama. Persis seperti Mushaf al-Imam yang diterbitkan di zaman Khalilfah Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu. Karena mengingkari satu huruf dalam al-Quran, sama dengan mengingkari seluruh isi al-Quran. Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengatakan,
مَنْ كَفَرَ بِحَرْفٍ مِنَ الْقُرْآنِ ، أَوْ بِآيَةٍ مِنْهُ ، فَقَدْ كَفَرَ بِهِ كُلِّهِ
”Barangsiapa yang kufur terhadap satu huruf al-Quran atau salah satu ayat al-Quran berarti dia telah kufur terhadap seluruh isi al-Quran.” (Tafsir at-Thabari, 1/55).
Sebenarnya tidak ada yang beda di dalam ayat Alqur’an. Semua pendapat di atas berangkat dari ayat-ayat Alqur’an yang sama.
Yang berbeda adalah ketika menghitung jumlahnya dan menetapkan apakah suatu potongan kalimat itu menjadi satu ayat atau dua ayat.
Ada orang yang menghitung dua ayat menjadi satu. Dan sebaliknya juga ada yang menghitung satu ayat jadi dua. Padahal kalau dibaca semua lafadz Quran itu, semuanya sama dan itu itu juga. Tidak ada yang berbeda.
Lalu mengapa menjadi beda dalam menentukan apakah satu lafadz itu satu ayat atau dua ayat?
Jawabnya adalah dahulu Rasulullah SAW terkadang diriwayatkan berhenti membaca dan menarik nafas. Pada saat itu timbul asumsi pada sebagian orang bahwa ketika Nabi menarik nafas, di situlah ayat itu berhenti dan habis. Sementara yang lain berpandangan bahwa nabi SAW hanya sekedar berhenti menarik nafas dan tidak ada kaitannya dengan berhentinya suatu ayat.
Lagi pula, nabi SAW saat itu juga tidak menjelaskan kenapa beliau menarik nafas dan berhenti. Dan tidak dijelaskan juga apakah berhentinya itu menunjukkan penggalan ayat, atau hanya semata-mata menarik nafas karena ayatnya panjang.
Selain itu ada ulama yang menghitung kalimat “bismillahirrohmnirrohim” di awal surat sebagai ayat, dan ada pula yang tidak tapi hanya menghitung “bismillahirrohmanirrohim” pada surat Al-Fatihah saja sebagai bagian ayat Alqur’an, ini juga bisa mempengaruhi perhitungan.
Perbedaan dalam menghitung jumlah ayat ini sama sekali tidak menodai Alqur’an. Kasusnya sama dengan perbedaan jumlah halaman mushaf dari berbagai versi percetakan. Ada mushaf yang tipis dan sedikit mengandung halaman, tapi juga ada mushaf yang tebal dan mengandung banyak halaman.
Yang membedakanya adalah ukuran font, jenis dan tata letak (lay out) halaman mushaf. Tidak ada ketetapan dari Nabi SAW bahwa Alqur’an itu harus dicetak dengan jumlah halaman tertentu.
BERAPA JUMLAH AYAT AL-QUR’AN SEBENARNYA?
Mari kita hitung: Mulai dari Surah Fatihah yang diakhiri dengan nomor 7. Itu adalah jumlah ayat bagi surah tersebut. Kemudian pergi ke ujung surah 2 (Al-Baqarah) dan bertemu pula dengan angka 286. Teruskanlah, surah demi surah, hingga ke hujung surah terakhir, yaitu surah yang ke-114. Jumlahkan kesemua angka itu, dan jumlah yang didapati adalah jumlah ayat-ayat Alqur’an yang sebenarnya. Berikut ini daftarnya;
No. Nama Surah Bahasa Arab Arti Nama Ayat Tempat Turun Urutan Pewahyuan
1 Surah Al-Fatihah الفاتحة Pembukaan 7 Mekkah 5
2 Surah Al-Baqarah البقرة Sapi Betina 286 Madinah 87
3 Surah Ali ‘Imran آل عمران Keluarga ‘Imran 200 Madinah 89
4 Surah An-Nisa’ النّساء Wanita 176 Madinah 92
5 Surah Al-Ma’idah المآئدة Jamuan (hidangan makanan) 120 Madinah 112
6 Surah Al-An’am الانعام Binatang Ternak 165 Mekkah 55
7 Surah Al-A’raf الأعراف Tempat yang tertinggi 206 Mekkah 39
8 Surah Al-Anfal الأنفال Harta rampasan perang 75 Madinah 88
9 Surah At-Taubah التوبة Pengampunan 129 Madinah 113
10 Surah Yunus ينوس Nabi Yunus 109 Mekkah 51
11 Surah Hud هود Nabi Hud 123 Mekkah 52
12 Surah Yusuf يسوف Nabi Yusuf 111 Mekkah 53
13 Surah Ar-Ra’d الرّعد Guruh (petir) 43 Mekkah 96
14 Surah Ibrahim إبراهيم Nabi Ibrahim 52 Mekkah 72
15 Surah Al-Hijr الحجر Al Hijr (nama gunung) 99 Mekkah 54
16 Surah An-Nahl النّحل Lebah 128 Mekkah 70
17 Surah Al-Isra’ بني إسرائيل Memperjalankan di waktu malam 111 Mekkah 50
18 Surah Al-Kahf الكهف Penghuni-penghuni gua 110 Mekkah 69
19 Surah Maryam مريم Maryam (Maria) 98 Mekkah 44
20 Surah Ta Ha طه Ta Ha 135 Mekkah 45
21 Surah Al-Anbiya الأنبياء Nabi-Nabi 112 Mekkah 73
22 Surah Al-Hajj الحجّ Haji 78 Madinah & Makkah 103
23 Surah Al-Mu’minun المؤمنون Orang-orang mukmin 118 Mekkah 74
24 Surah An-Nur النّور Cahaya 64 Madinah 102
25 Surah Al-Furqan الفرقان Pembeda 77 Mekkah 42
26 Surah Asy-Syu’ara’ الشّعراء Penyair 227 Mekkah 47
27 Surah An-Naml النّمل Semut 93 Mekkah 48
28 Surah Al-Qasas القصص Cerita 88 Mekkah 49
29 Surah Al-‘Ankabut العنكبوت Laba-laba 69 Mekkah 85
30 Surah Ar-Rum الرّوم Bangsa Romawi 60 Mekkah 84
31 Surah Luqman لقمان Keluarga Luqman 34 Mekkah 57
32 Surah As-Sajdah السّجدة Sajdah 30 Mekkah 75
33 Surah Al-Ahzab الْأحزاب Golongan-Golongan yang bersekutu 73 Madinah 90
34 Surah Saba’ سبا Kaum Saba’ 54 Mekkah 58
35 Surah Fatir فاطر Pencipta 45 Mekkah 43
36 Surah Ya Sin يس Yaasiin 83 Mekkah 41
37 Surah As-Saffat الصّافات Barisan-barisan 182 Mekkah 56
38 Surah Sad ص Shaad 88 Mekkah 38
39 Surah Az-Zumar الزّمر Rombongan-rombongan 75 Mekkah 59
40 Surah Al-Mu’min المؤمن Orang yg Beriman 85 Mekkah 60
41 Surah Fussilat فصّلت Yang dijelaskan 54 Mekkah 61
42 Surah Asy-Syura الشّورى Musyawarah 53 Mekkah 62
43 Surah Az-Zukhruf الزّخرف Perhiasan 89 Mekkah 63
44 Surah Ad-Dukhan الدّخان Kabut 59 Mekkah 64
45 Surah Al-Jasiyah الجاثية Yang bertekuk lutut 37 Mekkah 65
46 Surah Al-Ahqaf الَأحقاف Bukit-bukit pasir 35 Mekkah 66
47 Surah Muhammad محمّد Muhammad 38 Madinah 95
48 Surah Al-Fath الفتح Kemenangan 29 Madinah 111
49 Surah Al-Hujurat الحجرات Kamar-kamar 18 Madinah 106
50 Surah Qaf ق Qaaf 45 Mekkah 34
51 Surah Az-Zariyat الذّاريات Angin yang menerbangkan 60 Mekkah 67
52 Surah At-Tur الطّور Bukit 49 Mekkah 76
53 Surah An-Najm النّجْم Bintang 62 Mekkah 23
54 Surah Al-Qamar القمر Bulan 55 Mekkah 37
55 Surah Ar-Rahman الرّحْمن Yang Maha Pemurah 78 Madinah & Mekkah 97
56 Surah Al-Waqi’ah الواقعه Hari Kiamat 96 Mekkah 46
57 Surah Al-Hadid الحديد Besi 29 Madinah 94
58 Surah Al-Mujadilah المجادلة Wanita yang mengajukan gugatan 22 Madinah 105
59 Surah Al-Hasyr الحشْر Pengusiran 24 Madinah 101
60 Surah Al-Mumtahanah الممتحنة Wanita yang diuji 13 Madinah 91
61 Surah As-Saff الصّفّ Satu barisan 14 Madinah 109
62 Surah Al-Jumu’ah الجمعة Hari Jum’at 11 Madinah 110
63 Surah Al-Munafiqun المنافقون Orang-orang yang munafik 11 Madinah 104
64 Surah At-Tagabun التّغابن Hari dinampakkan kesalahan-kesalahan 18 Madinah 108
65 Surah At-Talaq الطّلاق Talak 12 Madinah 99
66 Surah At-Tahrim التّحريم Mengharamkan 12 Madinah 107
67 Surah Al-Mulk الملك Kerajaan 30 Mekkah 77
68 Surah Al-Qalam القلم Pena 52 Mekkah 2
69 Surah Al-Haqqah الحآقّة Hari kiamat 52 Mekkah 78
70 Surah Al-Ma’arij المعارج Tempat naik 44 Mekkah 79
71 Surah Nuh نوح Nuh 28 Mekkah 71
72 Surah Al-Jinn الجنّ Jin 28 Mekkah 40
73 Surah Al-Muzzammil المزمّل Orang yang berselimut 20 Mekkah 3
74 Surah Al-Muddassir المدشّر Orang yang berkemul 56 Mekkah 4
75 Surah Al-Qiyamah القيمة Hari Kiamat 40 Mekkah 31
76 Surah Al-Insan الْاٍنسان Manusia 31 Madinah 98
77 Surah Al-Mursalat المرسلات Malaikat-Malaikat Yang Diutus 50 Mekkah 33
78 Surah An-Naba’ النّبا Berita besar 40 Mekkah 80
79 Surah An-Nazi’at النّازعات Malaikat-Malaikat Yang Mencabut 46 Mekkah 81
80 Surah ‘Abasa عبس Ia Bermuka masam 42 Mekkah 24
81 Surah At-Takwir التّكوير Menggulung 29 Mekkah 7
82 Surah Al-Infitar الانفطار Terbelah 19 Mekkah 82
83 Surah Al-Tatfif المطفّفين Orang-orang yang curang 36 Mekkah 86
84 Surah Al-Insyiqaq الانشقاق Terbelah 25 Mekkah 83
85 Surah Al-Buruj البروج Gugusan bintang 22 Mekkah 27
86 Surah At-Tariq الطّارق Yang datang di malam hari 17 Mekkah 36
87 Surah Al-A’la الْأعلى Yang paling tinggi 19 Mekkah 8
88 Surah Al-Gasyiyah الغاشية Hari Pembalasan 26 Mekkah 68
89 Surah Al-Fajr الفجر Fajar 30 Mekkah 10
90 Surah Al-Balad البلد Negeri 20 Mekkah 35
91 Surah Asy-Syams الشّمس Matahari 15 Mekkah 26
92 Surah Al-Lail الّيل Malam 21 Mekkah 9
93 Surah Ad-Duha الضحى Waktu matahari sepenggalahan naik (Dhuha) 11 Mekkah 11
94 Surah Al-Insyirah الانشراح Melapangkan 8 Mekkah 12
95 Surah At-Tin التِّينِ Buah Tin 8 Mekkah 28
96 Surah Al-‘Alaq العَلَق Segumpal Darah 19 Mekkah 1
97 Surah Al-Qadr الْقَدْرِ Kemuliaan 5 Mekkah 25
98 Surah Al-Bayyinah الْبَيِّنَةُ Pembuktian 8 Madinah 100
99 Surah Az-Zalzalah الزلزلة Kegoncangan 8 Mekkah 93
100 Surah Al-‘Adiyat العاديات Berlari kencang 11 Mekkah 14
101 Surah Al-Qari’ah القارعة Hari Kiamat 11 Mekkah 30
102 Surah At-Takasur التكاثر Bermegah-megahan 8 Mekkah 16
103. Surah Al-‘Asr العصر Masa/Waktu 3 Mekkah 13
104 Surah Al-Humazah الهُمَزة Pengumpat 9 Mekkah 32
105 Surah Al-Fil الْفِيلِ Gajah 5 Mekkah 19
106 Surah Quraisy قُرَيْشٍ Suku Quraisy 4 Mekkah 29
107 Surah Al-Ma’un الْمَاعُونَ Barang-barang yang berguna 7 Mekkah 17
108 Surah Al-Kausar الكوثر Nikmat yang berlimpah 3 Mekkah 15
109 Surah Al-Kafirun الْكَافِرُونَ Orang-orang kafir 6 Mekkah 18
110 Surah An-Nasr النصر Pertolongan 3 Madinah 114
111 Surah Al-Lahab المسد Gejolak Api/ Sabut 5 Mekkah 6
112 Surah Al-Ikhlas الإخلاص Ikhlas 4 Mekkah 22
113 Surah Al-Falaq الْفَلَقِ Waktu Subuh 5 Mekkah 20
114 Surah An-Nas النَّاسِ Manusia 6 Mekkah 21
Jumlah Ayat 6236
Setelah dijumlahkan didapatkan bahwa jumlah ayat di dalam Alqur’an adalah 6236 ayat tanpa memasukkan 112 bismillah di awal surat Jika dimasukkan kedalam perhitungan jumlahnya menjadi 6348 ayat, tetap tidak sampai 6666. Jumlah ini ternyata sama dengan jumlah ayat dalam list al-Qur’an digital.
Bagaimana dengan jumlah 6.666 ayat?
Tentang pendapat yang mengatakan bahwa jumlah total ayat Al-Qur’an adalah 6666, atau enam ribu enam ratus enam puluh enam ayat, ini adalah pendapat yang sangat sangat tidak berdasar, karenanya ia bukanlah pendapat yang mu’tabar.
Sayangnya, angka ini sudah kadung populer.
Terkait dengan hal ini, Imam Yusuf bin Ali al-Hudzali al-Yasykuri al-Maghribi (wafat 465 H) berkata:
وَلَا خِلَافَ فِيْ سِتَّةِ آلَافٍ وَمِائَتَيْنِ … وَلَا عِبْرَةَ بِقَوْلِ الرَّوَافِضِ وَالْعَامَّةِ: سِتَّةُ آلَافٍ وَسِتُّمِائَةٍ وَسِتَّةٌ وَسِتُّوْنَ
Tidak ada perbedaan pendapat dalam angka enam ribu dua ratusan … dan tidak perlu dipandang (diperhitungkan) pendapat golongan rafhidhah dan masyarakat awam yang mengatakan bahwa jumlah ayat Al-Qur’an adalah 6666. (lihat: Al-Kamil fil Qiraat wal Arba’in az-Zaidah ‘Alaiha, hal. 103).
Menurut sebuah sumber, angka ini berasal dari keterangan Syekh Nawawi al-Bantani (w. 1316 H/1897 M) dalam kitabnya Nihayatuz-Zain fi Irsyadil-Mubtadiin. Menurut al-Bantani, bilangan ayat Al-Qur’an itu 6666 ayat, yaitu 1000 ayat di dalamnya tentang perintah, 1000 ayat tentang larangan, 1000 ayat tentang janji, 1000 tentang ancaman, 1000 ayat tentang kisah-kisah dan kabar-kabar, 1000 ayat tentang ‘ibrah dan tamsil, 500 ayat tentang halal dan haram, 100 tentang nasikh dan mansukh, dan 66 ayat tentang du’a, istighfar dan dzikir.
Sumber lain dengan jumlah yang sama tetapi dengan penjelasan berbeda adalah pandangan az-Zuhaily dalam at-Tafsir al-Munir fil-‘Aqidah wasy-Syari’ah wal-Manhaj, (jilid 1/45), “membenarkan” jumlah ayat Al-Qur’an dalam (tariqah) hitungan al-Kufiyyun adalah 6236 ayat, namun demikian ia juga menyebutkan menurut (tariqah) hitungan yang lain berjumlah 6.666 ayat. Perhitungan ini sepertinya didasarkan pada kalkulasi pertimbangan isi keseluruhan ayat dalam Al-Qur’an. Dalam pandangan ini, ayat-ayat Al-Qur’an dapat diklasifikasi dan dijumlahkan sebagai berikut; al-amr (perintah) 1000 ayat, an-nahy (larangan) 1000 ayat, al-wa’d (janji) 1000 ayat, al-wa’id (ancaman) 1000 ayat, al-qasas wal-akhbar (kisah-kisah dan informasi) 1000 ayat, al-ibr wal-amtsal (pelajaran dan perumpamaan) 1000 ayat, al-haram wal halal (halal dan haram) 500 ayat, ad-du’a (doa) 100 ayat, dan an-nasikh wal-mansukh 66 ayat.
Dari beberapa informasi dan telaahan di atas, dapat disimpulkan sementara terkait jumlah bilangan ayat dalam Al-Qur’an. Pertama, jumlah 6.666 adalah jumlah hitungan ayat Al-Qur’an berdasarkan kandungan isi ayat dari sebagian ulama, bukan hitungan dalam pengertian menghitung satu per satu ayat dalam perspektif ilmu addul-ayi. Kedua, jumlah 6.236 bukanlah jumlah satu-satunya ayat Al-Qur’an yang “paling benar”, namun hal itu adalah pilihan riwayat.
Sebab jumlah hitungan ini sangat terkait erat dengan periwayatan dan qira’ah. Seperti yang terjadi di Mushaf al-Jamahiriyah Libya yang lebih memilih menggunakan qira’ah Qalun dari Imam Nafi dengan hitungan ayat Madani awal (6217 ayat).
Dengan demikian, terkait kepastian jumlah ayat-ayat dalam Al-Qur’an tidak ada yang “paling benar” dan “paling salah”. Selama hal itu argumentatif dan didasarkan pada periwayatan dan pilihan yang bertanggung jawab, semua dapat dimungkinkan, meskipun tidak dapat disangkal sebuah pendapat barangkali “lemah” (marjuh) secara metodologis. Diskusi terkait khilafiyah jumlah ayat tidak selamanya harus bersepakat dalam kesamaan ataupun saling mencaci dalam ketidaktahuan!
Sebagai catatan tambahan, al-Hafidz Ibnu Katsir setelah menyebutkan perbedaan pendapat jumlah ayat dalam al-Quran, beliau juga menyebutkan beberapa keterangan tabiin tentang jumlah kata, dan hurufnya.
وأما كلماته، فقال الفضل بن شاذان، عن عطاءِ بن يسار: سبع وسبعون ألف كلمة وأربعمائة وتسع وثلاثون كلمة. وأما حروفُه، فقال عبد الله بن كثير، عن مجاهد: هذا ما أحصينا من القرآن وهو ثلاثُمائِة ألفِ حرف وواحدٌ وعشرون ألفَ حَرْفٍ ومائَةٌ وثمانونَ حرفًا.
“Mengenai jumlah kata dalam al-Quran, Fadhl bin Syadan meriwayatkan dari Atha’ bin Yasar, yang mengatakan, Jumlah huruf ada 77439 kata. Sedangkan jumlah hurufnya, diriwayatkan oleh Abdullah bin Katsir, dari Mujahid, beliau mengatakan, “Berikut yang kami hitung dari al-Quran, jumlah hurufnya ada 321.180 huruf.” (Tafsir Ibn Katsir, 1/98).
Semoga kita termasuk orang-orang yang dianugerahi Alloh Ilmu agama yang lurus dan pemahaman yang benar, karena Rosululloh Sholallohu ‘Alaihi wa Salam bersabda:
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ: مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خِيْرًا يُفَقِّهُهُ فِيْ الدِّيْنِ
(رواه البخاري ومسلم)
Rosululloh shalallohu ‘alaihi wasalam telah bersabda: “Barang siapa yang Alloh menginginkan kebaikan baginya, maka Dia akan memahamkannya dalam Agama”(HR. Bukhori no.71 dan Muslim no. 1037).
Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar